Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Standarisasi Keselamatan Kerja ini.

Penyusun laporan ini merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk mengikuti mata
kuliah Teknik Sungai di Fakultas Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Malang.

Laporan Tugas Teknik Sungai ini tentu saja banyak pihak yang turut membantu, untuk itu
penyusun ingin berterima kasih kepada :

1. Dr. Runi Asmaranto, ST., MT. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Standarisasi
Keselamatan Kerja.
2. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Laporan Standarisasi Keselamatan Kerja.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran sangatlah diharapkan dengan tujuan memberi masukan untuk kedepannya.

Akhir kata semoga penyusunan Laporan Tugas Standarisasi Keselamatan Kerja ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, 26 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1


BAB I ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ....................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Manfaat Makalah ................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II.................................................................................. Error! Bookmark not defined.


2.1 Umum ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

2.2 Pengetahuan Dasar Api .............................................. Error! Bookmark not defined.

2.3 Klasifikasi Kebakaran ................................................ Error! Bookmark not defined.

2.4 Faktor Penyebab Kebakaran ...................................... Error! Bookmark not defined.

2.5 Cara Pemadam Kebakaran ......................................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Pembentukan dan Penyebab Asap ............................. Error! Bookmark not defined.

2.7 Cara mencegah agar Tidak Terjadi Kebakaran .......... Error! Bookmark not defined.

BAB III ................................................................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR PUSTAKA .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi.
Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari
pra kejadian-kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut
akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat pra
kejadian. Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan sering kali juga
keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik misalnya Pasar, Pabrik
Industri, Gedung Swalayan, Perumahan dan lain sebagainya maka yang menderita kerugian tentu
masyarakat banyak. Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat kebakaran
memerlukan waktu yang relatif lama belum lagi kerugian yang mustahil direcoveri seperti arsip,
barang antic, sertifikat dan lain sebagainya. Oleh karena itu mencegah terjadinya kebakaran
merupakan pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran. Dari sisi legal formal
disebutkan dalam UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan
keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”. Kemudian diikuti
dengan peraturan lain misalnya: Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja dan lain sebabagainya.

Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan kecelakaan
yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan
terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka
akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri, mereka
lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan sumber
bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini
maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan
pembangunan yang semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk
semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industri yang
semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran
membutuhkan penanganan secara khusus.
1.2 Manfaat Makalah

1.2.1 Bagi Perusahaan

Dapat memberikan informasi dan menjadi bahan evaluasi dalam upaya pencegahan
dan penaggulangan kebakaran terhadap kerugian akibat terjadinya kebakaran sehingga dapat
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta mengurangi kerugian dan kerusakan
peroperti yang merupakan aset penting bagi perusahaan.

1.2.2 Bagi Mahasiswa

Dapat membandingkan teori dan pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan


kebakaran di industri tersebut yang kemudian dapatmenjadikan kerangka acuan penulis, sejauh
mana perusahaan tersebut menerapkan atau memperhatikan sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran sebagai upaya mengurangi kerugian akibat kebakaran di tempat
kerja.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Umum

Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan
tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan,kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan
oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki,
sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab
kebakaran. Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api
jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai.
Inilah yang dinamakan kebakaran.

Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang
meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak
akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.

Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan.

a. Tiga unsur penting dalam kebakaran antara lain ;

1. Bahan bakar yang cukup. Bahan bakar dengan bahan padat, cair atau uap/gas.
2. Zat pengoksidasi/oksigen dalam jumlah yang cukup.
3. Sumber nyala yang cukup untuk menyebabkan kebakaran.

b. Hal-hal yang perlu diketahui untuk mencegah kebakaran/peledakan ;

1. Sifat-sifat dan bahan-bahan yangdapat terbakar dan meledak.


2. Proses terjadinya kebakaran dan peledakan.
3. Tata cara penanganan dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran
dan peledakan.
c. Sedang mengenai sumber panas bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :

1. Sumber Api Terbuka yaitu penggunaan api yang langsung


2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda Kimia yaitu panas
yang timbul akibat reaksi kimia.
5. Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya elemen ke empat. Inilah
yang biasa dinamakan tetrahidral api.

