Anda di halaman 1dari 59

Peripheral Joint

Mobilization 2
KELOMPOK III
PENDAHULUAN

 Mobilisasi persendian mengacu pada teknik manual terapi


yang biasanya digunakan untuk memodulasi nyeri dan
menyembuhkan disfungsi sendi yang membatasi ROM
dengan secara spesifik menangani perubahan mekanik
persendian.
LIMITASI TEKNIK
MOBILISASI SENDI
Teknik mobilisasi tidak dapat mengubah
proses penyakit dari penyakit-penyakit
seperti RA atau proses peradangan dari
luka.

Treatment ditujukan utk meminimalisasi


nyeri, memelihara kebebasan gerak sendi,
dan mengurangi efek dari limitasi
mekanik.
KONTRAINDIKASI

 Hipermobilitas
 Pembengkakan sendi
 Inflamasi
 Osteophorosis
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN
TEKNIK MOBILISASI SENDI PASIF

Examination and Evaluation


Grade atau Dosis Pergerakan
Posisi dan Stabilisasi
Posisi Sendi
Treatment Force dan Arah Pergerakan
Inisiasi dan Progres Penyembuhan
Kecepatan, Ritme, dan Durasi Pergerakan
Treatment Soreness
Reasesmen

Total Program
Examination and Evaluation

 Apabila pasien memiliki limitasi atau nyeri ketika bergerak,


evaluasi dan tentukan jaringan mana yang mengalami
limitasi fungsi dan lokalisasi.
 Hal yang harus diperhatikan: kualitas nyeri, pembatasan
kapsular, sublukasi/dislokasi.
Grade atau Dosis Pergerakan
 Teknik Grade Osilasi
 Dosis
Grade I: Ritme osilasi amplitudo kecil dilakukan pada permulaan range.
Grade II: Ritme osilasi amplitudo besar dilakukan dalam range, belum mencapai limit.
Grade III: Ritme osilasi amplitudo besar dilakukan hingga melewati limit gerakan yg
memungkinkan dan ditekan pada jaringan yang resisten
Grade IV: Ritme osilasi amplitudo kecil dilakukan pada limit gerakan yg memungkinkan dan
ditekan pada jaringan yang resisten
Grade V: Amplitudo kecil, teknik high-velocity thrust dilakukan untuk menahan adhesi pada limit
gerakan yg memungkinkan.
 Pengunaan
Grade I dan II utamanya digunakan untuk menyembuhkan limitasi gerakan akibat nyeri.
Grade III dan IV utamanya digunakan sebagai manuver stretching.
 Teknik
Osilasi bisa dilakukan menggunakan gerakan fisiologis (osteokinematik) atau teknik joint-play
(athrokinematik)
 Teknik Translasi Joint-Play Berkelanjutan
 Dosis
Grade I (loosen) : Distraksi amplitudo kecil dipakai ketika tidak ada tegangan pada kapsul.
Grade II (tighten) : Distraksi yg cukup atau glide dipakai untuk mengeratkan jaringan di sekitar
sendi.
Grade III (stretch) : Distraksi atau glide dipakai dengan amplitudo yang cukup besar untuk
melakukan stretch pada kapsul sendi dan mengelilingi struktur periartikular.
 Pengunaan
Grade I distraksi digunakan dengan semua gerakan gliding dan bisa digunakan untuk mengurangi
nyeri.
Grade II distraksi digunakan pada pengobatan awal untuk menentukan seberapa sensitif sendi.
Grade II gentle distraksi dipakai sebentar, digunakan untuk menginhibisi nyeri; juga digunakan untuk
memelihara joint-play.
Grade III distraksi sendi atau glide digunakan utk merenggangkan struktur sendi dan meningkatkan
joint-play.
 Teknik
Sistem grading ini menjelaskan hanya teknik joint-play yaitu distraksi atau glide permukaan sendi .
Posisi dan Stabilisasi

 Ekstremitas pasien yang disembuhkan harus


diposisikan sebaik mungkin agar pasien rileks.
 Pemeriksaan joint-play dan penyembuhan
pertama awalnya dilakukan pada posisi istirahat
sendi sehingga kelonggaran maksimal kapsul
bisa didapat.
 Stabilisasi dengan kuat dan nyaman hubungan
satu sendi, biasanya pada tulang proksimal.
Stabilisasi bisa dilakukan dgn belt, salah satu
tangan terapis, atau asisten.
Posisi Sendi

