Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN FISIOTERAPI

OLAH RAGA & KEBUGARAN

TENDINITIS
SUPRASPINATUS
KELOMPOK 4
1. Ani Agustini
2. Hasanuddin Octavian
3. Mas Nugroho Dudi
4. Lorensia D.M
5. Redi Rahmadi
PENDAHULUAN

Nyeri bahu bisa di akibatkan karena adanya


peredangan pada salah satu tendon rotatorcuff.

Rotatorcuff adalah grup dari empat otot yang


terdiri dari Muscle Supraspinatus, Muscle
Infraspinatus, Muscle Subsacpularis, dan Muscle
Teres minor, dan cedera yang paling sering
terjadinya adalah cedera pada otot
Supraspinatus (Kevin L et al., 2009).
PENGERTIAN

Tendinitis supraspinatus adalah peradangan pada


tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap
caput humeri dan acromeon yang bekerja terlalu berat
secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama
(Hasibuan, 2007).

Tendinitis supraspinatus merupakan peradangan pada


tendon supraspinatus penyebabnya karena terjadinya
impingement, mikro-trauma, vaskularisasi, atau
degenerasi.
ANATOMI

M. supraspinatus berorigo di fossa supraspinata dan


berinsertio dibagian tuberculum majus, otot ini
memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan
capsula articularis dan abduksi lengan dipersarafi oleh
n. suprascapularis C4-C6 (Appley, 1993).
Abduksi aktif baik dinamik maupun isometrik
menimbulkan nyeri, terutama pada ROM 60º-120º yang
biasa dinamai painfull arc yang berarti ada kompresi
yang bersifat sementara dari suatu struktur yang terasa
sakit.
BIOMEKANIK
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi dalam bidang sagital dengan ROM fleksi 180º dan ekstensi
60º dengan stetch end feel (elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin.

Gerak fisiologi abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 90º dan elastic harder end feel,
gerak arthrokinematicnya berupa caudal translasi.

Gerak fisiologi internal rotasi dalam bidangt ransversal dengan ROM 100º dan elastic end
feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi.

Gerak fisiologi eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 80º dan elastic end
feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi.

Gerak fisiologi horizontal abduksi dan adduksi dalam bidang transversal ROM 110ºdan 30º
dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi dan dorsal
translasi (Clarkson, 2000).
PATOFISIOLOGI

Tendinitis supraspinatus merupakan peradangan pada tendon supraspinatus penyebabnya karena


terjadinya impingement, mikro-trauma, vaskularisasi, adegenerasi dan juga akibat gesekan berulang-
ulang pada tendon dalam waktu yang lama.

Tanda dan gejala Tendinitis Supraspinatus antara lain :


a. Adanya nyeri tekan pada tendon supraspinatus.
b. Adanya inflamasi pada tendon supraspinatus
c. Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi.
d. Painful arc saat melakukan gerak abduksi 60º -120º.
e. Resisted abduksi kadang nyeri.
f. Kelemahan pada otot-otot rotator cuff
g. Menurnkan aktifitas fungsional (Kuntoro, 2007).
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

ANAMESA

1. Adakah rasa nyeri pada sendi bahu?


2. Sudah berapa lama nyeri bahu dirasakan?
3. Penyebab timbul nyeri bahu disarankan karena apa?
4. Nyeri dirasakan saat gerapkan apa saja?
5. Dimanakah tepatnya lokasi nyeri pada bahu?
6. Apakah terdapat bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan?
7. Nyeri dirasakan berat atau ringan saat mengakat bahu ke arah samping?
8. Adakah keluhan lain yang di rasakan?
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi : terjadi bengkak pada bahu


2. Palpasi : adanya nyeri tekan bada bahu
3. Tes gerak : adanya nyeri pada Gerakan fleksi, ektensi dan abduksi
4. Tes khusus : Drop Arm test, Empty can test, neer impingement tes
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Tes khusus otot supraspinatus

1. Drop arm tes / Mosley tes


Drop arm / mosley test, dilakukan dengan
cara pemeriksa secara pasif mengabduksi
lengan subejek hingga 90 derajat dan
kemudian meminta subjek untuk menurunkan
lengan secara perlahan ke samping. Jika
subjek tidak dapat mengembalikan lengan
secara perlahan ke samping dan/atau
mengalami nyeri signifikan, pemeriksaan ini
mengindikasikan patologi manset rotator.
Drop arm tes / Mosley tes

Click icon to add picture


PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Tes khusus otot supraspinatus