2.2 Pengetahuan Dasar Api

Seperti telah dikemukakan diatas reaksi terjadinya api dari tiga jenis unsur yaitu :

a. Fuel (Bahan Bakar)

Yang dimaksud bahan bakar ialah semua jenis benda yang dapat terbakar.Bahan bakar
umumnya dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat, bahan bakar gas, dan cair. Setiap
jenis bahan bakar mempunyai sifat - sifat khusus,tetapi pada prinsipnya semua jenis bahan bakar
mempunyai sifat-sifat umum antara lain mudah terbakar dan dapat terbakar.

b. Oksigen/O2 (Zat Asam)

Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk. Udara
terdiri dari atas bermacacm - macam gas dengan komposisi sebagai berikut :

1. Gas Nitrogen/N2 : kurang lebih 78 %


2. Gas Oksigen/O2 : kurang lebih 21%
3. Gas Karbondioksida/CO2 : kurang lebih 1%

Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada,sehingga tanpa oksigen api tidak
dapat terjadi pada keadaan normal, dimana jumlah presentase oksigen diudara adalah 21%
merupakan jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api. Dan jumlah minimal prosentase
oksigen di udara yang masih dapat membantu dalam proses terjadinya api adalah 15%.
c. Source Of Igition (Sumber Nyala)

Sumber Panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas.. Sumber Nyala
ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat temperatur tertentu
dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api/kebakaran. Ada beberapa faktor penyebab
terjadinya sumber nyala, antara lain :

1. Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Alam


2. Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Kimia
3. Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Listrik
4. Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Mekanik
5. Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Nuklir

2.3 Klasifikasi Kebakaran/Pengelompokkan Kebakaran

Klasifikasi/Pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah sebagai berikut :

a. Kebakaran Kelas A

Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh :


Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb. Alat/media pemadam yang tepat untuk
memadamkan kebakaran kelas ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam,
foam (busa) dan air.

b. Kebakaran Kelas B

Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.

c. Kebakaran Kelas C

Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga
lainnya yang menggunakan listrik.

Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Karbondioksida (CO2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
d. Kebakaran Kelas D

Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium,


kalium, dan sebagainya.

2.4 Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran

Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kelalaian

Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari


kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak semestinya,
menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan
spesifikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya.

b. Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu


penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini
misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti
tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.

c. Peristriwa alam

Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus,


gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya.

d. Penyalaan sendiri

Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari
udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran
di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan.

e. Kesengajaan

Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase,
penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.
Bila suatu bahan terbakar, maka terbebaskanlah energi, jadi hasil pembakaran itu berada
dalam tingkat energi yang lebih rendah. Suatu bahan harus diaktifkan dahulu supaya dapat terbakar
dan kehilangan energinya. Hal ini di sebabkan oleh “penyebab kebakaran” seperti puntung rokok
yang belum padam, pancaran panas dari suatu tungku, loncatan bunga api paku sepatu menggesek
jalan, loncatan api listrik dan sebagainya. Sampai dimana suatu bahan harus di aktifkan supaya
dapat terbakar,tergantung dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala dapat
membakar batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan.

Penyebab terjadinya kebakaran antara lain:

1. Bahan yang mudah terbakar

2. Panas (suhu)

3. Oksigen (O2)

Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia. Ketiga
factor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga kebakaran.Perlu diperhatikan apabila
salah satu dari sisi dari segitiga tersebut tidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi
setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :

1. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,

2. Menghilangkan zat asam,

3. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar.

2.5 Cara Pemadaman Kebakaran

Terdapat 3 (tiga) cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran:

a. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan
atau benda-benda yang dapat terbakar
b. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau
suhu. Bahan air yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan
menyemprotkan atau menyiramkan air ketitikapi.
c. Cara isolasi atau lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar
atau presentase O2 pada benda-benda yang terbakar.
2.6 Pembentukan dan Penyebaran Asap

Pembentukan dan penyebaran asap adalah hal yang tak dapat diabaikan demi keamanan
kebakaran. Asap dapat menghalangi atau tidak memungkinkan orang menyelamatkan diri
meninggalkan gedung yang terbakar karena terhalangnya pandangan. Asap juga dapat lebih
mengobarkan api dan menimbukan panik. Regu pemadam kebakaran, dalam menunaikan
tugasnya, pada umumnya telebih dahulu menilai keadaannya dan dengan sendirinya sambil
menolong penyelamatan manusia dapat terhalang oleh asap. Pembentukan asap adalah persoalan
bahan bangunan sedangkan penyebaran asap adalah persoalan konstruksi bangunan. Lubang
ventilasi, tangga ke lantai lebih atas, dan sebagainya sangat mempenagruhi penyebaran asap.

