Anda di halaman 1dari 15

Laporan pendahuluan

Asuhan keperawatan anak dengan Gagal Ginjal Kronis ( GGK )

Disusun oleh

Wahyu mustika rani

S1 keperawatan 2b

Dosen pembimbing : Ns. Siska damayanti, S.kep, M.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

T.A. 2020/2021
Laporan pendahuluan

Asuhan keperawatan anak dengan Gagal Ginjal Kronis ( GGK )

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus ( corwin, 2001 ). Gagal Ginjak Kronik merupakan suatu
keadaan menurunnya fungsi ginjal yang irreversibel, yang ditandai laju
filtrasi glomerulus ( LFG ) menurun akhirnya mencapai suatu keadaan
gagal ginjal terminal (GGT ). Gagal Ginjal Kronik yang telah mencapai
gagal ginjal terminal termasuk salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak.
B. ETIOLOGI
Etiologi Gagal Ginjal Kronik pada masa kanak berkorelasi erat dengan
Umur penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut terdeteksi.
Gagak Ginjal Kronis dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan anatomis
(hipoplasdia, displapsia, obstruksi, malformasi ), setelah usia 5 tahun yang
dominan adalah penyakit glomerulus didapat ( glumerolusnefritis, sindrom
hemolitik uremik atau gangguan herediter, sidrom alport, penyakit kistik ).
Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering temui pada anak-
anak antara lain: penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus yang
disertai dengan penyakit sistemik, penyakit tubulointerstisial, penyakit
renovaskuler, penyakit tromboembolik, sumbatan saluran kemih,
nefrosklerosis hipertensif, nefropati dibetes, penyakit polikistik dan
penyakit bawaan lain. Gagal ginjal terminal disebabkan oleh berbagai hal,
terutama kelainan kongential, glomerulonefritis, penyakit multisistem, dan
lain-lain. Kelainan kongenital, yang lebih banyak dijumpai pada anak laki-
laki pada usia lebih muda, menepati porsi terbanyak dari seluruh kelainan
kongenital.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Wong (2004), gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir
(end stage renal disease/ESRD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu
mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal di
bawah kondisi normal.
Tanpa memandang kerusakan ginjal, bila tingkat kemunduran fungsi ginjal
mencapai kritis, penjelasan sampai gagal ginjal stadium akhir mencapai
kritis, penjelekan sampai gagal ginjal stadium akhir tidak dapat dihindari.
Mekanisme yang tepat mengakibatkan kemunduran fungsi secara progresif
belum jelas, tetapi faktor yang dapat memainkan peran penting mencakup
cedera imunologi yang terus-menerus; hiperfiltrasi yang ditangani secara
hemodinamik di dalam mempertahankan kehidupan glomerulus; masukan
diet protein dan fosfor; proteinuria yang terus menurus; hipertensi sitemik.
Endapan kompleks imun atau antibodi anti-membran basalis glomerulus
akhir, tidak tergantung mekanisme yang memulai cedera pada ginjal. Bila
nefron hilang karena alasan apaun, nefron sisanya mengalami hipertrofi
struktural dan fungsional yang ditengahi, setidak-tidaknya sebagian, oleh
peningkatan aliran darah glomerulus. Mekanisme yang berpotensi
menimbulkan kerusakan adalah pengaruh langsung peningkatan tekanan
hidrostatik pada intefritas dinding kapiler, hasilnya mengakibatkan
keluarnya protein melewati dinding kapiler atau keduanya.
Diet tinggi protein mempercepat perkembangan gagal ginjal, sebaliknya
diet rendah protein mengurangi kecepatan kemunduran fungsi. Serta diet
fosfor melindungi fungsi ginjal pada insufisiensi ginjal kronis.
Proteinuria menetap atau hipertensi sistemik karena sebab apapun dapat
merusak dinding kapiler glomerulus secara langsng, mengakibatkan
sklerosis golmerulus dan permulaan cedera darah hiperfiltrasi. Ketika
fungsi ginjal mulai mundur, mekanisme kompensator berkembang pada
nefron sisanya dan mempertahankan lingkungan internal yang normal.
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan
nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronis. Jika angka
filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini
mulai gagal. Hal ini mnimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan
dengan bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan ginjal
untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi
kalium. Asidosis metabolic terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat
dan produksi ammonia.
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun
penyakit primernya telah diatasi atau telah menjadi tidak aktif. Hal ini
menunjukkan adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan
pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik.
Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut ialah adanya
gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang
disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron
yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat, dan kerusakan nefron yang lebih lanjut.
Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang
berakhir dengan gagal ginjal terminal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
anak dengan gagal ginjal kronis antara lain : a. Edema, oliguria, hipertensi,
gagal jantung kongesti b. Poliuria, dehidrasi c. Hiperkalemia d.
Hipernatremia e. Anemia f. Gangguan fungsi trombosit g. Apatis, letargi
h. Anoreksia i. Asidosis j. Gatal-gatal k. Kejang, koma l. Disfungsi
pertumbuhan.
Anak-anak dengan GGK datang ke dokter dengan berbagai keluhan, yang
berhubungan dengan penyakit utamanya, atau sebagai konsekuensi akibat
pnurunan fungsi ginjalnya. Awal GGK biasanya tanpa gejala, atau hanya
menunjukkan keluhan-keluhan yang tidak khas seperti sakit kepala, lelah,
letargi, nafsu makan menurun, muntah, gangguan pertumbuhan. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai anak yang tampak pucat, lemah,
hipertensi. Keadaan tersebut dapat berlangsung menahun, dan perburukan
terus berlangsung secara tersembunyi, dimana gejala akan bermunculan
setelah anak memasuki stadium gagal ginjal terminal. Uremia adalah
sindrom toksik yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang berat,
yang disertai dengan gangguan fungsi tubulus dan fungsi endokrin ginjal.
Gejala klinis GGK merupakan manifestasi dari:
1. kegagalan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
2. menumpuknya toksin uremia yang merupakan metabolit toksik.
3. gangguan fungsi hormon yaitu berkurangnya eritropoietin dan
vitamin D3 (1,25 dihidroksi vitamin D3).
4. gangguan respon dari end organ terhadap hormon
pertumbuhan.
E. KOMPLIKASI
Akumulasi berbagai subtansi biokimia dalam darah yang terjadi karena
penurunan fungsi ginjal yang menimbulkan komplikasi seperti berikut
(Wong, 2004)
a. Retensi produk sisa, khususnya nitrogen urea dah dan kreatinin
b. Retensi air dan natrium yang berperan pda edema dan kongesti
vaskuler
c. Hiperkalemia dari kadar bahaya
d. Asidosis metabolik bersifat terus menerus karena retensi ion
hidrogen dan kehilangan bikarbonat terjadi terus menerus
e. Gangguan kalium dan fosfor yang mengakibatkan perubahan
metabolism tulang, yang pada gilirannya menyebabkan
berhentinya pertumbuhan atau retadasi, nyri tulang dan deformitas
yang diketahui sebagai osteodistrofi renal
f. Anemia yang disebabkan oleh disfungsi hematologis, kerusakan
produksi sel darah merah, pemendekan umur sel darah merah yang
berhubungan dengan penurunan produksi eritropeitin,
pemanjangan masa pendarahan dan anemia nutrisional
g. Gangguan pertumbuhan, kemungkinan disebabkan oleh suatu
faktor seperti nutrisi buruk, anoreksia, osteodostrofi renal dan
abnormalitas biokimia
F. PENATALAKSANAAN
Manajemen anak yang mengalami gagal ginjal kronis memerlukan
pemantuan keadaan klinis penderita secara ketat. Secara optimal, penderita
harus ditangani oleh pusat medis yang mampu menyediakan pelayanan
medis, perawatan, sosial dan dukungan nutrisi ketika keadaan penderita
memburuk menjadi gagal ginjal stadium akhir. Berikut adalah beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menangani gagal ginjal kronis pada
anak.
a. Diet pada gagal ginjal kronis. Makanan kalori yang optimal pada
insufiensi gagal ginjal belum diketahui, tetapi upaya yang harus
dilakukan untuk memenuhi atau melampaui kalori harian yang
sesuai umur penderita. Pemberian vitamin, serta pemberian zat besi
bila ada anemia.
b. Manajemen air dan elektrolit pada gagal ginjal kronis. Sampai
perkembangan pada gagal ginjal stadium akhir memerlukan
dialysis. Pembatasan air jarang diperlukan pada anak dengan
insufiensi ginjal, karena kebutuhan air diatur oleh pusat haus di
otak.
c. Asidosis pada gagal ginjal kronis. Asidosis berkembang pada
hamper semua anak yang mengalami insufisiensi ginjal dan tidak
perlu diobati kalau bikarbonat serum turun dibawah 20 mEq/L.
Bicitra atau tablet natrium bikarbonat dapat digunakan untuk
menaikkan bikarbonat serum didalam darah.
d. Hipertensi pada gagal ginjal kronis. Keadaan gawat darurat pada
hipertensi harus diobati dengan nifedipene oral atau pemberian
intarvena dari diazoksid. Penanganan hipertensi yang sulit dapat
dilakukan dengan pembatasan garam. Obat kaptopril dapat
menimbulkan hiperkalemia.
e. Dosis obat pada gagal ginjal kronis: karena banyak obat yang
diekresikan oleh ginjal, pemberiannya pada penderita dengan
insufisiensi ginjal harus diubah untuk memaksimalkan efektifitas
dan meminimalkan resiko toksisitas.
G. WOC
Kosumsi protein dan Proteinuria
Cidera imunologi hiperfiltrasi Hipertensi sistemik
fosfor berlebih sering terjadi

