Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia banyak terdapat sumberdaya air, baik yang berupa air tanah, sungai,
maupun laut. Tentu saja tidak mudah untuk mengolah sumberdaya-sumberdaya tersebut,
banyak permasalahan yang harus diselesaikan dalam mengolah sumberdaya tersebut, misalnya
masalah kekeringan saat kemarau melanda, bagaimana kita harus menyediakan air baku dan
air untuk irigasi ketika kekeringan melanda, dan permasalahan lainnya. Salah satu solusi yang
tepat adalah dengan membuat Bendung Karet. Untuk itu, dalam makalah ini saya akan
membahas apa itu Bendung Karet agar kita bisa menerapkan teknologi tepat guna dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Bendungan ?


2. Bagian-Bagian Bendungan ?
3. Apa itu Bendungan Karet ?
4. Apa saja Macam-Macam Bendung Karet ?
5. Bagaimana Pertimbangan dalam Pemilihan Bendung Karet ?
6. Bagaiamana Persyaratan dan Perencanaan ?
7. Bagaimana Komponen Bangunan ?
8. Bagaimana Kriteria Bendung yang Baik ?
9. Bagaimana Perencanaan Instalasi ?
10. Bagaimana Sistem Otomatisasi ?
11. Bagaimana Penerapan ?
12. Bagaimana Dampak Positif Pembangunan Bendung Karet ?
13. Bagaimana Dampak Negatif Pembangunan Bendung Karet ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu Bendungan dan Bendungan Karet


2. Mengetahui Bagian-Bagian Bendungan, Persyaratan, serta Kriteria Bendung Karet.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendungan

Bendungan (dam) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan
Air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.

2.2 Bagian-Bagian Bendungan

Bendungan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

1. Badan Bendungan (Body of Dams)

Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air. Bendungan umumnya
memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain seperti pintu atau tanggul
digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke dalam daerah tanah yang spesifik.
Kekuatan air memberikan listrik dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan
listrik bagi jutaan konsumen.

2. Pondasi (Foundation)

Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan.

3. Pintu Air (Gates)

Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka
maupun tertutup. Bagian yang terpenting dari pintu air adalah:
4. Daun Pintu (Gate Leaf)

Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakan untuk
membuka, mengatur, dan menutup aliran air.

5. Rangka Pengatur Arah Gerakan (Guide Frame)

Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk
menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.

6. Angker (Anchorage)

Adala baja atau besi yang ditanam didalam beton dan digunakan untuk menahan rangka
pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi
beton.

7. Hoist

Adalah alat untuk menggerakan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan
mudah.

8. Bangunan Pelimpah (Spill Way)

Adalah bangunan beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam
waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan.

2.3 Pengertian Bendung Karet

Bendung karet merupakan hasil pengembangan jenis bendung tetap menjadi bendung
gerak dengan membuat tubuh bendung dari tabung karet yang dikembangkan. Bendungan karet
berfungsi meninggikan muka air dengan cara menggembungkan tubuh bendung dan
menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Pembukaan bendung bisa dilakukan
secara otomatis dengan pengempisan tabung karet tersebut, sedangkan pengembangannya
hanya bisa dilakukan secara manual. Dibandingkan dengan bendung tetap dan bendung gerak
pintu, bendung karet memiliki kelebihan di samping kekurangan yang ada. Bendung karet
pertama kali dibangun tahun 1957 di Amerika Serikat dengan menggunakan bahan tekstil untuk
membentuk tubuh bendung.

Pada tahun 1978 bahan tersebut dikembangkan menjadi serabut nilon yang dibungkus
dengan karet sintetis. Pembangunan bendung karet di Indonesia dimulai tahun 1990. Pada
penerapannya di lapangan banyak dijumpai berbagai masalah yang berakibat rendahnya kinerja
bendung. Masalah tersebut diakibatkan oleh kurangnya dukungan teori dan pengalaman. Selain
itu, belum ada pedoman yang bisa dipakai sebagai acuan untuk perencanaan bendung karet.
Oleh karena itu, disusun pedoman perencanaan bendung karet. Pedoman ini memuat garis besar
tentang dasar pertimbangan untuk membangun bendung karet, persyaratan lokasinya, struktur
bendung karet, dan perencanaan teknis.

2.4 Macam-Macam Bendung Karet

Didalam pembuatannya, terdapat 2 macam bendung karet, yaitu:

1. Bendung Karet Isi Udara

Adalah bendung karet yang menggunakan udara sebagai media pengisi tabung karet.