2.7 Cara Mencegah agar Tidak Terjadi Kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah usaha mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang
cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, pemeriksaan, penyediaan dan penempatan
yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat
kebakaran Pemerintah mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan
perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam
Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”.

Peralatan Pencegahan Kebakaran

APAR atau fire extinguishers atau racun api merupakan peralatan reaksi cepat yang multi
guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai
ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang
mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak
rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung.
Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering,
foam atau busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.

Secara singkat cara mengoperasikan APAR adalah sebagai berikut.

a. APAR Jenis Air

Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung. Dibuat
dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau pancaran sekitar 10 ft sampai 20
ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas 2,5 galon. Hanya
direkomendasikan untuk kebakaran jenis A, dengan luas bidang jangkauan sekitar 2500 ft
persegi, jarak penempatan setiap 50 ft.

b. APAR Jenis Busa

Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan penstabil busa).
Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran dari kedua larutan
tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat. Busa ini kemudian didorong
oleh gas pendorong (biasanya CO2).

c. APAR Jenis Karbon Dioksida

APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana oksigen
diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga mempunyai peranan dalam
pendinginan. Material yang diselimuti oleh CO2 akan cenderung lebih dingin..

d. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder)

APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas karbon
dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai pendorongnya. Gas pendorong bisa
ditempatkan dalam tabung atau di luar tabung. Tepung kimia kering bersifat cepat menutup
material yang terbakar, dan mempunyai daya jangkau menutup permukaan yang cukup
luas.

e. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon

APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang pada lapisan ozon yang
diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka menurut perjanjian Montreal gas
halon tidak boleh dipergunakan lagi, dan mulai 1 Januari 1994 gas halon tidak boleh
diproduksi.

Adapun alat pendukung APAR antara lain:

a. Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai
namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan
di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang
memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Detektor
Asap atau Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan
memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan
berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.

b. Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan


adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.

c. Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air
secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana
ada sprinkler tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Manajemen
3.1.1 Dasar Hukum
a. Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga
kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
b. Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1)
huruf b, d, q dalam UU No. 1 tahun 1970
c. Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran
3.1.2 Pengertian
b. Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang telah
ditentukan, yang dalam hal ini adalah persyaratan K3 penanggulangan kebakaran
yang bertujuan untuk mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang
memadai.
c. Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
d. Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
e. Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau
nyala api.
f. Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk konstruksi
permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk
waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi
keadaan darurat kebakaran
g. Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya yang
akan mengancam keselamatan.

3.1.3 Ruang Lingkup


h. Identifikasi potensi bahaya
i. Analisa resiko
j. Sarana proteksi kebakaran aktif
k. Sarana proteksi kebakaran pasif
3.2 Fenomena Kebakaran
a. Fenomena kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan
sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu, yaitu :

1. Sumber awal pencetus (source energy)


2. Penyalaan tahap awal (initiation)
3. Api berkembang lebih besar (Growth)
4. Penyalaan api serentak (Flashover)
5. Kebakaran mantap (Stedy/full development fire)
6. Periode surut (Decay)
b. Teori dan anatomi api
 Teori api. Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar
 Teori segitiga api. Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api maka diperlukan
adanya 3 unsur pokok yaitu:
 Bahan yang dapat terbakar (Fuel)
 Oksigen yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator
 Panas yang cukup
 Teori piramida bidang empat. Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah
terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka
proses ini adalah perubahan secara kimia.
c. Prinsip teknik memadamkan api
 Pemahaman pertama
Berdasarkan teori Triangle of fire, ada 3 elemen pokok untuk dapat terjadinya nyala
api yaitu :

 Bahan bakar
 Oksigen
 Panas/sumber menyala
 Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran fisika
tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
 Flash point
 Flammable range
 Fire point
 Ignition point
 Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori piramida bidang 4 ada
elemen ke-4 yaitu radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar dalam
proses berlangsungnya nyala api. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka teknik
memadamkan api dilakukan dengan 4 prinsip, yaitu :

 Prinsip mendinginkan
 Prinsip menutup bahan yang terbakar
 Prinsip mengurangi oksigen
 Prinsip memutus rantai reaksi api
d. Klasifikasi kebakaran
1. Kelas A
 jenis kebakaran: bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil,
plastik dan sejenisnya.
 sifat: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
2. Kelas B (cair)
 jenis kebakaran: bahan cair
 sifat: terbakar pada permukaan
3. Kelas B (gas)
 jenis kebakaran: bahan gas
 sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
4. Kelas C
 jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
 sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
5. Kelas D
 jenis kebakaran: bahan logam
 sifat: pembakaran logam alan bertemperatur tinggi, sehingga bila dipadamkan
dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media pemadam menjadi gas
e. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
 Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air.
Air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis kebakaran.