 Evaluasi joint-play dan pengobatan pertama dilakukan pada


posisi istrahat sendi, di mana pada posisi ini kapsul
memiliki kelonggaran yang besar.
 Traksi dan joint-play maksimum bisa dilakukan pada
keadaan ini.
Treatment Force dan Arah Pergerakan

 Treatment force (baik lembut ataupun kuat) dipakai dengan


mendekatkan permukaan sendi yang berlawanan. Semakin besar
kontak permukaan, maka semakin nyaman pasien dengan prosedur itu.
 Arah pergerakan selama treatment adalah paralel ataupun tegak lurus
dengan treatment plane. Treatment plane adalah bidang yg tegak lurus
dengan arah garis dari aksis rotasi hingga pertengahan permukaan
konkaf.
 Teknik distraksi dilakukan tegak lurus dengan treatment plane. Setiap
tulang digerakkan sehingga permukaan sendi berpisah.
 Teknik gliding dilakukan paralel dengan treatment plane. Arah gliding
dengan mudah ditentukan dengan menggunakan convex-concave rule.
 Setiap tulang digerakkan sehingga terjadi gliding pada permukana
tulang antara yang satu dan yang lain.
Inisiasi dan Progres
Penyembuhan
 Awal penyembuhan adalah sama baik penyembuhan untuk
menurunkan nyeri atau meningkatkan joint-play. Tujuannya
untuk menentukan reaktifitas sendi sebelum diproses.
 Hari selanjutnya, evaluasi respon sendi.
 Untuk memelihara joint-play, gunakan teknik gliding ketika
teknik ROM kontraindikasi atau tidak memungkinkan.
 Untuk meningkatkan teknih stretching, gerakkan tulang
hingga akhir ROM yang memungkinkan, lalu lakukan
distraksi grade ke III berkelanjutan atau teknik glide.
Kecepatan, Ritme, dan Durasi Pergerakan

 Osilasi
 Grade I dan IV biasanya adalah osilasi yang kuat, seperti manual
vibrasi.
 Grade II dan III lembut, osilasi reguler pada 1 hingga 3 kali/detik dalam
1 hingga 2 menit
 Variasi kecepatan osilasi untuk efek yg berbeda seperti amplitudo kecil
dan kecepatan tinggi untuk menginhibisi nyeri atau kecepatan lambat
untuk merelaksasi otot.
 Sustained (Kelanjutan)
 Untuk sendi yg nyeri, gunakan distraksi yg sebentar selama 7 atau 10
detik dengan beberapa detik istrahat dalam beberapa kali.
 Untuk sendi yg mengalami retriksi, gunakan gaya stretch minimum
selama 6 detik, diikuti dengan membebaskan sebagian, lalu lakukan
dengan lambat, lalu stretching sebentar dalam interval 3-4 detik.
Treatment Soreness

 Stretching biasanya menyebabkan rasa sakit. Lakukan


manuver di hari lain untuk mengurangi rasa sakit dan
penyembuhan jaringan.
 Kurangi dosis atau durasi hingga nyeri di bawah kontrol.
Reasesmen

 Sendi dan ROM pasien harus diasesmen ulang setelah


pengobatan dan sebelum pengobatan selanjutnya lagi.
 Perubahan dalam pengobatan ditentukan oleh respon sendi.
Program Total

 Teknik mobilisasi adalah satu bagian dari total program


penyembuhan ketika terjadi penurunan fungsi.
 Apabila otot atau jaringan konektif juga mengalami limitasi
gerak, inhibisi dan teknik stretching pasif bisa diganti
dengan mobilisasi sendi pada sesi pengobatan yang sama.
TEKNIK MOBILISASI SENDI
EKS. INFERIOR

