DAERAH LUTUT
TEMU – 10
DISUSUN OLEH
1
SUBTOPIK 2 – FRAKTUR CONDYLUS FEMUR
Nyeri, gangguan gerak dan fungsi Paska ORIF fraktur condylus femur
Proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus nyeri , gangguan gerak dan fungsi
pasca operasi ORIF fraktur condyles femur
Kode ICD: s72.44.A. ICF: d.450, d.410
Patah tulang ini disebabkan oleh trauma langsung atau terjatuh dalam posisi
lutut fleksi. Fraktur dapat berbentuk Y atau T (dua condyles), kadang disertai dengan
kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya. Arah displascement
fragment; lateral dan angulasi, satu condyles maupun dua condyles.
Pada penatalaksanaan tindakan konservatif pada bentuk fraktur greenstick
dapat diberikan long leg plaster selama lebih kurang 6 minggu. Bila fraktur komplit
diberikan plaster Slab selama 4-6 minggu (satu condyles) dan plaster Slab selama
minimal 6 minggu (dua condyles). Bila terjadi displascement atau avulsi, maka
diberikan internal fiksasi dengan skrup dan eksternal fiksasi plaster gips/elastis
bandage selama lebih kurang 3-4 minggu.
Masalah Kesehatan
a. Pengertian:
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Fraktur condyles femur adalah
tindakan operasi untuk mengembalikan alignment/ posisi condyles femur dan diikuti
dengan pemasangan fiksasi internal pijn atau skurp.
2
b. Klasifikasi
Fraktur condyles femur dikelompokkan menjadi fraktur tipe Y dan Tipe T
dengan tipe fraktur; transvers, spiral dan kominuted.
c. Prevalensi
Banyak terjadi pada usia lanjut karena porosis dan dewasa muda karena
trauma langsung dan keras.
d. Insidensi
Tidak ada data
e. Etiologi
Fraktur ini terjadi akibat trauma langsung atau terjatuh dalam posisi lutut fleksi
dengan tanda-tanda; oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan lingkup gerak sendi,
kelemahan otot-otot paha dan lutut, mal-alignment tungkai dan gangguan pola
berjalan.
f. Faktor risiko
Usia, komorbiditas ( Diabetes Mellitus dan osteoporosis)
g. Patomekanik
Pasca fraktur dan operasi akan terjadi perubahan biokimia dan
biologis/fisiologis jaringan periartikuler yang meliputi perubahan susunan matriks
kolagen kapsul sendi, peningkatan level inflammatory cytokine dan inflitrasi
fibroblast, formasi cross-linked collagen, penurunan kandungan air dan proteoglikan.
Perubahan tersebut diperparah dengan pergerakan sendi dan otot yang minimal
sehingga menyebabkan terjadinya pemendekan (kontraktur) otot dan kapsul sendi,
penurunan kekuatan otot serta gangguan gerak dan fungsi.
1. Pemeriksaan Fisioterapi
a. History taking
Keluhan utama : nyeri pasca operasi, keterbatasan gerak sendi lutut dan
penurunan kekuatan otot quadriceps dan hamstrings.
3
History taking meliputi riwayat sakit sekarang dan terdahulu untuk mencari data
tentang komorbid seperti osteoporosis, TB tulang, Chondromalacia patella, artrpsis
lutut dan lain-lain.
Tes singkat :
- Inspeksi : luka operasi, atrofi otot, odema dan elastis bandage area fraktur.
Pemeriksaan gerak untuk mengetahui lingkup gerak sendi, endfeel, tes kontraktur
otot, joint play movement, kekuatan otot dan stabilitas
4
4. Prognosis fungsional
Pemulihan fungsional anggota gerak atas dalam 3-4 bulan sesuai proses
bone healing.
1. Perencanaan intervensi
2. Prosedur intervensi
POH 2 : peningkatan latihan POH 1, latihan duduk di atas dan di tepi tempat
tidur, assisted SLR, mobilisasi berdiri – jalan NWB dengan alat bantu sesuai
toleransi pasien
5
Minggu 3 – 6 : kontrol nyeri dan inflamasi (TENS, kompres dingin), latihan
penguatan otot dan mobilitas sendi, gait training
Kriteria rujukan :
Tanda/gejala infeksi dan recurrent inflammation
Improper implant/alignment/bone healing
Hard endfeel
Pemulihan gerak dan fungsi belum tercapai dalam 3 bulan
5. Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
6. Kepustakaan
6
Gambar: Fraktur condyles femur
C. Latihan
a. Latihan soal ke-1: Sebutkan bentuk fraktur condyles femur?
b. Latihan soal ke-2: Sebutkan tipe fraktur condyles femur?
c. Latihan soal ke-3:Red flag pada fraktur condyles femur?
