Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

LUKA BAKAR

Dosen Pembimbing :

Andikawati,S.Kep.,Ns. M.Kep

Disusun oleh kelompok 12:

1. Dina Ningtias ( 1130016015 )


2. Achmad ( 1130016069 )

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Luka Bakar”. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah III. Shalawat dan salam semoga tercurah pula
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Andikawati,S.Kep.,Ns. M.Kep. sebagai


dosen pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
melakukan penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis
maupun bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, 17 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. I


DAFTAR ISI.............................................................................................................. II
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................1
2.1 Rumusan masalah .............................................................................................2
3.1 Tujuan ...............................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN TEORI ........................................................................................4


2.1 Definisi luka bakar ............................................................................................3
2.2 Etiologi luka bakar ............................................................................................3
2.3 Patofisiologi luka bakar ....................................................................................5
2.4 Manisfestasi klinis luka bakar ...........................................................................6
2.5 Penatalaksaan luka bakar ..................................................................................9
2.6 Health education luka bakar............................................................................12
2.7 Asuhan keperawatan luka bakar .....................................................................13

BAB 3 APLIKASI KASUS.......................................................................................20


3.1 Pengkajian .......................................................................................................20
3.2 Diagnosa..........................................................................................................23
3.3 Intervensi .........................................................................................................24
3.4 Implementasi dan evaluasi ..............................................................................27
BAB 4 PEMBAHASAN JURNAL ...........................................................................29
4.1 Ulasan Judul ....................................................................................................29
4.2 Pembahasan Jurnal ..........................................................................................29
BAB 5 PENUTUP .....................................................................................................32
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................32
5.2 Penutup ...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan
kimia, radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dai sumberpanas ke tubuh manusia
menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat
menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari
kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera kompleks yang
melibakan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens
antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antardisiplin, multi
sistem, dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka bakar.
Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 secara global luka bakar termasuk
dalam peringkat ke-15, penyebab utama kemataian terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar
195.5000 jiwa per tahun. Berdasarkan data unit luka bakar rumah sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), pasien dengan luka bakar akut yang dirujuk pada tahun 2010
sebanyak 143 orang pasien. Dari 50 orang pasien, 24 orang pasien meninggal dunia dan
26 orang pasien dapat di selamatkan (Purnama, Huriatul, Wiwik, 2013.)
Sumber umum luka bakar pada anak kecil dan lansia adalah dari luka bakar
akibat air keran yang panas, sedangkan anak yang lebih tua mendapat sebagian luka
bakar dari cedera nyala api. Lansia lebih rentan terhadap luka bakar dalam akibat air
panas karena kulit mereka yang lebih tipis. Cedera akibat kebakaran, yang terjadi pada
mahasiswa, biasanya terjadi akibat penggunaan alkohol yang mengganggu penilaian
dan menghambat dalam meloloskan diri dari kebakaran (NFPA,2004). Pekerjaan yang
mencakup kerja dengan bahan kimia, bensin, atau listrik merupakan faktor resiko lain.
Penganiyayan diduga terjadi ketika luka bakar akibat air panas menunjukkan garis
demarkasi yang jelas, yang menunjukkan imersi yang disengaja. Adanya luka bakar
kecil dan sirkular dapat terjadi akibat luka bakar rokok yang ditimbulkan oleh
penganiyaya.
Solusi dari permasalah tentang banyaknya pasien dengan luka bakar maka harus
ditingkatkannya kewaspadaan dan keamanan dalam kerja maupun kehidupan sehari-
hari. Sehingga dengan meningkatnya kewaspadaan akan meningkatkan angka

4
keamanan diri sendiri dan juga akan dapatt berpengaruh dengan menurunnya angka
kematian akibat luka bakar

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi luka bakar?
1.2.2 Bagaimana etiologi luka bakar?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi luka bakar?
1.2.4 Bagaimana manisfestasi klinis luka bakar?
1.2.5 Bagaimana penatalaksaan luka bakar ?
1.2.6 Bagaimana HE untuk luka bakar?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi luka balar
1.3.2 Mengetahui etiologi luka bakar
1.3.3 Mengetahui patofisiologi luka bakar
1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis luka bakar
1.3.5 Mengetahui bagaimana penatalaksaan pada pasien luka bakar
1.3.6 Mengetahui bagaimana HE untuk pasien luka bakar
1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien luka bakar

5
BAB 2

TINJUAN TEORI

2.1 Definisi luka bakar


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti aoi, air oanas, bahan kimia, listrik dan radiasi(Musliha,
2010)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia,dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam ( Padila,
2012)
Luka bakar adalah cedera sebagian akibat kontak langsung atau terpapar dengan
sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, atau radiasi (Pamela, 2010).
Luka bakar adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala api, panas,
dingin friksi, radiasi, bahan kimia, atau arus listrik. (Digiulio,2014)

