Anda di halaman 1dari 14

RESUME

PERIPHERAL JOINT MOBILIZATION

Disusun oleh:

1. Raditya Sohan Harizega (14201211396)


2. Rafida Bella Mardanik (14201211371)
3. Rahayu Safitri (14201211114)
4. Rahmadanardian Wahyunda Pangestu (14201211206)
5. Raihan Ilhamrahmadan (14201211399)
6. Sadam Octa Mahendra (14201211258)
7. Sagita Ika Pratiwi (14201211094)
8. Salma Oktafia Puspitasari (14201211392)
9. Santi Dwi Yanti (14201211252)

KELAS S21 A

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2021
A. Peripheral Joint Mobilization

Mobilitas adalah sebuah gerakan pasif dimana teknik ini berupa oscilatory atau strech
untuk mengurangi nyeri atau meningkatkan arah gerak.

Manipulasi adalah sebuah gerakan pasif menggunakan gerak fisiologi atau accessory


yang sebuah thrust atau ketika pasien dibawah pengaruh anastesi.

Mengacu pada teknik manualterapi yang digunakan untuk menghibisi nyeri dan
mengatasi joint disfunction secara khusus ditujukian pada perubahan mekanik sendi.

Konsep Dasar Joint Motion

1. Bentuk sendi
Ovoid dan Sellar

2.
3.
4.
5.

2. Tipe Gerakan

3. Efek Join Motion


-Efek joint motion men t motion menstimulasi aktivitas
biologis melalui gerakan cairan sinovial.
-Joint motion meme ion memelihara ekstensibilitas dan kekuatan daya
renggang articular serta jaringan
periarticular.
4. Indikasi dan Tujuan Joint Mobilization
 Nyeri Muscle guarding dan Spasme
 Reversible Joint Hypomobilit (Dapat diobati dengan  progressively
vigorous joint-  play tehnique untuk mengulur capsul dan ligamen
yang mengalami hypomobile.
 Progressive Limitation
 Functional Immobili

 Keterbatasan Joint Mobilization Technique


1. Teknik mobilitas tidak dapat mengubah kelainan dari proses penyakit
2. Skill terapis
 Kondisi Yang Memerlukan Pencegahan Khusus
1. Maligna
2. Penyakit tulang yang dideteksi dengan radiograph
3. . Nyeri y Nyeri yang terl ang terlalu tinggi alu tinggi (tentukan penyebab nya nyeri
dan modifikasi pengobatannya.
4. Hipermobilitas pad tas pada persen a persendian asos dian asosiasi (p iasi
(persendian asos dian asosiasi harus distabilisasi dengan tepat sehingga tekanan
mobilisasi tidak ditransimisikan ke persendian itu.
5. Bentuk baru at k baru atau kelemahan pada jari an pada jaringan konektif 
6. Penyakit si akit sistemik jari mik jaringan konektif 
7. Lansia dengan kelemahan jaringan konektif dan pengurangan sirkulasi
 Kontraindikasi
1. Hipermobilitas
2. Pembengkakan sendi
3. Inflamasi
4. Osteoporosis
 Prosedur dalam Melakukan Teknik Mobilisasi Sendi Pasif 
 Examination and Evaluation
 Grade atau Dosis
 Pergerakan Posisi dan Stabilisasi
 Posisi Sendi
 Treatment Force dan Arah Pergekan
 Inisiasi dan Progres Penyembuhan
 Kecepatan, Ritme, dan Durasi
 Pergerakan
 Treatment Soreness
 Reassement
 Total Program

Evaluation and Examination (Apabila pasien memiliki limitasi atau nyeri ketika
bergerak, evaluasi dan tentukan jaringan mana yang mengalami limitasifungsi dan
lokalisasi.