2. Bendung Karet Isi Air

Adalah bendung karet yang menggunakan media air sebagai media pengisi tabung karet.

2.5 Pertimbangan dalam Pemilihan Bendung Karet

Pemilihan bendung karet harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Alternatif penerapan bendung jenis lain yang lebih murah tanpa mengabaikan
efektifitasnya bagi tujuan dibangunnya bendung;
2. Bendung karet hanya diterapkan pada kondisi yang apabila digunakan bendung tetap
akan menimbulkan peningkatan ancaman banjir yang sulit diatasi;
3. Alternatif bendung karet dipilih apabila bendung gerak jenis lain tidak bisa menjamin
kepastian pembukaan bendung pada saat banjir datang, mengingat daerah yang harus
diamankan terhadap ancaman banjir merupakan kawasan Penting.

2.6 Persyaratan dan Perencanaan

2.6.1 Persyaratan dan Perencanaan

2.6.2 Persyaratan Pembangunan Bendung Karet

1. Kondisi Alur Sungai;


2. Memiliki aliran subkritik;
3. Tidak terjadi sedimentasi yang sedemikian berat sehingga mengganggu mekanisme
kembang-kempisnya tabung karet;
4. Tidak mengangkut sedimen kasar;
5. Aliran sungai tidak mengangkut sampah yang besar dan keras;
6. Air sungai tidak mengandung limbah kimia yang bisa bereaksi dengan karet.
7. Bahan
8. Tabung karet terbuat dari bahan yang elastis, kuat, kedap udara, tidak mudah terabrasi,
dan tahan lama;
9. Perencanaan bahan karet baik jenis, kekuatan maupun dimensi hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan produsen untuk menyediakannya;

2.7 Persyaratan Operasi dan Pemeliharaan

1. Kondisi bendung dapat mengembang dan mengempis dengan baik dan tidak bocor.
2. Instalasi pengembangan/pengempisan dan pompa udara dapat berfungsi dengan baik.
3. Tersedia petunjuk dan pola operasi yang direncanakan dengan baik sesuai dengan
fungsi dan manfaat bendung karet.
4. Operasi bendung harus dilakukan mengikuti pola yang sudah ditetapkan.
5. Tersedia petugas operasi yang menguasai petunjuk dan pola operasi bendung karet.
Pemeliharaan bendung karet, terutama bagian karetnya, harus dilakukan dengan
intensitas tinggi mengingat gangguan yang sepele terhadap karet bisa berakibat bendung
tidak berfungsi sama sekali. Untuk mendukung keberhasilan pekerjaan pemeliharaan
diperlukan:

1. Bangunan direncanakan sedemikian rupa sehingga memudahkan pekerjaan


pemeliharaan (lihat Pedoman perencanaan teknis bendung karet).
2. Bahan karet berkualitas tinggi (kuat, elastis, tahan lama).
3. Petugas yang diserahi pekerjaan harus cakap dan bertanggung jawab.
4. Fasilitas pemeliharaan harus terpenuhi.
5. Radiasi sinar ultraviolet terhadap karet tubuh bendung harus dikurangi semaksimal
mungkin.
6. Bendung karet harus diamankan dari gangguan manusia yang tidak bertanggung jawab.

2.8 Perencanaan Tubuh Bendung

1. Bahan karet

Lembaran karet terbuat dari bahan karet asli atau sintetik yang elastik, kuat, keras, dan tahan
lama. Pada umumnya bahan karet yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

2. Kekerasan

Tes abrasi menggunakan metode H18 dengan beban 1 kg pada putaran 1000 kali tidak
melampaui 0,8 m3/mil

3. Kuat Tarik

Kuat tarik pada suhu normal ≥ 150 kg/cm2


Kuat tarik pada suhu 100o ≥ 120 kg/cm2

Bahan karet diperkuat dengan susunan benang nilon yang memberikan kekuatan tarik
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menahan gaya seperti diuraikan pada butir Bahan dasar
karet umumnya digunakan karet sintetis seperti ethylene propylene diene monomer (EPDM),
chloroprene rubber (CR), dan lain-lain. Untuk mengurangi goresan oleh benda tajam/keras,
permukaan luar karet bisa dilapisi dengan bahan keramik.