2.2 Etiologi luka bakar


Empat jenis cedera luka bakar adalah termal, kimia, listrik, dan radiasi. Meskipun
keempat jenis tersebut dapat menyebkan kerusakan jaringan umun dan keterlibatan
multisistem, agens penyebab dan tidakan terapi prioritas itu unik pada setiap jenis
cedera.
2.2.1 Luka Bakar Termal
Luka bakar termal terjadi akibat pajanan terhadap panas kering (nyala
api) atau panas lembab (uap air dan cairan panas). Luka bakar ini merupakan
cedera luka bakar yang paling umum dan paling sering terjadi pada anak-anak
dan lansia. Pajanan langsung terhadap sumber panas menyebabkan destruksi sel
yang dapat menyebabkan hangusnya vaskular, tulang, otot dan jaringan saraf.

2.2.2 Luka Bakar Kimia

Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak kulit langsung dengan asam,
agens alkali (basa), atau senyawa organik lebih dari 25.000 produk yang
ditemukan dirumah atau tempat kerja dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Bakan kimia merusak protein jaringan sehingga menyebabkan nekrosis. Luka
bakar yang disebabkan oleh alkali (seperti cairan alkali) lebih sulit dinetralkan
dibandingkan luka Bakar yang disebabkan oleh asam. Luka bakar tersebut juga

6
cenderung mengelami penetrasi yang lebih dalam dengan luka bakar yang sama
lebih berat dibandingkan dari asam. Luka bakar senyawa organik, seperti akibat
hasil sulingan minyak tanah mengakibatkan kerusakan kutan melalui kerja
pelarut lemak dan juga dapat menyebabkan gagal ginjal dan hati jika diserap.

Agens kimia lebih lanjut diklasifikasikan sesuai dengan cara agens


tersebut secara struktural mengubab protein. Agens oksidasi, seperti pemutih
rumah tangga, mengubah konfigurasi protein melalui proses kimia. Bahan
korosif, seperti cairan alkali, menyebabka denaturasi protein yang luas. Racun
protoplasmik, seperti senyawa organik, membentuk garam dengan protein
sehingga menghambat kalsium dan ion lain yang diperlukan untuk viabilitas sel.
Keparaan luka bakar kimia dikaitkan dengan jenis agens, konsentrasi agens,
mekanisme kerja, durasi kontak, dan jumlah area permukaan tubuh yang
terpajan.

2.2.3 Luka Bakar Listrik


Keparahan luka bakar listrik bergantung pada jenis dan durasi arus, dan
jumah voltase. Sangat sulit mengkaji luas cedera luka bakar liostrik karena
proses destruktif yang dimulai dengan sengatan listrik yang tersembunyi dan
dapat menetap selama bermingu-minggu melebibihi waktu insidens.
Merupakan hal yang menantang untuk mengkaji kedalaman dan luas luka bakar
karena listrik mengikuti jalur hambatan yang kecil, yang ditubuh manusia
cenderung terletak disepanjang otot, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Tempat
masuk dan keluar cenderung kecil sehingga menutupi kerusakan jaringan yang
luas dibawah luka. Mekrosis jaringan terjadi akibat ganguan aliran darah,
sekunder akibat koagulasi ditempat cidera listrik. Karena luka bakar listrik pada
ekstremitas sering menyebabkan nekrosis jaringan yang berat, luka bakar
tersebut sering mengalami gangren yang mengharuskan amputasi.
Arus bolak balik (alternating current, AC), seperti yang ditemukan
rumah tangga biasa, menghasilkan gelomvang listrik berulang yang
menyebabkan kontraksi otot titanik. Kontraksi otot yang terus menerus tersebut
menghambat upaya pernafasan kontak dan menyebabkan henti napas. Kontraksi
juga menyebkan individu mematikan sumber daya listrik (seperti kebel listrik)
sehingga meningkatkan durasi kontak dengan sumber. Arus searah, seperti pada

7
cedera akibat tersambar petir, memjankan tubuh ke voltase yang tinggi selama
periode waktu seketika itu juga. Cedera voltase tinggi ( tersambar petir)
biasanya menimbulkan pintu masuk dan keluar luka. Efek aliran listrik, suatu
fenomena unik pada cedera akibat tersambar petir, sebenarnya menyelamatkan
pasien dari kematian. Hal ini tampak pada contoh ketika arus listrik mengalir
pada permukaan kulit yang lembab. Henti jantung-paru adalah penyebab
kematian yang paling umum akibat tersambar petir.

