Anda di halaman 1dari 21

PROSES FISIOTERAPI PADA KASUS CEDERA OTOT DAN SENDI PADA

DAERAH LUTUT

TEMU – 10

“Fraktur condyles femur – Osteoarthrosis lutut – Total knee arthroplasty”

DISUSUN OLEH

Dr Heri Priatna, SSt.FT, SKM, S.Sos, Ftr, MM, Sp.FOM

1
SUBTOPIK 2 – FRAKTUR CONDYLUS FEMUR

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mampu menjelaskan tentang Masalah Kesehatan fraktur Condylus Femur

2. Mampu menjelaskan tentang prosedur asesmen fraktur Condylus Femur

3. Mampu menjelaskan tentang prosedur intervensi pada fraktur Condylus Femur

B. Uraian dan Contoh


1. Sub sub topik ke-1: Masalah Kesehatan fraktur Tibia
Uraian sub topik ke-1

Nyeri, gangguan gerak dan fungsi Paska ORIF fraktur condylus femur
Proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus nyeri , gangguan gerak dan fungsi
pasca operasi ORIF fraktur condyles femur
Kode ICD: s72.44.A. ICF: d.450, d.410

Patah tulang ini disebabkan oleh trauma langsung atau terjatuh dalam posisi
lutut fleksi. Fraktur dapat berbentuk Y atau T (dua condyles), kadang disertai dengan
kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya. Arah displascement
fragment; lateral dan angulasi, satu condyles maupun dua condyles.
Pada penatalaksanaan tindakan konservatif pada bentuk fraktur greenstick
dapat diberikan long leg plaster selama lebih kurang 6 minggu. Bila fraktur komplit
diberikan plaster Slab selama 4-6 minggu (satu condyles) dan plaster Slab selama
minimal 6 minggu (dua condyles). Bila terjadi displascement atau avulsi, maka
diberikan internal fiksasi dengan skrup dan eksternal fiksasi plaster gips/elastis
bandage selama lebih kurang 3-4 minggu.

Masalah Kesehatan
a. Pengertian:
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Fraktur condyles femur adalah
tindakan operasi untuk mengembalikan alignment/ posisi condyles femur dan diikuti
dengan pemasangan fiksasi internal pijn atau skurp.

2
b. Klasifikasi
Fraktur condyles femur dikelompokkan menjadi fraktur tipe Y dan Tipe T
dengan tipe fraktur; transvers, spiral dan kominuted.

c. Prevalensi
Banyak terjadi pada usia lanjut karena porosis dan dewasa muda karena
trauma langsung dan keras.

d. Insidensi
Tidak ada data

e. Etiologi
Fraktur ini terjadi akibat trauma langsung atau terjatuh dalam posisi lutut fleksi
dengan tanda-tanda; oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan lingkup gerak sendi,
kelemahan otot-otot paha dan lutut, mal-alignment tungkai dan gangguan pola
berjalan.

f. Faktor risiko
Usia, komorbiditas ( Diabetes Mellitus dan osteoporosis)

g. Patomekanik
Pasca fraktur dan operasi akan terjadi perubahan biokimia dan
biologis/fisiologis jaringan periartikuler yang meliputi perubahan susunan matriks
kolagen kapsul sendi, peningkatan level inflammatory cytokine dan inflitrasi
fibroblast, formasi cross-linked collagen, penurunan kandungan air dan proteoglikan.
Perubahan tersebut diperparah dengan pergerakan sendi dan otot yang minimal
sehingga menyebabkan terjadinya pemendekan (kontraktur) otot dan kapsul sendi,
penurunan kekuatan otot serta gangguan gerak dan fungsi.

2. Sub sub topik ke-2: Prosedur asesmen fraktur condyles femur


Uraian sub topik ke-2

1. Pemeriksaan Fisioterapi

a. History taking
Keluhan utama : nyeri pasca operasi, keterbatasan gerak sendi lutut dan
penurunan kekuatan otot quadriceps dan hamstrings.