 Media pemadam kebakaran jenis halocarbon (Halon)


Bekerja secara kimia memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat unsur-
unsur karbon dan hydrogen yang berdiri bebas.

 Media pemadam kebakaran jenis Clean Agent


Harus memenuhi beberapa criteria, yaitu :

 bersih, tidak meninggalkan bekas/noda


 tidak konduktif
 tidak korosif

f. Analisis penerapan clean agent sebagai alternative pengganti Halon 1301


g. Klasifikasi hunian
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dan gejala kebakaran dan tingkat resiko bahaya
antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor:

 Peruntukan bangunan/jenis kegiatan


 Jenis konstruksi bangunan
 Bahan-bahan yang disimpan, diolah atau dikerjakan
 Karakteristik penghuni
 Lingkungan
Klasifikasi hunian atau jenis usaha ditinjau dari resiko bahaya kebakaran dibagi dalam
tingkatan kategori sbb:

 Hunian bahaya kebakaran ringan


 Hunian bahaya kebakaran sedang
 Hunian bahaya kebakaran berat
3.3 Sistem Proteksi Kebakaran
a. Konsep system proteksi kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem strategi yaitu:

 Sarana proteksi kebakaran aktif


 Sarana proteksi kebakaran pasif
 Fire safety management
b. Sistem deteksi dan alarm kebakaran
 Manual
 Otomatik
 Otomatik integrated system
c. Alat pemadam api ringan. Direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran.
d. Hydrant. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanent berupa jaringan
perpipaan berisi air bertekanan terus-menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran.
e. Springkler. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik
memancarkan air apabila terkena panas pada temperatur tertentu.
f. Sarana evakuasi. Sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan yang dirancang
aman sementara (min 1 jam) untuk jalan menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran bagi
seluruh penghuni di dalamnya tanpa dibantu orang lain
g. Kompartementasi. Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran
kebakaran ke bagian lain.
h. Sistem pengendalian asap dan panas.
i. Pressurized fan. Fungsinya untuk memecah konsentrasi uap berada di bawah flammable
range, sehingga terhindar dari resiko penyalaan
j. Tempat penimbunan bahan cair atau gas mudah terbakar.

3.4 Manajemen Penanggulangan Kebakaran


Pre Fire control
 Identifikasi potensi bahaya kebakaran
 Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
 Identifikasi scenario
 Perencanaan tanggap darurat
 Perencanaan system proteksi kebakaran
 Pelatihan
In Case Fire Control
 Deteksi alarm
 Padamkan
 Lokalisir
 Evakuai
 Rescue
 Amankan
Post Fire Control
 Investigasi
 Analisis
 Rekomendasi
 Rehabilitasi
4. Sistem Tanggap Darurat
Ciri keadaan darurat
 Terjadi tiba-tiba
 Mengganggu kegiatan/organisasi/komunitas
 Perlu segera ditanggulangi
Jenis-jenis
 Natural hazard (bencana alamiah)
 Technological Hazard (kegagalan teknis)
3.4.1 Tahapan perencanaan keadaan darurat
 identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
 penakaran sumber daya yang dimiliki
 tinjau ulang rencana yang telah ada
 tentukan tujuan dan lingkup
 pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
 tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab.
 Tentukan konsep operasi
 Tulis dan perbaiki
4.2 Kerangka FEP
 Rencana dasar
 Pencegahan
 Persiapan darurat
 Tanggap darurat
 Pemulihan

3.5 Konsep Pemadaman Kebakaran


Konsep pemadaman Dalam hal ini kebakaran dapat dipadamkan dengan dilakukan
dengan beberapa teknik atau pendekatan yaitu:

