Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Standarisasi Keselamatan Kerja ini.
Penyusun laporan ini merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk mengikuti mata
kuliah Teknik Sungai di Fakultas Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Malang.
Laporan Tugas Teknik Sungai ini tentu saja banyak pihak yang turut membantu, untuk itu
penyusun ingin berterima kasih kepada :
1. Dr. Runi Asmaranto, ST., MT. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Standarisasi
Keselamatan Kerja.
2. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Laporan Standarisasi Keselamatan Kerja.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran sangatlah diharapkan dengan tujuan memberi masukan untuk kedepannya.
Akhir kata semoga penyusunan Laporan Tugas Standarisasi Keselamatan Kerja ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.6 Pembentukan dan Penyebab Asap ............................. Error! Bookmark not defined.
2.7 Cara mencegah agar Tidak Terjadi Kebakaran .......... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN
Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi.
Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari
pra kejadian-kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut
akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat pra
kejadian. Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan sering kali juga
keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik misalnya Pasar, Pabrik
Industri, Gedung Swalayan, Perumahan dan lain sebagainya maka yang menderita kerugian tentu
masyarakat banyak. Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat kebakaran
memerlukan waktu yang relatif lama belum lagi kerugian yang mustahil direcoveri seperti arsip,
barang antic, sertifikat dan lain sebagainya. Oleh karena itu mencegah terjadinya kebakaran
merupakan pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran. Dari sisi legal formal
disebutkan dalam UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan
keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”. Kemudian diikuti
dengan peraturan lain misalnya: Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja dan lain sebabagainya.
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan kecelakaan
yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan
terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka
akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri, mereka
lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan sumber
bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini
maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan
pembangunan yang semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk
semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industri yang
semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran
membutuhkan penanganan secara khusus.
1.2 Manfaat Makalah
Dapat memberikan informasi dan menjadi bahan evaluasi dalam upaya pencegahan
dan penaggulangan kebakaran terhadap kerugian akibat terjadinya kebakaran sehingga dapat
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta mengurangi kerugian dan kerusakan
peroperti yang merupakan aset penting bagi perusahaan.
KAJIAN TEORI
2.1 Umum
Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan
tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan,kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan
oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki,
sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab
kebakaran. Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api
jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai.
Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang
meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak
akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan.
1. Bahan bakar yang cukup. Bahan bakar dengan bahan padat, cair atau uap/gas.
2. Zat pengoksidasi/oksigen dalam jumlah yang cukup.
3. Sumber nyala yang cukup untuk menyebabkan kebakaran.
Seperti telah dikemukakan diatas reaksi terjadinya api dari tiga jenis unsur yaitu :
Yang dimaksud bahan bakar ialah semua jenis benda yang dapat terbakar.Bahan bakar
umumnya dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat, bahan bakar gas, dan cair. Setiap
jenis bahan bakar mempunyai sifat - sifat khusus,tetapi pada prinsipnya semua jenis bahan bakar
mempunyai sifat-sifat umum antara lain mudah terbakar dan dapat terbakar.
Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk. Udara
terdiri dari atas bermacacm - macam gas dengan komposisi sebagai berikut :
Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada,sehingga tanpa oksigen api tidak
dapat terjadi pada keadaan normal, dimana jumlah presentase oksigen diudara adalah 21%
merupakan jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api. Dan jumlah minimal prosentase
oksigen di udara yang masih dapat membantu dalam proses terjadinya api adalah 15%.
c. Source Of Igition (Sumber Nyala)
Sumber Panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas.. Sumber Nyala
ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat temperatur tertentu
dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api/kebakaran. Ada beberapa faktor penyebab
terjadinya sumber nyala, antara lain :
a. Kebakaran Kelas A
b. Kebakaran Kelas B
c. Kebakaran Kelas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga
lainnya yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Karbondioksida (CO2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
d. Kebakaran Kelas D
a. Kelalaian
b. Kurang pengetahuan
c. Peristriwa alam
d. Penyalaan sendiri
Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari
udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran
di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan.
e. Kesengajaan
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase,
penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.