Endapan kompelks Peningkatan


Terjadi timbunan di Dinding kapiler
imun & antibody di tekanan hidrostatik
glomerulus glomerulus
glomerulus pd infiltrasi

Merusak fungsi Sklerosis glomerulus


Protein dpt keluar glomerulus
Cedera pada ginjal dan cedera darah
dr filtrasi
hiperfiltrasi

Fungsi ginjal mulai


mundur

Fungsi filtrasi
glomerulus turun 5-20
ml/menit

Reabsorbsi bikarbonat
Ketidakseimbangan Masalah pengaturan & produksi ammonia
memekatkan urine biokimia dlm ginjal terganggu

Sekresi kalium turun


Asdosis metabolik

Hiperkalemia
H. DATA FOKUS
a. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang ( RKS )
Urine klien kurang dari biasanya kemudian wajah klien
bengkak dan klien muntah.
 Riwayat kesehatan duhulu ( RKD )
1. Diare hingga terjadi dehidrasi
2. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
3. Penyakit infeksi pada saluran kemih yang
penyembuhannya tidak adekuat sehingga
menimbulkan obstruksi.
 Riwayat kesehatan keluarga ( RKK )
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun,
sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada
penyakit ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM (Diabetes
Melitus) dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian
penyakit gagal ginjal kronis
b. Data dasar
 Pernafasan
 Kebutuhan makan dan minum
 Eliminasi
 Posisioning
 Kebutuhan tidur dan istirahat
 Kebutuhan dalam berpakaaian
 Cara memepertahankan suhu tubuh dan memodifikasi
lingkungan
 Kebersihan tubuh
 Kondisi lingkungan
 Komunikasi
 Ibadah dan keyakinan
 Pekerjaan sehari-hari
 Kebutuhan bermain dan rekreasi
 Kebutuhan belajar dan mengunakan fasilitas kesehatan
c. Pemeriksaan penunjang
Menurut Lemone, dkk (2016: 1067) pemeriksaan diagnostik digunakan
baik untuk mengidentifikasi gagal ginjal kronik maupun memonitor
fungsi ginjal. Sejumlah pemeriksaan dapat dilakukan untuk
menentukan penyebab gangguan ginjal. Ketika diagnosis ditegakkan,
fungsi ginjal dimonitor terutama lewat kadar sisa metabolik dan
elektrolit dalam darah.
 Urinalisis
Dilakukan untuk mengukur berat jenis urine dan mendeteksi
komponen urine yang abnormal. Pada gagal ginjal kronik, berat
jenis dapat tetap pada sekitar 1,010 akibat kerusakan sekresi
tubulus, reabsorpsi dan kemampuan memekatkan urine. Protein
abnormal, sel darah dan bekuan sel dapat juga ditemukan di
urine
 Kultur urine
Diinstruksikan untuk mengidentifikasi infeksi saluran kemih
yang mempercepat perkembangan gagal ginjal kronik.
 BUN dan kreatinin serum
Diambil untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan mengkaji
perkembangan gagal ginjal. BUN 20-50 mg/dL
mengindikasikan azotemia ringan; kadar lebih dari 100 mg/dL
mengindikasikan kerusakan ginjal berat. Gejala uremia
ditemukan saat BUN sekitar 200 mg/dL atau lebih tinggi.
Kadar serum kreatinin lebih dari 4 mg/dL mengindikasikan
kerusakan ginjal serius.
 eGFR
digunakan untuk mengevaluasi GFR dan stadium penyakit
ginjal kronik. eGFR adalah perhitungan nilai yang ditentukan
menggunakan rumus yang memasukkan kreatinin serum, usia,
jenis kelamin dan ras pasien.
 Elektrolit serum
Dimonitor lewat perjalanan gagal ginjal kronik. Natrium serum
dapat berada dalam batasan normal atau rendah karena retensi
air. Kadar kalium naik tetapi biasanya tetap dibawah 6,5
mEq/L. Fosfor serum naik dan kadar kalsium turun. Asidosis
metabolik diidentifikasi dengan pH rendah, CO2 rendah, dan
kadar bikarbonat rendah.
 CBC
Menunjukkan anemia sedang ke arah berat dengan hematokrit
20% hingga 30% dan hemoglobin rendah. Jumlah sel darah
merah dan trombosit turun.
 Ultrasonografi ginjal
Dilakukan untuk mengevaluasi ukuran ginjal. Pada gagal ginjal
kronik, ukuran ginjal berkurang karena nefron hancur dan
massa ginjal mengecil.
 Biopsi ginjal
Dapat dilakukan untuk mengidentifikasi proses penyakit
penyebab jika ini tidak jelas. Selain itu juga digunakan untuk
membedakan gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Biopsi
ginjal dapat dilakukan pada pembedahan atau dilakukan
menggunakan biopsi jarum.
d. Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk,
koma.
 Kepala: Edema periorbital
 Dada: Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas
tambahan.
 Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.
 Kulit: Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu
mengkilat, kulit kering bersisik.
 Mulut: Lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut
 Mata: Mata merah.
 Kardiovaskuler: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,
pericarditis, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena
jugularis, friction rub perikardial.
 Respiratori: Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura,
krekels, napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan liat.
 Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, gastritis, konstipasi/ diare,
vomitus, perdarahan saluran pencernaan.
 Muskuloskeletal: Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur
tulang, foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D,
gout.
 Genitourinari: amenore, atropi testis, penurunan libido,
impotensi, infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus,
proteinuria,
 Neurologi: Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,
kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
perubahan perilaku.
 Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami
perdarahan.
I. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi cedera sekunder berhubungan dengan akumulasi
elektrolit dan produk sisa.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagalnya
mekanisme regulasi ginjal.
c. Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis,
kerusakan pertumbuhan dan persepsi tentang menjadi “berbeda”.
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang
menderita penyakit kronis.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NIC NOC


