Anda di halaman 1dari 84

MODULE PROFESI FISIOTERAPI

(PROSES FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL BEDAH)


DAFTAR ISI
Hal

1. Fraktur Collum chirurgicum humeri 3


2. Fraktur Tuberositas majorhumeri 5
3. Fraktur Corpus humeri proksimal 7
4. Fraktur Corpus humeri tengah 9
5. Fraktur Corpus humeri distal/supracondylar 11
6. Fraktur Condylus humeri 13
7. Fraktur Olecranon 15
8. Fraktur Caput radius 17
9. Fraktur Collum radius 19
10. Fraktur Montagia fleksi 21
11. Fraktur Montagia ekstensi 23
12. Fraktur Corpus ulna 25
13. Fraktur Corpus radius 27
14. Fraktur Colles 29
15. Fraktur Smith 31
16. Fraktur Metacarpal 33
17. Fraktur Phalank jari tangan 35
18. Dislokasi wrist joint 37
19. Fraktur Clavicula 39
20. Fraktur Scapula 41
21. Fraktur Collum femoris 43
22. Fraktur Corpus femoris 45
23. Fraktur Condylus femur dan tibia 48
24. Fraktur Epicondylus femur dan tibia 51
25. Fraktur Tibia 54
26. Fraktur Tibi dan fibula 57
27. Fraktur Patella 60
28. Fraktur dan dislokasi ankle 63
29. Fraktur Calcaneus 66
30. Fraktur Metatarsal 68
31. Fraktur Vertebra 70
32. Fraktur Costae 73
33. Arthroscopy Shoulder 75
34. Arthroscopy Knee 77
35. Arthroscopy Ankle 80
36. Total Knee Replascement 82
37. Total Hip Replascement 85
38. Achilles Tendon Lengthening 88

2
1. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR COLLUM CHIRURGICUM HUMERI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Collum Chirurgicum
Humeri yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera,
dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.2. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama
2. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur Collum chirurgicum humeri dislokasi
shoulder, tumor dan lain-lain)
3. Kadang ditemukan impacted fraktur maupun dispascement
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (kontraktur, araf perpatahan abd/add dari caput humeri)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (lebih banyak akibat terjatuh dengan tangan menebak)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada bahu
- Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd-Add dan rotasi bahu
- Nyeri meningkat terutama pada internal dan eksternal rotasi gerak bahu
1. Inspeksi
Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal
rotasi, siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif)
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
outcome measure lain

3
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot
bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur collum chirurgicum
humerus.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

4
2. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR TUBEROSITAS MAJOR HUMERI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur tuberositas major
humeri yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera,
dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.2. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama
2. Penyebab (Pasca immobilisasi frakturtuberositas humeri, dislokasi shoulder, tumor
dan akibat lanjutan dari fraktur collum chirurgicum dll)
3. Tipe fraktur: kontusio dan avulsi
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot paska immobilisasi)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (lebih banyak akibat trauma langsung, dapat pula akibat over kontraksi
otot supraspinatus)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada bahu
- Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd-Add dan rotasi bahu
- Nyeri meningkat terutama pada internal dan eksternal rotasi gerak bahu
1. Inspeksi
Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal
rotasi, siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif)
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
outcome measure lain

5
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot
bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur tuberositas
majorhumeri.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

3. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR CORPUS HUMERI PROKSIMAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur corpus
humeriproksimal yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah
cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.3. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal

6
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama
2. Penyebab (Pasca immobilisasi frakturcorpus humeri proksimal, dislokasi shoulder,
tumor dan lain-lain)
3. Tipe fraktur: simple dan displascement dibagian distal collum chirurgicum humeri.
Displascement fragmen proksimal kearah Abd dan lateral rotasi karena tarikanotot
supraspinatus, fragmen distal kearah add dan terletak dianterior fragmen
proksimal karena tarikan otot coracobrachialis.
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot, deformitas paska
immobilisasi)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (lebih banyak akibat trauma langsung)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada corpus humeri
- Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd dan rotasi bahuaktif dan pasif
- Nyeri meningkat terutama pada Abd, internal dan eksternal rotasi gerak bahu
dengan tahanan
1. Inspeksi
Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal
rotasi, siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif)
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot
bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur corpus humeri proksimal.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
7
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercise sendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

4. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR CORPUS HUMERI 1/3 TENGAH
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur corpus humeri1/3
bagian tengahyang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah
cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.3. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja
Patologidan tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada
patokinetik penguncian permukaan sendi/callus.Bila kapsul sendi cedera dalam
penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku
sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama
2. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur corpus humeri 1/3 tengah, tumor dan lain-
lain)
3. Tipe fraktur: transversal, spiral dan oblique dan displascement
4. Bila lokasi fraktur diatas insertio otot deltoideus, maka displascement fragmen atas
teratrikke dalam oleh otot-otot adduktor, bila dibawah insertio otot deltoid,
fragmen proksimal tertarik kearah abd oleh otot deltoideus dan fragmen distal
tertarikkeatas oleh otot biceps, triceps dan coracobrachialis
8
5. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot paska immobilisasi)
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi ( lebih banyak akibat trauma langsung dan tidak langsung)
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada corpus humeri
- Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd dan rotasi bahuaktif dan pasif
- Nyeri meningkat terutama pada Abd bahu dengan tahanan
1. Inspeksi
Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal
rotasi, siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif)
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion

3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis


- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
outcome measure lain dan FIM
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot
bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur corpus humeri 1/3 baguian
tengah.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya

9
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

5. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR SUPRACONDYLER HUMERI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur
supracondylerhumeriyang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi
setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.3. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749,
b.799
Patologidan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada anak-anak
2. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktursupracondyler humeri, fraktur olecranon,
fraktur dan dislokasi elbow, tumor dan lain-lain)
3. Tipe fraktur: stabil dan displascement
4. Displascement fragment distal tertarikke atas kebagian belakang fragment
proksimalkarena tarikan otot biceps dan triceps brachii
5. Timeline, normal – abnormal(perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot paska immobilisasi)
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi ( lebih banyak akibat trauma langsung dan tidak langsung)
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada bagian distal
tulang humerus
- Nyeri bila fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi siku,aktif dan pasif
- Kadang nyeri pada gerak aktif sendi bahu
10
1. Inspeksi
Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, Abd-Add, rotasi dan 3-dimensi bahu sedikit nyeri
- Fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi sikuterbatas dan nyeri dengan springy/firm
end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi wrist(negatif)
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve ulnaris lesion
- Myositis ossifikans
- Cedera arteri brachialis dan Ischemia, kontraktur/stiff elbow

3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis


- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan FIM (Functional Independent Measure) atau
outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema
area siku/disabilitas bahu pasca fraktur supracondyler humeri
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch

11
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu, siku dan wrist joint diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

6. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR CONDYLUS HUMERI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Condylus Humeri
yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi
ataupun fraktur. ICD: S42.4. ICF: .710-b.729, b.730-b.749, b.799
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Sering terjadi pada anak usia 3-10 tahun. Laki-perempuan: 2:1
2. Fraktur sederhana pada condylus lateral dan medial, kadang ditemukan
communited bentuk T dan Y
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur
condylus, fraktur sekitar elbow, fraktur ante brachii, tumor dan lain-lain)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (siku kontraktur posisi menekuk)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (trauma, kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur regio siku atau tulang
berdekatan sendi siku
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Kadang timbul nyeri pada aktif sendi bahu
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas
- Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
12
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM denngan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur condylus humeri.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