Grade atau dosis pergerakan

Teknik grade osilasi

Dosis

Grade I: Ritme amplitudo kecil dilakukan pada permulaan range

Grade II: Ritme osilasi amplitudo besar dilakukan dilakukan dalam range, belum mencapai
limit

Grade III: Ritme osilasi amplitudo besar dilakukan hingga melewati limit gerakan yang
memungkinkan dan ditekan pada jaringan yang resisten.

Grade IV: Ritme osilasi amplitudo kecil dilakukan pada limit gerakan yang memungkinkan
dan ditekan pada jaringan yang resisten

Grade V :Amplitudo kecil, teknikhigh-velocity thrust dilakukan untuk menahanadhesi pada


limit gerakan yang memungkinkan

Penggunaan:

Grade I dan II utamnya digunakan untuk menyembuhkan limitasi gerakan akibat nyeri

Grade III dan IV utamanya digunakan sebagai manuverstretcing

Teknik:
Osilasi bisadilakukan menggunakan gerakan fisiologis(osteokinematik) atau teknikjoint-play
(athrokinematik).

Teknik Translasi Joint-play Berkelanjutan

Dosis

Grade I (loosen): Distraksi amplitudo kecil dipakai ketika tidak ada tegangan pada pada
kapsul

Grade II (tighten): Distraksi yang cukup atau glide dipakai untuk mengeratkan jaringan
disekitar sendi.

Grade lll (stretch): Distraksi atau glide dipakai dengan amplitudo yang cukup besar untuk
melakukan stretch pada kapsul sendi dan mengilingi struktur periartikular

Penggunaan

Grade I distraksi digunakan dengan semua gerakan gliding dan bisa digunakan untuk
mengurangi nyeri

Grade ll distraksi digunakan pada pengobatan awal untuk menentukan seberapa sensitif sendi

Grade lll distraksi sendi atau glide digunakan untuk merenggangkan struktur sendi dan
meningkatkan joint-play

Teknik
Sistem grading ini menjelaskan hanya teknik joint-play yaitu distraksi atau glide permukaan
sendi

Perbadingan

Untuk menjelaskan dan kosistensi dosis yang telah dijelaskan sebelumnya

Posisi dan stabilisasi

 Ekstremitas pasien yang disembuhkan harus diposisika sebaik mungkin agar pasien
rileks
 Stabilisasi dengan kuat dan nyaman hubungan satu sendi,biasanya pada tulang
proksimal.stabilisasi bisa dilakukan dengan belt,salah satu tangan terapis, atau asisten

Posisi sendi

Evaluasi joint-play dan pengobatan pertama dilakukan pada posisi istirahat sendi,di mana
pada posisi ini kapsul memiliki kelonggaran yang besar

Treatment force dan Arahan Pergerakan

 Treatment force (baik lembut ataupun kuat) dipakai dengan mendekatkan permukaan
sendi yang berlawanan.semakin besar kontak permukaan, maka semakin nyaman
pasien dengan prosedur itu
 Teknik gliding dilakukan pararel dengan treatment plane.Arah glinding dengan
mudah ditentukan dengan menggunakan convexconcave rule
 Setiap tulang digerakkan sehingga terjadi gliding pada permukaan tulang atara yang
satu dengan yang lain nya
 Insiasi dan penyembuhan

Awal penyembuhan adalah sama baik penyembuhan untuk menurunkan nyeri atau
meningkatkan joint-play.Tujuannya untuk menentukan reaktifitas sendi sebelum
diproses.Hari selanjutnya, evaluasi respon sendi