Bila suatu bahan terbakar, maka terbebaskanlah energi, jadi hasil pembakaran itu berada
dalam tingkat energi yang lebih rendah. Suatu bahan harus diaktifkan dahulu supaya dapat terbakar
dan kehilangan energinya. Hal ini di sebabkan oleh “penyebab kebakaran” seperti puntung rokok
yang belum padam, pancaran panas dari suatu tungku, loncatan bunga api paku sepatu menggesek
jalan, loncatan api listrik dan sebagainya. Sampai dimana suatu bahan harus di aktifkan supaya
dapat terbakar,tergantung dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala dapat
membakar batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan.
2. Panas (suhu)
3. Oksigen (O2)
Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia. Ketiga
factor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga kebakaran.Perlu diperhatikan apabila
salah satu dari sisi dari segitiga tersebut tidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi
setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :
a. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan
atau benda-benda yang dapat terbakar
b. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau
suhu. Bahan air yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan
menyemprotkan atau menyiramkan air ketitikapi.
c. Cara isolasi atau lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar
atau presentase O2 pada benda-benda yang terbakar.
2.6 Pembentukan dan Penyebaran Asap
Pembentukan dan penyebaran asap adalah hal yang tak dapat diabaikan demi keamanan
kebakaran. Asap dapat menghalangi atau tidak memungkinkan orang menyelamatkan diri
meninggalkan gedung yang terbakar karena terhalangnya pandangan. Asap juga dapat lebih
mengobarkan api dan menimbukan panik. Regu pemadam kebakaran, dalam menunaikan
tugasnya, pada umumnya telebih dahulu menilai keadaannya dan dengan sendirinya sambil
menolong penyelamatan manusia dapat terhalang oleh asap. Pembentukan asap adalah persoalan
bahan bangunan sedangkan penyebaran asap adalah persoalan konstruksi bangunan. Lubang
ventilasi, tangga ke lantai lebih atas, dan sebagainya sangat mempenagruhi penyebaran asap.
Pencegahan kebakaran adalah usaha mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang
cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, pemeriksaan, penyediaan dan penempatan
yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat
kebakaran Pemerintah mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan
perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam
Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”.
APAR atau fire extinguishers atau racun api merupakan peralatan reaksi cepat yang multi
guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai
ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang
mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak
rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung.
Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering,
foam atau busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.
Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung. Dibuat
dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau pancaran sekitar 10 ft sampai 20
ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas 2,5 galon. Hanya
direkomendasikan untuk kebakaran jenis A, dengan luas bidang jangkauan sekitar 2500 ft
persegi, jarak penempatan setiap 50 ft.
Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan penstabil busa).
Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran dari kedua larutan
tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat. Busa ini kemudian didorong
oleh gas pendorong (biasanya CO2).
APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana oksigen
diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga mempunyai peranan dalam
pendinginan. Material yang diselimuti oleh CO2 akan cenderung lebih dingin..
APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas karbon
dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai pendorongnya. Gas pendorong bisa
ditempatkan dalam tabung atau di luar tabung. Tepung kimia kering bersifat cepat menutup
material yang terbakar, dan mempunyai daya jangkau menutup permukaan yang cukup
luas.
APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang pada lapisan ozon yang
diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka menurut perjanjian Montreal gas
halon tidak boleh dipergunakan lagi, dan mulai 1 Januari 1994 gas halon tidak boleh
diproduksi.
a. Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai
namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan
di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang
memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Detektor
Asap atau Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan
memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan
berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
b. Fire Alarm
c. Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air
secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana
ada sprinkler tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Manajemen
3.1.1 Dasar Hukum
a. Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga
kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
b. Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1)
huruf b, d, q dalam UU No. 1 tahun 1970
c. Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran
3.1.2 Pengertian
b. Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang telah
ditentukan, yang dalam hal ini adalah persyaratan K3 penanggulangan kebakaran
yang bertujuan untuk mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang
memadai.
c. Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
d. Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
e. Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau
nyala api.
f. Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk konstruksi
permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk
waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi
keadaan darurat kebakaran
g. Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya yang
akan mengancam keselamatan.