2.2.4 Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi biasanya dikaitkan dengan luka terbakar sinar


matahari atau terapi untuk kanker. Jenis luka bakar ini cenderung superfisial,
hanya mencakup lapisan yang paling jauh dari epidermis. Semua fungsi kulit
tetap utuh. Gejala terbatas pada reaksi sistemik ringan: sakit kepala, menggigil,
ketidaknyamanan lokal, mual, dan muntah. Pajanan yang lebih luas terhadap
radiasi atau bahan radioaktif, seperti pada kecelakan tenaga nuklir,
menyebabkan derajat kerusakan jaringan yang sama dan keterlibatkan
multisistem yang berkaitan dengan jenis luka bakar lain.
2.3 Patofisiologi luka bakar
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya
akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan
albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang
massif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak
pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa
jam setelah reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan
jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok
hipovolemik atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram
air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower
dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta
dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15
menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-

8
thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode
waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010)

2.4 Manifestasi klinis luka bakar


2.4.1 Berdasarkan kedalaman luka bakar
2.4.1.1 Luka baka derajat I
1) Luka terjadi pada lapisan epidermis
2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
3) Tidak dijumpai bulae
4) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

Gambar 1. Luka bakar derajat 1


2.4.1.2 Luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagaian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi
2) Dijumpai bulae
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal

9
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

2.4.1.3 Derajat II dangkal (superficial)


1) Kurusakan mengenai bagian superficial dari dermis
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh
3) Penyembuhan terjadi spontan dalam wktu 10-14 hari

Gambar 1. Lukar bakar derajat II(dangkal)

2.4.1.4 Derajat II dalam (deep)


1) Kurusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagaian besar masih utuh
3) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan

Gambar 2. Luka bakar derajat II (dalam)

10
2.4.1.5 Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan
3) Tidak dijumpai bulae
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar.
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
seksar
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka

Gambar 3. Luka bakar derajat III

2.4.2 Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori :
2.4.2.1 Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 20%
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.

11
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
2.4.2.2 Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 10%
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum
2.4.2.3 Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10% pada anak-anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
3) Tidak terdapat luka bakar didaerah wajah, tangan,dan kaki
4) Luka tidak sirkumfer
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

2.5 Penatalaksaan luka bakar


Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif dan penanganan klien luka
bakar di bangsal perawatan atau unit luka bakar (Christantie Effendi, S.Kp., 1999).
2.5.1 Penanganan awal di tempat kejadian
Tindakan yang harus dilakukan terhadap korban luka bakar:
a. Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan
korban berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus tubuh
korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang
cukup berventilasi jika kejadian luka bakar berada di ruangan tertutup.
b. Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
c. Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support)
dan oksigen jika diperlukan.
d. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu
20 oC (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama

12
15-20 menit segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah
pada jalan napas korban).
e. jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air
sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
f. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera
lain yang menyertai luka bakar.
g. Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (tutup
tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah
sakit).
2.5.2 Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat
a. Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas); B:
Breathing (pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
b. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
c. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami
trauma inhalasi).
d. Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan
intubasi atau trakheostomi).
e. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal
ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui
secara akurat tingkat kedalamannya).
f. Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya
dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter).
g. Pasang kateter urine.
h. Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.
i. Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan
sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam
pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam
II diberikan sisanya (disesuaikan dengan produksi urine tiap jam
j. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami trauma
inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan
obat bronkodilator
k. Periksa lab darah.
l. Berikan suntikan ATS/Toxoid

13
m. Perawatan luka
n. Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik, antibiotik
dll.
o. Mobilisasi secara dini (range of motion).
p. Pengaturan posisi.

2.5.3 Penanganan klien luka bakar di unit perawatan intensif


a. Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan secara
intensif di unit perawatan intensif terutama klien yang membutuhkan alat
bantu pernapasan (ventilator). Hal yang harus diperhatikan selama klien
dirawat di unit ini meliputi:
1) Pantau keadaan klien dan setting ventilator.
2) Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap
jam dan suhu setiap 4 jam.
3) Pantau nilai CVP.
4) Amati GCS.
5) Pantau status hemodinamik.
6) Pantau haluaran urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)
7) Auskultasi suara paru tiap pertukaran jaga.
8) Cek AGD setiap hari atau bila diperlukan.
9) Pantau saturasi oksigen.
10) Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.
11) Perawatan mulut setiap 2 jam (beri boraq gliserin).
12) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.
13) Ganti posisi klien setiap 3 jam.
14) Fisioterapi dada.
15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube
setiap hari.
16) Ganti tube dan NGT setiap minggu.
17) Observasi letak tube (ETT) setiap shift.
18) Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.
19) Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin),
gula darah (kolaborasi dengan dokter).
20) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.