13
7. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR OLECRANON ULNAE
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Olecranon ulnae yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: 812.40, 813.00 (proximal Radioulnar capsulitis) s73001, b7101
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Sering terjadi pada orang dewasa. Anak-anak sekitar 5-7%
2. Tipe fraktur: Unstable, displaced, non-displaced
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur
olecranon danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (siku kontraktur posisi menekuk)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (trauma langsung, terjatuh penguluran otot triceps)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur olecranon atau
fraktur dan dislokasi sekitar sendi siku
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Kadang timbul nyeri pada gerak aktif sendi bahu dan wrist join
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas
- Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
- Kontraktur dan stiff elbow
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
14
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur olecranon.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku danwrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

8. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR CAPUT RADII
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Caput Radii yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: 812.40, 813.00 (proximal Radioulnar capsulitis) s73001, b7101
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas

15
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Dapat terjadi pada semua usia dan bersamaan dengan dislokasi elbow
2. Tipe fraktur: Non-displaced, partial, total, fraktur dan dislokasi elbow
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput
radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, kontraktur, oedema dan deformitas elbow)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (trauma langsung, terjatuh dan benturan sebabkan caput radii terdorong)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur caput Radii atau
fraktur dan dislokasi sekitar sendi siku
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Kadang timbul nyeri pada gerak aktif sendi bahu dan wrist join
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas
- Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
- Kontraktur dan stiff elbow

3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis


- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
16
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur caput Radii.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku danwrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
9. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR COLLUM RADII
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Collum Radii yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: 812.40, 813.00 (proximal Radioulnar capsulitis) s73001, b7101
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Sering terjadi pada anak-anak dan dewasa perempuan
2. Tipe fraktur: Non-displaced dan angulasi 30o,60o,80o dan diatas 80o
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput
radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, kontraktur, oedema dan deformitas elbow)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (trauma langsung, terjatuh dan peregangan siku yang berlebihan)

17
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur collum Radii atau
fraktur dan dislokasi sekitar sendi siku
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Kadang timbul nyeri pada gerak aktif sendi bahu dan wrist join
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas
- Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
- Kontraktur dan stiff elbow

3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis


- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur collum radii.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu

18
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku danwrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
10. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR MONTAGIA BENTUK FLEKSI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Montagia bentuk
fleksiyaitu fraktur corpus ulna dengan dislokasi caput radii yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD : S52.0 ICF : 93.11-14,93.16-17,93.25-27,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan
Patologi dan
patokinetik 93.14
Akibat fracture dan dislokasi diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang
menimulkan hypomobility, atrofi dan kelemahan otot, oedema, kontraktur dann
gangguan fungsi sendi siku dan lengan bawah.Pada kasus ini harus dipilahkan apakah
kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul
sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix
sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Meliputi 10-15% dari kasus fraktur montagia
2. Tipe fraktur: Dislokasi radius dan displascemen fraktur corpus ulna kearah
belakang/posterior
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput
radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema dan deformitas elbow/ante brachii)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Terjatuh, tangan terulur kesisi ulna, elbow semi fleksi 120-130o)
19
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kearah fleksi, posisi fiksasi ekstensi 180o
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna dan
dislokasi caput radii ke arah posterior
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan dengan tahanan
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas
- Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion
- Kontraktur dan stiff elbow
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur montagia bentuk
fleksi/posterior.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

20
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
11. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR MONTAGIA BENTUK EKSTENSI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Montagia bentuk
ekstensiyaitu fraktur corpus ulna dengan dislokasi caput radii yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: S52.0 ICF:93.11-14,93.16-17,93.25-27,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14
Patologi dan
patokinetik Akibat fracture dan dislokasi diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang
menimulkan hypomobility, atrofi dan kelemahan otot, oedema, kontraktur dann
gangguan fungsi sendi siku dan lengan bawah.Pada kasus ini harus dipilahkan apakah
kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul
sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix
sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Meliputi 85-90% dari kasus fraktur montagia, terjadi pada anak-anak
2. Tipe fraktur: Dislokasi radius dan displascemen fraktur corpus ulna kearah
depan/anterior
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput
radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema dan deformitas elbow/ante brachii)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Terjatuh, tangan terulur kearah ulna, lengan bawah pronasi, siku lurus
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi, posisi fiksasi flesi siku 45o
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna dan
dislokasi caput radii ke arah posterior
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan dengan tahanan
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening

21
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas
- Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan.
- Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end
feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, osteomyelitis
- Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion, kontraktur dan stiff elbow
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur montagia bentuk
ekstensi/anterior.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

22
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
12. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR CORPUS ULNA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Corpus ulna yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD : S52.279. ICF : 93.11-14,93.16-17,93.25-
27,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14
Patologi dan
patokinetik Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan
hypomobility pada sendi siku, dan/atau kontraktur tendon otot-otot siku dan lengan
bawah, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi siku. Pada kasus ini harus
dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada
kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi
instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Terjadi pada anak-anak, Terjatuh, tangan menyangga, posisi siku ekstensi
2. Tipe fraktur: Greenstick, transvers, jarang displascement
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur corpus
ulna, posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah supinasi, pergelangan tangan semi
fleksi)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan
gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Trauma langsung, kecelakaan lalu lintas dan porosis tulang)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi, posisi fiksasi flesi siku 90o
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi
2. Tes orientasi dan regional screening

23
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end
feel atau bahkan hard end feel.
- Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku
- JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan
kontraktur
- Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion, kontraktur dan stiff elbow
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur corpus ulna.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

24
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
13. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR CORPUS RADIUS
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Corpus ulna yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD : S52.279. ICF : 93.11-14,93.16-17,93.25-
27,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14
Patologi dan
patokinetik Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan
hypomobility pada sendi siku, dan/atau kontraktur tendon otot-otot siku dan lengan
bawah, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi siku. Pada kasus ini harus
dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada
kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi
instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Mekanisme, terjatuh tangan dalam keadaan outstretched, sendi siku posisi ektensi
dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
2. Tipe fraktur: Simple dan transvers, displascement ke arah pronasi
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur corpus
radius, posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah mid-posisi, pergelangan tangan
ekstensi)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan
gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Trauma langsung, kecelakaan lalu lintas dan porosis tulang)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi, posisi fiksasi flesi siku 90o
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi

25
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end
feel atau bahkan hard end feel.
- Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku
- JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan
kontraktur
- Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi
pergelangan tangan.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome
- Peripheral nerve lesion, kontraktur dan stiff elbow
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan
FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot
siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur corpus radius.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

26
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
14. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR COLLES
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Colles yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD:S52.531A. ICF:93.11-14,93.16-17,93.2527,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan
93.14
Patologi dan
patokinetik Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan
hypomobility pada sendi pergelangan tangan, dan/atau kontraktur tendon otot-otot
lengan bawah dan pergelangan tangan, serta gangguan performance otot dan stabilitas
sendi pergelangan tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya
immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera
dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku
sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada anak pemain skating dan skate-board. Padaorang tua karena
porosis.
2. Tipe fraktur: Displascement fragment kearah dorsal (dinner fork deformity)
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur colles,
posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah supinasi)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan
gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Trauma, terjatuh posisi tangan hiper-ekstensi)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi dan pronasi lengan bawah, posisi fiksasi
flesi siku 90o dan lengan bawah supinasi.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur colles
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan
1. Inspeksi

27
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku, lengan bawah dan
pergelangan tangan dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku
- JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan
kontraktur
- Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan
tangan.
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome
- nerve medianuslesion, kontraktur/stiff elbow, suddect atropi
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan otot/Odema/disabilitas
sikudan wrist joint pasca fraktur colles.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

28
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
15. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR SMITH
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Smith yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD:S52.541D. ICF:93.11-14,93.16-17,93.2527,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan
93.14
Patologi dan
patokinetik Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan
hypomobility pada sendi pergelangan tangan, dan/atau kontraktur tendon otot-otot
lengan bawah dan pergelangan tangan, serta gangguan performance otot dan stabilitas
sendi pergelangan tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya
immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera
dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku
sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada anak, kebalikan dari fraktur colles.
2. Tipe fraktur: Displascement fragment kearah volar
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur smith,
posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah supinasi)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan
gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Trauma, terjatuh posisi tangan fleksi)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi dan pronasi lengan bawah, posisi fiksasi
flesi siku 90o dan lengan bawah supinasi.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur colles
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi.
- Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi

29
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif)
- Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku, lengan bawah dan
pergelangan tangan dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku
- JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan
kontraktur
- Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan
tangan.
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome
- nerve medianuslesion, kontraktur/stiff elbow, suddect atropi
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri
dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan otot/Odema /disabilitas
sikudan wrist joint pasca fraktur smith.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

30
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

16. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR METACARPAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Smith yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD:S52.815. ICF:b710-b729(functions of the joint and bones)
Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan
Patologi dan hypomobility, dan/atau kontraktur tendon otot, serta gangguan performance otot dan
patokinetik stabilitas sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari tangan. Pada kasus ini
harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada
kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi
instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada pria dewasa dan jarang pada wanita, anak-anak dan orang tua
2. Tipe fraktur: Simple, transvers, komunited dan crush/hancur
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur
metacarpal, posisi fiksasi wrist joint ekstensi30o, jari-jari semi fleksi)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan
gangguan fungsi pergelangan tangan dan jari-jari tangan)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Trauma, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja/industri)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi pergelangan tangankearah fleksi-ekstensi dan ulnar-radial
deviasi.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur metacarpal
- Nyeri bila fleksi-ekstensi dan abd jari-jari tangan
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage, posisi pergelangan tangan ekstensi kurang lebih 30o, jari-
jari semi fleksi
31
2. Tes orientasi dan regional screening
- Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku, lengan bawah dan
pergelangan tangan dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi dan 3 dimensi pergelangan tangan (positif)
nyeri dan terbatas dengan springi end feel
- JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan
kontraktur
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Malalignment, fibrosis interosseus
- osteomyelitis, injuery tendo ekstensor chronic stiffness

3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis


- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan dpringidan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul
nyeri dan keterbatasan ROM dengan springidan end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan springi end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot/Odema/disabilitas
dan gangguan fungsi are pergelangan tangan dan jari-jaripasca fraktur
metacarpal.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

32
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada wrist joint dan jari-jari dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
17. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR PHALANGEAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Smith yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD:S52.815. ICF:b710-b729(functions of the joint and bones)
Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan
Patologi dan hypomobility, dan/atau kontraktur tendon otot, serta gangguan performance otot dan
patokinetik
stabilitas sendi metacarpal dan jari-jari tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah
kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul
sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix
sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Sering terjadi pada Pria dewasa, namun dapat juga terjadi pada semua umur dan
gender
2. Tipe fraktur: Longitudinal, transverse, komunited dan displascement
3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur
phalangeal, posisi fiksasi; jari-jari semi fleksi)
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan
gangguan fungsi jari-jari tangan)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi (Trauma, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja/industri)
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi metacarpophalangealkearah ekstensi.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur phalangeal
- Nyeri dan kaku pada sendi jari-jari tangan
1. Inspeksi
Odema, simple volar splint, dorsal splint, hairpin splint, gutter splint dan protektif
splint, posisi pergelangan tangan ekstensi kurang lebih 30o, jari-jari semi fleksi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Keterbatasan gerak wrist joint dengan springi dan hard end feel.

33
- Fleksi-ekstensi, Abd-Add metacarpophalangeal nyeri dan terbatas dengan springi
end feel
- JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm dan hard end feel. CRS, fleksor jari
tangan kontraktur
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union / non-union fracture, Malalignment
- Arthritis degeneratif, Chronic stiffness
- Unstable sendi dan deformitas Boutonniere (fleksi medial dan didtal PIP Joint)
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan dpringidan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul
nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan springi end feel
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot/Odema/disabilitas
dan gangguan fungsi are pergelangan tangan dan jari-jari pasca fraktur
phalangeal.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisepada wrist joint dan jari-jari dengan atau tanpa alat.

34
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

18. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


DISLOKASI WRIST JOINT
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca dislokasi wrist joint, sebagai
penyebab kontraktur pergelangan tangan dan tangan pasca immobilisasi,
merupakanhipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera dan dislokasi. ICD:
833.09, ICF: s73001, b7202, d4301, d4401, d4453
Patologi dan Perpindahan posisi pada ossa carpalia. Lunatum dan scapoideum .Akibat cedera atau
patokinesis dislokasi dan fracture diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang
menimulkan radiocarpal capsular pattern hypomobility, dan/atau kontraktur tendon
fleksor jari tangan.
Tujuan Melaksanakan proses fisioterapi professional secara akurat, paripurna, efektif dan
efisien dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia: Banyak ditemukan pada pria dewasa muda akibat trauma langsung
2. Penyebab, traumatik- non-traumatik
3. Timeline, normal – abnormal (akut- subakut-kronik)
4. Tanda dan gejala: Nyeri, oedema, kontraktur, malalignment metacarpal
5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
6. Terapi operative – conservative
7. Prevalensi: trauma langsung terjatuh dengan wrist hiperekstensi dan siku semi
fleksi, kecelakaan lalu lintas
Prosedur Asesment fisioterapi
Assessment ICF Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri diam, nyeri gerak dan kaku sendi wrist joint kearah ekstensi fleksi-ekstensi,
ulnar-radial deviasi.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah dislokasi wrist joint
- Nyeri dan kaku pada sendi metacarpophalangeal dan sendi jari-jari tangan
- Keluhan sitem lain seperti: kebersihan jalan nafas, sirkulasi dan jantung tidak ada.
- Nyeri meningkat pada seluruh gerak siku fleksi-esktensi, pronasi-supinasi nyeri
dan terbatas
Inspeksi:
- Bengkak/hematoma, deformitas, alat bantu fiksasi eksternal; cock-up splint, elastis
bandage, plaster gips bila disertai fraktur komplit
- Luka incisi tertutup terpasang bandage
Tes orientasi dan regional screening
- Gerakan fleksi-ekstensi siku (negatif), pada gerakanpronasi dan supinasi legan
bawah terdapat nyeri dan keterbatasan gerak dengan springi end feel
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dan
fleksi-ekstensi tangan
- Nyeri dan terbatas pada gerak ulnar-radial deviasi pergelangan tangan dan fleksi-
ekstensi tangan
- Nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, abd-add sendi jari-jari tangan
Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
Red flag

35
- Fibrosis interfosseus
- Injuri di tendon ekstensor
- Cronik stiffness pada metacarpophalangeal joint
Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- Palpasi tangan dan pergelangan tangan sering teraba oedeme
- JPM test:
Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm
end feel.
Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan
firm end feel.
- Contract relax stretched test dijumpai pemendekan tendo fleksor jari
tangan.Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS/NRS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan Arm disability index atau outcome measure lain
Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas antebrakhii, posisi/alignment, atau fiksasi
internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count
Diagnosis:
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan otot /Bengkak /Disabilitas
pasca dislokasi wrist joint
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
- Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Perencanaan intervensi secara bertahap
 Pengukuran hasil
ProsedurInterven Intervensi
si 1. Fase inflamasi
- General exercise (Breathing exercise, aktif exercise, free aktif exercise)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
- elevasi, isometric exercise, aktif exercise, sitting, standing dan walking exc,
3. Fase produksi (>3 hari)
- modalitas IR, pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
- mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
- Strengthening dan functional training.

Edukasi:Latihan mobilisasi pergelangan dan tangan, latihan fungsional tangan

Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan ADL
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

36
19. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR CLAVICULA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Clavicula yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: 83309. ICF s73001, b7101
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cidera langsung pada kapsul/ligament, dengan cidera atau adaa penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cidera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada anak (dewasa muda), akibat jatuh dengan posisi bahu
tertindih.
2. Jender (pria – wanita)
3. Penyebab, Immobilisasi paska fraktur clavicula ( konservatif/operatif)
4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS dan kelemahan
otot-otot gelang bahu, lokasi sering pada 1/3 bagian tengah dan lateral dengan
fragment menyudut keluar
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik
keluar (outstrechedhand) , trauma langsung, benturan dan kecelakaan lalu lintas
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku sendi bahu dan gelang bahu, menyebar ke lengan atas.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur –Eksternal fiksasi
paska fraktur clavicula.
- Nyeri dan keterbatasan pada mobilitas / ekspansi rongga thoraks.
1. Inspeksi
Odema, elastic bandage( figure of eight Methode, Ring verban, hand cherchief),
posisi gelang bahu elevasi-retraksi, shoulder joint ekstensi-add.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Elevasi-depressi, retraksi-protraksi gelang bahu nyeri dan terbatas, pada aktif
dan pasif movemen.
- Fleksi-ekstensi bahu sebatas LGS (negatif), Abduksi-elevasi bahu terbatas dan
nyeri
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area bahu dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- kompressi arteria sudclavia
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
37
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang clavicula, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
bahu dan gelang bahu pasca fraktur Clavicula.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exerciseregio cervical/kepala, gelang bahu dan bahu yang diterapkan
dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

38
20. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR SCAPULA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Scapula yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: S.42.1. ICF s73001, b7101
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cidera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cidera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Usia lebih banyak pada pria dewasa usia 25-45 tahun akibat trauma tumpul
langsung.
2. Jender (pria> wanita)
3. Penyebab, Immobilisasi paska fraktur Scapula ( konservatif/operatif)
4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala (Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS dan kelemahan
otot-otot gelang bahu, lokasi sering pada collum scapulae dan glenoidalis scapulae
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma langsung dan dislokasi bahu menyebabkan fraktur glenoidalis,
cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan terentang
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku sendi bahu dan gelang bahu, menyebar ke lengan atas.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur –Eksternal fiksasi
paska fraktur scapula.
- Nyeri dan keterbatasan pada mobilitas / ekspansi rongga thoraks
1. Inspeksi
Odema, strapping scapula/area fraktur, netral, shoulder joint ekstensi-add.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Elevasi-depressi, retraksi-protraksi gelang bahu nyeri dan terbatas, pada aktif
dan pasif movemen.
- Fleksi-ekstensi bahu sebatas LGS (negatif), Abduksi-elevasi bahu terbatas dan
nyeri
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area bahu dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture,
- Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot ( wing scapulae)
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
39
outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang scapula dan posisi/alignment.
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
bahu dan gelang bahu pasca fraktur Scapula.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exerciseregio cervical/kepala, gelang bahu dan bahu yang diterapkan
dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

21. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR COLLUM FEMORIS
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Collum femoris yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: S.821. ICFD.450, 410, 429, 530, 280, 230,910,930, B.289, 720, 730
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.Pada fraktur ini terdapat
kerusakan capsul sendi dan kerobekan sinovium ( fraktur intra capsular)

40
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak pada lanjut usia 70-80 tahun (wanita post menopuese) akibat fraktur
patologis, untuk usia muda akibat trauma keras dan kecelakaan lalu lintas
2. Jender (wanita > pria)
3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur collum femoris( konservatif/operatif)
disertai kerusakan capsul dan sinovium sendi.
4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot panggul, paha dan gangguan pola berjkalan. Lokasi perpatahan; sub capital,
transcervical dan intertrochanterica
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma, benturan, patological dan kecelakaan lalu lintas
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku areapanggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anterior-
posterior.
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur collum femoris.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul
nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel
dan firm end feel.
- Fleksi lutut nyeri dan terbatas oleh tahanan otot-otot quadriceps, ekstensi lutut
(negatif)
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan
springy/firm end feel
- Kelemahan otot-otot fleksors panggul dan ekstensor lutut
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Anvil test; pukulan pada plantar foot, nyeri pada panggul (+)
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas collumfemoris, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis

41
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
panggul/pahapasca fraktur Collum femoris.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip danlutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
22. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR CORPUS FEMORIS
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Corpus femoris yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: S.821.0. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730,
D230, D920, D910, D930.
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini tidak terdapat
kerusakan capsul sendi, ligamentum dan struktur sendi lainnya.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD Catatan: Karakter inplant... Tambahkan
1. Banyak terjadi pada orang dewasa dan usia lanjut. Jender; Pria>Wanita
2. Tipe fraktur: Transvers, spiral, communited dan open fraktur.
3. Arah displascement; Sub trochantor, fragment proksimal ke arah fleksi, abd karena
tarikanotot iliopsoas dan gluteus, fragment distal ke arah add dan tertarik keatas.
Shaft of femur, fragment proksimal ke arahfleksi oleh tarikan otot iliopsoas dan
42
internal rotasi ole tarikan otot add magnus, fragmen distal tertarik keatas oleh otot
hamstrings dan rectus femoris. Supra condylar, fragment proksimal kearah fleksi
oleh tarikan otot iliopsoas, fragment distal kebelakang oleh tarikan otot
gastrocnemius.
4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur corpus femoris( konservatif/operatif).
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot paha dan sendi lutut, pemendekan tungkai, malalignment tungkai dan
gangguan pola berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Trauma, terjatuh, patological dan kecelakaan lalu lintas
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku area panggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anterior-
posterior dan sendi lutut
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur corpus femoris.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul
nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel
dan firm end feel.
- Fleksi lutut nyeri dan terbatas oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot
hamstrings
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan
springy/firm end feel
- Kelemahan otot-otot fleksors panggul dan fleksors-ekstensor lutut
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Auscultation lipman test; suara kripitasi corpus femur pada ketukan patella,
gunakan stetoskop (+)
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os femoris, posisi/alignment, atau fiksasi
internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
panggul/paha pasca fraktur Corpus femoris.
43
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

44
23. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR CONDYLUS FEMUR DAN TIBIA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Condylus femur dan
tibia yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera,
dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.72.422.A. ICF:D450, D410, D410-D429, D530,
D280-B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930.
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai
kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi,
ligamentum dan struktur sendi lainnya).
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena porosis dan dewasa muda karena trauma
langsung/keras. Jender; Pria>Wanita
2. Tipe fraktur: Transvers, spiral, communited dan open fraktur.
3. Arah displascement; Lateral dan angulasi, satu condylus atau dua condylus.
4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur condylus femur dan tibia (
konservatif/operatif).
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot paha dan sendi lutut, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Trauma langsung, terjatuh dalam posisi lutut fleksi.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku area panggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anterior-

45
posterior dan sendi lutut
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur corpus femoris.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi
panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi
end feel dan firm end feel.
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan
springy/firm end feel
- Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut
- Pola jalan: Pincang

1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Ottawa knee rules (test)
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas condylus tulang femur dan tibia ,
posisi/alignment, atau fiksasi internal (Ottawa knee rules)
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
-Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi
lututpasca fraktur Condylus femur dan tibia.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

46
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

47
24. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR EPICONDYLUS FEMUR DAN TIBIA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Epicondylus femur
dan tibia yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera,
dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.821.0. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-
B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930.
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai
kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi,
ligamentum dan struktur sendi lainnya).
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena porosis dan dewasa muda karena trauma
langsung/keras. Jender; Pria>Wanita
2. Tipe fraktur: Transvers, spiral dan communited.
3. Arah displascement; Lateral dan angulasi.
4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur epicondylus femur dan tibia (
konservatif/operatif).
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot paha dan sendi lutut, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Trauma langsung tekanan tinggi, tekanan varus/valgus dan
hiperekstensi lutut.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku area panggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anterior-
posterior dan sendi lutut
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur corpus femoris.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi
panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi
end feel dan firm end feel.
48
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan
springy/firm end feel
- Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut
- Deformitas lutut, Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Ottawa knee rules (test)
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas epicondylus tulang femur dan tibia,
posisi/alignment, atau fiksasi internal (Ottawa knee rules)
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi lutut pasca fraktur Epicondylus femur dan tibia.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise

49
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

50
25. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR TIBIA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tibia yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: S.821.0. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730, D230,
D920, D910, D930.
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini kadang disertai
kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur ( otot, fasia dankulit)
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung dan tidak
langsung
2. Tipe fraktur: Bumper, segonds, gosselin dan toddler’s fracture.
3. Arah displascement; Angulasi dan overlapping.
4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur tibia ( konservatif/operatif).
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot paha dan sendi lutut, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Trauma langsung dan tidak langsung, kecelakaan lalu lintas, Olah raga,
osteoporosis dan neoplasma
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku area lutut, menyebar ke tungkai bawah anterior-posterior dan sendi
lutut
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur tibia.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi
panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi
end feel dan firm end feel.
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan
springy/firm end feel
- Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut dan ankle
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
51
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Ottawa knee rules (test)
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang tibia, posisi/alignment, atau
fiksasi internal (Ottawa knee rules)
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi lutut pasca fraktur tibia.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

52
26. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR TIBIA-FIBULA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tibia-fibula yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: S.82.11. ICFb28015, b730, b720, d280-b289, d930, d910, d450, d230.
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini kadang disertai
kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur, crista interosseadan capsul sendi
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal

53
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung dan tidak
langsung
2. Tipe fraktur: Trimalleolar, bimalleolar, oblique, spiral, communited dan
compound.
3. Arah displascement; Angulasi dan lateral.
4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur tibia-fibula( konservatif/operatif).
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, deformitas tungkai
bawah, kelemahan otot-otot sendi lutut dan ankle, malalignment tungkai bawah
dan gangguan pola berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Trauma langsung dan tidak langsung, tekanan langsung pada tulang
tibia berimbas pada fibula, twisting, inversion-eversion injury, jatuh dalam posisi
berdiri.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku area lutut, menyebar ke tungkai bawah anterior-posterior dan sendi
ankle
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur tibia-fibula.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi ankle kesemua arah
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai bawah area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi
panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi
end feel dan firm end feel.
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan
springy/firm end feel
- Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut dan ankle
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
- Clawing toes, flat foot dan pincang
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang tibia-fibula, posisi/alignment,
atau fiksasi internal
54
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi lutut pasca fraktur tibia-fibula.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking ex
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

55
27. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR PATELLA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Patella yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: S.82.11. ICFb28015, b730, b720, d280-b289, d930, d910, d450, d230.
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini kadang disertai
dengan avulsi tendo quadriceps,diikuti kerusakan struktur sendi dan jaringan sekitar
sendi lainnya.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Sering terjadi pada usia dewasa, Jender; Laki >perempuan ( dua kali)
2. Tipe fraktur: Non-deviated, transverse, apex, comminuted, vertical dan
osteochondral. Arah displascement; Distraksi.
3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur Patella ( konservatif/operatif).
4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, deformitas lutut,
kelemahan otot-otot sendi lutut dan gangguan pola berjalan.
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma langsung, gerakan puntir mendadak, tarikan otot pada posisi
hiperfleksi.
Prosedur Asesmen fisioterapi

56
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan kaku area lutut, menyebar ke tungkai bawah anterior-posterior dan sendi
ankle
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur Patella.
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut dan ankle kesemua arah
- Atrofi dan kelemahan otot quadriceps
- Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips sendi lutut.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi
panggul, negatif(-)
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi lutut, oleh tahanan otot quadriceps.
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri lutut dengan springy/firm
end feel
- Kelemahan otot fleksors-ekstensos lutut dan ankle, Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
- Artritis degeneratif
- Nekrosis avaskular
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Ottawa knee rules
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang Patella, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi lutut pasca fraktur patella.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

57
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan
atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

58
28. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR DAN DISLOKASI ANKLE
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur dan dislokasi ankle
yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi
ataupun fraktur. ICD: S.93.0 ICFD430, D464, D450, D469
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur dan dislokasi ankle
ini disertai kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur (otot dan ligamentum) dan fascia
plantaris.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung dan patologis,
tumor dan lain-lain
2. Tipe fraktur: Transvers, oblique dan displascement ke lateral.
3. Klasifikasi: Avulsi ligamentum tanpa fraktur, avulsi ligamentum dengan fraktur
malleolus, fraktur malleolus tanpa avulsi ligamentum dan fraktur ankle dengan
dislokasi ke lateral
4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur dan dislokasi ankle ( konservatif/operatif).
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, deformitas ankle,
kelemahan otot-otot ankle, malalignmentankle ke arah inversi dan eversi serta
gangguan pola berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Trauma langsung, benturan keras, kecelakaan lalu lintas dan cedera
Olahraga.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki.
- Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle (inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi
fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur dan dislokasi ankle.
- Tonjolan pada pergelangan kaki akibat fraktur

59
- Pola berjalan; pincang. Posisi ankle drop foot(dorsi fleksi)
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai bawah area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif)
- Kelemahan dan atrofi otot-otot fleksors-ekstensors lutut
- Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle ( inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi
fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel.
- Pola jalan: Pincang
1.Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture
- Peripheral nerve lesion
- Atrofi/weakness otot
- keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan springi end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure
lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang-tulang ankle/pergelangan kaki,
posisi/alignment, atau fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi
anklepasca fraktur dan dislokasi ankle.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

60
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

61
29. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR CALCANEUS
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Calcaneus yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: S.92.0 ICFD450, D455, D8500, D455, D4553, D9201
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur calcaneus tidak ini
disertai kerusakan struktur sendi.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung.
2. Tipe fraktur: Kompressi dan communited, kadang displascement.
3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur Calcaneus( konservatif / operatif).
4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot ankle, malalignment ankle ke arah inversi dan eversi serta gangguan pola
berjalan.
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma langsung, jatuh dari ketinggian dengan benturan pada tulang
Calcaneus.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki.
- Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle (inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi
fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur dan dislokasi ankle.
- Pola berjalan; pincang. Posisi ankle drop foot(dorsi fleksi)
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips /Shoe plaster area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif)
- Kelemahan dan atrofi otot-otot fleksors-ekstensors lutut
- Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle ( inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi
fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel.
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system

62
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan springi end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure
lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang Calcaneus, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi
ankle pasca fraktur Calcaneus.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut, ankle, foot dan jari-jari kaki yang diterapkan
dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

63
30. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR METATARSAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Metatarsal yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: S.92.3 ICFB280, B730, B735, D450, D410, D9109, D9209
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur metatarsal kadang
disertai kerusakan otot dan ligamentum sekitar area fraktur.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Sering terjadi pada anak-anak terutama pada metatarsal I dan metatarsal V. Jender
Pria dan wanita
2. Tipe fraktur: Stress fraktur dan avulsi.
3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur metatarsal( konservatif / operatif).
4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kelemahan otot-otot foot dan ankle dan
gangguan pola berjalan.
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma langsung, jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas dan over
kontraksi otot peroneus brevis.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki.
- Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle dan foot(inversi-eversi, plantar fleksi-
dorsi fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi
paska fraktur metatarsal.
- Pola berjalan; pincang. Posisi ankle drop foot(dorsi fleksi)
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips /Shoe plaster area fraktur.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif)
- Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle dan foot ( inversi-eversi, plantar fleksi-
dorsi fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel.
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture, Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS
- Stiffness sendi-sendi tarsal, tenderness dan weakness Calf muscles
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan springi end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure
64
lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang metatarsal, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi
ankle pasca fraktur Metatarsal.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 5-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut, ankle, footdan jari-jari kaki yang diterapkan dengan
atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

31. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA FRAKTUR TULANG VERTEBRA
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tulang Vertebra yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: S.12.0-S12.9 (Cervical), S.22.0-S29.0 (Thoracal), S32.0-S32.9 (Lumbal).
ICF: 93.14-17,93.22,93.35,93.53,93.51,93.64,93.85,dan 97.14
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur vertebra ini kadang

65
disertai dengan kerusakan struktur sendi seperti ligamentum, discus intervertebralis,
medulla spinalis dan radix/peripheral nerve, vaskularisasi termasuk jaringan lunak
sekitar fraktur seperti otot dan lain-lain.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak ditemukan pada orang dewasa dan usia lanjut, jarang terjadi pada anak-
anak. Jender: pria dan wanita sama
2. Penyebab: Pasca immobilisasi frakturVertebra;Cervical, Thoracal dan Lumbal (
konservatif – operatif)
3. Jenis fraktur: Fraktur Corpus dan arcus, dengan/tanpa dislokasi, kompressi dan
komunited/pecah
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala: Nyeri, spasme/spastic, oedema, sensasi berkurang-hilang
(gangguan sensoris), deformitas, berkurangnya/hilangnya fungsi otot, respon
vasomotor hilang, gangguan fungsi seksual, paralise, Inkontinentia (gangguan
bladder-bowel)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma; fleksi(force dari atas), ekstensi (whiplash), rotasi (pukulan
langsung) kompressi vertikal avulsi otot (processus dan patologis (osteoporosis,
tumor dan lain-lain
Asesmen fisioterapi
Prosedur
Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi-sendi tulang vertebra ( Cervical, Thoracal dan Lumbal) pada
gerak aktif
- Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku
- Nyeri dan kaku sendi panggul/hip joint menyebar ke tungkai atas dan lutut
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah fraktur tulang vertebra (operasi -
konservatif)
- Kesulitan dan tidak dapat berjalan normal (alat bantu berjalan)
- Inkontinentia miksi - defekasi
1. Inspeksi
Odema, korset ( Thoraco-lumbar, Lumbo-sacral), Neck Collar ( Hard-Soft),
draine, atrofi otot ekstremitas atas-bawah,
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi Cervikal, Thoracal, Lumbal, positif
nyeri
- Nyeri dan keterbatasan gerak aktif/pasif vertebra ( cervical-thoracal-lumbal)
kesemua arah dengan springi-firm-hard end feel
- Atrofi dan kelemahan otot-otot vertebra ( fleksi-ekstensi-lateral rotasi-rotasi)
- Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel
- Abd-Add, fleksi-ekstensi dan rotasi panggul/hipterbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture,Osteomyelitis
- Peripheral / central nerve lesion, Paralisis otot
- Infeksi saluran kemih, depressi, osifikasi artikuler
- Spinal syok
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan

66
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang vertebra, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot /Odema /disabilitas
Columna vertebralis pasca fraktur Vertebra.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 20-24 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, Walking
exercise (NWB-PWB)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, walkingf exrcise PWB dan latihan aktivitas
fungsional
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise.
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu, panggul sendi-sendi vertebra yangditerapkan
dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

67
32. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA FRAKTUR TULANG COSTAE
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tulang Vertebra yang
diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun
fraktur. ICD: S.22.41. ICF: b.750, b.760, b.761, b.770, b.789, b.798, b.799.
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur Costae bila terjadi
displascement akan menyudut keluar sehingga menuebabkan kerusakan jaringan
lunak; otot.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak ditemukan pada orang dewasa dan usia lanjut, jarang terjadi pada anak-
anak. Jender: pria dan wanita sama
2. Penyebab: Pasca immobilisasi /strapping frakturCostae ( konservatif – operatif)
3. Jenis fraktur: Simple fraktur, displascement menyudut keluar
4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
5. Tanda dan gejala: Nyeri, spasme otot, oedema, kesulitan bernafas (inspirasi)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
7. Prevalensi: Trauma tumpul; kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, Trauma
tusuk; luka tusuk, luka tembak.
Asesmen fisioterapi
Prosedur
Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku area costalis saat mobilitas
- Nyeri dan keterbatasan ekspansi rongga thorax saat respirasi dalam
- Nyeri dan kaku gerakan gelang bahu kesemua arah, terutama; protraksi-retraksi
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah fraktur Costae (operasi - konservatif)

68
- Kesulitan dan tidak dapat berjalan normal dan aktivitas fungsional
1. Inspeksi
Odema, strapping costae, draine, atrofi otot internal-eksternal costalis.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi Cervikal (negatif)
- Nyeri dan keterbatasan gerak aktif/pasif sendi gelang bahu kesemua arah
dengan springi-firm end feel
- Nyeri dan keterbatasan gerak ekstensi dan rotasi Vertebra Thoracalis dengan
firm end feel
- Nyeri dan keterbatasan gerak aktif/pasif gerakan full fleksi kedua lengan sendi
bahu dan gelanf bahu
- Keterbatasan gerakan ekstensi lumbal dalam posisi crook lying
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Mal union fracture,Peripheralnerve lesion
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- Ekspansi thorax: Deep breething diafragmatic, lateral costal dan apikal dengan
resisten terasa nyeri.
- Contract relax stretched test pada bahu dan gelang bahu terbatas dan nyeri
sedikit berkurang pasca kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI, FIM atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang Costae, posisi/alignment, atau
fiksasi internal
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot /Odema /disabilitas
tulang costalis pasca fraktur.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 2 -3 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

69
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise.
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif dan latihan aktivitas fungsional
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu, gelang bahu dan rongga thorax yang diterapkan
dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

33. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA ARTHROSCOPY SHOULDER
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Arthroscopy Shoulder joint
yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi
ataupun fraktur. ICD: 8021. ICF:b28014, b730,d840-d859,d5202, d540
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya disebabkan oleh
Patologi dan immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau
patokinetik ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam
penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi
lebih serius. Prosedur arthroscopy shoulder bertujuan untuk: Repair rotator cuff,
Removal bone spur, Removal atau repair labrum, Repair ligament, Removal jaringan
yang inflamasi dan kartilago yang melonggar, Repair dislokasi shoulder
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak ditemukan pada usia dewasa, dan jarang terjadi pada anak-anak/remaja.
jender: Pria dan Wanita
2. Penyebab (Pasca immobilisasi paska Arthroscopy shoulder joint oleh karena
cedera/kerusakan struktur sendi bahu.
3. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
4. Tanda dan gejala: Nyeri, oedema, muscles weakness, keterbatasan LGS bahu,
keterbatasan aktivitas fungsi
5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkanoleh Trauma dan inflamasi.
Asesmen fisioterapi
Prosedur
- Pengambilan data Anamnesis
Assessment ICF
- Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku
- Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi /arthroscopy pada bahu
- Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd-Add dan rotasi bahu
- Nyeri meningkat terutama pada internal dan eksternal rotasi gerak bahu
1. Inspeksi
Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal

70
rotasi, siku fleksi dan mid posisi
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif)
- Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan
springy/firm end feel atau bahkan hard end feel.
- Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif)
1. Review of system
- Cardiovascular
- Neuromuscular
2. Red flag
- Infeksi
- Oedema berlebihan
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau
outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan struktur sendi bahu , posisi dan alignment.
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot
bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca arthroscopy shoulder joinbt.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise,
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif.
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training.
Edukasi:
Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat.

71
Evaluasi
- Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

34. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA ARTHROSCOPY LUTUT
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Arthroscipy lutut yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: 80.26, 85.4. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730,
D230, D920, D910, D930
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
patokinetik cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai
kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi,
ligamentum dan struktur sendi lainnya).Prosedur arthroscopy lutut dilakukan untuk:
Membuang atau memperbaiki meniscus yang robek/ruptur, Rekonstruksi ligamentum
cruciatum anterius (LCA), Merapikan potongan-potongan cartilago sendi, membuang
osteofit dan Membuang jaringan sinovial infeksi/inflamasi.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena degenerasi dan dewasa muda karena
trauma langsung/keras. Jender; Pria danWanita
2. Penyebab; Paska immobilisasi paska Arthroscopy sendi lutut oleh
cedera/kerusakan dan infeksi/inflamasi struktur sendi bahu.
3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS lutut,
malalignment tungkai dan keterbatasan aktivitas fungsi serta gangguan pola
berjalan.
5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh trauma dan inflamasi.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul terutama pada gerakan fleksi
dengan lutut lurus/ekstensi
- Nyeri dan keterbatasan gerakan sendi lutut kesemua arah gerakan
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi/arthroscopy sendi lutut
- Kesulitan berjalan/belummampu PWB/FWB
1. Inspeksi
- Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi
panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama fleksi dan abd springi end feel.
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings dengan springi/firm end feel
- Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, Gerakan ekstensi > fleksi
72
- Kelemahan otot-otot ekstensos lutut
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Infeksi, akumulasi darah pada sendi lutut
- Compartment syndrome
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Ottawa knee rules (test), Mc.murray test, Appley test, dll
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi lutut paska arthroscopy,
alignment.
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi lutut pasca Arthroscopy sendi lutut.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.

73
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

74
35. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA ARTHROSCOPY ANKLE
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Arthroscipy ankle yang diikuti
merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur.
ICD: S.82.0 ICF: D430, D464, D450, D469
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai
kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi,
ligamentum dan struktur sendi lainnya). Prosedur arthroscopy ankle dilakukan untuk
mendiagnosa dan membantu perbaikan ankle pada kasus:Arthritis, fracture, instability,
anterior ankle impingement, arthrofibrosis, osteochondral defect (OCD), posterior
ankle impingement, synovitis dan lain-lain
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena degenerasi dan dewasa muda karena
trauma langsung/keras. Jender; Pria danWanita
2. Penyebab; Paska immobilisasi paska Arthroscopy sendi ankle oleh
cedera/kerusakan dan infeksi/inflamasi/degenerasi struktur sendi ankle.
3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS ankle,
malalignment foot/inversi-eversi, keterbatasan aktivitas fungsi dan gangguan pola
berjalan.
5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh trauma (atlit), degenerasi dan
inflamasi.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan keterbatasan gerak plantar fleksi-dorsi fleksi sendi anklel dan inversi-
eversi kaki
- Nyeri dan keterbatasan gerakan sendi jari-jari kaki
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi/arthroscopy sendi ankle
- Kesulitan berjalan/belummampu PWB/FWB
1. Inspeksi
- Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif)
- Kelemahan otot-otot ekstensorslutut
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi ankle ( plantar fleksi – dorsi fleksi)
dan Foot ( inversi-eversi) dengan springi dan firm end feel
- Kelemahan otot-otot sendi ankle dan foot
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Infeksi, akumulasi darah pada sendi lutut, dan Compartment syndrome
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
75
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi ankle paska arthroscopy, posisi
dan alignment.
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi
anklepasca Arthroscopy.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-PWB
walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut ankle dan jari-jari kaki yang diterapkan dengan atau
tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

36. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PASCA TOTAL KNEE REPLASCEMENT
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Total knee replascement
(TKR) yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera,
dislokasi ataupun fraktur. ICD: V.43.65ICFb28016,b710,b730,d6600,d4501,d840-
d859,d9201
Patologi dan Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya akibat immobilisasi saja