 Teknik pendinginan (Cooling), Teknik memadamkan kebakaran dengan cara


mendinginkan atau menurunkan temperature uap atau gas yang terbakar sampai ke
bawah temperature nyalanya. Jika panas panas tidak memadai, maka suatu bahan
tidak akan mudah terbakar. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam
kebakaran dengan menggunakan semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran
sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan mati.
 Pembatasan oksigen, Untuk proses pembakaran suatu bahan bakar membutuhkan
oksigen yang cukup misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar
oksigen 4- 5%, acetylene memerlukan oksigen di bawah 5%, sedangkan gas dan
uap hidrokarbon biasanya tidak akan terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%.
Sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran dapat dihentikan dengan
menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen. Dengan membatasi atau
mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam. Teknik ini disebut
smothering.
 Penghilangan bahan bakar Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika
bahan yang dapt terbakar sudah habis. Atas dasar ini, ap dapat dikurangi dengan
menghilangkan atau mengurangi jumlah bahan yang terbakar. Teknik ini disebut
starvation. Teknik juga dapat dilakukan misalnya dengan menyemprot bahan yang
terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan pembakaran
terhenti atau berkurang sehingga api akan mati. Api juga dapat dipadamkan dengan
menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman.
 Memutus reaksi berantai Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan
mencegah terjadinya reaksi rantai di dalam proses pembakaran para ahli
menemukan bahwa reaksi rantai bias menghasilkan nyala api. Pada beberapa zat
kimia mempunyai 22 sifat memecah sehingga terjadi rantai oleh atom-atom yang
dibutuhkan oleh nyala untuk tetap terbakar.
3.6 Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Keberadaan suatu sistem manajemen penanggulangan kebakaran sangat dibutuhkan
oleh suatu bangunan gedung dengan resiko bencana kebakaran, manajemen
penanggulangan kebakaran terdiri dari beberapa kebijakan seperti, yang dijelaskan di
Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia, NO 11/KPTS/2000 tentang manajemen
penanggulangan kebakaran bangunan gedung, dalam peraturan tersebut disebutkan jika
suatu gedung harus memiliki sistem manajemen penanggulangan kebakaran seperti,
mempunyai prosedur operasional tentang penanggulangan kebakaran, sarana dan
prasarana penanggulangan kebakaran, inspeksi atau pemeliharaan peralatan pemadam
kebakaran dan tim khusus penanggulangan kebakaran. Prosedur operasional merupakan
tata cara untuk melakukan pekerjaan mulai awal hingga akhir yang didahului dengan
penilaian risiko terhadap pekerjaan tersebut yang mencakup tentang keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja terkait.

Begitu juga dengan prosedur operasional tentang penanggulangan kebakaran yang


bertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam suatu gedung. Prosedur
operasional tentang penanggulangan kebakaran harus mencakup semua terkait tentang tata
pelakasanaan tentang penanggulangan kebakaran seperti, prosedur pencegahan risiko
timbulnya api atau kebakaran, prosedur tentang pembentukan personil atau tim
penanggulangan kebakaran disuatu gedung, prosedur tentang pengadaan sarana prasarana
penanggulangan kebakaran, prosedur tentang cara pemadaman kebakaran, prosedur
tentang evakuai diri, prosedur tentang pemeriksaan dan pemeliharaan sarana prasarana
penanggulangan kebakaran (Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia, NO
11/KPTS/2000 tentang manajemen penanggulangan kebakaran bangunan gedung).
Sebaiknya prosedur operasional disosialisasikan secara umum untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja pada gedung tersebut, selain itu prosedur operasional juga harus
diperbarui sesuai dengan kondisi gedung yang berubah.