Bahan bakar
Oksigen
Panas/sumber menyala
Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran fisika
tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
Flash point
Flammable range
Fire point
Ignition point
Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori piramida bidang 4 ada
elemen ke-4 yaitu radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar dalam
proses berlangsungnya nyala api. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka teknik
memadamkan api dilakukan dengan 4 prinsip, yaitu :
Prinsip mendinginkan
Prinsip menutup bahan yang terbakar
Prinsip mengurangi oksigen
Prinsip memutus rantai reaksi api
d. Klasifikasi kebakaran
1. Kelas A
jenis kebakaran: bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil,
plastik dan sejenisnya.
sifat: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
2. Kelas B (cair)
jenis kebakaran: bahan cair
sifat: terbakar pada permukaan
3. Kelas B (gas)
jenis kebakaran: bahan gas
sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
4. Kelas C
jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
5. Kelas D
jenis kebakaran: bahan logam
sifat: pembakaran logam alan bertemperatur tinggi, sehingga bila dipadamkan
dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media pemadam menjadi gas
e. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air.
Air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis kebakaran.
a. Koordinator Operasi
Koordinator operasi dijabat oleh Direksi atau Kepala Departemen Umum yang
dalam struktur organisasi tanggap darurat yang berlaku sebagai ketua tim tanggap
darurat. Dalam menjalankan tugasnya, Koordinator Operasi bertugas dan
bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi tindakan penanganan keadaan
darurat serta mengkomunikasikan keadaan darurat kepada pihak internal maupun
eksternal.
b. Sekretaris
Jabatan Sekretaris dipegang oleh Ketua K3LH, selain mewakili Koordinator
Operasi jika berhalangan dalam menjalankan tugasnya Ketua K3LH juga
merupakan Koordinator Lapangan dari tim tanggap darurat yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab:
Mengkoordinasi satgas-satgas yang berada dibawahnya yaitu: Satgas
Pemadam Kebakaran, Satgas Kesehatan, Satgas Umum, Satgas Evakuasi
dan Satgas Pemeliharaan.
Memantau jalannya keadaan darurat dan penanganannya serta bersama
satgas pemeliharaan menginvetaris segala akibat dari keaadan darurat.
Melaporkan kepada Koordinator Operasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan keadaan yang terjadi di lapangan.
c. Satgas Pengamanan
Satgas pengamanan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1. Menutup dan mengamankan lokasi kejadian dari orang-orang yang tidak
berkepentingan.
2. Membantu evakuasi dan mengamankan jalur evakuasi korban.
e. Satgas Kesehatan
Satgas kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan
perawatan medis kepada korban di tempat kejadian termasuk menyiapkan peralatan
serta sarana pendukung untuk penanganan korban dan juga mempersiapkan
pertolongan lebih lanjut kepada korban apabila harus dibawa ke Rumah Sakit dengan
bantuan transportasi dari Satgas Umum.
f. Satgas Umum
1. Mempersiapkan bantuan logistik selama keadaan darurat.
2. Menyiapkan sarana transportasi untuk evakuasi korban.
3. Menyiapkan sarana komunikasi.
4. Menjalin komunikasi dengan posko-posko terkait.
5. Menyiapkan penampungan dan sarana yang aman untuk evakuasi.
g. Satgas Evakuasi
Satgas Evakuasi bertugas dan bertanggung jawab menentukan lokasi dan jalur
yang aman untuk evakuasi, serta memimpin atau mengkoordinasi korban dalam
pelaksanaan evakuasi.
h. Satgas Pemeliharaan
Satgas Pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab menginventaris segala
kerusakan yang timbul oleh karena keadaan darurat bersama Sekretaris, membersihkan
lokasi kejadian, dan melakukan rehabilitasi guna memfungsikan kembali fasilitas yang
rusak.