4. Kekuatan

Kekuatan lembaran karet harus mampu menahan gaya tekanan air dikombinasikan
dengan gaya tekanan udara dari dalam tubuh bendung. Tebal lembaran karet ditentukan oleh
tebal susunan benang nilon ditambah lapisan penutup di kedua sisinya untuk menjamin kedap
udara. Lapisan penutup sisi luar dibuat lebih tebal untuk pengamanan terhadap goresan ataupun
abrasi oleh benda keras. Biasanya tebal lapisan penutup diambil sekitar 3 mm di permukaan
dalam dan 7 mm di permukaan luar.

Kekuatan lembaran karet harus mampu menahan gaya tekanan air dikombinasikan
dengan gaya tekanan udara dari dalam tubuh bendung. Gaya tersebut dapat dihitung
dengan pendekatan sebagai berikut

v2/2g

D=H
T = 0,5 H pb............................................................................................ (3)
Fw = 0,5 w [Y – (h1+v /2g) ] ......................................................................
2 2 2
(4)
Ti = T + 0,5 Fw .......................................................................................... (5)
Tu = T - 0,5 Fw ........................................................................................... (6)
dengan:

T adalah gaya tarik pada selubung tabung karet (N/m)


H adalah tinggi bendung (m)
pb adalah tekanan udara dalam tabung karet (Pa)
Fw adalah gaya tekanan air dari hulu pada tubuh bendung (N/m)
w adalah berat jenis air, diambil 9810 N/m 3
Y adalah kedalaman air hulu bendung (m)
h1 adalah tinggi pembendungan maksimum (m)
v adalah kecepatan rata-rata aliran air di hulu bendung (m/s)
g adalah gravitasi, diambil 9,81 m/s 2
Ti adalah gaya pada angker hilir (N/m)
Tu adalah gaya pada angker hulu (N/m)

Kekuatan tarik lembaran karet pada arah aliran air ditetapkan dengan rumus :
KT = n Ti ..................................................................................................... (7)
dengan:
KT adalah kekuatan tarik karet searah aliran air (N/m)
n adalah angka keamanan, diambil 8
Kekuatan tarik searah as bendung ditentukan sebesar 60% K

5. Kebutuhan luasan karet

Untuk membentuk tabung karet dengan tinggi H yang direncanakan, diperlukan


lembaran karet dengan lebar tertentu (W) seperti ditunjukkan pada Tabel-1. Lebar
total lembaran karet adalah W ditambah dua kali lebar untuk penjepitan.
Penjepitan pada ujung tabung karet yang menaiki tembok tepi atau pilar dibuat
hingga ketinggian H + 10% H.
Bentuk dan panjang lembaran karet ditentukan dengan perhitungan berikut (lihat Gambar
3) L = L0
+ 2 LS + 2 a’....................................................................................... (8)
W = 2 B0 + 2 a .............................................................................................. (9)
LS  1,10 H .................................................................................. (10)
1 m2

a'  .................................................................................. (11)

dengan

L adalah panjang total lembaran karet


(m) W adalah lebar lembaran karet (m)
a adalah lebar untuk penjepitan (m)

L0 adalah lebar dasar panel bendung (m)

Ls adalah panjang tambahan bahan karet untuk tekukan samping


bendung (m) m adalah faktor horizontal kemiringan tembok tepi atau
pilar
B0 adalah setengan keliling tabung karet (m)

.
B0
Tampak depan bendung

Garis penjepitan B0

a’ LS L0 LS a’

Luasan bahan karet

B0
a fin
Lebar karet posisi terlipat

Keterangan :

L0 : lebar dasar badan tubuh bendung


Ls : panjang karet untuk tekukan samping B0
: setengah keliling tabung karet
a : lebar sisa bahan karet di luar garis penjepitan fin
: lebar sirip
2.9 Perencanaan Bendung Karet

Perencanaan bendung karet didasarkan pada ketentuan-ketentuan berikut.

1. Secara Hidraulik Bendung Karet Harus Memenuhi Ketentuan sebagai berikut:

a. Mampu melayani taraf muka air yang direncanakan.


b. Dapat membuka secara otomatis jika terjadi banjir yang melampaui batas tertentu.
c. Pada bendung yang berfungsi untuk menahan intrusi air asin, air asin yang terperangkap
di hulu bendung harus bisa didorong ke hilir.
d. Aman terhadap gerusan dasar sungai akibat energi terjunan air.
e. Aman terhadap gangguan akibat arus air dan benda padat yang terangkut.
f. Tinggi bendung karet umumnya tidak melebihi 5,00 m, dengan pertimbangan bahwa
konstruksi bendung karet dengan tinggi >5,00 m tidak efisien lagi.