3.7 Manajemen Penanggulangan Kebakaran


APAR (Alat Pemadam Api Ringan) Menurut PERMENAKER No.04/MEN/ tahun
1980, APAR adalah alat yang ringan yang digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada mulai terjadi kebakaran. Penempatan APAR harus memenuhi
syarat yaitu, harus diletakkan pada lokasi dimana mudah diakses dan mudah dijangkau,
peletakkan tidak terhalang apa pun dan mudah dilihat, digantung dengan ketinggian
tidak lebih dari 1,2 meter. Sedangkan menurut Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif setiap bangunan rumah sakit dengan luas 250m2
dibutuhkan satu buah APAR.
Ada beberapa macam-macam media APAR yaitu, media air, media busa, media
serbuk kering, media karbon dioksida dan media halon. Media air Digunakan sebagai
media pemadaman kebakaran telah digunakan dari zaman dahulu sampai sekarang,
konsep pemadaman media ini adalah mengambil panas dan sangat tepat untuk
memadamkan bahan padat (kelas A) karena air dapat menembus sampai bagian dalam.
Busa Terdapat 2 macam busa yaitu busa kimia dan busa mekanik, busa kimia terbuat
dari gelembung yang berisi antara lain zat arang dan karbon dioksida sedangkan busa
mekanik dibuat dari campuran zat arang dan udara. Konsep pemadaman media ini
adalah dengan menutupi (membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar sehingga
kontak dengan oksigen terputus), melemahkan (mencegah penguapan cairan yang
mudah terbakar) dan mendinginkan (menyerap kolori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun). Efektif untuk memadamkan tipe kebakaran B. Serbuk kimia
Kering Serbuk kimia ini terdiri dari phosphoric acid bi hydrogenate ammonuium 95%
dan garam salicid acid ditambahkan untuk menghindari jangan sampai mengeras serta
dapat menambah sifat sifat mengalir. Sifat serbuk kimia ini tidak beracun tetapi dapat
menyebabkan sesak nafas dalam waktu sementara. Namun serbuk kimia ini tidak baik
untuk pemadaman pada mesin karena dapat merusak 25 mesin tersebut. Jenis media ini
tepat untuk memadamkan kebakaran tipe A,B, dan C. Karbon dioksida Media
pemadam api karbon dioksida didalam tabung harus dalam keadaan fase cair
bertekanan tinggi. Dapat juga digunakan sebagai alat pemadam otomatis.
Salah satu kelemahan media ini bahwa tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam. Hal ini disebabkan karbon dioksida tersebut tidak dapat
mengikat oksigen secara terus menerus tetapi hanya dapat mengikat oksigen sebanding
dengan jumlah karbon dioksida yang tersedia, sedang supply oksigen di sekitar tempat
kebakaran terus berlangsung. Baik digunakan untuk tipe kebakaran B dan C. 2.5.2.1.5
Halon Bahan media Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti chlorine,
flourine, bromide dan iodine. Efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan yang
mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Sistem
sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung penyemprot
(discharge nozzle) yang kecil (sprinkler head) dan ditempatkan dalam suatu bangunan
jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau
memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air.
Jenis sprinkler dapat digolongkan menjadi:
 Sistem sprinkler pipa basah merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan
tekanan tertentu. Jika terjadi kebakaran, maka sprinkler akan meleleh dan
terbuka sehingga air langsung memancar. Dengan demikian, sistem ini hanya
bekerja di area yang terbakar dan tidak di ruangan lainnya selama ujung
sprinkler masih tertutup. Kepala sprinkler dilengkapi dengan gelas kaca berisi
cairan yang akan memuai dan memecahkan kaca pada suhu tertentu. Tingkat
suhu didesuaikan dengan warna cairan sebagai berikut :
 Jingga 53 C
 Merah 68 C
 Kuning 79 C
 Hijau 93 C
 Biru 141 C
 Ungu 182 C
 Hitam 201-260 C
 Sistem sprinkler pipa kering, sprinkler ini pada jalur pipa tidak berisi air, air
akan mengalir dengan membuka katup pengalir yang terpasang di pipa induk
atau pia jaringannya. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran, maka seluruh
sprinkler yang ada dalam satu jaringan akan langsung menyembur. Hydrant
Instalansi hydrant adalah sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekan yang dialirkan melalui media pipa dan selang. Dan
terdiri dari air, pompa perpipaan, kopling outler dan inlet serta selang dan
nozzle. Klasifikasi hydrant bedasarkan jenis dan penempatan hydrant. Hydrant
gedung, hydrant yang terletak disuatu bangunan dan instalasi peralatannya
disediakan serta di pasang dalam bangunan. Menggunakan pipa tegak 4 inchi,
panjang selang minimum 15m diameter 1,5 inchi serta mampu mangalirkan air
380 liter per menit. Hydrant halaman, hydrant yang terletak di luar bangunan
sedangkan instalansi serta peralatannya disediakan serta dipasang di lingkungan
bengunan gedung tersebut. Hydrant halaman biasanya menggunakan pipa induk
4-6 inchi. Panjang selang 30 meter dengan diameter 2,5 inchi serta mampu
mengalirkan air 950 per menit. Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah
lantai. (Peraturan Menteri No.11 tahun 1997 Tentang Pengawasa Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran)
3.8 Organisasi
Organisasi keadaan darurat kebakaran merupakan satu bagian yang paling dominan
dalam perencanaan penanggulangan kebakaran. Organisasi ini dibuat berdasarkan
tanggung jawab fungsional setiap seseorang bedasarkan jabatanya. Hal ini berarti
bahwa apabila seseorang tersebut berhalangan maka penggantinya secara otomatis akan
menjalankan fungsi dan tanggung jawab dari jabatan yang digantikan.

Dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran maka, dibentuk organisasi yang


prosedur dan tanggung jawabnya di bagi sebagai berikut:

a. Koordinator Operasi
Koordinator operasi dijabat oleh Direksi atau Kepala Departemen Umum yang
dalam struktur organisasi tanggap darurat yang berlaku sebagai ketua tim tanggap
darurat. Dalam menjalankan tugasnya, Koordinator Operasi bertugas dan
bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi tindakan penanganan keadaan
darurat serta mengkomunikasikan keadaan darurat kepada pihak internal maupun
eksternal.

b. Sekretaris
Jabatan Sekretaris dipegang oleh Ketua K3LH, selain mewakili Koordinator
Operasi jika berhalangan dalam menjalankan tugasnya Ketua K3LH juga
merupakan Koordinator Lapangan dari tim tanggap darurat yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab:
 Mengkoordinasi satgas-satgas yang berada dibawahnya yaitu: Satgas
Pemadam Kebakaran, Satgas Kesehatan, Satgas Umum, Satgas Evakuasi
dan Satgas Pemeliharaan.
 Memantau jalannya keadaan darurat dan penanganannya serta bersama
satgas pemeliharaan menginvetaris segala akibat dari keaadan darurat.
 Melaporkan kepada Koordinator Operasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan keadaan yang terjadi di lapangan.
c. Satgas Pengamanan
Satgas pengamanan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1. Menutup dan mengamankan lokasi kejadian dari orang-orang yang tidak
berkepentingan.
2. Membantu evakuasi dan mengamankan jalur evakuasi korban.

d. Satgas Pemadam Kebakaran


Satgas Pemadam Kebakaran mempunyai tugas dan tanggung jawab :
 Memadamkan dan melokalisir kebakaran pada saat keadaan darurat.
 Membina kesiapsiagaan peralatan dan personel dalam penanggulangan keadaan
darurat.

e. Satgas Kesehatan
Satgas kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan
perawatan medis kepada korban di tempat kejadian termasuk menyiapkan peralatan
serta sarana pendukung untuk penanganan korban dan juga mempersiapkan
pertolongan lebih lanjut kepada korban apabila harus dibawa ke Rumah Sakit dengan
bantuan transportasi dari Satgas Umum.

f. Satgas Umum
1. Mempersiapkan bantuan logistik selama keadaan darurat.
2. Menyiapkan sarana transportasi untuk evakuasi korban.
3. Menyiapkan sarana komunikasi.
4. Menjalin komunikasi dengan posko-posko terkait.
5. Menyiapkan penampungan dan sarana yang aman untuk evakuasi.

g. Satgas Evakuasi
Satgas Evakuasi bertugas dan bertanggung jawab menentukan lokasi dan jalur
yang aman untuk evakuasi, serta memimpin atau mengkoordinasi korban dalam
pelaksanaan evakuasi.

h. Satgas Pemeliharaan
Satgas Pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab menginventaris segala
kerusakan yang timbul oleh karena keadaan darurat bersama Sekretaris, membersihkan
lokasi kejadian, dan melakukan rehabilitasi guna memfungsikan kembali fasilitas yang
rusak.

3.9 Kasus dan Penanganan

Gerbong Tua di Dalam PT INKA Terbakar


Sekitar pukul 16.00 WIB, hari ini, Kamis (5/4/2013), kebakaran terjadi di PT INKA
Madiun. Kebakaran tersebut terjadi di gerbong tua di luar gudang PT INKA.
“Sekitar jam 4 sore warga mencium bau sangit dari dalam pabrik lalu diikuti asap hitam
dan tebal. Karena penasaran naik kelantai tiga rumah Pak Setyajit. Ternyata asal dari
gerbong tua di luar gudang,” kata Naning, salah seorang warga, kepada detikcom, Kamis
(4/9/2013).

Warga yang mengetahui kejadian tersebut segera melaporkannya kepada pegawai


PT INKA yang sudah pulang kerja. “Kita kemudian lapor pada Pak Budi pegawai INKA
yang merupakan warga Sriminulyo ” imbuh Naning.

Kebakaran di bagian pembersihan kereta api ini berlangsung sekitar 30 menit, api
berhasil dipadamkan degan 6 alat pemadam kebakaran dan mobil damkar.
“Kebakaran terjadi sekitar jam 16.00 WIB, namun berhasil dipadamkan tim pemadaman
internal PT INKA sekitar jam 16.30 WIB. Kita memakai 6 alat pemadam dan mengerahkan
semua tim damkar,” kata Bintang Gumilar N, Humas PT INKA, dalam keterangannya.

