Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KONSTRUKSI BENDUNGAN II

STUDI LITERATUR TENTANG PENURUNAN (SETTLEMENT) PADA


TANAH/BATUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Pada Tugas Matakuliah Konstruksi Bendungan II

Dosen pengampu:
Ir. Heri Suprijanto, MS.

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Mirsa Ayu (175060400111015)
2. Naufal Muhammad Fayiz (175060401111030)
3. Jean Christenssen B.K (175060400111040)
4. Aldi Ainun Habibi (175060401111021)
Kelas : D

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Konstruksi Bendungan II ini.
Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi referensi dari sumber-sumber yang ada dan
beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan laporan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Laporan ini merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk memenuhi penilian pada
tugas pada Matakuliah Konstruksi Bendungan II di Fakultas Teknik Jurusan Pengairan
Universitas Brawijaya Malang. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna sehingga kritik dan saran sangatlah diharapkan dengan tujuan memberi masukan
untuk memperbaiki laporan tersebut.
Akhir kata semoga penyusunan Laporan Tugas Konstruksi Bendungan II ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Penyusun, Mei 2020

DAFTAR ISI

i
TUGAS KONSTRUKSI BENDUNGAN II..................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................................................1
1.3 Manfaat..............................................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................................3
2.1 Gerakan Tanah...................................................................................................................................3
2.1.1 Konsolidasi.................................................................................................................................3
2.2 Settlement (Penurunan)......................................................................................................................4
2.2.1 Pengertian Settlement (Penurunan).............................................................................................4
2.2.2 Waktu terjadinya Settlement (Penurunan)...................................................................................6
2.2.3 Penyebab terjadinya Settlement (Penurunan)..............................................................................6
2.2.4 Bagaimana terjadinya Settlement (Penurunan)............................................................................7
2.2.5 Letak terjadinya Settlement (Penurunan)....................................................................................8
2.2.6 Bagian yang Mengalami Settlement (Penurunan).......................................................................9
2.3 Prinsip Kerja Settlement....................................................................................................................9
2.4 Tingkat Kerusakan...........................................................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................13
3.1 Test Case Evaluasi Penurunan pada Gedung...................................................................................13
3.1.1 Survei Pendahuluan..................................................................................................................13
3.1.2 Analisa Struktur Kondisi Eksisting...........................................................................................14
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................16
4.2 Saran................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah komponen penting untuk menopang struktur konstruksi,
mengingat hampir semua bangunan dibuat di atas atau di bawah permukaan tanah. Istilah tanah
dalam ilmu Mekanika Tanah mencakup semua bahan, dari tanah lempung (clay) sampai
berangkal (batu-batu yang besar), jadi menurut ilmu mekanika tanah, tanah bisa dianggap
sebagai semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil, kecuali batuan tetap.mutu
serta pengukuran dan pembayaran untuk penyelidikan.
Meningkatnya pembangunan, secara tidak langsung berpengaruh terhadap berkurangnya
lahan tempat bangunan dilaksanakan. Tidak tertutup kemungkinan bangunan tersebut harus
dibangun pada lokasi yang tanahnya sangat jelek dalam artian sifat mekanis tanah tersebut sangat
rendah yang menyangkut daya dukung tanah kecil, penurunan / settlement yang besar seperti
misalnya tanah lunak, sangat lunat dan lempung. Namun yang menjadi permasalahan adalah
bahwa di pada tanah-tanah tertentu terdapat lapisan tanah lunak yang cukup tebal dan
mengandung mineral organik sebagai hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan. Bahkan didaerah
tertentu terdapat tanah dengan kadar organik tinggi yang di sebut juga dengan tanah gambut.
Tanah lunak ini merupakan partikel mineral yang tidak mempunyai ikatan yang kuat antara
partikelnya yang terbentuk karena adanya pelapukan dari batuan. Partikel tanah tersebut berisi
ruang kosong yang disebut pori (void space) yang berisi air dan udara.
Kerusakan bangunan teknik sipil banyak sekali penyebabnya, salah satu penyebab
kerusakan terletak pada kondisi tanah. Penyebab kerusakan tersebut biasanya pada penurunan
tanah yang terjadi dan daya dukung tanah yang rendah, seperti pada tanah kohesif khususnya
yang mengandung kadar air yang cukup tinggi. Oleh karena itu harus diperhatikan dengan
seksama mengenai daya dukung dari tanah kohesif tersebut, apakah perlu usaha perbaikan atau
stabilitas tanah, untuk mendapatkan sifat-sifat tanah yang diinginkan sehingga kontruksi dapat
dicegah (Das,1995).Konsolidasi merupakan suatu proses perubahan volume secara perlahan-
lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air
pori, proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang di sebabkan oleh
kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Penurunan konsolidasi (consolidation
settlement) adalah perpindahan vertikal permukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume
pada suatu tingkat dalam proses konsolidasi. Penurunan massa tanah dikontrol oleh perubahan
tegangan massa tanah, beban struktur diatas tanah dan penurunan muka air tanah. Oleh karena itu
dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang settlement (penurunan).
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui teori tentang settlement (penurunan) pada tanah atau batuan.
I.3 Manfaat
1. Bagi Penulis