14
21) Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.
2.5.4 Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar
a. Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang
luas dan dalam.
b. Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka bakar
yaitu perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
adekuat, pencegahan komplikasi dan rehabilitasi.
c. Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan
tertutup. Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan
setelah diberi obat topikal. Perawatan tertutup dengan menggunakan
balutan gaas steril setelah diberikan obat topikal atau tulle yang
mengandung chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist) dengan NaCl 0,9%
dan gaas kering. Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan kedalaman
luka bakar. Luka bakar grade II superficial menggunakan chlorampenicol
zalf mata, sedangkan luka bakar grade II dalam dan grade III menggunakan
SSD.
2.5.5 Hal-hal yang perlu diketahui dalam perawatan luka bakar:
a. Anatomi dan fisiologi kulit.
b. Pathofisiologi luka bakar.
c. Prinsip-prinsip penyembuhan luka.
d. Prinsip-prinsip pengontrolan infeksi (Universal precaution: teknik cuci
tangan bersih, penggunaan handschoen, masker, topi, baju steril; teknik
bersih dan aseptik).
e. Faktor-faktor penyebab infeksi.
f. Cara mengatasi nyeri.
g. Selain hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan teknik memandikan pasien
luka bakar.

2.6 Health Education luka bakar


Pencegahan tetap menjadi tujuan utama. Denngan meningkatkan perhatian
masyarakat terhadap promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, profesi
keperawatan sekarang berda dalam posisi yang baik utuk berkolaborasi dengan
disiplin lain guna mengembangkan inisiatif untuk mengurangi jumlah cedera luka

15
bakar. Misalnya, sebagai advokat pasien, perawat dapat memperingatkan pemimpin
politik tenntang kebutuhan untuk mengeluarkan undang-undang yang tepat dapat
berpusat pada keselamatan di tempat kerja (mis., kebutuhan alarm asap dan sistem
penyiram), dijalan raya (mis, peraturan tentang transportasi cairan yang mudah
terbakar), dan di rumah (mis, kebutuhan untuk alat keselamatan pada pemanas air
ddan tungku kayu, dan pada rokok yang paadam sendiri). Sebagai pendidik, perawat
dapat menyusun rencana penyuluhan untuk keluarga dan komunitas guna
meningkaatkan kesadaran akan masalah. Sebagai peneliti perawat dapat menyelidiki
kondisi yang memungkinkan terjadinya cedera luka bakar dan menyarankan metode
untuk mengurangi prevalensinya. Dengan bekerja ssama sebagai pembuat kebijakan
layanan kesehatan dan pemimpin komunitas, perawat dapat iku serta dalam upaya
untuk mengurangi jumlah kasus luka bakar tahunan.
2.7 Asuhan Keperawatan Luka Bakar
2.7.1 Pengkajian
2.7.1.1 Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan
rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2.7.1.2 Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
2.7.1.3 Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
2.7.1.4 Eliminasi:Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
2.7.1.4 Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
2.7.1.5 Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi;
afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera

16
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf
2.7.1.6 Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat
pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri;
smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
2.7.1.7 Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon
dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
2.7.1.8 Keamanan:Tanda:
a. Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler
pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
b. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh
pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
c. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum
ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
d. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada

17
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
e. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
2.7.1.9 Pemeriksaan diagnostik:
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan
henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

2.7.2 Diagnosa Keperawatan


2.7.2.1 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
2.7.2.2 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).

18
2.7.3 Intervensi

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri berhubungan Tujuan : setelah dilakukan 1. Berikan analgesik narkotik yang 1. Analgesik narkotik
dengan Kerusakan tindakan keperawatan selama 1x24 diresepkan prn dan sedikitnya 30 diperlukan utnuk memblok
kulit/jaringan; jam diharapkan nyeri yang menit sebelum prosedur perawatan jaras nyeri dengan nyeri
pembentukan edema. dirasakan klien dapat hilang luka. Evaluasi keefektifannya. berat. Absorpsi obat IM
Manipulasi jaringan Anjurkan analgesik IV bila luka buruk pada pasien dengan
Kriteria hasil:
cidera contoh bakar luas. luka bakar luas yang
debridemen luka. 1. menyangkal nyeri, 2. Pertahankan pintu kamar tertutup, disebabkan oleh
2. melaporkan perasaan tingkatkan suhu ruangan dan perpindahan interstitial
nyaman, berikan selimut ekstra untuk berkenaan dnegan
3. ekspresi wajah dan postur memberikan kehangatan. peningkatan permeabilitas
tubuh rileks. 3. Berikan ayunan di atas temapt tidur kapiler.
bila diperlukan 2. Panas dan air hilang melalui
4. Bantu dengan pengubahan posisi jaringan luka bakar,
setiap 2 jam bila diperlukan. menyebabkan hipoetrmia.
Dapatkan bantuan tambahan sesuai Tindakan eksternal ini
kebutuhan, khususnya bila pasien membantu menghemat
kehilangan panas.