 Kecepatan,Ritme,dan Durasi Pergerakan Osilasi


a. Grade l dan lV biasanya adalah osilasi yang kuat,seperti manual vibrasi
b. Grade ll dan ll lembut, osilasi reguler pada 1 hingga 3 kali/detik dalam 1 hingga 2
menit
c. Variasi kecepatan osilasi untuk efek yang berbeda seperti amplitudo kecil dan
kecepatan tinggi untuk menginhibisi nyeri atau kecepatan lambat untuk
merelaksasi otot.
 Sustained(kelanjutan)
a. Untuk sendi yang nyeri gunakan distraksi yang sebentar selama 7 atau 10 detik
dengan beberapa detik istirahat dalam beberapa kali
b. Untuk sendi yang mengalami retraksi, gunakan gaya stretch minimum selama 6 detik,
diikuti dengan membebaskan sabagian,lalu lakukan dengan lambat,lalu stretching
sebentar dalam interval 3-4 detik.
 Treatment soreness

Stretching biasanya menyebabkan rasa sakit lakukan manuver dihari lain untuk
mengurangi rasa sakit dan penyembuhan jaringan

 Reasessment

Sendi dan ROM pasien harus diasesmen ulang setelah pengobatan dan sebelum
pengobatan selanjutnya lagi
Program Total

Apabila otot atau jaringan konektif juga mengalami limitasi gerak, inhibisi dan teknik
stretching pasif bisa diganti dengan mobilisasi sendi pada sesi pengobatan yang sama

Peripheral Joint Mobilization Technique Ext.Inferior dan Truk

HIP

Hip Joint

Asetabulum konkaf menerima konveks ada kepala femur. Posisi Istrahat: fleksi hip 30° dan
sedikit rotasi eksternal. Stabilisasi: fiksasi pelvis dengan menggunakan belt.

Hip Caudal Glide

Indikasi : Menguji, pengobatan pertama, mengontrol nyeri, mobilisasi umum.

Posisi terapis dan letak tangan: Berdiri di ujung bed, letakkan belt di area trunkmu lalu
lilitkan belt di kaki pasien dan sekitar malleo ankle. Letakkan tangan pada proksimal leolus di
bawah belt istrahat dan lutut ekstensi.

Hip Posteror Glide

Indikasi :Untuk menambah fleksi dan endorotasi.

Posisi pasien: supine, dengan hip di ujung bed. Pasien membantu stabilisasi pelvis dengan
memfleksikan hip yang berlawanan dan memegang paha dengan tangan. Hip dimobilisasi
dalam posisi istrahat.

Posisi terapis: letak tangan berdiri di sisi medial paha pasien. Letakkan belt di sekeliling
shoulder dan di bawah paha pasien untuk membantu menahan beban dari ektstremitas bawah.
Letakan tangan distal anda di bawah belt dan distal paha. Letakan tangan proksimal pada
permukaan anterior pada proksimal paha. Gaya mobilisasi: jaga elbow Anda tetap ekstensi
dan fleksikan lutut; lakukan force melalui tangan proksimal Anda pada arah posterior.

Hip Anterior Glide 1

Indikasi: untuk meningkatkan ekstensi dan eksternal rotasi.


Posisi pasien: prone dengan trunk istrahat pada bed dan hip berada pada pinggir bed. Kaki
yang berlawanan di atas lantai.

Hip Anterior Glide 2

Posisi Fisioterapis:Dorong melawan bagian posteri posterior dari trokhan trokhanter mayor
pada arah anterior dengan tangan kaudal.

Posisi pasien side-lying dengan paha fleksi dan dibantu bantal. Berdirilah di belakang pasien
dan stabilisasi pelvis melewati SIAS dengan tangan kranial.

KNEE and LEG

Artikulasi Tibiofemoral : Konkaf tibial mendatar tinggi pada konveks condilus femur.

Treatment plane: sepanjang permukaan plateaus tibial. Ini bergerak dengan tibia sebagai
perubahan sudut lutut.

Stabilisasi ilisasi: Pada banyak kasus femur distabilisasi kasus, femur distabilisasi dengan belt
atau bet.

Tibiofemoral Distraction

Indikasi: untuk meningkatkan ekstensi dan eksternal rotasi. Posisi pasien: prone dengan trunk
istrahat pada bed dan hip berada pada pinggir bed. Kaki yang berlawanan di atas lantai.