1
2

Pembuatan makalah ini sebagai salah satu bentuk sarana belajar dan menambah
pengetahuan bagi para penulis, dan sebagai bentuk pemenuhan pengumpulan tugas akhir
mata kuliah Konstruksi Bendungan II.
2. Bagi Pembaca
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca khususnya tentang materi settlement
(penurunan). Penulisan makalah ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan
kasus nyata yang terjadi dilapangan sinkron atau tidak, karena dalam teori yang sudah
ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi.
BAB II
KAJIAN TEORI
II.1 Gerakan Tanah
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-
ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1991).Gerakan tanah adalah
perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukannya
semula, yang terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu. Gerakan tanah merupakan
suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan
keseimbangan terhadap tanah yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia.

Gambar 2.1 Lapisan Tanah


Sumber : Google, 2020
Pergerakan tersebut meliputi perpindahan material tanah, berupa batuan, bahan timbunan,
tanah atau material campuran tersebut. Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau
batuan umumnya berada dalam keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam.
Apabila mengalami perubahan keseimbangan maka tanah atau batuan itu akan berusaha untuk
mencapai keadaan keseimbangan yang baru secara alamiah. Cara ini berupa proses degradasi
atau pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran atau gerakan lain sampai tercapai
keadaan keseimbangan yang baru.
II.1.1 Konsolidasi
Konsolidasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa pemampatan (compression)
karena mendapat beban dari atasnya secara tetap/kontinyu yang diakibatkan oleh suatu
konstruksi atau timbunan tanah sehingga terjadi proses pengeluaran air dari pori-porinya.
Keadaan ini bisa terjadi apabila tanah dalam keadaan jenuh atau hanya sebagian saja
yang jenuh. (Prabandiyani, dkk, 2004).

3
4

Gambar 2.2 Proses Konsolidasi


Sumber : Google, 2020
II.2 Settlement (Penurunan)
II.2.1 Pengertian Settlement (Penurunan)
Istilah penurunan menunjukkan amblesnya suatu bangunan akibat kompresi dan
deformasi lapisan tanah di bawah bangunan. Penurunan (settlement) akan terjadi jika
suatu lapisan tanah mengalami pembebanan. Penurunan juga dipengaruhi oleh sebaran
tanah lunak atau lempung yang terdapat di bawah permukaan pada dataran aluvial.
Penurunan akibat beban adalah jumlah total penurunan segera (immediate settlement) dan
penurunan konsolidasi (consolidation settlement).Tanah mempunyai sifat kemampatan
yang sangat besar jika dibandingkan bahan konstruksi seperti baja atau beton. Hal ini
disebabkan tanah mempunyai rongga pori yang besar, sehingga apabila dibebani melalui
fondasi maka akan mengakibatkan perubahan struktur tanah (deformasi) dan terjadi
penurunan fondasi. Jika penurunan yang terjadi terlalu besar maka dapat mengakibatkan
kerusakan pada konstruksi di atasnya. Berbeda dengan bahan-bahan konstruksi yang lain,
karakteristik tanah ini didominasi oleh karakteristik mekanisnya seperti kekuatan geser
dan permeabilitas (kemampuan mengalirkan air).
5