19
tak dapat membantu membalikkan 3. Menururnkan neyri dengan
badan sendiri. mempertahankan berat
badan jauh dari linen
temapat tidur terhadap luka
dan menuurnkan pemajanan
ujung saraf pada aliran
udara.
4. Menghilangkan tekanan
pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan membantu
meinimalkan
ketidaknyamaan.

Kerusakan integritas Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji/catat ukuran, warna, 1. Memberikan informasi
kulit b/d kerusakan tindakan keperawatan selama 1x24 kedalaman luka, perhatikan jaringan dasar tentang kebutuhan
permukaan kulit jam diharapkan kerusakan nekrotik dan kondisi sekitar luka. penanaman kulit dan
sekunder destruksi integritas kulit yang terjadi pada 2. Lakukan perawatan luka bakar yang kemungkinan petunjuk
lapisan kulit. klien dapat sembuh: tepat dan tindakan kontrol infeksi. tentang sirkulasi pada aera
graft.
Kriteria hasil:

20
1. Mencapai penyembuhan 3. Pertahankan penutupan luka sesuai 2. Menyiapkan jaringan untuk
tepat waktu pada area luka indikasi. penanaman dan menurunkan
bakar
4. Tinggikan area graft bila resiko infeksi/kegagalan
mungkin/tepat. Pertahankan posisi kulit.
yang diinginkan dan imobilisasi 3. Kain nilon/membran silikon
area bila diindikasikan. mengandung kolagen
5. Pertahankan balutan diatas area porcine peptida yang
graft baru dan/atau sisi donor sesuai melekat pada permukaan
indikasi. luka sampai lepasnya atau
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, mengelupas secara spontan
dan minyaki dengan krim, beberapa kulit repitelisasi
waktu dalam sehari, setelah balutan 4. Menurunkan pembengkakan
dilepas dan penyembuhan selesai. /membatasi resiko
7. Lakukan program kolaborasi : pemisahan graft. Gerakan
jaringan dibawah graft dapat
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan
mengubah posisi yang
biologis.
mempengaruhi
penyembuhan optimal.
5. Area mungkin ditutupi oleh
bahan dengan permukaan
tembus pandang tak reaktif.

21
6. Kulit graft baru dan sisi
donor yang sembuh
memerlukan perawatan
khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.
7. Graft kulit diambil dari kulit
orang itu sendiri/orang lain
untuk penutupan sementara
pada luka bakar luas sampai
kulit orang itu siap ditanam.

22
BAB 3

APLIKASI KASUS

Contoh kasus

Seorang pasien bernama Tn. S berusia 27 tahun dengan BB 60 kg datang ke RSUA jam 11.00
pagi karena terkena ledakan tabung gas. Kejadian pasien terluka bakar pada jam 08.00. Daerah
luka bakar terjadi pada sebagian besar dada klien yang meliputi dada dan daerah abdomen (
Nilai : 18%). Keluhan utama klien saat datang ke RSUA merintih kesakitan. Klien juga
mengeluhkan sesak, batuk-batuk, serta klien merasa lemas. Sebelum kerumah sakit klien
berobat kedokter umum. Pemeriksaan TTV TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 36,8oC,
RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg

3.1 Pengkajian
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2018
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
3.1.1 RIWAYAT KEPERAWATAN:
3.1.1.1 Keluhan Utama: Klien merintih kesakitan pada daerah dada karena luka bakar 3
jam sebelum MRS.
3.1.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang: 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka
bakar karena terkena ledakan tabung gas elpiji . Tn. S tidak memiliki riwayat
Diabetes dan hipertensi. Kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi:
110x/mnt, S: 36,8oC, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg
3.1.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu: Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat
masuk rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada
dan Hipertensi tidak ada.
3.1.1.4 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC

23
3.1.2 PEMERIKSAAN FISIK:
3.1.2.1 Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakitberat
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 110x/mnt, reguler
Suhu : 36,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
3.1.2.2 Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
3.1.2.3 Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris
3.1.2.4 Leher
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
3.1.2.5 Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (-)
3.1.2.6 Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites
3.1.2.7 Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian dada (18%). Warnanya merah, keabu-
abuan, sedikit tampak cairan

24
3.1.3 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS: Klien mengatakan Luka bakar Defisit volume
lemas cairan
DO:
1. Turgor kulit Permeabilitas kapiler
kering meningkat
2. Mukosa kering
3. CVP abnormal
4. Kadar kalium, Evaporasi / Penguapan
natrium cairan
abnormal

Kehilangan cairan tubuh


2. DS: pasien mngatakan Ledakan gas Nyeri akut
nyeri hebat pada daerah
luka bakar yang ada di
dada dan perutnya. luka bakar
P: nyeri karena
terjadinya luka bakar
Q: nyeri seperi terbakar
R: nyeri terasa pada
bagian dada dan oerut
S: nyeri dengan skala 7
T: nyeri hilang timbul

DO:
1. Ekspresi pasien
meringis
2. Gelisah
3. Luka pada dada dan
perut
3. DS : Pasien mengatakan Ledakan gas intregitas kulit
mengalami luka bakar
akibat ledakan GAS
Luka bakar
DO : luka bakar yang
terjadi pada pasien
didaerah dada dan perut Kerusakan kulit
sekitar 18%

25
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
3.2.2 Nyeri akut b.d luka bakar pada daerah dada dan abdomen
3.2.3 Integritas kulis b.d akibat luka bakar

26
3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Monitor dan catat intake, output (urine 0,5 – 1
waktu 1 x 24 jam pemulihan cairan optimal dan cc/kg.bb/jam)
keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital 2. Beri cairan infus yang mengandung elektrolit
tercapai (pada 24 jam ke I), sesuai dengan rumus
Kriteria Hasil: formula yang dipakai
1. BP 100-140/60 –90 mmHg 3. Monitor vital sign
2. Produksi urine >30 ml/jam (minimal 1 4. Monitor kadar Hb, Ht, elektrolit, minimal
ml/kg BB/jam)d. Turgor elastic setiap 12 jam.
3. Mucosa lembab
4. Akral hangat
5. Rasa haus tidak ada
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Ajarkan prinsip prinsip manajemen nyeri
waktu 1 x 24 jam pemulihan nyeri akut pada 2. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
pasien dapat teratasi meliputi lokasi,durasi, frekuensi, kualitas.
Kriteria Hasil: 3. Gunakan strategi komunikasi trapeutik untuk
1. Menggunakan tindakan nyeri tanpa pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan
analgetik nyeri terhadap pasien

27
2. Menggunakan analgetik yang 4. Gunakan pendekatan multi disiplin untuk
direkomendasika manajemen nyeri, sesuai
3. Integritas kulis Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,
waktu 1 x 24 jam pemulihan integritas kulit perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
Kretia hasil luka.
1. Integritas kulit 2. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan
2. Penebalan kulit tindakan kontrol infeksi.
3. Eritema 3. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
4. Jaringan parut 4. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
5. Pertahankan balutan diatas area graft baru
dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki
dengan krim, beberapa waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.
7. Lakukan program kolaborasi: Siapkan/ bantu
prosedur bedah/balutan biologis.

28
3.4 Implementasi dan evaluasi
Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Evaluasi
keperawatan
Defisit volume cairan 20/09/2018 1. Memonitor dan catat intake, output S: Klien mengatakan tidak lemas
08.00-09.30 (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam) O: Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar
2. Memberi cairan infusyang Kalium= 4.0 mEq/L dan kadar Natrium=
mengandung elektrolit (pada 24 jam 135 mEq/L
ke I), sesuai dengan rumus formula A: Masalah teratasi
yang dipakai
P: Intervensi dihentikan
3. Memonitor vital sign
4. Memonitor kadar Hb, Ht, elektrolit,
minimal setiap 12 jam.
Respon :pasien merespon dengan baik

Nyeri akut 20/09/2018 1. Mengajarkan prinsip prinsip S: Klien mengatakan nyerinya sudah hilang
10.00-11.00 manajemen nyeri O: klien tampak lebih rileks, klien tampak
2. Melakukan pengkajian nyeri tenang
komprehensif yang meliputi A: Masalah teratasi
lokasi,durasi, frekuensi, kualitas.
P: Intervensi dihentikan
3. Menggunakan strategi komunikasi
trapeutik untuk pengalaman nyeri dan

29
sampaikan penerimaan nyeri terhadap
pasien
4. Menggunakan pendekatan multi
disiplin untuk manajemen nyeri,
sesuai
Respon:respon pasien baik dan mengikuti
perintah perawat
Integritas kulit 20/09/2018 1. Mengkaji/catat ukuran, warna, S: Klien mengatakan lukanya sudah mulai
13.00-14.00 kedalaman luka, perhatikan jaringan kering
nekrotik dan kondisi sekitar luka. O: Turgor kulit baik, klien tampak lebih
2. Melakukan perawatan luka bakar rileks,
yang tepat dan tindakan kontrol A: Masalah teratasi
infeksi.
P: Intervensi dihentikan
3. Mempertahankan penutupan luka
sesuai indikasi.
4. Meninggikan area graft bila
mungkin/tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan imobilisasi area
bila diindikasikan.

