Anda di halaman 1dari 10

1.

Latar Belakang

Iliotibial Band adalah Cord-like band yang membentangdibagian lateral

femur. Iliotibial Band membantu memberikan stabilitas pada sendi pinggul dan

lutut. Iliotibial Band Syndrome adalah istilah umum untuk rasa sakit atau sesak di

bagian lateral hip, femur, atau knee. Iliotibial Band Syndrome (ITBS) merupakan

suatau kondisi nyeri pada daerah lutut bagian lateral. Secara terus menerus

melakukan gerak berulang fleksi-ekstensi ditambah lagi adanya genu varus yang

sangat memungkin terjadinya gerakan antara Iliotibial Band (ITB) dengan Lateral

Femoral Epicondylus (LFE) secara berlebihan sehingga terjadinya infamasi dan

nyeri pada lateral knee.

ITBS sering disebabkan karena pengunaan yang berlebihan, kelemahan pada

otot abduction, iliotibial band yang tegang dan lebar, dan biomekanik kaki yang

buruk ITBS didukung berbagai macam faktor, faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrisik (faktor anatomi) antara lain; genu varus, hip abduction weakness,

leg length discrepancy, hip adduksi yang berlebihan, ITB tightness. Sedangkan

faktor ekstrinsik meliputi; overuse, downhill running, pemakaian sepatu yang

lama, dan lain sebagainya. Faktor lain yang dapat memicu terjadinya ITBS yaitu

kebiasaan yang buruk dalam latihan, fleksibilitas otot femur yang rendah,

kesalahan dalam pelatihan, adanya ketidakseimbangan mekanik lain dalam tubuh.

Rasa sakit terjadi pada hip, the outside foot, atau the outside of the knee. Rasa

sakit biasanya sanat intens dengan aktivitas, terutama aktivitas yang lebih lama

berjalan, tetapi dengan istirahatdan pereganagan. Biasanya ada yang merasakan

perasaan “patah” pada bagian luar hip dikarenakan Iliotibial Band terkunci di atas

Os. Femur pada saat hip bergerak.


Gejala dan tanda yang timbul ITBS seperti dirasakan sensasi menusuk,

menyengat dan tajam. Nyeri setiap kali kaki menapak, hingga rasa sakit hebat saat

berjalan, mendaki atau menuruni tangga. Kadan disertai pembengkakan baik di

sepanjang band atau di bawah knee tempat ujung band menempel di tulang kering.

ITBS banyak dijumpai pada olahgarawan. Olahraga yang dapat mengalami ITBS

yaitu pelari, pengendara sepeda, pendayung, atlet angkat berat.

2. Anatomi Terapan

Iliotabial band ialah penebalan di bagian lateral fasia lata, fasia dalam yang

benar-benar melukai paha dan terus menerus dengan septum intermuscular lateral

yang kuat, yang secara tegas berlabuh ke linea aspera femur. Ini juga mengirim

beberapa serat ke retinacula patellar. Porsi fasia lata yang melekat pada bagian depan

krista iliaka, dan sesuai dengan asal tensor fasciae latae memanjang ke sisi lateral

paha sebagai dua lapisan, satu superfisial ke dan yang lain di bawah otot ini; Pada

bagian bawah otot, kedua lapisan ini bersatu dan membentuk pita yang kuat, setelah

menerima penyisipan otot. Band ini dilanjutkan ke bawah sebagai band iliotibial.

Iliotibial band muncul dari puncak iliaca, tensor fasciae latae dan otot gluteus

maximus proksimal, berjalan sepanjang sisi lateral paha, mengirim beberapa serat ke

retinakula patella pada epikondilus femoralis dan pada tuberkulum pada aspek lateral

tibia. Band Iliotibial juga terlihat secara konsisten ke tulang paha di area epikondilus
lateral oleh struktur serabut yang kuat.muculostendinous yang dimulai pada panggul

dan sisipan pada tulang paha dan ligamentum yang melintasi lutut.

Band iliotibial membantu dalam:

• Penculikan pinggul

• Rotasi internal pinggul saat pinggul tertekuk hingga 30 °

• Ekstensi lutut saat lutut fleksi <30 ° • Lutut fleksi ketika lutut fleksi> 30°

3. Patofiologi dan Patokinesiologi

a. Patokinesiologi

Iliotibial band syndrome terjadi ketika bergerak maju mundur, melintasi

penonjolan tulang dari epikondilus femoralis saat knee melakukan fleksi dan

ekstensi. Ketika fleksi knee, ITB berada pada epicondylus femoralis posterior,

tonjolan tulang-tulang femur atau Os. Femur pada knee joint. ITB bergerak

forward accross pada condylus saat ekstensi knee. Adanya kantung atau bursa

yang memungkinkan band untuk meluncur lancar melintasi condylus, inflamasi

terjadi di daerah tersebut, peningkatan gesekan dari menggosok ITB berulang kali

melintasi bone condylus dapat menyebabkan rasa sakitdi sepanjang aspek luar

(lateral) knee joit.