Hip Joint
Asetabulum konkaf menerima konveks ada kepala femur
 Posisi Istrahat: fleksi hip 30° dan sedikit rotasi eksternal.
 Stabilisasi: fiksasi pelvis dengan menggunakan belt.
 Distraksi pada permukaan dengan beban berat; caudal glide
 Indikasi : Menguji, pengobatan pertama, mengontrol nyeri, mobilisasi umum.
 Posisi pasien : Supine, dengan hip dalam posisi istrahat dan lutut ekstensi.
 Precaution: Posisi ini tidak bisa dilakukan apabila lutut mengalami disfungsi.
 Posisi terapis dan letak tangan: Berdiri di ujung bed, letakkan belt di area
trunkmu lalu lilitkan belt di kaki pasien dan sekitar ankle. Letakkan tangan
pada proksimal malleolus, di bawah belt.
 Gaya mobilisasi: Traksi aksis panjang dilakukan dng menarik kaki sambil
mengayung ke belakan.
 Posisi alternatif untuk caudal glide
 Indikasi: untuk melakukan distraksi pada permukaan dengan beban berat
apabila terjadi disfungsi nyeri.
 Posisi pasien: Supine, dengan hip dan lutut fleksi
 Posisi terapis dan letak tangan: genggam epicondilus dan distal femur. Jangan
tekan patella.
 Gaya mobilisasi: berasal dari tangan terapis dan digunakan pada arah kaudal
ketika mengayun ke belakang.
 Posterior glide hip
 Indikasi: untuk meningkatkan gerakan fleksi dan internal rotasi
 Posisi pasien: supine, dengan hip di ujung bed. Pasien membantu stabilisasi
pelvis dengan memfleksikan hip yang berlawanan dan memegang paha dengan
tangan. Hip dimobilisasi dalam posisi istrahat.
 Posisi terapis dan letak tangan: berdiri di sisi medial paha pasien. Letakkan belt
di sekeliling shoulder dan di bawah paha pasien untuk membantu menahan
beban dari ektstremitas bawah. Letakan tangan distal anda di bawah belt dan
distal paha. Letakan tangan proksimal pada permukaan anterior pada proksimal
paha.
 Gaya mobilisasi: jaga elbow Anda tetap ekstensi dan fleksikan lutut; lakukan
force melalui tangan proksimal Anda pada arah posterior.
 Anterior glide
 Indikasi: untuk meningkatkan ekstensi dan eksternal rotasi.
 Posisi pasien: prone dng trunk istrahat pada bed dan hip berada pada pinggir
bed. Kaki yg berlawanan di atas lantai.
 Posisi terapis dan letak tangan: berdiri di sisi medial paha pasien; letakan belt
di sekeliling shoulder dan paha pasien untuk membantu menahan beban kaki.
Dengan tangan distal, genggam kaki pasien; sedangkan tangan proksimal ada
di belakan paha proksimal tepat di bawah gluteus.
 Gaya mobilisasi: jaga elbow Anda tetap ekstensi dan fleksikan lutut; lakukan
force melalui tangan proksimal Anda pada arah anterior.
 Posisi Alternatif Anterior Glide
Posisi pasien side-lying dengan paha fleksi dan dibantu bantal. Berdirilah
di belakang pasien dan stabilisasi pelvis melewati SIAS dengan tangan
kranial. Dorong melawan bagian posterior dari trokhanter mayor pada arah
anterior dengan tangan kaudal.
TEKNIK MOBILISASI SENDI
EKS. INFERIOR