30
5. Mempertahankan balutan diatas area
graft baru dan/atau sisi donor sesuai
indikasi.
6. Mencuci sisi dengan sabun ringan,
cuci, dan minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam sehari, setelah
balutan dilepas dan penyembuhan
selesai.
7. melakukan program kolaborasi:
Siapkan/ bantu prosedur
bedah/balutan biologis.
Respon: respon pasien baik

31
BAB 4
PEMBAHASAN JURNAL
4.1 Ulasan Jurnal
Judul : Manajemen luka bakar dalam perawatan intensif dan akut
Penulis : Gabby Rowley-Conwy Staf perawat, Burn Unit, King
Abdulaziz Kota Medis, Riyadh, Arab Saudi. Surat menyurat ke:
rowleyconwyga@ngha.med.sa
Tahun : 2013
4.2 Pembahasan Jurnal
4.2.1 Latar Belakang: Pasien dengan luka bakar utama memerlukan perawatan
spesialis di pusat-pusat luka bakar, dengan mempertimbangkan respon
sistemik kompleks untuk luka bakar, menghindari komplikasi, perawatan
luka spesialis dan manajemen multidisiplin mendukung. Kadang-kadang,
pasien ini dapat dikelola dalam pengaturan lainnya, seperti departemen
darurat atau unit perawatan intensif umum dan daerah bangsal, misalnya
setelah ledakan atau bencana besar. Oleh karena itu, perawat umum
memerlukan pemahaman tentang kebutuhan yang kompleks pasien, dan
harus menyadari perkembangan terbaru dalam perawatan luka bakar dan up-
to-date bukti untuk memastikan praktek terbaik.
4.2.2 Metode: penilaian yang akurat dari kedalaman luka pada masuk adalah
penting untuk membimbing manajemen luka, dan penilaian ulang
diperlukan untuk memastikan perawatan luka yang tepat (Papini 2004). luka
bakar dapat diklasifikasikan sesuai dengan kedalaman luka (kotak 1), dan
manajemen akan berbeda-beda. jackson (1953) mengidentifikasi zona yang
berbeda dari luka bakar, yang menggambarkan bagaimana luka seperti
mengembangkan dan dapat memperdalam selama 48 jam pertama setelah
cedera
4.2.3 Hasil: Perawatan pernapasan cedera paru-paru dapat disebabkan oleh
cedera inhalasi atau respon sistemik ke luka bakar (ansermino dan Hemsley
2004). jika pasien tidak diintubasi sebelum transfer ke pusat luka bakar,
pengamatan dari dekat diperlukan untuk mengidentifikasi risiko apapun
untuk jalan napas sebagai akibat dari edema, dan intubasi yang cepat
mungkin diperlukan (asosiasi bakar Inggris (BBA) 2004).

32
Perawatan kardiovaskular yang memadai, tepat waktu resusitasi cairan
sangat penting untuk menghindari kejutan bakar yang disebabkan oleh
hipovolemia dan dihasilkan dari kebocoran kapiler plasma dari sistem
intravaskular (Williams 2008a). dengan tidak adanya resusitasi cairan yang
memadai, tubuh mengkompensasi dengan mengurangi suplai darah ke
perut, kulit dan ginjal, menyebabkan hipoperfusi dan pendalaman luka
bakar.
Perawatan ginjal gagal ginjal akut mungkin hasil dari resusitasi cairan
yang tidak memadai dan hipoperfusi ginjal berikutnya, atau mungkin terjadi
kemudian sebagai akibat dari sepsis (ansermino dan Hemsley 2004). Pasien
yang telah menderita cedera listrik tegangan tinggi juga berisiko nekrosis
tubular akut, sebagai molekul mioglobin besar dibebaskan setelah cedera
seperti itu dapat merusak tubulus ginjal halus (Williams 2008b).
Hemodialisis atau terapi penggantian ginjal terus menerus mungkin
diperlukan dan masukan nefrologi dini sangat membantu.
Analgesia Nyeri akibat luka bakar akut dapat diklasifikasikan sebagai nyeri
prosedural dan nyeri latar belakang (Connor-ballard 2009a). nyeri
prosedural adalah nyeri jangka pendek biasanya parah yang disebabkan oleh
manipulasi luka bakar, seperti perubahan rias, debridement dan
pencangkokan kulit, dan terapi okupasi atau fisioterapi (musim panas et al
2007). nyeri latar belakang adalah jangka fisioterapi (musim panas et al
2007). nyeri latar belakang adalah jangka fisioterapi (musim panas et al
2007). nyeri latar belakang adalah jangka panjang konstan,, ringan sampai
sedang sakit intensitas, yang hadir ketika pasien sedang beristirahat.
Manajemen eritema Pasien dengan eritema yang luas kadang-kadang
dimasukkan ke pusat luka bakar, baik dengan cedera inhalasi bersamaan,
tapi minimal luka bakar kulit, atau untuk manajemen nyeri jangka pendek.
eritema tidak memerlukan dressing seperti kulit tidak rusak, tapi aplikasi
biasa dari krim emolien non-wangi atau salep dapat membantu untuk
mengurangi rasa sakit (Honari 2004).
Perawatan Luka penilaian yang akurat dari kedalaman luka pada masuk
adalah penting untuk membimbing manajemen luka, dan penilaian ulang
diperlukan untuk memastikan perawatan luka yang tepat (Papini 2004). luka
bakar dapat diklasifikasikan sesuai dengan kedalaman luka (kotak 1), dan