2. Empty can test


Empty can (supraspinatus) test, dilakukan
dengan lengen subjek abduksi hingga 90 derajat,
secara horizontal adduksi 30 derajat, dan rotasi
secara internal sehingga ibu jari menghadap ke
bawah, pemeriksa menahan usaha subjek untuk
mengabduksi secara aktif kedua bahu.
Keterlibatan otot supraspinatus dan/atau tendon
diduga mengalami kelemahan yang diketahui
dan/atau laporan nyeri.
Empty can test

Click icon to add picture


PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Tes khusus otot supraspinatus

3. Neer impingement tes


Neer Impingement Test merupakan tes yang
dilakukan dengan cara pemeriksa
menempatkan salah satu tangannya pada
skapula dan tangan yang lainnya pada siku.
Dengan skapula distabilisasi, fleksikan bahu
ke depan secara maksimal. Nyeri bahu dan
kecemasan adalah indikasi tubrukan
supraspinatus dan/atau tendon kepala
panjang bisep.
Neer impingement tes

Click icon to add picture


PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SHOULDER PAIN AND DISABILITY INDEX (SPADI)

JUMLAH SKOR SPADI : /130 x 100% = %


PROBLEMATIKA FISOTERAPI

Impairment
1. Adanya tanda peradangan
2. Adanya nyeri pada bahu saat digerakan
3. Adanya penurunan gerak sendi Abduksi bahu karena nyeri
4. Adanya penurunan kekuatan otot pada bahu
5. Spasme Otot Rotator Cuff

Fungtional limitation
Adanya kesulitan dalam melakukan aktifitas seperti mengangkat
tangan dan mengangkat beban berat
PERAN FISIOTERAPI

Perencanaan Tindakan fisioterapi

Tujuan Jangka pendek


- Mengurangi Peradangan
- Mengurangi nyeri bahu
- Meningkatkan LGS sendi bahu
- Meningkatkan kekuatan otot bahu
- Mengurangi spasme m. Rotator cuff

Tujuan jangka panjang


melanjutkan tujuan jangka pendek dan meningkatkan aktifitas fungsional
sendi bahu kiri
INTERVENSI FISIOTERAPI

METODE PRICE
Metode PRICE merupakan sebuah
teknik penanganan pertama masa
akut yang dapat membantu
mengurangi bengkak, nyeri dan
mempercepat pemulihan. PRICE
terdiri dari Protect, rest, ice,
compression dan elevation.
INTERVENSI FISIOTERAPI

MODALITAS ULTRASOUND
Ultrasound efektif untuk mengurangi nyeri
pada spasme karena ultra sound dapat
meningkatkan ambang rangsang, mekanisme
dari efek termal panas dan mekanik
(micromassage), dimana akan terjadi
peningkatan metabolisme lokal, peningkatan
sirkulasi, selain itu terapi ultrasound juga
berpengaruh terhadap ekstensibilitas jaringan
ikat dan regenerasi jaringan (Sujanto, 2002).
INTERVENSI FISIOTERAPI

MODALITAS TENS
TENS dapat mengurangi nyeri, karena
TENS mampu mengaktivasi baik syaraf
berdiameter besar maupun kecil yang
akan menyampaikan berbagai
informasi sensoris ke saraf pusat.
Efektifitas TENS dapat diterangkan
lewat teori gerbang control (Sujatno,
1999).
INTERVENSI FISIOTERAPI

Tabel Terapi Latihan PNF Pasca Cedera Bahu


No Gerakan Gambar Keterangan Tujuan
1 Fleksi   Tangan kanan diangkat ke Gerakan ini
    depan dengan posisi menekuk bertujuan untuk
    dan dibantu oleh terapis meregangkan dan
    sampai batas nyeri dan menguatkan otot
    ditahan selama 8 hitungan (8 triceps, otot
    detik). Kemudian pasien deltoid, dan otot
    melawan gerakan ke arah supraspinatus.
    sebaliknya dengan melawan  
    gerakan terapis.  
INTERVENSI FISIOTERAPI

2 Ekstensi   Tangan kanan ditarik ke Gerakan ini

    belakang dengan posisi bertujuan untuk

    menekuk dengan dibantu oleh meregangkan dan

    terapis sampai batas nyeri dan menguatkan otot

    ditahan selama 8 hitungan (8 biceps, otot

    detik). Kemudian pasien deltoid, dan otot

    melawan gerakan ke arah trapezius.

    sebaliknya dengan melawan  

    gerakan terapis.  
INTERVENSI FISIOTERAPI

Abduksi   Tangan kanan diangkat ke Gerakan ini

  samping dan ke atas sampai bertujuan untuk

  batas nyeri dan ditahan meregangkan dan

  selama 8 hitungan (8 detik). menguatkan otot

  Kemudian pasien melawan triceps, otot

  gerakan ke arah sebaliknya deltoid dan otot

  dengan melawan gerakan supraspinatus.