2. Secara Struktural Bendung Karet Harus Memenuhi Persyaratan sebagai berikut:

a. Kuat dan stabil terhadap penggulingan penggeseran dan batas daya dukung tanah serta
erosi dasar pondasi;
b. Tata letak bendung direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan fasilitas
bagi pekerjaan perbaikan tubuh bendung dengan mudah dan murah.
c. Tata Letak Bendung

Panjang bentang bendung diusahakan sama dengan lebar normal alur sungai. Panjang panel
bendung dibatasi oleh kemampuan produsen dan kemudahan pengangkutan bahan ke lokasi.
Panjang panel bendung bisa juga ditentukan oleh sistem panelisasi yang ditujukan untuk
pengaturan muka air hulu. Panjang lantai hulu harus dapat menyediakan landasan bagi
penggelaran lembaran karet bendung. Dasar tubuh bendung dan lantai hulu dibuat sedemikian
tinggi sehingga permukaannya dapat dikeringkan dengan cara membuka pintu pembilas. Jika hal
ini terkendala oleh timbulnya peningkatan ancaman banjir, permukaan dasar bendung dan lantai
hulu tetap dibuat rendah dengan pilar saluran pembilas diperpanjang hingga ujung lantai hulu. Di
ujung lantai hulu dan ujung hilir pondasi disediakan perletakan untuk pemasangan cofferdam
sederhana.

2.10 Perencanaan Instalasi

1. Lubang Angin

Lubang angina merupakan lubang bagi pemasukan dan pengeluaran udara pada tabung karet.
Jumlah lubang minimum dua lokasi, yaitu dikedua ujung tabung karet dengan memasang pipa
baja dalam tabung. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjebaknya udarapada satu sisi tabung
karet ketika terjadi v-notch yang bisa menutup rongga tabung karet. Lubang angina bisa dibuat
lebih dari dua, yang diletakkan merata di sepanjang pipa baja dalam tabung karet. Dalam tabung
karet juga perlu dilengkapi lubang drainase yang diperlukan untuk menguras akumulasi air yang
terjadi akibat pengembungan udara yang dimampatkan.

2. Pompa dan Saluran Udara

Pompa udara harus disediakan untuk mengembangkan tabung karet. Pemopaan udara ke dalam
tabung karet harus dilengkapi dengan instrument pengontrol tekanan udara (manometer).

2.11 Komponen Bangunan

1. Tubuh bendung, yang berupa tabung karet yang dikembangkan, sebagai bangunan utama
yang berfungsi untuk membendung air.
2. Bangunan dasar, yang berupa fondasi untuk perletakan tubuh bendung yang dirangkaikan
dengan lantai hilir sebagai dasar kolam peredam energi dan lantai hulu yang direncanakan
untuk pengamanan terhadap erosi dasar pondasi.
3. Pilar dan tembok tepi, yang berfungsi sebagai batas tepi panel bendung dan penahan tanah
tebing sungai.
4. Saluran dan pintu pembilas, yang berfungsi untuk pembilas sedimen di sekitar mulut
bangunan pengambilan dan untuk fasilitas dewatering pada pekerjaan perbaikan tubuh
bendung.
5. Instalasi pemompaan udara, yang terdiri dari generator atau jaringan suplai listrik, pompa
blower, pipa penghubung, dan instalasi pipa dalam tubuh bendung serta peralatan kontrol
tekanan tubuh bendung
6. Sistem otomatisasi pengempisan bendung, yang berupa sensor muka air dan alat pembuka
tutup lubang pengeluaran udara.
7. Rumah operasi, yang berfungsi sebagai tempat peralatan pemompaan udara dan
otomatisasi pengempisan bendung serta ruangan bagi operator. Jembatan penyeberangan,
yang berfungsi untuk jalan penyeberangan orang/kendaraan antar kedua sisi sungai
sekaligus untuk menghindari orang melintas pada tubuh bendung dan untuk melindungi
tubuh bendung dari sengatan sinar matahari.
8. Pagar pengaman, yang menutup jalan masuk ke tubuh bendung.

2.12 Kriteria Bendung yang Baik

Dalam kaitannya dengan operasi dan pemeliharaan, bendung karet yang baik mempunyai
kriteria sebagai berikut.