O KEPERAWTAN
1. Resiko tinggi cedera Tujuan: klien Intervensi Keperawatan: 1) Bantu pada
sekunder berhubungan mempertahankan kadar dialysis Rasional: untuk
dengan akumulasi elektrolit mendekati – mempertahankan fungsi ekskretori. 2)
elektrolit dan produk Berikan Kayexalate sesuai ketentuan
normal. Hasil yang
sisa. Rasional: menurunkan kadar kalium
diharapkan: Anak tidak
serum. 3) Berikan diet rendah protein,
menunjukkan bukti
kalium, natrium, dan fosfor. Rasional:
akumulasi produk sisa.
menurunkan kebutuhan ekskretori pada
ginjal. 4) Observasi adanya bukti produk
sisa yang terakumulasi, hiperkalemia,
hiperfosfatemia, uremia Rasional: untuk
menjamin pengobatan yang segera.
2. Kelebihan volume Tujuan 1: klien Intervensi Keperawatan: 1) Bantu
cairan berhubungan mempertahankan volume cairan dengan dialysis Rasional:

dengan gagalnya yang tepat. Hasil yang mempertahankan fungsi ekskretori. 2)


diharapkan: Anak tidak Pantau kemajuan Rasional: mengkaji
mekanisme regulasi
menunujukkan bukti-bukti atau keadekuatan terapi dan mendeteksi
ginjal.
komplikasi cairan yang kemungkinan komplikasi. Intervensi
terakumulasi di antara waktu Keperawatan: 1) Berikan cairan oral
dialisis. Tujuan 2: klien sesuai kebutuhan. Rasional: mencegah
mempertahankan volume cairan terjadinya kelebihan cairan berulang 2)
yang tepat melalui pengaturan Melakukan strategi pemberian cairan
masukan cairan. Hasil yang Rasional: mencegah masukan yang tidak
diharapkan: Anak tidak diinginkan. 3) Tinjau ulang pembatasan
menunjukkan bukti-bukti cairan setiap hari dengan orang tua dan
penambahan cairan anak Rasional: mendorong kerja sama
dalam melakukan intervensi 4) Anjurkan
cara untuk membagi volume cairan total
ke dalam jumlah kecil untuk diberikan
selama sehari penuh. Rasional: orang tua
mengerti pentingnya memenuhi
kebutuhan cairan secara tepat pada
anaknya 5) Mempertahankan
kelembaban mulut dengan cara-cara
lain, seperti permen keras, es batu, sprei
embun lembut dari air dingin Rasional:
untuk mencegah perasaan kering.
3. Perubahan nutrisi Tujuan: klien mengkonsumsi 1) Berikan instruksi diet untuk makanan
berhubungan dengan diet yang tepat Hasil yang yang menurunkan kebutuhan
pembatasan diet. diharapkan: kebutuhan nutrisi ekskretorius pada ginjal dan berikan
pasien terpenuhi kalori yang cukup serta protein
Rasional: kalori dan protein berfungsi
untuk pertumbuhan klien 2) Batasi
protein, fosfor, garam, dan kalium sesuai
ketentuan. Rasional: natrium dapat
menyebabkan retensi cairan 3) Dorong
makanan tinggi kalsium Rasional: untuk
mencegah demineralisasi tulang. 4)
Anjurkan makanan yang kaya asam folat
dan besi Rasional: mencegah anemia,
karena anemia adalah komplikasi dari