INTERVENSI FISIOTERAPI

4 Adduksi   Tangan kanan didorong ke Gerakan ini

    dalam dan ke atas sampai bertujuan untuk

    batas nyeri dan ditahan meregangkan dan

    selama 8 hitungan (8 detik). menguatkan otot

    Kemudian pasien melawan biceps, otot

    gerakan ke arah sebaliknya deltoid dan otot

    dengan melawan gerakan supraspinatus.

    terapis.  
INTERVENSI FISIOTERAPI

5 Rotasi Ke   Tangan kanan diangkat ke Gerakan ini


  dalam samping sampai batas nyeri, bertujuan untuk
    kemudian diputar ke arah meregangkan dan
    dalam semakin lama diameter menguatkan otot
    putaran semakin luas. biceps, otot
      triceps, otot
      deltoid, otot
      supraspinatus,
      dan otot
      pectoralis major.
INTERVENSI FISIOTERAPI

Rotasi Ke   Tangan kanan diangkat ke Gerakan ini

luar samping sampai batas nyeri, bertujuan untuk

  kemudian diputar ke arah luar meregangkan dan

  semakin lama diameter menguatkan otot

  putaran semakin luas. biceps, otot

    triceps, otot

    deltoid, otot

    supraspinatus,

    dan otot

    pectoralis major.
INTERVENSI FISIOTERAPI

Beberapa teknik PNF memanfaatkan kontraksi


isometrik agonis, dimana otot antagonis meregang.
Otot yang meregang harus berisitirahat (dan santai)
setidaknya selama 20 detik sebelum melakukan
teknik PNF lain. Teknik peregangan PNF paling umum
menurut Victoria (2013) yaitu sebagai berikut:
INTERVENSI FISIOTERAPI

Contract Relax
Contract relax stretching merupakan salah satu teknik
peregangan proprioceptive neuromuscular fascilitation
(PNF) yang melibatkan kontraksi isometrik dari otot yang
mengalami spasme/ketegangan yang diikuti fase
relaksasi kemudian diberikan stretching secara pasif dari
otot yang mengalami ketegangan tersebut. Penempatan
pasif dengan membatasi otot ke posisi peregangan diikuti
oleh pembatasan kontraksi isometrik otot. Kebanyakan
kontraksi isometrik pada teknik peregangan PNF harus
ditahan selama minimal 3 dan maksimal 8 detik (Surburg,
Schrader, 1997: 5). Setelah periode kontraksi, pasien
diinstruksikan untuk merelaksasi otot terbatas yang sudah
Gambar gerakan contract relax
berkontraksi dan mengaktifkan otot yang berlawanan.
INTERVENSI FISIOTERAPI

Hold Relax
Hold relax mirip dengan teknik contract relax. Hold relax digunakan saat
agonis terlalu lemah untuk mengaktifkan sewajarnya. Otot yang dibatasi
pada pasien diregangkan, diikuti oleh kontraksi isometrik otot dibatasi.
Setelah beberapa waktu, otot dibatasi secara pasif dipindahkan ke posisi
peregangan yang lebih besar. Waktu dan upaya kontraksi sama seperti
contract relax yaitu selama 8 detik. Hold Relax adalah salah satu teknik
khusus exercise dari Proprioceptive Neuro Muscular Facilitation (PNF)
yang menggunakan kontraksi isometrik secara optimal dari kelompok
otot antagonis yang memendek sampai terjadi penambahan ROM dan
penurunan nyeri (Yulianto W, 2002). Diperjelas oleh Carolyn (1996)
bahwa hold relax adalah kemampuan penderita melakukan kontraksi
isometrik pada otot dan jaringan ikat memendek selanjutnya diikuti
dengan penguluran otot secara pasif hingga terjadi penambahan ROM. Gambar Gerakan Hold
RelaxPNF Stretching
INTERVENSI FISIOTERAPI

Hold-Relax Agonist
Hold relax agonist adalah suatu teknik dimana kontraksi
isometrik mempengaruhi otot antagonis yang mengalami
pemendekan, yang akan diikuti dengan hilang atau
kurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut (Victoria:
2013). Berikut adalah gambar latihan hold-relax agonist:

Gambar gerakan Hold Relax


Agonist PNF Stretching
INTERVENSI FISIOTERAPI

KINESIO TAPE
Kinesio tape adalah plaster terapi yang digunakan
untuk mengurangi cedera, mengatasi rasa sakit, risiko
bengkak, serta menambah performa gerak di bagian
tubuh seperti bahu, lutut, siku, punggung dan perut.

Plester kinesio didesain dengan elastisitas yang sama


dengan elastisitas kulit Anda sehingga plester ini tetap
dapat mendukung pergerakan otot dan sendi
REFERENSI
Sujanto, Ig, et all, 1999; Sumber Fisis, Politeknik Kesehatan. Surakarta: Surakarta Hal. 103- 124
Yayang Yuliana Cipta*) dan Eko Budi Prasetyo, Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020
AAOS (2012) ‘Rotator Cuff and Shoulder Conditioning Program STRETCHING EXERCISES 1. Pendulum’, American Academy of Orthopaedic Surgeons, p.
11. Available at: https://orthoinfo.aaos.org/en/recovery/rotator-cuff-and-shoulderconditioningprogram%0Awww.orthoinfo.org%0Ahttps://
orthoinfo.aaos.org/globalassets/pdfs/20 17-rehab_shoulder.pdf. Abdurachman et al. (2017) Anatomi dan Kinematik Gerak Pada
Manusia_compressed.pdf. Apley, A. G. (2013) buku ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley 7 ed. ke-7. jakarta: WIDYA MEDIKA : Jakarta., 1995. Kisner, C.
and Colby, L. A. (2012) Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. Mantiri, A. et al. (2018) ‘Rotator cuff syndrome’, 1(3), pp. 51–58. Available
at: http://jurnalsinaps.com/index.php/sinaps/article/download/38/27/53. McMahon Stephen, Koltzenburg Martin, Tracey Irene, C. T. D. (2013) Wall
& Melzack’s Textbook of Pain 6th Edition. Elsevier Saunders. Available at:
https://www.elsevier.com/books/wall-and-melzacks-textbook-ofpain/mcmahon/978-0-7020-4059-7. Prativi, G. O. and Artikel, I. (2013) ‘Pengaruh
Aktivitas Olahraga Terhadap Kebugaran Jasmani’, Journal of Sport Sciences and Fitness, 2(3), pp. 32–36. Prentice, W. E. (2008) Modalities. Spargoli,
G. (2018) ‘SUPRASPINATUS TENDON PATHOMECHANICS: A CURRENT CONCEPTS REVIEW’, International Journal of Sports Physical Therapy, 13(6), pp.
1083–1094. doi: 10.26603/ijspt20181083. Yuwanto, L. and Sutanto, N. (2012) ‘Deskripsi Psikologis Atlet Remaja Berdasarkan Analisis Struktur EPPS’,
Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET, 3(02), pp. 115–122
Apley, A. Graham. 1993. Buku Ajar Orthopedi Fraktur. Sistem Apley. 7th ed, Widya Medika Clarkson, Hazed M, 2000; Musculoskeletal Assesment joint
Rnge of Motion and Muscle Streght, Second Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Maryland, hal.102, 109-121 Hasibuan. Junianto, P. 2007. Tanda
dan gejala penyebab tendinitis supraspinatus. Kevin Laudner and Rob Sipes, 2009. The Incidence of Shoulder Injury among Collegiate Overhead
Athletes, Journal of Intercollegiate Sport, 2, 260268) Kuntono, H. P., 2008. Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri bahu dalam Kupas Tuntas Frozen
Shoulder, Surabaya. Luklukaningsis Zuyina, 2009, Sinopsis Fisioterapi untuk Terapi Latihan, Penerbit Mitra Cendekia Yogyakarta, Yogyakarta.
Mardiman, Sri, dkk, 1994; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Profesi (DPPPFT): Akademi Fisioterapi Surakarta Depkes; Surakarta, hal. 8-35)
Price Sylvia A, Willson dan Lorraine M, 2005; Patofisiologi, Edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta. Hal. 1063. Roach, Budiman KE dan Mark E, songsirijied, N,
et al, 1991, Shoulder Paint and Disability Index Arthritis CareRes. Hal. 134-149 Sujanto, Ig, et all, 1999; Sumber Fisis, Politeknik Kesehatan.
Surakarta: Surakarta Hal. 103- 124 Sujudi, 1989: Fisioterapi pada Nyeri Bahu dengan Latihan. Makalah Temu Il miah Tahunan Fisioterapi, Surabaya
Wall Patrick D. Melzack Ronald. 1999. Text Book of Pain, Fourth. Edition. Elsevier, Chulchill Livingstone. USA

Anda mungkin juga menyukai