33
manajemen akan berbeda-beda. jackson (1953) mengidentifikasi zona yang
berbeda dari luka bakar, yang menggambarkan bagaimana luka seperti
mengembangkan dan dapat memperdalam selama 48 jam pertama setelah
cedera.
Manajemen luka bakar parsial-ketebalan Parsial-ketebalan luka bakar
biasanya tidak memerlukan intervensi bedah, namun parsial-ketebalan yang
mendalam luka bakar yang belum sembuh dalam waktu 21 hari harus dinilai
ulang dan mungkin memerlukan pembedahan untuk menghindari jaringan
parut yang signifikan (Papini 2004). manajemen blister tetap menjadi isu
perdebatan dalam perawatan luka bakar, namun blister deroofing
memastikan luka yang dapat dinilai dengan baik dan memungkinkan kontak
dari saus, dan setiap antimikroba, dengan permukaan luka (Rowley-Conwy
2012).
Manajemen luka bakar ketebalan penuh awal eksisi bedah dari eschar dari
luka bakar ketebalan penuh, diikuti oleh penerapan split atau kulit lembaran
cangkok, dianjurkan (Papini 2004, Kowalske 2011). eksisi awal dan
pencangkokan kulit telah terbukti mengurangi tingkat kematian dan infeksi,
dan meningkatkan hasil fungsional dan kosmetik.
Perawatan psikososial intervensi psikologis yang kompleks tidak
diperlukan selama fase akut dari manajemen, sebagai kelangsungan hidup
pasien adalah prioritas. Namun, penjelasan yang jelas harus digunakan oleh
pengasuh menunjukkan arah pasien dan menjelaskan prosedur (Wiechman
dan Patterson 2004). penilaian psikologis dan psikiatris intensif dan
pengobatan mungkin diperlukan setelah pasien mampu berkomunikasi dan
memahami implikasi dari luka bakar, dan rujukan tepat waktu untuk layanan
ini sangat penting (Wiechman dan Patterson 2004).
4.2.4 Kesimpulan: tingkat kelangsungan hidup pasien dengan luka bakar utama
telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari
manajemen perawatan intensif lebih baik dan perkembangan teknik bedah.
membakar perawatan yang kompleks dan ada banyak daerah di mana bukti
tampaknya bertentangan atau memerlukan studi lebih lanjut. Namun, terus
berubah daerah ini memberikan kesempatan bagi pengembangan praktek
dan peningkatan pera

34
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab
seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita luka bakar
memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh dari berbagai
aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam memerluakn
perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta mempunyai efek resiko kematian
yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim yang paling
banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara
komprehensif dan optimal.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis yakni, pembaca dapat memahami dan mengerti tentang
luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan perawatan pada luka bakar dan dapat
bermanfaaat dan berguna bagi pembaca dan masyarakat umumnya.

35
DAFTAR ISI

Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar : Konsep Umum Dan Investigasi Berbasis Klinis
Luka Antemortem Dan Postmortem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Padila.2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :Nuha Medika

Digiulo, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 1. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Hidayat

Hurst, Marlene. Dkk. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. (Vol 2), Alih Bahasa Oleh Devi
Yulia, Sari Isneini. EGC. Jakarta

Nanda Internasional 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017 (Edisi
10). EGC. Jakarta.

Jhonson,Marion., Dkk. Edisi Kelima Nursing Outcomes Classification (NOC )

Bullechek, Gloria M., Dkk. Edisi Keenam Nursing Intervensions Classification (NIC)

36

Anda mungkin juga menyukai