D. Kunci Jawaban
a. Jawaban latihan soal ke-1: Bentuk T dan bentuk Y
b. Jawaban latihan soal ke-2: Transverse, spiral dan komunited
c. Jawaban latihan soal ke-3: Mal-alignment of bone/implant, osteoporosis, Mal
union fraktur,
7
SUBTOPIK 2 – OSTEOARTHROSIS LUTUT
“Proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus nyeri , gangguan gerak dan fungsi
akibat Osteoarthrosis Lutut”
Osteoarthrosis (OA) adalah gangguan sendi yang paling sering dijumpai dan
biasa menyerang sendi pinggul, lutut, tangan, dan kaki. Penyakit ini menyebabkan
gangguan yang bersifat progresif pada jaringan sendi seperti kartilago, sinovium,
dan tulang subkondral. Pada akhirnya, kartilago sendi mengalami degenerasi
sehingga permukaan sendi mengalami fisura, ulserasi, dan menjadi tipis. Prevalensi
OA meningkat pada usia 40 – 60 tahun, bertambah secara linear dengan
bertambahnya usia. Di negara maju, OA menyebabkan beban pembiayaan
kesehatan yang besar dibandingkan penyakit muskuloskeletal lainnya.
Pengertian lain menyatakan bahwa Osteoartitis (OA) merupakan penyakit
sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan
patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi,
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.
8
Masalah Kesehatan
a. Pengertian :
Osteoartritis sendi lutut merupakan proses degenerasi dengan keausan
permukaan sendi sehingga menimbulkan nyeri pembebanan tubuh, timbulnya
deformitas kearah valgus atau varus, diikuti kaku sendi dalam pola kapsular,
ketegangan otot tonik dan kelemahan otot fasik.
b. Klasifikasi :
Osteoartritis lutut diklasifikasikan oleh Altman dan kawan-kawan menjadi dua
golongan, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer atau OA idiopatik
belum diketahui penyebabnya dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi.
c. Prevalensi
Menurut AAOS (American Academy of Orthopaedic Surgeons), insidens
Osteoarthrosis lutut di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 240 orang per
100.000 tiap tahunnya.
d. Insidensi
Sepanjang tahun 2009, lebih dari sebelas juta kunjungan rawat jalan
merupakan kasus Osteoarthrosis. Diperkirakan pada tahun 2010, hampir sepuluh
juta orang dewasa mengalami gejala Osteoarthrosis lutut.
e. Etiologi
Degenerasi tulang, kartilago artikularis dan synovium yang penyebab pastinya
belum diketahui sampai saat ini
f. Faktor risiko
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA yaitu faktor
predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang
memudahkan seseorang untuk terserang OA. Sedangkan faktor biomekanik lebih
cenderung kepada faktor mekanis/ gerak tubuh yang memberikan beban atau
tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya OA terutama pada faktor Usia, Obesitas, faktor genetik, trauma, diabetes
mellitus, rematoid artritis
9
g. Patomekanik
Mekanisme kerusakan kartilago melalui pemecahan serabut kolagen dan
disorganisasi proteoglikan, menyebabkan kartilago mengabsorbsi air yang
menyebabkan keretakan pada permukaan kartilago(fibrilasi). Tulang dibawah
kartilago menjadi licin akibat gesekan antar tulang dan menyebabkan eburnation
yaitu perubahan bentuk ujung tulang menjadi licin dan halus. Membran sinovial
menjadi hipertrofi dan mulai kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan cairan
sinovial yang merupakan nutrisi bagi kartilago hialin, sehingga kartilago hialin akan
mengalami degenerasi akibat penurunan nutrisi. Ligamentumtum mengalami
inflamasi dan mulai degenerasi. Otot disekitar sendi lutut menjadi atrofi akibat disuse
yang disebabkan oleh nyeri dan keterbatasan kemampuan gerak sendi.