1. Bisa dikembangkan dengan baik tanpa mengalami kebocoran dengan mercu sesuai dengan
elevasi yang direncanakan.
2. Bisa mengempis secara otomatis pada kondisi yang direncanakan dan bisa di kempiskan
secara manual.
3. Tersedia landasan yang bisa dilakukan dewatering dengan mudah untuk keperluan
4. penambalan karet.
5. Tubuh bendung terlindungi dari sengatan sinar matahari, misalnya dengan jembatan
penyeberangan.
6. Tubuh bendung aman terhadap gangguan publik dan transportasi sungai.
7. Tubuh bendung tahan terhadap abrasi sedimen aman terhadap arus air dan angkutan
sedimen/sampah.
2.13 Sistem Otomatisasi

Prinsip kerja sistem otomatisasi adalah apabila muka air sungai di hulu bendung sudah
mencapai muka air pengempisan yang direncanakan, akan terjadi aliran masuk ke dalam sistem,
yang diatur untuk menggerakan tuas pembuka tutup saluran udara dari tabung karet. Sistem
penggerak tuas yang biasa digunakan, antara lain sebagai berikut.

1. Sistem ember, aliran air ditampung dalam suatu ember yang diikatkan pada kotak
otomatisasi. Dengan makin besar berat ember, posisi ember akan turun hingga memutar
tuas pembuka tutup saluran udara.
2. Sistem pengapungan, aliran air ditampung dalam suatu bak yang di dalamnya dipasang
pelampung. Pelampung diikat dengan tali yang dihubungkan dengan kotak otomatisasi.
Jika muka air naik, pelampung ikut naik dan menggerakkan tuas pembuka tutup.

2.14 Penerapan

2.14.1 Pola pengoperasian

Pada dasarnya bendung karet berada dalam keadaan mengembang untuk memenuhi
fungsinya sebagai pelayanan bangunan pengambilan maupun menahan intrusi air laut. Tekanan
udara dalam tubuh bendung harus dipertahankan diatas batas minimum agar bendung cukup kaku
dan tidak boleh melampaui tekanan maksimum agar bendung terhindar dari kerusakan. Apabila
terjadi banjir, untuk menghindari peningkatan ancaman banjir, bendung di kempiskan secara
otomatis melalui sensor muka air hulu mencapai muka air pengempisan.

Bendung karet bisa di kempiskan secara manual untuk melayani suatu keperluan tertentu.
Pengembangan kembali bendung karet diperlukan apabila muka air sungai turun hingga di bawah
muka air normal. Pada bendung karet yang berfungsi untuk menahan intrusi air laut,
pengembangan kembali harus segera dilakukan sebelum terjadi aliran air asin ke hulu bendung.
2.14.2 Pola pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan pencegahan maupun perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi


pada bendung karet.

Pekerjaan pemeliharaan terbagi atas empat macam yaitu:

1. Pemeriksaan yang dilakukan secara periodik untuk mengetahui kondisi bangunan.


2. Perawatan yang dilakukan secara periodik terhadap masing-masing komponen bendung.
3. Perbaikan yang dilakukan apabila terjadi kerusakan bendung.
4. Pengamanan yang dilakukan menerus untuk mencegah kerusakan bendung akibat kondisi
alam dan ulah manusia.

2.15 Dampak Positif Pembangunan Bendung Karet

Manfaat Bendung Karet antara lain untuk:

1. Penyediaan air baku daerah pedesaan


2. Pencegah intrusi air laut
3. Pengendalian banjir, dan
4. Penyediaan air irigasi

2.16 Dampak Negatif Pembangunan Bendung Karet

Pembangunan bendung dan bendungan selain bermanfaat untuk menampung air dan
menaikkan level air untuk saluran irigasi, perikanan, maupun tempat wisata, dll. Pembangunan
bendung yang melintang di sungai jika ditinjau dari segi restorasi sungai mempunyai dampak
negatif bagi kehidupan biotik dan abiotik di sungai. Beberapa dampak tersebut antara lain sebagai
berikut.

1. Mengubah Keseimbangan Angkutan Sedimen

Dengan dibangunnya bendungan atau bendung di sungai, akan terjadi perubahan


keseimbangan angkutan sedimen (sediment balance) .Dengan bendung atau bendungan maka
proses degradasi dan agradasi di sepanjang sungai akan terganggu. Di bagian hulu akan terjadi
surplus sedimen sedangkan di bagian hilir terjadi defisit sedimen. Defisit sedimen di bagian hilir
akan berpengaruh pada penggerusan di bagian hilir bendung atau bendungan. Terganggunya
keseimbangan sedimen akan dapat menginisasi terjadinya erosi dan sedimentasi di berbagai
tempat yang sulit diprediksi.

Dengan bendung atau bendungan permanen, maka akan terjadi pemutusan ekosistem alur
sungai secara drastis dari ekosistem yang bersifat terbuka dari hulu hingga hilir, menjadi
ekosistem yang terpisah. Sungai bukan lagi sebagai ekosistem terbuka tapi suatu ekosistem yang
semi terbuka atau tertutup. Penanggulangan dampak negatif dari ketidakseimbangan angkutan
sedimen ini adalah dengan cara membangun bendung semi permanen atau bendung karet. Untuk
konstruksi bendungan sampai saat ini belum ada teknologi yang efektif untuk dapat menjamin
keseimbangan sedimen hulu – hilir. Teknologi pipa pengurasan (culvert) juga belum bisa
menanggulangi masalah ini.

2. Merubah Elevasi Muka Air Tanah

Dengan pembendungan maka akan terjadi perubahan muka air tanah. Peningkatan muka air
tanah ini tidak mesti berdampak positif bagi vegetasi di tempat yang bersangkutan. Karena banyak
vegetasi yang tidak sesuai hidup pada kondisi muka air tanah tinggi. Dengan demikian perlu
diupayakan konservasi dan kompresinya.

3. Pengurangan Debit Air Pada Sungai Utama

Pada pembangunan bendung, sering sungai utama akan menderita defisit sungai.

4. Peningkatan Luas Genangan

Pembangunan bendung atau bendungan di suatu sungai biasanya menimbulkan perluasan area
genangan. Perluasan area genangan ini selain berdampak positif terhadap meningkatnya
konservasi air, juga dapat berdampak negatif terhadap ekosistem wilayah sungai yang tergenangi.
Panjang daerah yang terkena dampak negatif terhadap ekosistem sungai di bagian hulu
pembendungan adalah sepanjang back water effect. Pada prinsipnya dengan penggenangan ini
akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan air (mendekati tidak bergerak) dan kedalaman
air bertambah. Perubahan kecepatan dan kedalaman air ini jelas akan berdampak pada flora dan
fauna di bagian hulu bendung atau bendungan tersebut. Penyelesaian masalah ini adalah dengan
cara memperkecil areal genangan. Dalam perencanaannya harus dipilih suatu tempat yang
mempunyai head cukup dengan areal genangan seminimal mungkin.

5. Penurunan Dinamika Alamiah Sungai

Sungai sebagai suatu sistem alamiah mempunyai derajat dinamika tinggi. Dalam arti, dengan
heterogenitas fisik sungai alamiah yang tinggi, mendorong terjadinya dinamisasi sungai yang
tinggi. Dinamisasi sungai tersebut akan berkurang jika di sungai dibangun bendung misalnya
untuk hydropower plant. Dengan bendung dan saluran buatan, kondisi sungai menjadi homogen.
Misalnya kecepatan air akan menjadi nol, maka air akan relatif tetap (homogen), profil melintang
dan memanjang berbentuk trapesium atau segiempat (homogen). Dengan kondisi homogen ini
maka diversifikasi vegetasi dan fauna akan menurun. Penyelesaian masalah ini dapat dilakukan
dengan membangun bendung gerak. Jika hal ini tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan
cara kompensasi lingkungan, yaitu mengganti kondisi heterogen sepanjang back water tile yang
ada di tempat lain.

6. Memutus Daur Hidup Jenis Ikan Tetentu

Dampak biotik dari pembangunan bendung dan bendungan adalah memutus daur hidup jenis
ikan tertentu. Pada umumnya suatu sungai memiliki berbagai macam jenis ikan, sebagian dari ikan
tersebut biasanya juga mempunyai perilaku migrasi dari hulu ke hilir atau dari hilir ke hulu.
Dengan dibangunnya bendung atau bendungan melintang sungai maka kemungkinan terjadinya
migrasi dalam sungai sangat kecil atau tertutup. Ikan tidak dapat bermigrasi lagi, akhirnya ikan-
ikan dengan sifat migrasi ini akan punah. Jenis fauna yang bermigrasi ini tidak hanya ikan saja,
namun banyak dari beberapa jenis fauna lainnya seperti kepiting, udang, dan belut. Penyelesaian
masalah ini adalah dengan membangun bangunan kemenerusan sungai misalnya fishway (tangga
ikan).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam upaya menanggulangi permasalahan pengairan di musim kemarau pembuatan


bendung karet memang perlu dicanangkan. Karena teknologi tepat guna ini dapat menyimpan
persediaan air ketika musim penghujan. Dan kepada masyarakat agar turut serta membantu
menjaga bendungan yang telah dibuat. Namun ada baiknya kita juga memperhatikan dampak
negatif dari pembuatannya.

3.2 Saran

Pembuatan bendung harus dilakukan lebih baik lagi agar tepat guna, dan sebaiknya
membuat penelitian kembali tentang metode ini agar bisa membuat bendungan tanpa banyak
merusak ekosistem daerah sekitar sungai. Setiap pilihan memang ada resikonya, tapi kita harus
berusaha memperkecil resiko tersebut agar keseimbangan tetap terjaga.
Lampiran (Bedasarkan Pd T-09-2004-A)

Tata letak dan komponen bendung karet

PETUGAS

RUAN
KONT ROL

OTOMATISASI
PENYEBERANGAN

BANGUNAN PENGAMBILAN

SALURAN PEMBILAS

Gambar A.1 Denah bendung karet

JEMBATAN

PILAR

TUBUH

FONDASI

Gambar A.2 Potongan melintang bendung karet


unit : mm

Dam
height B3 YI Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y 9 Y10 Y 14 Z4 Z5 Z6 Z9 Z 10
500 2000 815 1040 1201 360 165 125 360 1165 300 10.6 50 350 178 198 749 841
1000 2800 815 1880 2046 660 165 155 660 1975 550 10.6 50 850 371 198 1309 1398
1500 3600 815 2675 2864 960 165 155 960 2790 550 10.6 70 1350 575 198 1878 1965
2000 4500 848 3505 3741 1260 198 155 1260 3640 550 10.6 90 1850 794 226 2457 2562
2500 5300 848 4245 4511 1560 198 155 1560 4400 550 11.8 110 2350 984 226 3031 3134
3000 6300 907 5195 3512 1860 257 155 1860 5370 550 13.8 130 2850 1127 251 3609 3745
3500 7300 900 6090 6440 2190 250 155 2190 6285 700 13.8 150 3400 1374 271 4235 4367
4000 8400 950 7105 7511 2490 300 155 2490 7320 700 15.2 170 3900 1554 334 4813 4974
4500 9300 950 7925 8352 2790 300 155 2790 8160 900 22.5 190 4400 1754 334 5379 5539
5000 10100 950 8735 9183 3090 300 155 3090 8990 900 22.5 210 4900 1957 334 5944 6104

Gambar A.3 Contoh detail dimensi tubuh bendung karet


Garis Garis
penjepitan penjepitan

Lembaran karet Lembaran karet


pada kondisi pada kondisi
kempis total kempis total

Denah garis penjepitan pada angker tunggal Denah garis penjepitan pada angker ganda

Penampang lintang bendung Penampang lintang bendung dengan


dengan angker tunggal angker ganda

Baut angker

Lembaran

Detail Angker hulu

Gambar A.4 Sistem penjepitan bendung karet


Keterangan :

A. Tubuh bendung H. Pompa udara


B. Lubang ventilasi I. Motor
C. Ember penampung air J. Saringan udara masuk
D. Tuas pembuka katuppembuang K. Pipa pengisian/pembuang
E. Sistem transmisi pembuka katup L. Lubang masukan air
F. Pipa pembuang udara M. Pipa masukan air
G. Manometer N. Pipa drainase

Gambar A.5 Skema instalasi operasi dengan otomatisasi tipe ember


F G

D I

J
H

C M

K L

A
B

Keterangan :

A. Tubuh bendung H. Katup pembuang udara


B. Lubang ventilasi I. Sistem transmisi pembuka katup
C. Pipa pengisian/pembuang J. Pipa pembuang
D. Manometer K. Lubang masukan air
E. Pompa udara L. Pipa masukan air
F. Motor M. Pelampung
G. Saringan udara masuk

Gambar A.6 Skema instalasi operasi dengan otomatisasi tipe pelampung

Anda mungkin juga menyukai