4. Pemeriksaan

a. Pengukuran Nyeri

Pengukuran nyeri dilakukan dengan skala NRS (Numeric Rating Scale).


Nyeri yang diukur ada nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak.Numeral
Rating Scale adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa
nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0 –
10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe
pain” (nyeri hebat). Dengan skala NRS-101 dan skala NRS-11 point,
dokter/terapis dapat memperoleh data basic yang berarti dan kemudian
digunakan skala tersebut pada setiap pengobatan berikutnya untuk memonitor
apakah terjadi kemajuan
 Nyeri diam

 Nyeri tekan

 Nyeri gerak

b. Pengukuran LGS

Pengukuran LGS dilakukan dengan menggunakan goniometer. Goniometri

dapat digunakan untuk menentukan posisi sendiyang tepat dan jumlah total

dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi.Goniometri digunakan untuk

mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif.

Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif atau, sampai LGS maksimal

yang ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal yaiu Aksis

goniometer pada aksis gerak sendi. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap

aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. Tangkai dinamik goniometer

sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak

c. Kekuatan Otot

Pengukuran kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle Testing)

Nilai MMT;
0. Tidak ada tonus

1. Ada tonus, tidak ada gerakan

2. Ada tonus, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi

3. Ada tonus, ada gerakan, dapat melawan gravitasi

4. Dapat melawan tahanan minimal

5. Dapat melawan tahanan maksimal

d. Ober Test

Tes ober dilakukan denan tujuan untuk mengetahui adanya gangguan atau

tidak pada iliotibial band. Prosedur pada tes ober ialah pasien diminta untuk

tidur miring dan terapist menabdduksikan kaki pasien sejauh mungkin. Beri

fleksi knee 90o sambil terapist memena hip joint untuk merileksasikan traktus

iliotibialis. Kemudian lepas tangan dari tungkai yang diabduksikan. Positif

apabila pasien tidak dapat mempertahankan posisi tersebut.

e. Noble Compression Test

Tes dimulai dalam postur supine lying dan fleksi knee 90o. Saatpsien

ekstensi knee, terapist memberi tekanan pada Epicondylus femoralis lateral.

Positif jika menginduksi rasa sakit di atas Epicondylus femoralis lateral dekat

30-40o fleksi.

5. Rencana Fisioterapi

a. Tujuan jangka pendek ;

 Menurunkan nyeri

 Meningkatkan kekuatan otot

b. Tujuan jangk panjang;

 Meningkatkan LGS

 Menurunkan spasme
 Mengembalikan dan meningkatkan kemampuan fungsional

c. Tindakan fisioterapi

 Modalitas US : tujuannya untuk menurunkan nyeri, relaksasi

 Cryotherapy : tujuannya untuk mengurangi pembengkakan

 Kinesio Taping

 Trigger Point

 Latihan Fisik

6. Modalitas Fisioterapi

a. Cryotheapy ice pack

Tehnik pemberian terapi dingin pada darah yang mengalami cidera.

Tehnik :

 Posisi pasien senyaman mungkin

 Bersihkan area yang akan diberi terapi

 Letakkan ice pack yang sudah terisi di area yang di terapi

 Lilit dengan bandaging agar tidak mudah terlepas

 Pertahankan selama 10 menit

b. Modalitas US

US (Ultra Sound) yaitu gelombang akustik. US merupakan alat untuk

merubah energi listrik menjadi gelombang US. Tujuan pemberian US ialah

menurunkan spasme, mengurangi nyeri, mengurangi pembengkakan,

meningkatkan sirkulasi darah.

Tehnik ;

 Pastikan alat sudah di cek dan berfungsi dengan baik,

 Pasien diposisikan senyaman mungkin dan rileks

 Tangan yang akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan aksesoris.
 Intensitas 1,5 watt/cm2, lamanya terapi 5 menit.

 Frekuensi yang digunakan yaitu 3 MHz dengan arus continue.

 Alat diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau area diterapi.

 Kemudian area yang akan diterapi diberikan coupling medium

kemudian tranduser ditrempelkan

 Lalu mesin dihidupkan lalu tranduser digerakan circumduksi (memutar)

pelan-pelan dan irama yang teratur di epicondylus lateral hingga 2 cm

ke arah tendon ekstensor carpi radialis dengan arah tegak lurus dengan

area terapi.