Posisi terapis: Genggam di sekitar distal kaki, proksimal malleolus dengan kedua tangan.
Gaya mobilisasi: tarik pada axis yang panjang dari tibia untuk memisahkan permukaan sendi.

Tibiofemoral Posterior Glide

Indikasi: untuk meningkatkan fleksi.

Posisi pasien: duduk, lutut fleksi.

Posisi terapis: pada posisi istrahat, berdirilah di sisi medial kaki pasien. medial kaki pasien.
Pegang distal kaki pasien dengan tangan distal dan letakkan palmar tangan proksimal
disepanjang sisi anterior tibia. Gaya mobilisasi: ekstensikan elbow dan ayunkan tubuh ke
tibia gliding ke arah posterior tibia, gliding ke arah posterior

Tibiofemoral Anterior Glide

Indikasi: untuk meningkatkan ekstensi.

Posisi terapis: Letak tangan genggam distal tibia dengan tangan yang dekat dengan itu, dan
letakan palmar dari tangan proksimal pada sisi posterior dari proksimal tibia. Gaya
mobilisasi: tekan dengan tangan pada proksimal tibia ke arah anterior. Posisi pasien: prone,
lutut dalam posisi istrahat. Letakan pad kecil dibawah distal paha untuk mencegah kompresi
patela.

Patellofemoral Joint (anterior glide)

Posisi terapis: berdiri di samping paha


pasien. Letakan arkus tangan yg dekat dengan
paha di pinggir superior patela. Gaya mobilisa a
mobilisasi: Glid si: Glide patel e patela ke arah
kaudal, paralel dengan femur. Precautions: Jangan
tekan patella ke dalam kondilus femur ketika
melakukan teknik ini. Indikasi: menambah
mobilitas patellar untuk knee fleksi.

Posisi pasien: supine dengan lutut ekstensi.

Patellofemoral Joint (medial –lateral

Posisi terapis: P apis: Peletakan tangan: letakkan jari-jari


anda di bagian medial dan ibu jari dibagian dibagian lateral
disekeliling lateral disekeliling medial dan lateral dipinggir
patella, secara berurutan. Gaya mobilisasi: Arahkan patella
ke arah medial atau lateral, melawan tahanan.

Indikasi: menambah mobilitas patellar. . Posisi pasien:


terlentang, dengan knee di knee di ekstensik
ekstensikan.

Proximal Tibiofibular Articulation Anterior glide


Posisi pasien: Baring menyamping, dengan
trunk dan hip diputar sebagian menuju pronasi;
bagian atas kaki difleksikan ke depan  jadi knee dan
bagian bawah kaki disandarkan di bed atau didukung
dengan bantal.

Indikasi: meningkatkan gerakan caput fibular.

Gaya Mobilisasi: berasal dari tumit dari tangan


melawan bagian posterior dari bagian posterior
dari kepala fibula, kearah lateral anterior

Distal Tibiofibular Articulation Anterior or Posterior glide

Posisi terapis: kedua tangan berada di ujung


meja, tempatkan tangan sisi medial dan lateral distal
tibia . Gunakan thumb utk stabilisasi dan jari2
lainnya d bagian posterior. Gaya Mobilisasi: Tekan
melawan fibula ke arah anterior saat tertelungkup
dan ke arah posterior saat terlentang.

Indikasi: meningkatkan mobilitas dorsifleksi


ankle. . Posisi Pasien: Terlentang atau tengkurap
dengan distabilisasi handuk dibag bawah ankle.

ANKLE and FOOT

Artikulasi Tibiof  Artikulasi Tibiofemoral: emoral: Konkaf tibial mendatar tinggi pada
konveks condilus femur. Treatment plane: sepanjang permukaan plateaus tibial. Ini
bergerak dengan tibia sebagai perubahan sudut lutut. •Stabilisasi ilisasi: Pada banyak kasus,
femur distabilisasi dengan belt atau bet.

Talocrural Distraction
Posisi terapis: Letak tangan genggam distal tibi
al tibia dengan tangan yang dekat dengan itu, dan
letakan palmar dari tangan proksimal pada sisi posterior
dari proksimal tibia. Gaya mobili a mobilisasi: te sasi:
tekan denga tangan pada proksimal tibia ke mencegah
kompresi patela.

Indikasi: sebagai testing dan awal treatment , kontrol


nyeri,general mobilisasi. . Posisi pasien: prone posisi
one, l isi istr , lutut dal trahat. dalam Letakan pad kecil
dibawah distal paha untuk arah anterior.

Talocrural Dorsal Glide

1 Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasin


mobilisasinya: posisi ya: posisi terapis terapis berada di
samping pasien,lalu satu tangan terapis berada di bagian
anterior distal tibia,dan tangan yang satunya lagi
memegang bagian talus, Glidingkan talus ke arah
posterior dgn tibia melawan talus

Indikasi: untuk
menambah
dorsofleksi. . Posisi Pasien: Terlentan erlentang dengan
kaki pada bed dan tumit berada di luar bed.

Talocrural Anterior Glide

Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya:


Terapis berada di ujung bed bagian lateral dari
pasien,lalu satu tangan pemeriksa ditempatkan di bagian
dorsum kaki,dan tangan yang satunya lagi memegang
bagian calcaneus lalu bagian calcaneus lalu gerakan
secara berlawanan.
Indikasi: untuk menambah plantarfleksi. .

Posisi Pasien: Pasien tengkurap dengan kaki ditepi bed.

Subtalar Distraction

 Indikasi: sebagai testing dan awal treatment,


kontrol nyeri, mobilisasi general untuk
inversi/eversi.
 Posisi terapist, letak tangan, dan mobilisasinya:
Terapis berada di bagian bawah kaki pasien,
lalu satu tangan memegang calcaneus bagian
posterior. Tangan yang satunya memfikasi
tallus dan malelolus pada meja,dan tarik
calcaneus ke arah distal.
 Posisi Pasien: Terlentan erlentang dengan kaki di letakan pada meja dan tumit agak ke
tepi.

Subtalar Medial glide Or Lateral glide

 Indikasi: meningkatkan inversi dan eversi.


 Pemeriksa berada di samping pasien,lalu
satu tangan pemeriksa memegang bagian
talus,dan memegang bagian talus,dan
tangan yang satunya memegang bagian
distal calcaneus lalu bagian distal calcaneus
di dorong ke arah lateral (untuk lateral
glide) dan ditarik ke arah medial (untuk
medial glide).
 Posisi Pasien: pasien tengkurap dengan kaki di sandar pada meja
Intertarsal and Tarsometatarsal Plantar Glide

 Indikasi: meningkatkan gerakan aksesori


plantarfleksi .
 Gaya Mobilisasi: Dorong tulang bag.distal dari
bagian dorsal dengan arah plantarfleksi.
 Posisi Pasien: Terlentang dengan hip dan knee
di flexikan atau duduk dengan knee
menggantung d ujung bed diistiraha
diistirahatkan

Intertarsal and Tarsometatarsal Dorsal Glide

 Indikasi: meningkatkan gerakan aksesori


glinding (terutama pronasi).
 Stabilisasi: Fiksasi dibagian tulang
proksimal. Penempatan tangan: Untuk
mobilisasi lateral tarsal joint, Fts berada
di sisi medi menge dial kaki, genggam
dengan jari- jari gelilingi bagian lateral
kaki; begitu juga untuk bagian medial.
Kekuatan Mobilisasi: Dorong dari
permukaan plantar ke arah dorsal.
o Posisi Pasien: Posisi Pasien: Tengkurap engkurap
dengan knee di flexikan.

Anda mungkin juga menyukai