76
patokinetik tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian
permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi
instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.Total Knee
Replacement adalah tindakan pembedahan umum yang dilakukan untuk mengobati
pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan oleh osteoartritis dan
rheumatoid arthritis. Pada TKR, ujung dari tulang femur diganti dengan metal shell
dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan diantara keduanya
dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena degenerasi; Osteoarthritis, Rheumatoid
arthritis dan arthritis paska trauma. Jender; Wanita>Pria
2. Penyebab; Paska immobilisasi paska TKR sendi lutut oleh kerusakan cartilago
sendi akibat OA, RA dan Arthritis paska trauma.
3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS lutut,
malalignment tungkai dan keterbatasan aktivitas fungsi serta gangguan pola
berjalan.
5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh faktor degenerasi dan infektif.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul terutama pada gerakan fleksi
dengan lutut lurus/ekstensi
- Nyeri dan keterbatasan gerakan sendi lutut kesemua arah gerakan
- Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi TKR sendi lutut
- Kesulitan berjalan/belummampu PWB/FWB
1. Inspeksi
- Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal-eksternal dan 3 dimensi sendi panggul
(negatif)
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings dengan springi/hard end feel
- Kelemahan otot-otot ekstensors lutut
- Pola jalan: Pincang
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Fraktur komponen prosthesis
- Unstable dan dislokasi sendi
- Compartment syndrome dan infeksi
- Pheriferal nerve lesi
- Oedema dan nyeri sendi
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- Nyeri fleksi lutut ( aktif-pasif) dengan springi dan hard end feel.
- Keterbatasan LGS fleksi lutut
- Weakness otot-otot tungkai bawah
- Spasme otot-otot quadriceps dan hamstrins
- Nyeri tekan pada areaoperasi/incisi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement), kemampuan dasar

77
skala JETTE, KOOS, TUG atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi lutut paska TKR,, alignment.
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi lutut pasca TKR.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

78
37. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA TOTAL HIP REPLASCEMENT
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Total Hip replascement (THR)
yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi
ataupun fraktur. ICD: Z.96.641. ICF:s7701, s75001
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya akibat immobilisasi saja
Patologi dan tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian
patokinetik permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi
instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.Total Hip
Replacement adalah adalah pengganti sendi pinggul yang mengalami degenerasi atau
sakit dengan komponen mangkuk polietilen dengan berat molekul sangat ringan (ultra-
light) dan komponen femur logam (titanium). Pada THR, dilakukan penggantian
komponensendi panggul; Tulang femur, caput femur dan acetabulum akibat
trauma/fraktur/nekrotik, patologis; osteoporosis, osteomalacia, degeneratif
(arthritis)dan CHD
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada usia lanjut diatas 50 tahun karena Trauma, degenerasi,
Patologis dan Kongenital. Jender; Wanita>Pria
2. Penyebab; Paska immobilisasi paska THR sendi panggul oleh kerusakan

79
komponen sendi akibat OA, RA, trauma, patologis dan CHD.
3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS panggul,
sulit berjalan/menumpu BB.
5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh faktor degenerasi, patologis, trauma dan
kongenital.
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF - Pengambilan data Anamnesis
- Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah
- Kesulitan berjalan dan menumpu berat badan
- Nyeri dan keterbatasan gerakan fleksi-ekstensi sendi lutut
- Ada riwayat trauma, patologis, degeneratif dan immobilisasi, setelah operasi THR
sendi panggul
- Status obesitas dll
1. Inspeksi
- Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan rotasi Vertebta Lumbal (negatif)
- Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot
quadriceps, dan otot hamstrings dengan springi/hard end feel
- Kelemahan otot-otot ekstensors lutut
- Pola jalan: Pincang/Trandelenberg sign
1. Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag
- Fraktur komponen prosthesis
- Unstable dan dislokasi sendi
- Pheriferal nerve lesi, Oedema dan nyeri sendi
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- Nyeri dan keterbatasan gerak (aktif dan pasif) : fleksi, ABD dan Internal rotasi
Hip dengan springi dan hard end feel.
- Keterbatasan LGS: fleksi dibawah 90o, Internal rotasi tidak melewati netral
dan ADD tidak melewati garis tengah
- Weakness otot-otot tungkai bawah: hip dan lutut
- Spasme otot-otot panggul dan lutut
- Nyeri tekan pada areaoperasi/incisi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement), kemampuan dasar
skala HOOS atau outcome measure lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi lutut paska THR,, alignment.
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas
sendi panggulpasca THR.
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu

80
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa
alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

81
38. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
PASCA ACHILLES TENDON LENGTHENING
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca operasi Achilles tendon
lengthening yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah
cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 727.81. ICF: b.710-b729, b.730-b.749, b.798.
Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada
Patologi dan cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan
patokinetik sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas
atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.ATL bertujuan untuk
meregangkan tendon Achilles yang kontraktur untuk memungkinkan seseorang
berjalan dengan kaki rata tanpa menekuk lutut, atau untuk meredakan nyeri kronis
akibat penyakit tertentu: CP, chronic tendinitis, genetik dan lain-lain.
Tujuan Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Prosedur Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
Assessment ICD 1. Banyak terjadi pada anak-anak dan remaja akibat penyakit tertentu
2. Jender: Pria danwanita
3. Prosedur ATL: Denganmembuat sayatankecil dibelakang tendo Achilles
4. Penyebab; Immobilisasi eksternal paska operasi ATL
5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi)
6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otot-
otot ankle, malalignment ankle ke arah inversi dan eversi serta gangguan pola
berjalan.
7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun
8. Prevalensi: Lebih banyak akibat Penyakit bawaan dan penyakit chronis
Prosedur Asesmen fisioterapi
Assessment ICF Pengambilan data Anamnesis

82
- Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki.
- Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle (inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi
fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki
- Ada riwayat immobilisasi, setelah operasi dan eksternal fiksasi paska ATL sendi
ankle.
- Pola berjalan; pincang ( Antalgic gait).
1. Inspeksi
Odema, elastis bandage/plaster gips bellow knee.
2. Tes orientasi dan regional screening
- Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif)
- Kelemahan dan atrofi otot-otot fleksors-ekstensors lutut
- Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle ( inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi
fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel.
- Atrofi dan weakness otot Gastrocnemius
- Pola jalan: Pincang/Antalgic gait
1.Review of system
- Cardiovascular, Neuromuscular
2. Red flag.
- Equinovarus deformities
- Plantar foot ulcer
- Charcot Collapse
- Atrofi/weakness otot
- keterbatasan LGS
3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis
- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan springi end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran kekuatan otot dengan MMT
- Pengukuran LGS dengan Goniometer
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure
lain
3. Pemeriksaan lain
- ’X’: untuk memastikan posisi struktur ankle
- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Diagnosis
- Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi
ankle pasca operasi ATL
- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan.
Prediksi gerak dan fungsi
Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil
yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi
pengulangan
 Pengukuran hasil

83
Prosedur Intervensi
Intervensi 1. Fase inflamasi
 General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non
weight bearing)
2. Fase proliferasi (hari I – III)
 elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise.
3. Fase produksi (>3 hari)
 modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-
PWB walking exercise)
4. Fase remodeling (>3 minggu)
 Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise
5. Fase unifikasi (>3 bulan)
 Strengthening dan functional training, FWB walking exercise
Edukasi:
Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat.
Evaluasi
- Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

www.sralab.org

84

Anda mungkin juga menyukai