Dosis; Frekwensi : 2-3 x per minggu

Intensitas : 1,5-2,0 watt/cm2

Time : 6 menit (luas area 6cm dengan diameter headtransducer 1cm)

Tipe : Continuous, yaitu arah gerak transducer longitudional

c. Kinesio Taping

1. Tempatkan pita di titik asal, Tensor Fascia Lata

2. Perlahan tarik sedikit ke bawah dalam garis lurus ke kaki tengah luar

atau terus ke bawah ke daerah penyisipan lutut bagian luar

d. Trigger Point

Untuk menerapkan terapi titik pemicu:

1) Menerapkan tekanan langsung pada titik yang ketat sampai menempati

peringkat 7/10 pada skala nyeri (10 sangat menyakitkan).


2) Tahan tekanan ini sampai mereda menjadi 4/10 pada skala rasa sakit

(biasanya dalam 10 detik).

3) Tanpa mengurangi tekanan, tingkatkan lagi hingga mencapai 7/10 pada

skala rasa sakit sekali lagi. Tahan sampai mudah, ulangi sekali lagi.

4) Teknik ini sangat keras di jempol. Penting untuk menjaga ibu jari

sedikit tertekuk (tertekuk) saat menekan untuk menghindari kerusakan

pada sendi

e. Terapi Latihan

1) Glute stretching

Berbaring telentang dengan satu kaki rata di lantai. Tarik lutut yang

lain ke dada. Kemudian tarik ke seluruh tubuh sampai merasakan peregangan

di pantat dan pinggul bagian luar. Tahan selama 30 detik.

2) Heel drop

Latihan ini memperkuat otot-otot yang menstabilkan pinggul. Berdiri

dengan satu kaki dan perlahan-lahan jongkok di kaki yang terkena seolah-

olah akan melangkah keluar dari langkah. Jangan biarkan kedua sisi panggul

turun. Ini hanya harus dilakukan jika lutut bebas dari rasa sakit dan

peradangan. Lakukan dua set sebanyak yang bisa kendalikan dengan

nyaman. Istirahatkan beberapa menit di sela-sela set. Secara bertahap

tingkatkan jumlah yang Anda lakukan, hingga 3 set 15-20. Ulangi latihan

setiap hari.

3) Hip abduction
Gunakan band resistensi melilit pada ankle. Tarik kaki ke samping,

pertahankan knee dalam keadaan ekstensi. Perlahan kembali ke posisi awal

dan ulangi. Mulai dengan 2 set 10 dan secara bertahap meningkat menjadi 3

set 15-20. Pastikan ITB meregang setelah melakukan latihan. Melakukan

terlalu banyak latihan ini dan tidak merenggang mungkin sebenarnya

memperpendek otot tibifemoral.

4) Tensor faciae latae stretch

Stretch memperpanjang otot tensor fascia latae yang ditemukan di

bagian hip lateral. ITB hampir seperti tendon panjang yang memanjang dari

otot ini, hingga ke lutut. Pasien duduk di lantai dengan satu kaki lurus. Kaki

yang akan direntangkan membungkuk dan kaki diletakkan di bagian luar

knee. Mereka kemudian menggunakan tangan untuk menerapkan tekanan

seolah mencoba menarik knee yang fleksi melewati yang lain. Tahan selama

30 detik dan santailah. Ulangi 3 hingga 5 kali.

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah pemberian intervens. Evaluasi dibagi menjadi 2 yang


terdiri dari evalusai sesaat dan evaluasi berkala..

1. Evaluasi nyeri

Nyeri T1 T2 T3 T4 T5
Nyeri Diam 2 1 0 0 0
Nyeri Bergerak 6 4 3 1 1
Nyeri Tekan 5 4 2 1 0

2. Evaluasi LGS
 Gerak Aktif
Bidang T1 T2 T3 T4 T5
S 0˚- 0˚ - 15˚ - 0˚ - 20˚ - 0˚ - 30˚ - 0˚ - 35˚ - 0˚ -
95˚ 110 ˚ 115˚ 125˚ 130˚

 Gerak Pasif
Bidang T1 T2 T3 T4 T5

S 0˚- 0˚ - 30˚ - 0˚ - 30˚ - 0˚ - 35˚ - 0˚ - 35˚ - 0˚ -


110˚ 115˚ 120˚ 130˚ 140˚

 Isometrik
Bidang T1 T2 T3 T4 T5

S 0˚- 0˚ - 15˚ - 0˚ - 30˚ - 0˚ - 30˚ - 0˚ - 35˚ - 0˚ -


95˚ 100˚ 110˚ 120˚ 135˚

Anda mungkin juga menyukai