Kebakaran di bagian pembersihan kereta api ini berlangsung sekitar 30 menit, api
berhasil dipadamkan degan 6 alat pemadam kebakaran dan mobil damkar.
“Kebakaran terjadi sekitar jam 16.00 WIB, namun berhasil dipadamkan tim pemadaman
internal PT INKA sekitar jam 16.30 WIB. Kita memakai 6 alat pemadam dan mengerahkan
semua tim damkar,” kata Bintang Gumilar N, Humas PT INKA, dalam keterangannya.
Bintang mengatakan, faktor cuaca juga mendorong timbulnya kebakaran. “Tadi cuaca
sangat panas dan anginnya kencang, sehingga api cepat membesar dan membakar kereta
tua yang sedang dibongkar,” imbuh Bintang.
Penanggulangan Kebakaran
1. Penguraian/pemisahan/starvation.
Adalah suatu sistem pemadaman dengan cara memisahkan atau menjauhkan benda-
benda yang mudah/dapat terbakar.
2. Pendinginan/cooling.
Adalah suatu sistem pemadaman dengan cara menurunkan suhu atau tekanan panas
dengan menggenakan air sebagai bahan pemadam pokok.
3. Isolasi/lokalisasi/smothering.
Adalah suatu sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar oksigen pada lokasi
sekitar benda-benda yang terbakar.
Ketiga macam metode ini penggunaannya harus sesuai dengan klas kebakaran yang terjadi :
1. Setiap karyawan yang melihat terjadinya kebakaran harus berteriak berulang kali dan
sekuat-kuatnya, kemudian berusaha memadamkan api dengan alat terdekat yang tersedia.
2. Karyawan lain yang mendengar teriakan harus segera menghubungi Satuan Pengamanan
(Satpam) melalui telepon, HT atau aiphone. Satpam yang kemudian akan memimpin
pemadaman selanjutnya, dan selam bantuan satpam belum datang maka yang bertindak
sebagai pimpinan adalah pegawai pengawas (Kasi) yang telah mendapat latihan
pemadaman.
3. Selanjutnya satpam yang menerima telepon segera menyebarkan informasi ke bagian lain
yang terkait (unit kerja terdekat dengan lokasi kebakaran dan K3LH), sedang satpam yang
lain di bawah seorang pimpinan segera memberi bantua ke lokasi kebakaran. Sementara
yang lain mengamankan lokasi dari kemungkinan pihak lain yang memanfaatkan
kebakaran untuk menjalankan aksinya. Jika kebakaran besar, satpam segera menghubungi
Dinas Pemadam Kebakaran Kodya Madiun untuk memadamkan dan mengavakuasi korban
yang masih terjebak di dalam lokasi kebakaran.
4. Selanjutnya laporan tertulis di sampaikan oleh bpegawai pengawas (Kasi) unit kerja
dimana terjadi kebakaran yang diketahui oleh Kepala Departemen dan disampaikan ke
K3LH dengan tembusan tembusan Direktur Utama dan pihak terkait paling lambat 2X24
jam terhitung dari saat api telah berhasil di padamkan.
5. Bagi K3LH segera melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya
kebakaran paling lambat 2X24 jam setelah laporan tertulis disampaikan. Jika kebakaran
besar maka investigatornya adalah tim terpadu yang terdiri dari K3LH, pimpinan unit kerja
tempat terjadinya kebakaran, Departemen Pemeliharaan dan Satpam.
6. Selanjutnya dilakukan pembahasan antara K3LH atau tim terpadu untuk kebakaran besar
dengan pihak terkait untuk menentukan pemecahan masalah dan pencegahan kebakaran
selanjutnya.
7. Laporan ke Depnaker, bila ada karyawan yang mengalami cidera, dilakukan oleh bagian
K3LH tidak lebih 2X24 jam setelah terjadinya kebakaran.