Penyebab kebakaran gerbong ini karena adanya kelalaian pegawai saat


membersihkan kereta api tua di bagian yang terbakar tersebut.
“Dugaan sementara api yang membakar berasal dari percikan gerindra yang digunakan
salah satu pegawai saat membongkar kereta api. Bunga api kemudian membakar karpet
secara perlahan, saat ditinggalkan kemudian menjadi api,” jelasnya.

Bintang mengatakan, faktor cuaca juga mendorong timbulnya kebakaran. “Tadi cuaca
sangat panas dan anginnya kencang, sehingga api cepat membesar dan membakar kereta
tua yang sedang dibongkar,” imbuh Bintang.

Penanggulangan Kebakaran

Untuk mempermudah penanggulangan kebakaraan, PT.INKA telah menyiapkan


Prosedur penanganan kebakaran yang dibagi menjadi dua tim yang diantaranya Obyek TK
I dan Obyek TK II, yang berperan dalam mengevaluasi korban kebakaran. Selain itu pihak
K3LH telah menggunakan metode penanggulangan dan pemadaman kebakaran yang
terdiri dari 3 macam :

1. Penguraian/pemisahan/starvation.

Adalah suatu sistem pemadaman dengan cara memisahkan atau menjauhkan benda-
benda yang mudah/dapat terbakar.

2. Pendinginan/cooling.

Adalah suatu sistem pemadaman dengan cara menurunkan suhu atau tekanan panas
dengan menggenakan air sebagai bahan pemadam pokok.

3. Isolasi/lokalisasi/smothering.

Adalah suatu sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar oksigen pada lokasi
sekitar benda-benda yang terbakar.

Ketiga macam metode ini penggunaannya harus sesuai dengan klas kebakaran yang terjadi :

Tabel II. Metode Pemadaman Api sesuai dengan jenis kebakaran.


Tata cara penanggulangan dan pelaporan kebakaran di PT.INKA Madiun adalah :

1. Setiap karyawan yang melihat terjadinya kebakaran harus berteriak berulang kali dan
sekuat-kuatnya, kemudian berusaha memadamkan api dengan alat terdekat yang tersedia.
2. Karyawan lain yang mendengar teriakan harus segera menghubungi Satuan Pengamanan
(Satpam) melalui telepon, HT atau aiphone. Satpam yang kemudian akan memimpin
pemadaman selanjutnya, dan selam bantuan satpam belum datang maka yang bertindak
sebagai pimpinan adalah pegawai pengawas (Kasi) yang telah mendapat latihan
pemadaman.
3. Selanjutnya satpam yang menerima telepon segera menyebarkan informasi ke bagian lain
yang terkait (unit kerja terdekat dengan lokasi kebakaran dan K3LH), sedang satpam yang
lain di bawah seorang pimpinan segera memberi bantua ke lokasi kebakaran. Sementara
yang lain mengamankan lokasi dari kemungkinan pihak lain yang memanfaatkan
kebakaran untuk menjalankan aksinya. Jika kebakaran besar, satpam segera menghubungi
Dinas Pemadam Kebakaran Kodya Madiun untuk memadamkan dan mengavakuasi korban
yang masih terjebak di dalam lokasi kebakaran.
4. Selanjutnya laporan tertulis di sampaikan oleh bpegawai pengawas (Kasi) unit kerja
dimana terjadi kebakaran yang diketahui oleh Kepala Departemen dan disampaikan ke
K3LH dengan tembusan tembusan Direktur Utama dan pihak terkait paling lambat 2X24
jam terhitung dari saat api telah berhasil di padamkan.
5. Bagi K3LH segera melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya
kebakaran paling lambat 2X24 jam setelah laporan tertulis disampaikan. Jika kebakaran
besar maka investigatornya adalah tim terpadu yang terdiri dari K3LH, pimpinan unit kerja
tempat terjadinya kebakaran, Departemen Pemeliharaan dan Satpam.
6. Selanjutnya dilakukan pembahasan antara K3LH atau tim terpadu untuk kebakaran besar
dengan pihak terkait untuk menentukan pemecahan masalah dan pencegahan kebakaran
selanjutnya.
7. Laporan ke Depnaker, bila ada karyawan yang mengalami cidera, dilakukan oleh bagian
K3LH tidak lebih 2X24 jam setelah terjadinya kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai