Anda di halaman 1dari 48

LUKA BAKAR

KELOMPOK 4

Andi Saadah R011181714


Hastomo Anthoni R011181720
Krista Lukas R011181713
Reny Marlina R011181729

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah

ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah

berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun

dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih

jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran

yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik

lagi.

Makassar, Maret 2019

Penyusun

ii Luka Bakar “4”


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........ ....................................................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2

C. TUJUAN .................................................................................................. 3

BAB II

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4

A. DEFINISI ................................................................................................. 4

B. ETIOLOGI ............................................................................................... 4

C. KLASIFIKASI ......................................................................................... 6

D. MANIFESTASI KLINIS ......................................................................... 9

E. PENATALASANAAN .......................................................................... 11

F. PATHWAY ............................................................................................ 23

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................... 24

BAB III

PENUTUP ............................................................................................................. 42

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 42

B. SARAN ........................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

iii Luka Bakar “4”


iv Luka Bakar “4”
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat

dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident,

maupun bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat

sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan

panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam

kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk, 2009).

Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko

tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria

dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar daripada yang

diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar

luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan

alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam

kejadian ini. Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian

luka bakar (Brunner&Suddarth, 2001). Sehingga sangat perlu adanya

penanganan atau pertolongan pertama pada luka bakar yang benar.

Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat

kejadian atau bencana terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari

pertolongan pertama adalah menyelamatkan kehidupan, mencegah

kesakitan makin parah, dan meningkatkan pemulihan

1 Luka Bakar “4”


(Paula,K.,dkk,2009). Namun ada kebiasaan masyarakat yang kurang

tepat, jika terjadi luka bakar banyak orang yang memberikan pertolongan

pertama pada kasus luka bakar.

Dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, minyak, dan

masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini

diyakini dimasyarakat. Hingga kini masih banyak masyarakat yang

percaya dengan hal tesebut. Seharusnya pertolongan pertama yang dapat

dilakukan adalah sesegera mungkin mendinginkan area yang terkena

dengan air sejuk yang mengalir selama minimal 20 menit. Hal ini untuk

mengurangi bengkak yang dapat terjadi dan mempercepat proses

penyembuhan di kemudian harinya. Tidak perlu menggunakan air yang

terlalu dingin atau menggunakan es batu karena hal tersebut justru akan

merusak jaringan kulit lebih dalam (Rionaldo D, 2014).

Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain

mencegah infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan

agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang sehingga dapat menutup

permukaan luka (Syamsuhidayat dan Jong, 2004).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar?

2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?

3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?

4. Bagaimana manifestasi klinik dari luka bakar?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar?

2 Luka Bakar “4”


6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari luka bakar?

7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari luka bakar?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk pemenuhan penugasan Keperawatan Gawat Darurat

mengenai Luka Bakar serta mahasiswa dapat mengetahui,

menangani dan mencegah terjadinya Luka bakar

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi dari luka bakar

b. Mengetahui etiologi dari luka bakar

c. Mengetahui patofisiologi dari luka bakar

d. Mengetahui manifestasi klinik dari luka bakar

e. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar

f. Mengeatahui penatalaksanaan medis dari luka bakar

g. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari luka bakar

3 Luka Bakar “4”


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terpaparnya tubuh atau

kulit dengan berbagai benda yang menghasilkan panas maupun dengan zat

yang bersifat membakar. Aktivitas manusia sehari-hari maupun terjadinya

bencana alam dapat menyebabkan terjadinya trauma/luka bakar(Kristanty

et al. 2016).

Luka bakar disebabkan oleh adanya transfer energi dari sumber

panas ke dalam tubuh.(Nugraha et al. 2017)

Luka bakar adalah terjadinya kerusakan atau hilangnya jaringan

tubuh yang di sebabkan oleh adanya kontak dengan sumber panas seperti

api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi(Nurarif and Kusuma 2015)

B. ETIOLOGI

Luka bakar dapat di sebabkan oleh benda atau zat yang bersentuhan

langsung dengan kulit atau paru. Agar penanganan adekuat, maka cedera

pada luka bakar di kelompokkan:

1. Berdasarkan mekanisme cedera;

a. Luka bakar thermal (panas)

4 Luka Bakar “4”


Disebabkan oleh paparan atau kontak langsung dengan sumber

panas seperti api, cairan panas, semi cairan, semi padat, atau benda

panas.

b. Luka Bakar Kimia

Disebabkan oleh kontak dengan asam kuat, basa kuat, atau

senyawa organik. Keparahan cedera oleh bahan kimia juga

dipengaruhi oleh Konsentrasi, volume, serta jenis bahan kimia.

c. Luka Bakar Listrik

Disebabkan oleh aliran energi listrik yang melewati tubuh setelah

kontak dengan kabel listrik yang terbuka, termasuk ketika

tersambar petir. Tingkat keparahan cedera di pengaruhi oleh

rentang waktu kontak, intensitas tegangan list rik, tipe arus ( searah

atau bolak balik), jalur yang dilewati arus listrik, serta tahanan

jaringan ketika arus listrik melewati tubuh.

d. Luka Bakar Radiasi

Merupakan jenis luka bakar yang jarang terjadi, disebabkan oleh

paparan sumber radioaktif seperti kecelakaan radiasi nuklir,

penggunaan radiasi pengion di industri, radiasi terapeutik, serta

luka bakar matahari.

e. Cedera Inhalasi

Terjadi karena adanya paparan dengan gas/asap ketika terjadi

cedera api. Gas yang mengandung karbon monoksida dapat

5 Luka Bakar “4”


menyebabkan keracunan, hipoksia sampai meninggal dunia (Black

and Hawks 2014).

2. Berdasarkan perjalanan penyakit ;

a. Fase Akut

Pada fase ini terjadi cedera thermal yang bersifat sistemik sehingga

masalah utama yang menonjol yakni gangguan saluran pernapasan

yang disebabkan oleh cedera inhalasi, gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit karena adanya gangguan sirkulasi.

b. Fase Sub Akut

Berlangsung setelah fase akut pasca shock. Adanya luka terbuka

karena kerusakan jaringan kulit maupun jaringan di bawahnya

menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi ancaman sepsis

serta penguapan cairan tubuh.

c. Fase Lanjut

Fase ini terjadi setelah proses maturasi dari tahap penyembuhan

luka, dimana muncul penyulit dari luka bakar seperti adanya

jaringan parut hipertrofik, kontraktur serta deformitas

lainnya(Nurarif and Kusuma 2015).

C. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan kedalaman luka bakar

a. Luka bakar derajat I

b. Luka bakar derajat II

6 Luka Bakar “4”


i. Derajat II dangkal ( superficial)

ii. Derajat II dalam (deep)

c. Luka bakar derajat III

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi 3

kategori :

a. Luka bakar Mayor

b. Luka Bakar Moderat

c. Luka Bakar Minor

3. Berdasarkan ukuran Luas luka bakar

a. Rule of nine

i. Kepala dan leher : 19%

ii. Dada depan dan belakang : 18%

iii. Abdomen depan dan belakang : 18%

iv. Tangan kanan dan kiri : 18%

v. Paha kanan dan kiri : 18%

vi. Kaki kanan dan kiri : 18%

vii. Genital :1%

7 Luka Bakar “4”


b. Diagram dengan menggunakan rumus Berkow

Area 1 1-4 5-9 10-14 >15 Dewasa dangkal Dalam

tahun tahun tahun tahun tahun

Kepala 19 17 13 11 9 7

Leher 2 2 2 2 2 2

Tubuh 13 13 13 13 13 13

Anterior

Tubuh 13 13 13 13 13 13

posterior

Bokong 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

kanan

Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Genitalia 1 1 1 1 1 1

Lengan atas 4 4 4 4 4 4

kanan

Lengan atas 4 4 4 4 4 4

kiri

Lengan 3 3 3 3 3 3

bawah kanan

Lengan 3 3 3 3 3 3

bawah kiri

Tangan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

kanan

Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Betis kanan 5 5 5,5 6 6,5 7

8 Luka Bakar “4”


Betis kiri 5 5 5,5 6 6,5 7

Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Total

(Black and Hawks 2014)

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Berdasarkan kedalaman luka bakar

a. Luka bakar derajat I

- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis

- Kulit kering, hiperemi berupa eritema

- Tidak ada bullae

- Nyeri

- Penyembuhan spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II

- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis

- Di jumpai bullae

- Nyeri

- Dasar luka berwarna merah pucat, sering terletak lebih tinggi

diatas kulit normal.

c. Luka bakar derajat III

- Kerusakan meliputi hampir seluruh lapisan dermis serta lapisan

yang lebih dalam.

9 Luka Bakar “4”


- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebasea mengalami kerusakan.

- Tidak dijumpai bullae

- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat

- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang

dikenal sebagai escar.

- Tidak ada nyeri, hilang sensasi, karena ujung-ujung saraf

sensorik mengalami kerusakan.

- Penyembuhan lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan dari

dasar luka.

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

a. Luka bakar mayor

- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan

lebih dari 20% pada anak-anak.

- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, telinga, kaki dan

perineum.

- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injury tanpa

memperhitungkan derajat dan luasnya luka.

- Terdapat luka bakar lisrik bertegangan tinggi.

b. Luka bakar moderat

- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-

20% pada anak-anak.

10 Luka Bakar “4”


- Tidak terdapat luka pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan

perineum.

c. Luka bakar minor

- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa

dan kurang dari 10% pada anak-anak.

- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan dan kaki

- Luka tidak sirkumfer

- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.

(Nurarif and Kusuma 2015)

E. PENATALASANAAN

Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya

luka bakar, kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase yaitu :

1. Fase Emergent (Resusitasi).

Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri

dengan membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi

pada 48 - 72 jam setelah injury. Tujuan utama pemulihan selama

fase ini adalah ; untuk mencegah shock hipovolemik dan

memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk kedalam fase

emergensi adalah :

a. Perawatan sebelum di rumah sakit.

Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada

tempat kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di

institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan

11 Luka Bakar “4”


memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab Luka

bakar dan atau menghilangkan sumber panas.

Tindakan perawatannya meliputi :

i. Jauhkan penderita dari sumber Luka Bakar

 Padamkan pakaian yang terbakar

 Hilangkan zat kimia penyebab luka bakar

 Bla luka bakar karena zat kimia Siram dengan air

sebanyak-banyaknya

 Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan

menggunakan objek yang kering dan tidak

menghantarkan arus (nonconductive)(Black and Hawks

2014)

ii. Kaji CAB (Circulation, airway, breathing):

 Kaji sirkulasi

 Perhatikan jalan nafas (airway)

 Pastikan pernafasan (breathing) adekuat

iii. Kaji trauma yang lain

iv. Pertahankan panas tubuh

v. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena

vi. Transportasi (segera kirim klien ke rumah sakit)

b. Penanganan di bagian emergensi.

12 Luka Bakar “4”


Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan

dari tindakan yang telah diberikan pada waktu kejadian. Jika

pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat,

maka pre hospital care di berikan di bagian

emergensi.Penanganan luka (debridemen dan pembalutan)

tidaklah diutamakan bila ada masalah-masalah lain yang

mengancam kehidupan klien, maka masalah inilah yang harus

diutamakan ;

i. Resusitasi cairan ( diperlukan untuk luka bakar permukaan

tubuh > 10 % )

Gunakan larutan Ringer laktat dengan Glukosa 5%, larutan

Nacl dengan glukosa 5% atau setengan Nacl dengan

Glukosa 5%.

 24 jam pertama hitung kebutuhan cairan dengan

menambahkan cairan dari kebutuhan cairan rumatan dan

kebutuhan cairan resusitasi ( 4ml/kg BB untuk setiap 1%

permukaan tubuh yang terbakar )

 Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam 8 jam

pertama , dan sisanya 16 jam berikutnya.

Contoh : untuk pasien dengan BB : 20 Kg dengan luka

bakar 25% .. total cairan dalam waktu 24 jam pertama

adalah :

13 Luka Bakar “4”


Rumus : ( 60ml/jam x 24 jam ) + 4ml x BB x % luas

luas bakar

 ( 60 ml/jam x 24 jam ) + 4ml x 20 kg x 25%

= 1440 ml + 2000 ml = 3440ml ( untuk 24 jam )

 ½ dari total keb. Cairan untuk 8 jam pertama adalah

3440 / 2 = 1720 ml ( keb. Cairan 8 jam pertama )

 24 jam kedua : Berikan ½ hingga ¾ cairan yang

diperlukan selama hari pertama

 Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi ( denyut

nadi, frekuensi nafas, tekanan darah , dan jumlah urine )

 Awasi pasien dengna ketat selama resusitasi ( denyut

nadi, frekuensi nafas, tekanan darah , dan jumlah urine )

 Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki

anemia atau pada luka bakar yang dalam untuk

mengganti kehilangan darah

ii. Penanganan LukaBakar Ringan

Perawatan klien dengan luka bakar ringan seringkali

diberikan dengan pasien rawat jalan. Dalam membuat

keputusan apakah klien dapat dipulangkan atau tidak adalah

dengan memperhatikan antara lain ;

 Kemampuan klien untuk dapat menjalankan

Ataumengikuti intruksi – instruksi dan kemampuan

14 Luka Bakar “4”


dalam melakukan perawatan secara mandiri (self

care),

 Lingkungan rumah. Apabila klien mampu mengikuti

instruksi dan perawatan diri serta lingkungan di

rumah mendukung terjadinya pemulihan maka klien

dapat dipulangkan.Perawatan di bagian emergensi

terhadap luka bakar minor meliputi : menagemen

nyeri, profilaksis tetanus, perawatan luka tahap awal

dan pendidikan kesehatan.

iii. Penanganan luka bakar berat

Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada

bagian emergensi akan meliputireevaluasi :

 CAB(sirkulasi,jalan nafas, kondisi pernafasan) dan

trauma lain yangmungkin terjadi;

 pemasangan kateter urine.

 Pemasangannasogastric tube(NGT)

 Pemeriksaan tanda – tanda vital dan laboratorium.

 Management nyeri;

 Propilaksis tetanus;

 Pengumpulan data

 Perawatan luka.

iv. Resusitasi cairan ( penggantian cairan yang hilang)

2. Fase Akut

15 Luka Bakar “4”


Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil,

permeabilitas kapiler membaik dan diuresis telah mulai membaik.

Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah

injuri.Fokus managemen bagi klien pada fase akutadalah sebagai

berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka,

nutrisi, managemen nyeri, dan terapi fisik.

a. Mengatasi infeksi ;

Sumber-sumber infeksi pada klien dengan luka bakar meliputi

autocontaminasi dari:

i. Oropharynx,

ii. Fecal flora,

iii. Kulit yang tidak terbakar dan

iv. Kontaminasi silang dari staf,

v. Kontaminasi silang dari pengunjung,

vi. Kontaminasi silang dari udara.

Tindakan-tinndakan khusus untuk mengatasi infeksi dan

tehnik isolasi harus dilakukan pada semua pusat-pusat

perawatan luka bakar. Kegiatan meliputi :

i. Penggunaan sarung tangan, tutup kepala, masker, penutup

kaki, dan pakaian plastik.

16 Luka Bakar “4”


ii. Menggunakan Teknik mencuci tangan streil sebelum

melakukan tindakan keperawatan guna menurunkan

insiden kontaminasi silang diantara klien.

iii. Staf dan pengunjung umumnya dicegah kontak dengan

klien jika ia menderita infeksi baik pada kulit,

gastrointestinal atau infeksi saluran nafas.

b. Perawatan luka

Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan

penyembuhan luka. Perawatan luka sehari-hari meliputi

membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.

i. Hidroterapi

Hidroterapi ini terdiri dari merendam (immersion) dan

dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30

menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar acut. Jika

terlalu lama dapat meningkatkan pengeluaran sodium

(karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran

panas, nyeri dan stress. Selama hidroterapi, luka

dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan

menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium

hipochloride, providon iodine dan chlorohexidine

ii. Debridemen

Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan

ini dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan luka

17 Luka Bakar “4”


melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah

eschar. Debridemen luka pada LB meliputi debridemen

secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan

tindakan pembedahan.

 Debridemen mekanik

Debridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati

dengan menggunakan gunting dan forcep untuk

memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan

merupakan cara lain yang juga efektif dari tindakan

debridemen mekanik. Tindakan ini dapat dilakukan

dengan cara menggunakan balutan basah ke kering

(wet-todry) dan pembalutan kering kepada balutan

kering (wet-to-wet). Debridemen mekanik pada luka

bakar dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, oleh

karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan tindakan

untuk mengatasi nyeri yang lebih efektif.

 Debridemen enzymatic

Debridemen enzymatik merupakan debridemen dengan

menggunakan preparat enzym topical proteolitik dan

fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna

jaringan yang necrotik, dan mempermudah

pengangkatan eschar. Produk-produk ini memerlukan

lingkungan yang basah agar menjadi lebih efektif dan

18 Luka Bakar “4”


digunakan secara langsung terhadap luka. Nyeri dan

perdarahan merupakan masalah utama dengan

penanganan ini dan harus dikaji secara terusmenerus

selama treatment dilakukan.

 Debridemen pembedahan.

Debridemen pembedahan luka meliputi eksisi jaringan

devitalis (mati). Terdapat 2 tehnik yang dapat

digunakan : Tangential Excision dan Fascial Excision.

Pada tangential exccision adalah dengan mencukur atau

menyayat lapisan eschar yang sangat tipis sampai

terlihat jaringan yang masih hidup. sedangkan fascial

excision adalah mengangkat jaringan luka dan lemak

sampai fascia. Tehnik ini seringkali digunakan untuk

luka bakar yang sangat dalam.

iii. Balutan

 Penggunaan penutup luka khusus

Luka bakar yang dalam atau full thickness pada

awalnya dilakukan dengan menggunakan zat / obat

antimikroba topikal. Obat ini digunakan 1 - 2 kali

setelah pembersihan, debridemen dan inspeksi luka.

Perawat perlu melakukan kajian terhadap adanya

eschar, granulasi jaringan atau adanya reepitelisasi dan

19 Luka Bakar “4”


adanya tanda – tanda infeksi. Umumnya obat – obat

antimikroba yang sering digunakan tampak pada tabel

dibawah. Tidak ada satu obat yang digunakan secara

umum, oleh karena itu dibeberapa pusat pelayanan luka

bakar ada yang memilih krim silfer sulfadiazine sebagai

pengobatan topikal awal untuk luka bakar.

 Metode terbuka dan tertutup

Luka pada luka bakar dapat ditreatmen dengan

menggunakan metode/tehnik balutan baik terbuka

maupun tertutup. Untuk metode terbuka digunakan /

dioleskan cream antimikroba secara merata dan

dibiarkan terbuka terhadap udara tanpa dibalut. Cream

tersebut dapat diulang penggunaannya sesuai

kebutuhan, yaitu setiap 12 jam sesuai dengan aktivitas

obat tersebut. kelebihan dari metode ini adalah bahwa

luka dapat lebih mudah diobservasi, memudahkan

mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka menjadi

lebih sederhana/mudah.

Kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya

kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya

psikologis pada klien karena seringnya dilihat. Pada

perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan

bermacam-macam tipe balutan yang digunakan. Balutan

20 Luka Bakar “4”


disiapkan untuk digunakan sebagai penutup pada cream

yang digunakan. Dalam menggunakan balutan

hendaknya hati-hati dimulai dari bagian distal kearah

proximal untuk menjamin agar sirkulasi tidak

terganggu. Keuntungan dari metode ini adalah

mengurangi evavorasi cairan dan kehilangan panas dari

permukaan luka , balutan juga membantu dalam

debridemen. Sedangkan kerugiannya adalah membatasi

mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas exercise

ROM. Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena

hanya dapat dilakukan jika sedang mengganti balutan

saja.

 Penutupan luka

Penutupan Luka Sementara sering digunakan sebagai

pembalut luka. Setiap produk penutup luka tersebut

mempunyai indikasi khusus. Karakteristik luka

(kedalamannya, banyaknya eksudat, lokasi luka pada

tubuh dan fase penyembuhan/pemulihan) serta tujuan

tindakan/pengobatan perlu dipertimbangkan bila akan

memilih penutup luka yang lebih tepat.

c. Terapi fisik

Terapi fisik digunakan untuk mencegah dan menangani

kontraktur meliputi

21 Luka Bakar “4”


i. Terapi posisi,

ii. ROM exercise, dan

iii. Pendidikan pada klien dan keluarga.

3. Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi yaitu fase pemulihan dan merupakan fase terakhir

dari perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi

penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian

melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-

tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau

meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan

kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta

pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.

22 Luka Bakar “4”


F. PATHWAY LUKA BAKAR
MAYOR >
30%
Hilang
Lisis Kemungk
barier kulit
SEL inan
Permeabilita
s kapiler Masalah Respon
HEMO HIPERKALE termoreg radang
LISIS MIA
Natrium, H2O
Hemoglo dan protein Gangguan
bin/ Konsentrasi sel bergeser dari respon

Mioglobi darah merah Hiponatremia imun


Respons stres masif,
VOLUME DARAH
aktivasi system saraf
SIRKULASI
simpatis
(sampai 50%)
Viskositas darah

Syok Luka
bakar

Hipoksemi
a

Pelepasan hormone
Factor kortikoid adrenal Tekanan darah
depresan dan
miocardial katekolamin

Vasokontrik Takikar Hiperglikem Katabolism Risiko Metabolism (setelah


si perifer di ia e ulkus syok luka bakar
curling teratasi)

After load

Cardiac output

Perfusi jaringan

Aliran darah renal Aliran darah GI Metabolisme Kerusakan Disfungsi seluler


anaerobik jaringan

Risiko gagal Risiko ileus Asidosis metabolik Potensial nekrosis Pembengkakan sel
ginjal akut jaringan
23 Luka Bakar “4”
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien luka bakar antara lain meliputi :
a) Identitas Klien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Penganggung jawab
b) Aktifitas/istirahat:
Pada pengkajian aktivitas kemungkinan ada di temukan tanda – tanda
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
c) Sirkulasi:
Pada Klien dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT akan
ditemukan tanda-tanda hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal
pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
d) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
e) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

f) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
g) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.

24 Luka Bakar “4”


Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
h) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
i) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

j) Keamanan:
Tanda:
 Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada
beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab,
pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah
jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
 Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.

25 Luka Bakar “4”


Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh
pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
 Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara
umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
 Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
 Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik) (Price and Wilson 2006)

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam kasus luka bakar
adalah :
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
domain 11 kelas 2 kode 00031
b) Risiko ketidak seimbangan volume cairan
domain 2 kelas 5 kode 00025
c) Nyeri akut
domain 12 kelas 1 kode 00132
d) Risiko infeksi
domain 11 kelas 1 kode 00004

26 Luka Bakar “4”


e) Kerusakan integritas kulit
domain 11 kelas 2 kode 00046
f) Risiko sindrom pascatrauma
domain 9 kelas 1 kode 00145
g) Gangguan citra tubuh
domain 6 kelas 3 kode 00118
(Nugraha et al. 2017)(NANDA International 2018)

27 Luka Bakar “4”


3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Ketidakefektifan Kriteria hasil : Pemantauan pernapasan:
iii. Menunjukkan bunyi napas yang bersih;
bersihan jalan Independen :
kecepatan pernapasan normal;dan
napas terbebas dari dispnea dan sianosis. v. Kaji riwayat cedera. Catat adanya gangguan
iv. Menunjukkan saturasi oksigen normal.
pernapasan sebelumnya dan riwayat merokok.
vi. Kaji reflex muntah dan menelan;catat luka bakar jalan
jalan napas atas, mengeluarkan air liur,
ketidakmampuan menelan, serak/parau, dan batuk
mengi.
vii. Pantau kecepatan, irama dan kedalaman pernapasan;
kur oksimetri nadi secara rutin, catat adanya pucat atau
sianosis dan sputum yang mengandung karbon atau
berwarna merah muda.
viii. Lakukan auskultasi paru, catat adanya stridor, mengi,
crackle, penurunan bunyi napas, dan napas brassy
ix. Catat adanya pucat atau kulit yang tidak terbakar yang
berwarna merah ceri.

28 Luka Bakar “4”


x. Kaji perubahan perilaku dan mental, seperti gelisah,
agitasi dan konfusi.
xi. Pantau keseimbangan cairan selama 24 jam, catat
variasi atau perubahan.
Manajemen jalan napas:
Independen :
xii. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan
bantal dibawah kepala, jika diindikasikan.
xiii. Dorong latihan batuk dan napas dalam, serta sering
mengubah posisi.
xiv. Lakukan pengisapan, jika perlu, dengan perawatan
yang ekstream, pertahankan teknik steril.
xv. Tingkatkan istirahat suara, tetapi jika kemampuan
untuk bicara dan/atau menelan sekresi oral secara
periodic.
xvi. Pantau keseimbangan cairan selama 24 jam, catat
variasi atau perubahan.
Kolaboratif
xvii. Beri oksigen humidifikasi melalui cara yang tepat, mis

29 Luka Bakar “4”


masker wajah.
xviii. Pantau nilai gas darah arteri
xix. Pantau kadar karbondioksidahemoglobin (COhb), jika
diindikasikan.
xx. Kaji pemeriksaan sina-X.
xxi. Beri atau bantu melakukan fisioterapi dada dan
spirometri insentif.
xxii. Siapkan atau bantu intubasi atau trakeostomi dan
ventilasi mekanis, jika diindikasikan.
2. Risiko kekurangan Kriteria hasil ; Pencegahan syok :
volume cairan Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat Independen
yang dibuktikan dengan haluaran urin yang - Pantautanda vital dan tekanan vena central. Catat
tepat dengan berat jenis normal, tanda stabil, pengisian ulang kapiler dan kekuatan nadi perifer.
dan membran mukosa lembab. - Pantau haluaran urine dan berat jenis. Observasi warna
urine dan hematest, jiak diindikasikan.
- Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tidak
terlihat.
- Pertahankan pencatatan jumlah kumulatif dan jenis
asupan cairan.

30 Luka Bakar “4”


- Timbang berat badan setiap hari.
- Ukur lingkar ekstrimitas luka bakar, sesuai indikasi.
- Kaji perubahan mental.
- Kaji distensi lambung, hematemesis, dan feses
berdarah. Drainase nasogastrik hematemest dan feses
secara periodic.
Kolaboratif :
- Pasang dan pertahankan kateter urine menetap.
- Pasang/pertahankan kateter intravena berdiameter
besar.
- Beri penggantian cairan IV yang telah dihitung,
elektrolit, plasma, dan albumin.
- Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti Hb/ht,
elektrolit dan natrium urine.
- Beri medikasi sesuai indikasi, sebagai berikut :
diuretic (manitol), kalium,antasida (mis kalsium
karbonat) dan malgdrate daninhibitor histamine (mis
simetidin dan ranitidine)
- Tambahkan elektrolit ke air yang digunakan untuk

31 Luka Bakar “4”


debridement luka, jika diindikasikan.
3. Nyeri akut Nyeri dapat teratasi Manajemen nyeri :
Kriteria hasil : Independen
- Melaporkan nyeri berkurang atau - Kaji laporan nyeri, catat lokasi/karakter dan intensitas
terkendali. (0-10 skala nyeri)
- Menunjukkan ekspresi wajah dan postur - Catat adanya indicator nyeri nonverbal, terutama pada
tubuh rileks. klien yang tidak dapat mengungkapkan nyeri.
- Kontrol nyeri : pasien dapat - Tutup luka bakar sesegera mungkin kecuali diperlukan
berpartisipasi dalam aktivitas dan metode perawatan luka bakar dengan pajanan udara
istirahat-tidur secara tepat. terbuka.
- Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodic.
- Beri pagar tempat tidur, jika diindikasikan.
- Bungkus jari dan ekstremitas pada posisi fungai,
hindari posisi fleksi pada sendi yang terkena, gunakan
bebat dan papan kaki jika perlu.
- Ubah posisi secara sering dan bantu melakukan latihan
rentang gerak sendi secra aktif dan pasif, sesuai
indikasi.
- Pertahankan suhu lingkungan yang nyaman.

32 Luka Bakar “4”


- Beri medikasi nyeri adekuat dan medikasi tambahan
seperti obat anti ansietas sebelum, selama, atau setelah
prosedur seperti mengganti balutan dan debridement.
- Dorong mengungkapkan perasaan tentang nyeri.
- Libatkan klien dalam menetukan jadwal aktivitas,
terapi, dan pemberian obat.
- Jelaskan prosedur dan beri informasi secara sering
sesuai kebutuhan, terutama selama debridement luka.
- Beri tindakan kenyamanan dasar-kehadiran, sentuhan
lembut atau massase area yang tidak cedera, dan sering
mengubah posisi.
- Beri dan dorong penggunaan teknik manajemen stress
seperti, relaksasi progresif, napas dalam, imajinasi
terbimbing, dan visualisasi.
Kolaboratif
- Beri analgesic (opiod dan nonopioid) sesuai indikasi
(seperti morfin, fentanil, atau oksikodon).

33 Luka Bakar “4”


4. Risiko infeksi Kriteria hasil : Perlindungan infeksi :
Penyembuhan luka bakar : mencapai Independen
penyembuhan tepat waktu dan terbebas dari - Implementasikan teknik isolasi yang tepat, sesuai
eksudat purulen dan aferbis. indikasi.
- Tekankan dan beri contoh teknik cuci tangan yang
baik untuk semua individu yang berkontak dengan
klien.
- Gunakan gown, sarung tangan, dan teknik aseptic ketat
selama perawatan luka langsung dan beri linen tempat
tidur dan gown steril atau baru di cuci.
- Pantau dan batasi pengunjung,jika perlu jelaskan
prosedur isolasi pada pengunjung.
Kolaboratif
- Beri agens antimikroba topical, sesuai indikasi, mis :
sulfadiazine perak, larutan mafenadine asetat, krim
mafenadine hcl, balutan bersalut gidrogel.
- Berikan medikasi lain sesuai kebutuhan mis; antibiotic
sistemik, tetanus toxoid, antitoksin klostridial.
- Pasang iv dan jalur invasive di area yang tidak

34 Luka Bakar “4”


mengalami luka bakar.
- Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas luka dan
drainase secara rutin.
- Bantu melakukan biopsy eksisi jika dicurigai infeksi.
Perawatan Luka :
Independen
- Cukur/ikat semua rambut disekitar luka bakar dengan
batas 2,5 cm (termasuk alis mata). Cukur janggut(pria)
dan keramas setiap hari.
- Kaji area yang tidak terbakar seperti selangkang, lipat
leher, dan membrane mukosa, serta rabas vagina
secara rutin.
- Beri perawatan khusus untuk mata seperti gunakan
penutup mata dan formula air mata jika perlu.
- Cegah kontak permukaan kulit ke kulit yang terbakar.
- Kaji luka setiap hari, catat dan dokumentasikan
perubahan penampilan, bau, atau jumlah drainase.
- Pantau tanda – tanda vital untuk demam dan
peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan

35 Luka Bakar “4”


yang berkaitan dengan perubahan sensori, adanya
diare, penurunan hitung tromb, dan hiperglikemia
dengan glukosauria.
Kolaboratif
- Ganti balutan dan bersihkan area yang terbakar dengan
hidroterapi. Pertahankan suhu air sebesar 37,8 ̊C. cuci
area dengan agens pembersih ringan atau sabun bedah.
- Eksisi dan tutup luka bakar secara tepat.
- Lakukan debridement jaringan nekrotik dan lepas,
termasuk lepuh yang pecah, dengan gunting dan
forsep. Jangan merusak lepuh yang utuh jika
berukuran kurang dari 1-2 cm, yang tidak menganggu
fungsi sendi, dan tidak tampak terinfeksi.
- Foto luka di awal masuk dan pada interval yang
periodic.
5. Kerusakan Kriteria hasil penyembuhan luka bakar : Perawatan kulit : area graft
integritas kulit - Menunjukkan granulasi jaringan. Independen
(graf) - Mencapai penyembuhan area luka - Kaji dan dokumentasikan ukuran, warna, kedalaman
bakar secara tepat waktu. luka, catat jaringan nekrotik dan kondisi kulit sekitar.

36 Luka Bakar “4”


- Beri perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan
pengendalian infeksi.
- Tinggikan area graft, jika memungkinkan dan tepat
- Pertahankan balutan, jaga kulit bebas dari tekanan.
- Evaluasi warna graft dan tempat donor, catat tanda
penyembuhan.
Kolaboratif
- Beri salep debridement luka topical, sesuai indikasi
mis, produk enzimatik,salep koalgenase dan papain.
- Pertahankan penutup luka.
- Bantu dengan balutan biologis mis
homograft,heterograft.
6. Gangguan citra Kriteri hasil : Intervensi krisis :
tubuh 1. Citra tubuh : Independen
- Menggabungkan perubahan kedalam - Kaji makna krhilangan bagi klien dan orang terdekat,
konsep diri tanpa menurunkan harga termasuk harapan dimasa dating dan dampak
diri. kepercayaan budaya dan agama.
- Mengungkapakan penerimaan - Kaji dan terima perasaan frustas, kebergantungan, rasa
terhadap diri dalam suatu situasi. marah, berduka dan agresi, catat perilaku menarik diri

37 Luka Bakar “4”


2. Penyesuaian pada disabilitas fisik: dan penggunaan penyangkalan.
- Mengmbangkan rencana untuk masa - Buat batasan perilaku maladaptive, pertahankan
depan kehidupan. perilaku yang tidak menghakimi ketika member
- Mengubah gaya hidup untuk perawatan dan bantu klien mengidentifikasi perilaku
mengakomodasi perubahan/situasi. positif yang akan membantu dalam penyuluhan
kesehatan, dan menyusun tujuan keterbatasan.
- Anjurkan orang terdekat melihat luka dan bantuan
perawatan, jika perlu.
- Bantu klien dalam mengidentifikasi tingkat perubahan
actual dalam penampilan/fungsi tubuh.
- Beri penguatan positif mengenai kemajuan dan dorong
usaha kea rah menyelesaikan tujuan rehabilitasi.
7. Risiko sindrom Pemulihan peribadi dapat tercapai dengan - Lakukan bermain peran tentang situasi social yang
pasca-trauma kriteriahasil : menjadi kekhawatiran klien.
- Mengungkapkan kewaspadaan
perasaan.
- Mengidentifikasi cara yang sehat Intervensi krisis :
mengatasi perasaan. Independen
- Mengungkapkan peningkatkan rasa - Beri penjelasan dan informasi tentang prosedur

38 Luka Bakar “4”


kendali. keperawatan secara sering. Ulangi kembali informasi
- Menunjukkan keterampilan sesuai kebutuhan atau diinginkan.
penyelesaian masalah yang efektif. - Tampilkan keinginan untuk mendengarkan dan bicara
pada klien ketika tidak ada prosedur yang
menimbulkan nyeri.
- Libatkan klien dan orang terdekat dalam membuat
keputusan.beri waktu untuk bertanya dan ulangi tujuan
terapi.
- Kaji status mental meliputi alam perasaan dan afek,
memahami kejadian, dan isi pikiran(seperti ilusi atau
manifestasi teror atau panik).
- Dorong klien membicarakan luka bakar ketika siap.
- Jelaskan kepada klien tentang apa yang terjadi, beri
kesempatan untuk bertanya dan beri jawaban terbuka
dan jujur.
- Ciptakan lingkungan yang tenang, gunakan imajinasi
terbimbing dan latihan relaksasi.
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaan mereka
terkait dukacita dan rasa bersalah.

39 Luka Bakar “4”


- Bersikap empatik dan tidak menghakimi dalam
menangani klien dan keluarga
(NANDA International 2018)(Moorhead et al. 2013)(Bulechek et al. 2013)(Nugraha et al. 2017)

40 Luka Bakar “4”


41 Luka Bakar “4”
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terpaparnya tubuh atau

kulit dengan berbagai benda yang menghasilkan panas maupun dengan zat

yang bersifat membakar. Aktivitas manusia sehari-hari maupun terjadinya

bencana alam dapat menyebabkan terjadinya trauma/luka bakar(Kristanty

et al. 2016).

Agar penanganan adekuat, maka cedera pada luka bakar di

kelompokkan berdasarkan mekanisme cedera( luka bakar thermal, luka

bakar kimia, luka bakar listrik, luka bakar radiasi, serta cedera inhalasi.)

Serta berdasarkan perjalanan penyakit ( Fase akut, fase subakut dan fase

lanjut).

B. SARAN
Dengan terselesaikan makalah ini diharapkan kelompok IV program studi
keperawatan universitas Hasanudin Makassar dapat memahami konsep
Kegawat daruratan pada luka bakar dengan baik serta hubungannya
dengan ilmu keperawatan yang tengah ditekuni. Agar lebih diperdalam
dengan tambahan beberapa sumber buku lagi, untuk menambah dan
melengkapi makalah ini.

42 Luka Bakar “4”


DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., and Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:

Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. 8 jilid 2. eds. Aklia Suslia,

Faqihani Ganiarji, Peni Puji Lestari, and Retno Wulan Arum Sari. Singapore:

Elsevier.

Bulechek, Gloria M., Howard K Butcher, Joanne M.Dochterman, and Cheryl

M.Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed. eds.

Intansari Nurjannah and Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta: Mocomedia.

Kristanty, Paula et al. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. ed. Jusirman.

Jakarta: TIM.

Moorhead, Sue, Marion Johnson, Meridean L.Maas, and Elizabeth Swanson.

2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Kelima. eds. Intansari

Nurjannah and Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta: Mocomedia.

NANDA International. 2018. “Nursing Diagnoses: Definitions and Classification

2018-2020.”

Nugraha, Andri et al. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah

Diagnosis NANDA-I Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda, and Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. 2nd ed. Jogjakarta:

MediAction.

Price, S. A., and L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. 6th ed. ed. L.M. Wilson. Jakarta: EGC.

43 Luka Bakar “4”


44 Luka Bakar “4”

Anda mungkin juga menyukai