The Knee And Leg


Artikulasi Tibiofemoral
Konkaf tibial mendatar tinggi pada konveks
kondilus femur.
 Posisi Istirahat: fleksi 25°
 Treatment plane: sepanjang permukaan plateaus tibial.
Ini bergerak dengan tibia sebagai perubahan sudut
lutut.
 Stabilisasi: Pada banyak kasus, femur distabilisasi
dengan belt atau bet.
 Traksi sendi: traksi long-axis
 Indikasi: pengujian, penyembuhan pertama; kontrol nyeri, mobilitas umum.
 Posisi pasien: duduk, supine atau prone; dimulai dengan posisi lutut istrahat.
 Letak tangan: Genggam di sekitar distal kaki, proksimal malleolus dengan
kedua tangan.
 Gaya mobilisasi: tarik pada axis yang panjang dari tibia untuk memisahkan
permukaan sendi.
 Posterior Glide; Tes Drawer
 Indikasi: untuk meningkatkan fleksi
 Posisi pasien: supine dengan kaki isirahat pada bed. Posisi untuk tes Drawer
bisa digunakan untuk memobilisasi tibia baik posterior.
 Posisi terapis dan letak tangan: duduk di bed dengan paha memfiksasi kaki
pasien. Dengan kedua tangan genggam di sekitar tibia, jari2 pada posterior dan
thumb pada anterior.
 Gaya mobilisasi: ekstensikan elbow dan ayunkan tubuh ke depan; tekan tibia
ke belakang dengan ibu jari.
 Posterior glide, posisi alternatif, dan progresi
 Indikasi: Untuk meningkatkan fleksi
 Posisi pasien: duduk, lutut fleksi di sepanjang pinggir bed
 Posisi terapis dan letak tangan: pada posisi istrahat, berdirilah di sisi medial
kaki pasien. Pegang distal kaki pasien dengan tangan distal dan letakkan
palmar tangan proksimal disepanjang sisi anterior tibia.
 Gaya mobilisasi: ekstensikan elbow dan ayunkan tubuh ke tibia, gliding ke
arah posterior.
 Anterior glide
 Indikasi: untuk meningkatkan ekstensi
 Posisi pasien: prone, lutut dalam posisi istrahat. Letakan pad kecil dibawah
distal paha untuk mencegah kompresi patela.
 Letak tangan: genggam distal tibia dengan tangan yang dekat dengan itu, dan
letakan palmar dari tangan proksimal pada sisi posterior dari proksimal tibia.
 Gaya mobilisasi: tekan denga tangan pada proksimal tibia ke arah anterior.
Patellofemoral Joint
 Distal Glide
 Indikasi: untuk meningkatkan mobilitas patela pada fleksi lutut
 Posisi pasien: supine dengan lutut ekstensi
 Letak tangan: berdiri di samping paha pasien. Letakan arkus tangan yg dekat
dengan paha di pinggir superior patela.
 Gaya mobilisasi: Glide patela ke arah kaudal, paralel dengan femur.
 Precautions: Jangan tekan patella ke dalam kondilus femur ketika melakukan
teknik ini.
 Medial-Lateral Glide
 Indikasi: untuk meningkatkan mobilitas patella
 Posisi pasien: terlentang, dengan knee di ekstensikan
 Peletakan tangan: letakkan jari-jari anda di bagian medial dan ibu jari dibagian
lateral disekeliling medial dan lateral dipinggir patella, secara berurutan.
 Gaya mobilisasi: Arahkan patella ke arah medial atau lateral, melawan
tahanan.
 Artikulasi tibiofibular proximal : anterior (ventral) glide
 Indikasi: Untuk meningkatkan gerakan dari kepala fibular; untuk mereposisi
bagian posterior dari posisi kepala
 Posisi pasien: Baring menyamping, dengan trunk dan hip diputar sebagian
menuju pronasi; bagian atas kaki difleksikan ke depan jadi knee dan bagian
bawah kaki disandarkan di bed atau didukung dengan bantal.
 Posisi terapis dan peletakan tangan: berdiri dibelakang pasien, letakkan satu
dari tangan fisioterapis dibawah tibia untuk menstabilisasikannya. Letakkan
pangkal dari tangan posterior anda di kepala fibula, genggam tangan anda
dibagian anterior.
 Gaya Mobilisasi: berasal dari tumit dari tangan melawan bagian posterior dari
kepala fibula, kearah lateral anterior.
 Distal Tibiofibular Joint : Anterior atau Posterior Glide
 Indikasi: Untuk meningkatkan mobilitas ketika kaki dibatasi untuk
dorsiflexion.
 Posisi Pasien: Telentang atau tengkurap atau tedengan distabilisasi handuk d
bag bawah ankle.
 Penempatan Tangan: kedua tangan berada di ujung meja, tempatkan tangan
sisi medial dan lateral distal tibia . Gunakan thumb utk stabilisasi dan jari2
lainnya d bagian posterior.
 Gaya Mobilisasi: Tekan melawan fibula ke arah anterior saat tertelungkup dan
ke arah posterior saat terlentang.
TEKNIK MOBILISASI SENDI
EKS. INFERIOR

Ankle dan Sendi Tarsal


Talocrular (sendi ankle atas)
Konveks persendian talus dengan konkaf
mortise membuat tibia dan fibula.
 Posisi istirahat: Plantarfleksi 10 derajat
 Treatment plane: Dalam mortise, di arah anterior-
posterior dengan mengenai kaki.
 Stabilisasi: Tibia tertahan melawan bed
 Talocrural Distraction
 Indikasi: Pengujian, pemeriksaan awal, kontrol nyeri, mobilitas umum
 Posisi pasien: Terlentang dengan extremitas bawah extensi dan ankle dalam
posisi istirahat.
 Posisi therapist: Berdiri di samping meja, letakan kedua tangan pada dorsum
pedis pasien. Latakan ibu jari pada pada plantar pedis.
 Mobilization Force: Tarik kaki dari axis longitudinal dari tungkai ke arah distal
dgn fisioterapis mundur ke belakang.
 Talocrural Dorsal (Posterior) Glide
 Indikasi: Untuk meningkatkan dorsofleksi
 Posisi Pasien: Terlentang dengan kaki pada meja dan tumit berada di luar meja.
 Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: posisi terapis berada di samping
pasien,lalu satu tangan terapis berada di bagian anterior distal tibia,dan tangan
yang satunya lagi memegang bagian talus, Glidingkan talus ke arah posterior
dgn tibia melawan talus.
 Talocrural Ventral (Anterior) Glide
 Indikasi: untuk menngkatkan gerakan plantarfleksi
 Posisi Pasien: Pasien tengkurap dengan kaki ditepi meja
 Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: Terapisnya berada di ujung meja
bagian lateral dari pasien,lalu satu tangan pemeriksa ditempatkan di bagian
dorsum kaki,dan tangan yang satunya lagi memegang bagian calcaneus lalu
gerakan secara berlawanan.
Subtalar ( talocalcaneal) joint
Calcaneus merupakan bagian convex, sedangkan persendian tallus adalah
concav dimana terletak pada bagian posterior.

 Subtalar (Talocalcaneal) Distraction


 Indikasi: Pengujian, pemeriksaan awal, kontrol nyeri, mobilias umum untuk
eversi dan inversi
 Posisi Pasien: Terlentang dengan kaki di letakan pada meja dan tumit agak ke
tepi.
 Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: Terapis berada di bagian bawah
kaki pasien,lalu satu tangan memegang calcaneus bagian posterior. Tangan
yang satunya memfikasi tallus dan malelolus pada meja,dan tarik calcaneus ke
arah distal.
 Subtalar Medial atau lateral glide
 Indikasi: Medial glide untuk meningkatkan eversi; lateral glide untuk
meningkatkan inversi
 Posisi Pasien: pasien tengkurap dengan kaki di sandar pada meja
 Posisi terapist ,letak tangan,dan mobilisasinya: pemeriksa berada di samping
pasien,lalu satu tangan pemeriksa memegang bagian talus,dan tangan yang
satunya memegang bagian distal calcaneus lalu bagian distal calcaneus di
dorong ke arah lateral (untuk lateral glide) dan ditarik ke arah medial (untuk
medial glide).
Intertarsal joints and tarsometatarsal joints
Ketika pergerakan pada arah dorsi-plantar, semua permukaan artikulasi
menjadi konkaf dan konveks pada arah yg sama.

 Plantar glide
 Indikasi: untuk meningkatkan pergerakan planterfleksi
 Posisi Pasien: Terlentang dengan hip dan knee di flexikan atau duduk dengan
knee menggantung d ujung bed diistirahatkan.
 Stabilisasi: Fixasi ankle bagian proksimal dengan jari2 pd bagian plantar.
 Penempatan tangan: Untuk mobilitas tarsal joint genggam d bagian medial.
Ft’is berada d bagian lateral kaki. Letakkan tangan proksimal melingkari ankle
joint dan tangan lainnta menggennggam telapak kaki dengan jari2 d bagian
plantar untuk stabilisasi. Untuk mobilisasi bagian medial, ft’is berada pada
bagian medial kaki. Dgn prosedur spt di atas
 Gaya Mobilisasi: Dorong tulang bag.distal dari bagian dorsal dengan arah
plantarfleksi.
 Dorsal glide
 Posisi Pasien: Tengkurap dengan knee di flexikan.
 Stabilisasi: Fiksasi dibagian tulang2 proksimal.
 Penempatan tangan: Untuk mobilisasi lateral tarsal joint, Ft’s berada di sisi
medial kaki, genggam dengan jari2 mengelilingi bagian lateral kaki; begitu
juga untuk bagian medial.
 Kekuatan Mobilisasi: Dorong dari permukaan plantar ke arah dorsal
Daftar pustaka

 Therapeutic exercise. Foundations and techiniques. Edisi


ketiga
 Therapeutic exercise. Foundations and techiniques. Edisi
kelima

Anda mungkin juga menyukai