1. Pemeriksaan Fisioterapi
a. History taking
Keluhan utama: Nyeri jenis ngilu/pegal pada daerah inguinal hingga paha
medial, Morning stiffness dan start pain, Gerak terbatas dan krepitasi.Usia umumnya
>50 tahun, jalan berat, kesulitan jongkok/ bersila
History taking meliputi riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan
sebelumnya
Keluhan utama : Nyeri menumpu berat badan, kekakuan sendi setelah in-
aktivitas, LGS terbatas, spasme dan kontraktur, atrofi dan muscle weakness,
deformitas dan kripitasi
Skrining regional : pemeriksaan regio lumbar spine, sacroiliac dan hip joint
hasilnya negative.
Tes singkat : Inspeksi : Antalgic gait, genu varus/valgus, flexion deformity,
odema area lutut; nyeri dan keterbatasan gerak fleksi - ekstensi sendi lutut
10
d. Pemeriksaan menggunakan EBP
Ottawa knee rule tidak ada fraktur. Patellar Ballotement Test (+) Peningkatan
intra-artikular knee swelling. Passive test (+) keterbatasan gerak dalam pola
kapsular denga elastic – firm end feel. Joint play movement, Traksi MLPP (+) nyeri
berkurang dan traksi end range positif (+) nyeri . Stability test: (+) Nyeri dan tidak
mampu mempertahankan posisi
Pengukuran Nyeri dengan VAS/VRS, pengukuran oedema dengan
antropometri, Lingkup gerak sendi dengan Goniometer, kekuatan otot dengan MMT
dan pemeriksaan fungsi tangan dan jari-jari menggunakan FIM atau outcome
measure yang lainnya.
2. Pemeriksaan penunjang
’X’ray: Untuk memastikan osteofit, celah sendi (menyempit) dan penebalan
tulang sub-chondral.. Laboratorium; Rheuma factor, uric asid dan lain-lain
4. Prognosis fungsional
Pada Kelgren 1 dan 2 Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu. Kelgren 3
dan 4 terindikasi untuk knee arthroplasty, pemulihan fungsi dipengaruhi program pra
dan pasca operasi.
1. Perencanaan intervensi
Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan
intervensi fisioterapi
11
b. Activity limitation and participation restriction targets
Latihan ADL dan fungsional dasar yang mengalami keterbatasan, pemakaian
alat bantu jalan
2. Prosedur intervensi
SWD/US
Joint mobilization
Roll-glide pada pembatasan fleksi dan ekstensi sendi lutut
Mobilization With Movement
Active mobilization exercise ke semua arah gerakan lutut
Strengthening exercise medial (valgus) atau lateral (varus)
Latihan penguatan otot hip dan core muscle serta knee muscle
Under water/suspension, gait retraining
6. Kepustakaan
Hoaglund FT, Steinbach LS; Primary Osteoarthritis of the Hip; Etiology and
Epidemiology; J Am Acad Orthop Surg 2001;9:320-327
12
Bannuru RR, Schmid CH, Kent DM, Vaysbrot EE, Wong JB, Mcalindon TE.
Comparative effectiveness of pharmacologic interventions for knee
osteoarthritis: a systematic review and network meta-analysis. Ann Intern
Med. 2015;162(1):46–54
13
C. Latihan
d. Latihan soal ke-1: Sebutkan salah satu body structure dan body function
impairment target pada Osteoarthrosis Lutut?
e. Latihan soal ke-2: Salah satu faktor risiko selain usia pada Osteoarthrosis
Lutut?
f. Latihan soal ke-3: Sebutkan prevalensi OA lutut menurut AAOS pertahun?
D. Kunci Jawaban
d. Jawaban latihan soal ke-1: Capsular kontraktur
e. Jawaban latihan soal ke-2: Obesitas
14
SUBTOPIK 2 – TOTAL KNEE ARTHROPLASTY
Nyeri, gangguan gerak dan fungsi lutut paska Total knee arthroplasty
Proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus nyeri , gangguan gerak dan fungsi
lutut pasca operasi Total knee arthroplasty
Kode ICD: Z96.651 ICF: s75011, b710, b770, b7151, b7208, d450-d469, d5308
15
Tujuan dari artroplasti lutut total adalah untuk mencapai kesejajaran
alignment yang baik pada komponen femoral, tibial dan patelar, dengan restorasi
dari ekstremitas bawah pasien. Kesejajaran yang baik pada lutut dianggap sebagai
faktor yang menentukan dalam menentukan hasil jangka panjang pada TKA dan
dianggap juga mengurangi kerusakan mekanik dan stres pada permukaan sendi dan
prosthesis
Masalah Kesehatan
a. Pengertian:
Knee arthroplasty adalah operasi rekonstruksi pemasangan sendi buatan
(implant) pada sendi lutut yang mengalami kerusakan untuk menghilangkan nyeri
dan mengembalikan fungsi.
b. Klasifikasi
Prosedur Total Knee Arthroplasty dapat dilakukan dengan cemented (implant
difiksasi dengan bone cement) dan cementless (implant dipasang tanpa bone
cement)
c. Prevalensi
Data Mayo Clinics 2014 mencatat sebanyak 4,7 juta (3 juta wanita, 1,7 pria)
telah menjalani prosedur operasi TKA
d. Insidensi
Diperkirakan sekitar 500.000 prosedur TKA per tahun dilakukan di Amerika.
e. Etiologi
Total Knee Replacement adalah tindakan pembedahan umum yang dilakukan
untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan oleh
osteoartritis dan rheumatoid arthritis (McDonald & Molony, 2004). Dalam
pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujung-ujung tulang diganti dengan
bahan logam dan plastik (polyethylene). Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga
bagian tulang tulang pada sendi lutut akan dibuang, kemudian permukaan tulang
tersebut baru akan dilapisi dengan implant
f. Faktor risiko
Jenis kelamin (wanita lebih beresiko), obesitas, penyakit metabolik, merokok
g. Patomekanik
16
Riwayat artritis dan operasi akan terjadi perubahan biokomia dan
biologis/fisiologis jaringan periartikuler yang meliputi perubahan susunan matriks
kolagen kapsul sendi, peningkatan level inflammatory cytokine dan inflitrasi
fibroblast, formasi cross-linked collagen, penurunan kandungan air dan proteoglikan.
Perubahan tersebut diperparah dengan pergerakan sendi dan otot yang minimal
sehingga menyebabkan terjadinya pemendekan (kontraktur) otot dan kapsul sendi,
penurunan kekuatan otot serta gangguan gerak dan fungsi.
1. Pemeriksaan Fisioterapi
a. History taking
Keluhan utama : nyeri pasca operasi, keterbatasan gerak dan penurunan
kekuatan otot
History taking meliputi riwayat penyakit sekarang dan terdahulu untuk mencari
data tentang komorbid.
Usia umumnya di atas 50 tahun.
2. Pemeriksaan penunjang
’X’: untuk memastikan posisi implant/alignment. Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Tanda Vital, Catatan operasi
17
“Gangguan gerak dan fungsi sendi lutut akibat nyeri, penurunan kekuatan
otot dan keterbatasan gerak sendi pasca operasi total knee arthroplasty“
4. Prognosis fungsional
Pemulihan fungsi normal dicapai dalam 12 minggu.
1. Perencanaan intervensi
Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan
intervensi fisioterapi
2. Prosedur intervensi
POH 2 : peningkatan latihan POH 1, latihan duduk di atas dan di tepi tempat tidur,
assisted SLR, mobilisasi berdiri – jalan dengan alat bantu sesuai toleransi
pasien (NWB untuk cementless, PWB untuk cemented)
18
Fase rawat jalan
Minggu 12/lebih : persiapan kembali ke level aktifitas yang lebih tinggi (ADL,
olahraga), hindari high impact activities
Catatan :
Beberapa kasus TKR (sesuai rekomendasi SpOT) memungkinkan dilakukan
Fast Track Protocol dimana latihan jalan FWB sudah bisa diberikan sejak POH 1.
6. Kepustakaan
Maradit Kremers H, et al. Prevalence of total hip (THA) and total knee
(TKA) arthroplasty in the United States. Presentation at: American
Academy of Orthopaedic Surgeons Annual Meeting; 2014; New
Orleans, LA
19
Gambar: Total knee arthroplasty
C. Latihan
g. Latihan soal ke-1: Beberapa kasus TKR atas saran Sp.OT sesuai Fast track
protocol, maka Latihan jalan FWB dapat dilakukan pada?
h. Latihan soal ke-2: Sebutkan klasifikasi TKR?
i. Latihan soal ke-3: Kapan kasus Total knee arthroplasty dirujuk ?
D. Kunci Jawaban
f. Jawaban latihan soal ke-1: POH-1 ( hari pertama paska operasi)
g. Jawaban latihan soal ke-2: Cemented dan Cementless
h. Jawaban latihan soal ke-3: Bila ditemukan recurrent inflammation, joint instability,
hard endfeel
20
21