gagal ginjal kronis. 5) Atur pertemuan
ahli diet ginjal dengan keluarga untuk
membahas makanan yang diijinkan dan
membantu dalam perencanaan diet
Rasional: keluarga memahami
kebutuhan diet anak. 6) Bantu klien
hemodialisis dalam mengisi permintaan
menu makanan rasional: makanan untuk
dimakan pada saat dialisis
4. Gangguan citra tubuh Tujuan: klien mengembangkan Intervensi Keperawatan: 1) Berikan
berhubungan dengan harga diri positif dan memahami pendidikan tentang gagal ginjal kronis.
penyakit kronis, penyakit. Hasil yang Termasuk penatalaksanaan, pengobatan,
kerusakan pertumbuhan diharapkan: 1) Anak dan hasil jangka panjang. Rasional:
dan persepsi tentang menunjukkan pemahaman informasi yang akurat dapat
menjadi “berbeda” tentang gagal ginjal kronis dan menungkatkan pemahaman pasien
mematuhi terapi. 2) Anak tentang penyakit yang diderita 2)
menunjukkan tanda-tanda harga Dorong kemandirian anak dalam
diri positif. perawatan dan penatalaksanaan gagal
ginjal kronis Rasional: kemandirian
membantu anak mengembangkan harga
diri positif. 3) Ijinkan anak untuk
berpartisipasi dalam prosedur dialisis.
Rasional: anak kooperatif saat dilakukan
dialisis 4) Ijinkan anak untuk
berpartisipasi dalam membuat keputusan
bila tepat. Rasional: anak merasa
dihargai 5) Tingkatkan harga diri pada
anak gagal ginjal kronis. Rasional: anak
menjadi percaya diri dan tidak minder 6)
Atur kelompok pendukung klien atau
berikan konseling sesuai kebutuhan
Rasional: dkungan akan membuat pasien
memiliki penguatan yang positif 7)
Berikan penguatan positif selama
prosedur dialisis dan kunjungan tindak
lanjut Rasional: pasien memiliki harapan
tinggi untuk sembuh
5. Perubahan proses Tujuan: klien (keluarga) Intervensi Keperawatan: 1) Bantu orang
keluarga berhubungan menunjukkan perilaku koping tua dalam perencanaan diet dan dukung
dengan anak yang yang positif upaya mereka untuk menyesuaikan diet,
menderita penyakit memenuhi kebutuhan semua anggota
kronis. keluarga. Rasional: dukungan dapat
membuat keluarga lebih bersemangat
dalam melakukan tindakan yang
dianjurkan 2) Berikan bimbingan
antisipasi yang berhubungan dengan
kemungkinan dan kejadian yang
diperkirakan, seperti gejala, diet, dan
efek obat-obatan. Rasional: keluarga
maupun pasien tidak kaget jika terjadi
sesuatu
K. DAFTAR PUSTAKA

Sekarwana, Nanan. 2004. “Gagal Ginjal Kronik pada Anak” dalam Sari
Pediatri Vol. 6, No.1 (Supplement) Juni 2004; 68-84
https://adoc.tips/gagal-ginjal-kronik-pada-anak-chronic-renal-failure-in-
child.html di unduh tanggal 06 juli 2020
https://www.academia.edu/9705721/Keperawatan_Anak_-
_Konsep_Medis_dan_Askep_pada_klien_dengan_gagal_ginjal_kronis di
unduh tanggal 06 juli2020

Anda mungkin juga menyukai