Gambar 2.3 Tipe Settlement


Sumber : Google, 2020
Secara umum, penurunan pada tanah akibat beban yang bekerja pada fondasi
dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis penurunan, yaitu:
1. Penurunan seketika, yaitu penurunan yang langsung terjadi begitu pembebanan
bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi berkisar antara 0 – 7 hari dan terjadi
pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai Sr (derajat kejenuhan) <
90%.
2. Penurunan konsolidasi, yaitu penurunan yang diakibatkan keluarnya air dalam
pori tanah akibat beban yang bekerja pada fondasi yang besarnya 33 ditentukan
oleh waktu pembebanan dan terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100%) atau yang
mendekati jenuh (Sr = 90% – 100%) atau pada tanah berbutir halus, yang
mempunyai harga k ≤ 10-6 m/s.
3. Penurunan sekunder (rangkak); Ss terjadi sesudah penurunan konsolidasi terjadi,
didefinisikan sebagai penyesuaian kerangka tanah sesudah tekanan pori yang
berlebih menghilang.
Terzaghi (1925) memperkenalkan teori konsolidasi satu arah (one way) yang
pertama kali untuk tanah lempung jenuh air. Teori ini menyajikan cara penentuan
distribusi kelebihan tekanan hidrostatis dalam lapisan yang sedang mengalami
konsolidasi pada sembarang waktu setelah bekerjanya beban. Beberapa asumsi dasar
dalam analisis konsolidasi satu arah, antara lain tanah bersifat homogen, tanah jenuh
sempurna (Sr = 100%), partikel/butiran tanah dan air bersifat inkompresibel (tak
termampatkan), arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya dalam arah vertikal.
Ketebalan lapisan tanah yang diperhitungkan adalah setebal lapisan tanah lempung jenuh
air yang ditinjau.

II.2.2 Waktu terjadinya Settlement (Penurunan)


Pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi
(crustal movement). Adapun keterkaitannya yaitu pelapukan bisa disebabkan oleh air
seperti pelapukan batuan karena erosi baik secara mekanis maupun kimia, oleh perubahan
6

temperature yang mengakibatkan terurainya permukaan batuan, oleh angin terutama di


daerah yang kering dan gersang karena pengaruh glacial dan oleh gelombang yang
biasanya terjadi di daerah pantai (abrasi). Selain itu Settlement dapat terjadi ketika:
1. Adanya gaya berat dari beban yang ditimbulkan oleh endapan dan juga ditambah
dengan air menyebabkan kelenturan pada lapisan kerak bumi.
2. Aktivitas internal yang menyebabkan naiknya temperature kerak bumi dan
kemudian mengembang menyebabkan kenaikan pada permukaan pada permukaan
tanah. Setelah itu proses erosi dan pendinginan kembali menyebabkan penurunan
muka tanah.
3. Karakteristik deformasi dari lapisan tanah yang berkaitan dengan tekanan – tekanan
yang ada.
II.2.3 Penyebab terjadinya Settlement (Penurunan)
Sedangkan Beberapa penyebab terjadinya penurunan akibat pembebanan yang
bekerja diatas tanah antara lain:
1. Kegagalan atau keruntuhan geser akibat terlampauinya kapasitas dukung tanah,
2. Kerusakan atau terjadi defleksi yang besar pada pondasi,
3. Distorsi geser (shear distorsion) dari tanah pendukungnya,
4. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori
Berdasarkan Whittaker and Reddish, 1989 dalam Metasari 2010, secara umum
faktor penyebabnya antara lain ;
1. Penurunan tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh proses- proses
geologi seperti siklus geologi, sedimentasi daerah cekungan dan sebagainya.
Beberapa penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi :
a. Siklus Geologi Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses-
proses yang terlihat dalam siklus geologi.
b. Sedimentasi daerah cekungan biasanya daerah cekungan terdapat di daerah–
daerah tektonik lempeng terutama di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang
terkumpul di Cekungan semakin lama semakin banyak dan menimbulkan
beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah.
2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater extraction)
Pengambilan airtanah secara besar–besaran yang melebihi kemampuan
pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu
lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori–
pori tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang
sebesar hilangnya airtanah tersebut. Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan
akuifer.
3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement) Tanah memiliki peranan penting
dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi pondasi pendukung bangunan
atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan.
7

Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan di


bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan adanya
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam
pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang
bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya
penurunan permukaan tanah. Secara umum penurunan tanah akibat pembebanan
dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Penurunan konsolidasi yang merupakan hasil dari perubahan volume tanah
jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang menenpati pori– pori air
tanah.
b. Penurunan segera yang merupakan akibat dari deforamasi elastik tanah
kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
II.2.4 Bagaimana terjadinya Settlement (Penurunan)
Konsolidasi berlangsung hanya satu jurusan saja, yaitu jurusan vertical, karena
lapisan yang kena tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan hori#ontal
&ditahan oleh tanah di sekelilingnya. Beberapa kajian teoritis di dalam literatur
menyebutkan penurunan pada bangunan dapat terjadi setempat, sebagian atau secara
keseluruhan dan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Penurunan yang merata (Uniform Settlement)
Tanah di suatu lokasi mempunyai kepadatan tertentu yang tergantung pada jenis
tanah dan kandungan air yang ada di dalam tanah atau air di lingkungannya. Tanah
akan berubah kepadatannya bila mengalami pembebanan atau dengan kata lain tanah
akan terkonsolidasi. Bila tanah memiliki sifat yang seragam, maka akan menghasilkan
penurunan akibat terkonsolidasi dengan besaran yang sama atau seragam. Kondisi ini
tidak akan mempengaruhi stabilitas struktur, hanya bila besaran penurunan tidak
diperhitungkan akan dapat mempengaruhi penampilan bangunan dari segi arsitektur.
2. Penurunan yang tidak merata (Differential Settlement)
Penurunan yang tidak merata dapat terjadi bila sifat tanah di bawah bangunan
tidak homogen, baik akibat proses pembentukannya secara alamiaj ataupun akibat
proses galian dan timbunan (cut and fill), dan reklamasi. Kondisi ini akan sangat
berbahaya bila menggunakan pondasi langsung yang tidak mencapai tanah asli/ tanah
keras, atau penggunaan tiang pancang yang hanya memperhitungkan kemampuan
lekatannya (friction tipe) saja, karena pemancangan tiang tidak mencapai tanah keras.
Tiang dipancang disamping kemampuan lekatannya, kemampuan daya dukung ujung
tiang (end bearing tipe) juga turut diperhitungkan. Dengan demikian untuk kondisi sifat
tanah yang tidak homogen, komponen pondasi harus dipasang hingga mencapai tanah
keras, baik pada pondasi langsung maupun tidak langsung. Bila terjadi proses penurunan
yang tidak merata, akan timbul tegangan ekstra pada komponen bangunan atas maupun
bangunan bawah. Bila tegangan yang timbul melampaui tegangan ijin, maka komponen
8

bangunan mengalami retakan atau patah, tergantung pada besaran tegangan yang
dilampaui.
3. Liquifaksi (Liquifaction)
Penurunan bangunan gedung hampir pasti tidak berkaitan dengan liquifaksi karena
kerusakan gedung tidak disebabkan oleh gempa. Kerusakan liquifaksi merupakan
pengaruh ikutan peristiwa gempa sebagaimana gelombang tsumani. Fenomena ini
biasanya terjadi bila gempa terjadi dengan besaran intensitas lebih besar daripada 7 Skala
Richter. Liquifaksi adalah peristiwa dimana tanah di bawah bangunan berubah menjadi
bubur akibat terlampuinya tegangan air tanah ketika gempa tejadi. Tanah yang
mengalami liqufaksi biasanya adalah tanah berpasir dengan gradasi butiran yang halus
dan seragam.
II.2.5 Letak terjadinya Settlement (Penurunan)
Penurunan (settlement) umumnya terjadi pada lapisan tanah kohesif (clay/lempung)
Pada penurunan ini, tegangan air pori secara kontinyu berpindah ke dalam tegangan
efektif sebagai akibat dari keluarnya air pori. Pada tanah lempung jenuh air, penambahan
total tegangan akan diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti penambahan
tegangan total (Δσ) akan terbagi ke tegangan efektif dan tegangan air pori. Selain itu
penurunan juga terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih
disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-
butir tanah.

Gambar 2.4 Resulting Settlment due to Peloading


Sumber : Google, 2020
Dari grafik di atas, dapat dilihat settlement yang terjadi akibat adanya beban
tambahan (surcharge) lebih besar daripada beban rencana (design load) pada selang
waktu yang sama. Selain dengan menggunakan teknik preloading dan menggunakan
9

beban tambahan sementara (surcharge), peningkatan mutu tanah dapat juga dilakukan
dengan menggunakan vertical drains, selain itu waktu konsolidasipun juga semakin
singkat sebab aliran drainase yang terjadi bukan hanya ke arah vertikal tapi juga ke arah
horizontal.
II.2.6 Bagian yang Mengalami Settlement (Penurunan)
Beberapa kajian teoritis di dalam literatur menyebutkan penurunan pada dapat
terjadi pada semua tanah yang memiliki daya dukung yang tidak stabil, selain itu dampak
faktor alam juga bisa menyebabkan terjadinya penurunan (settlement), sebagian atau
secara keseluruhan dan dapat terjadi oleh beberapa bangunan sebagai berikut :
1. Bangunan dengan volume yang melebihi kapasitas dan penanganan tanah yang
kurang tepat.
2. Pemilihan jenis pondasi yang kurang tepat.
3. Banyaknya kandungan air dalam tanah.
4. Pengaruh abrasi oleh air.
II.3 Prinsip Kerja Settlement
Jika suatu lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami regangan atau penurunan
(settlement), atau boleh dikatakan tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan
dalam tanah tersebut. Pada tanah berbutir halus yang berada dibawah muka air tanah terjadi
penurunan konsolidasi (consolidation settlement). Penurunan yang terjadi memerlukan waktu
yang lama. Penurunan tanah merupakan peristiwa termampatnya suatu lapisan tanah, dapat
dikarenakan karena beban luar atau pemompaan air. Jenis proses/kerja penurunan adalah
sebagai berikut:
1. Penurunan Seketika (Immediate Settlement)
Merupakan penurunan yang terjadi seketika pada saat pembebanan terjadi atau dalam
jangka waktu yang pendek. Terjadi karena sifat elastisitas tanah dan pada tanah lempung
umumnya sangat kecil jika dibandingkan dengan penurunan konsolidasi sehingga seringkali
diabaikan.
Besarnya Penurunan ini tergantung dari besarnya modulus elastisitas kekakuan tanah dan
beban timbunan diantas tanah.
10

Gambar 1. Profil penurunan segera dan tekanan tanah; (a) Pondasi yang fleksibel; (b) pondasi
kaku
Penurunan segera mempunyai persamaan, yaitu :
1−μs ²
Sc = ∆ σB Ip
Es
Dimana :
Sc = Immediate Settlement (Penurunan Segera
∆ σ= Beban Timbunan (kN/m²)

Es = Modulus Elastisitas
μs = Poisson’s ratio

B = Lebar / diameter timbunan (m)


Ip = non-dimensional influence factor
Schleicher (1926) mendifinisikan bahwa factor Ip ini sebagai :
1
Ip = ¿
π
L Panjang
Dimana m₁ = ( )
B Lebar beban yang bekerja

Tabel 1. Faktor Pondasi


11

2. Penurunan Konsolidasi
Saat tanah lunak ompresif (lempung) menerima beban maka sebagian besar beban dipikul
oleh air tanah sehingga timbul tegangan air pori berlebih. Konsolidasi adalah proses
terdisipasinya tegangan air pori berlebih ini seiring dengan berjalannya waktu.
Penurunan konsolidasi dapat berupa normal consolidation ataupun over consolidation.
Normal consolidation adalah tanah dasar dalam kondisi alamiah (belum mengalami
pembebanan sebelumnya) sedangkan over consolidation adalah tanah dasar sudah
pernah dibebani/terkena beban sebelumnya.
Normal consolidation
Pc
Pc = Po atau =1
Po
Cc Po+∆ p
Sc = Hc log
1+ eo Po

Dimana :
eo = angka pori awal yang didapat dari indeks test
Cc = indeks kompresi, didapat dari percobaan konsolidasi
Cs = indeks swelling, didapat dari percobaan konsolidasi
pc = tegangan prakonsolidasi, didapat dari percobaan konsolidasi
po = Σ γ’.z
∆p = tegangan akibat beban luar dihitung melalui metode boussinesq,
Westergaard atau Newmark
3. Penurunan Sekunder (Rangkak)
Penurunan sekunder terjadi sesudah penurunan konsolidasi terjadi, didefinisikan sebagai
penyesuaian kerangka tanah sesudah tekanan pori yang berlebih menghilang. Penurunan
sekunder tergantung pada waktu dan dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan
memliki persamaan sebagai berikut:
Cα tp+ ∆ t
Ss = H log
1+ ep tp

Dimana :
ep = angka pori pada saat konsolidasi primer selesai
tp = waktu ketika konsolidasi primer selesai
12

∆t = pertambahan waktu
t2 = tp +∆t
S = Se + Sc + Ss
II.4 Tingkat Kerusakan
Pengklasifikasian tingkat kerusakan bangunan dapat ditentukan dengan cepat berdasarkan
penurunan (settlement), kemiringan/inklinasi, dan tingkat kerusakan komponen bangunan seperti
yang ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria Peringkat Kerusakan Komponen Struktur Beton dan Beton Pracetak
TINGKAT DESKRIPSI KERUSAKAN
Retak rambut di permukaan beton terlihat dari jarak tidak terlalu jauh (lebar
I
Retakan < 0.2mm
Retakan di permukaan beton terlihat dengan mata telanjang (lebar retakan kira-
II
kira 0.2 – 1.0 mm)
 Selimut beton hancur di sebagian tempat
III
 Retakan besar meluas (lebar retakan E1 – 2 mm)
 Selimut beton hancur dalam jumlah besar dan baja tulangan terlihat
IV
 Selimut beton meletus (spalling)
 Baja tulangan tertekuk
 Beton pada inti penampang hancur
V
 Deformasi pada kolom dan dinding terlihat
 Settlement dan / atau inklinasi pada lantai terlihat
Sumber : Sjafei Amri, 2006
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Test Case Evaluasi Penurunan pada Gedung
III.1.1 Survei Pendahuluan
1. Pengumpulan data sekunder
Dalam tahapan ini peneliti mengumpulkan data sekunder terutama gambar as built
drawing kondisi eksisting bangunan, tes tanah pada saat gedung belum dibangun dan
data lain seperti hasil uji tekan beton dan tarik baja serta spesifikasi teknis material.
Gambar inilah yang kemudian dipergunakan sebagai acuan untuk analisa perhitungan
struktur kondisi gedung. Dari gambag as built drawing diperoleh dimensi baik balok,
kolom, plat, pondasi dan lain sebagainya (Tabel 1)

Tabel 3. Rekapitulasi ukuran dari gambar as built drawing dan pengukuran langsung di
lapangan

2. Pengujian tidak merusak (Non destructive test)


Pengujian non destructive yang dimaksud adalah hammer test dan rebar detector
untuk mengetahui kuat tekan beton kondisi gedung sekarang dan penulangan pada
balok, kolom dan plat. Dari hasil pengujian didapat kuat tekan rata rata 283,67 kg/cm2.

3. Pengujian tanah

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian di lokasi gedung langsung yang terdiri
dari sondir dan boring. Kemudian pengujian di laboratorium yang terdiri dari pengujian
14

geser langsung, berat jenis, kadar air, bobot isi dll. Dari hasil sondir dan boring
diperoleh data sebagai berikut:

 Tanah merupakan tanah pasir


 Kedalaman tanah keras pada kedalaman 20 meter

III.1.2 Analisa Struktur Kondisi Eksisting


1. Analisis struktur atas
Dari data yang diperoleh baik data sekunder maupun data sekunder kemudian
dilakukan analisa terhadap kondisi struktur yang ada. Analisa struktur menggunakan
program bantu SAP 2000.

Gambar 2. Pemodelan Gedung menggunakan SAP 2000

Dari hasil analisa SAP 200 didapatkan bahwa struktur atas masih mampu menahan
beban yang ada, baik beban hidup, mati maupun angin.

2. Analisis struktur bawah


Dari hasil perhitungan pondasi dengan data awal yang ada disimpulkan bahwa pondasi
tidak mampu menahan beban yang ada. Hal inilah yang mengakibatkan gedung
mengalami penurunan.

3. Rencana perbaikan

Banyak metode yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan terhadap gedung
yang mengalami menurunan. Namun dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
bor pile untuk perbaikan gedung agar gedung tidak mengalami penurunan lebih lanjut.
15

Gambar 3. Pemodelan Pondasi menggunakan SAP 2000


BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dengan bebrapa pembahasan yang di uraikan di atas maka penulis dapat menulis
kesimpulan diantaranya sebagai berikut.
1. Settlement umumnya terjadi pada tanah lempung/kohesif
2. Settlement juga dapat terjadi walaupun penanganan sudah dilakukan, hal ini faktor lain
yaitu alam.
3. Settlement dapat diantisipasi dengan cara dan metode yang benar, hal ini bisa dilakukan
setelah dilakukan penyelidikan lokasi.
IV.2 Saran
Dari sekian beberapa kesimpulan, ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan,
meliputi:
1. Monitoring suatu struktur bangunan akan mengetahui kondisi tanah.
2. Untuk melakukan pemilihan atau cara penanganan settlement sebaiknya dilakukan
penyelidikan lokasi terlebih dahulu.
3. Beberapa penanganan settlement diantaranya :
• Pondasi yang tepat
• Penggunaaan geosintetik
• Analisis volume bangunan terhadap daya dukung tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Amsri, rakhmatullah, (2017). Penurunan Pondasi Telapak Yang Dperkuat Kolom Kapur.
Publikasi Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta.

Braja M Das. (1984), Principles Of Foundation Engineering. California State University,


Sacramento

Das, B. M. 1991. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik). Jakarta: Erlangga.

Giatmajaya, I Wayan. (20). Analisa Settlement Cara Analitis Dan Metode Finite Element Pada
Tanah Lunak Dengan Software Sebagai Alat Bantu. Jurnal ilmiah Kurva Teknik

Indra Surya & Mochtar (1996), Pembangunan Jalan Di Atas Tanah Lunak Dengan
Vertikal Drain. ITS Surabaya

James K. Mitchell (1976), Fundamentals Of Soil Behavior. University of California


Berkeley Hardiyatmo C, Hary, 2007, Teknik Pondasi 1, Yogyakarta: Penerbit Beta
Offset.

Kemal, Muhammad T. (2013). Studi Perilaku Penurunan Tanah Kelempungan dengan


Perkuatan Kolom Pasir. Jurnal Universitas Hasanudin. Sulawesi

Yulianti, Erna. (2013). Studi Gerakan Tanah Akibat Pemancangan Tiang Fondasi (Square Pile)
Studi Kasus Pada Pembangunan Terminal Penumpang Bandara Supadio Pontianak.
Jurnal Teknik Sipil Untan. Pontianak

Anda mungkin juga menyukai