3
History taking meliputi riwayat sakit sekarang dan terdahulu untuk mencari data
tentang komorbid seperti osteoporosis, TB tulang, Chondromalacia patella, artrpsis
lutut dan lain-lain.

b. Skrining regional dan test singkat


Skrining regional : pemeriksaan pada sisten neuromuskulo-skeletal di regio hip, lutut
dan ankle untuk mencari komplikasi fraktur

Tes singkat :
- Inspeksi : luka operasi, atrofi otot, odema dan elastis bandage area fraktur.
Pemeriksaan gerak untuk mengetahui lingkup gerak sendi, endfeel, tes kontraktur
otot, joint play movement, kekuatan otot dan stabilitas

c. Review of system dan menetapkan red flag dan yellow flag


ROS : Neuro, muskulo, skeletal, kardiorespirasi
Red flags : Mal-alignment of bone/implant, osteoporosis, Mal union fraktur,
peripheral nerve lesi, atrofi otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi

d. Pemeriksaan menggunakan EBP


- JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM
dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan
keterbatasan ROM dengan firm end feel.
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
- Ottawa knee rules (test)
- Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS
- Pengukuran Oedema dengan antropometri
- Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome
measure lain
2. Pemeriksaan penunjang
X-ray untuk evaluasi alignment of bone/implant, osteoporosis
Laboratorium, Catatan operasi

3. Penetapan Diagnosa Fisioterapi sesuai ICF


Gangguan gerak dan fungsi anggota gerak bawah akibat nyeri, penurunan
kekuatan otot dan keterbatasan gerak sendi pasca operasi ORIF Fraktur condyles
femur

4
4. Prognosis fungsional
Pemulihan fungsional anggota gerak atas dalam 3-4 bulan sesuai proses
bone healing.

3. Sub sub topik ke-3: Intervensi fraktur condyles femur


Uraian sub sub topik ke-3

1. Perencanaan intervensi

a. Body structure and function impairment target


Penurunan kekuatan otot dengan latihan penguatan
Capsular contracture dengan Joint mobilization;
Muscle tightness/contracture dengan Contract relax stretching/muscle
stretching

b. Activity limitation and participation restriction targets


ADL training, gait training, stair climbing, toileting, sexual education

c. Contextual factors targets


Sesuai temuan komorbiditas atau faktor lain yang berpengaruh terhadap
penyembuhan dan pemulihannya

2. Prosedur intervensi

Fase rawat inap


POH 1 : penjelasan dan edukasi tentang program fisioterapi, pengaturan posisi
sendi lutut (no pillow under the knee), ankle pumps,
gluteal/quadriceps/hamstring sets, active/assisted hip-knee exercise, bridging
(tumpuan tungkai sehat), latihan tidur miring, latihan berdiri jika memungkinkan

POH 2 : peningkatan latihan POH 1, latihan duduk di atas dan di tepi tempat
tidur, assisted SLR, mobilisasi berdiri – jalan NWB dengan alat bantu sesuai
toleransi pasien

POH 3 – 5 : peningkatan latihan sebelumnya, latihan toileting

Fase rawat jalan


Minggu 1 – 3 : kontrol nyeri dan inflamasi (TENS, kompres dingin), latihan
penguatan otot dan mobilitas sendi, gait training, latihan ADL mandiri.

5
Minggu 3 – 6 : kontrol nyeri dan inflamasi (TENS, kompres dingin), latihan
penguatan otot dan mobilitas sendi, gait training

Minggu 6 – 12 : latihan jalan PWB bertahap, peningkatan latihan (endurance


and strength) sesuai capaian, latihan ADL mandiri

Minggu 12 – 20/lebih : latihan jalan PWB – FWB, persiapan kembali ke level


aktifitas normal (ADL, olahraga)

3. Edukasi kesehatan dan Fisioterapi


* Program latihan mandiri oleh pasien sesuai instruksi fisioterapis
* Menghindari pembebanan berlebih pada tungkai selama fase bone healing
(4 – 5 bulan pasca operasi)

4. Reevaluasi: resume penghentian, referral/ merujuk, perubahan, objective


evaluation dan outcome measure
Outcome measure : nyeri (VAS, VDS, NRS), ROM, kekuatan otot, indeks
fungsional

Kriteria penghentian intervensi fisioterapi :


 Kekuatan otot-otot sendi panggul dan lutut 4/5
 Lingkup gerak sendi dan pola gerak fungsional normal

Kriteria rujukan :
 Tanda/gejala infeksi dan recurrent inflammation
 Improper implant/alignment/bone healing
 Hard endfeel
 Pemulihan gerak dan fungsi belum tercapai dalam 3 bulan
5. Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

6. Kepustakaan

1) Sumber referensi ke-1: Muttaqin, Arif, 2011. Gangguan Sistem


Muskulo- skeletal, Salemba Medika, Jakarta

2) Sumber referensi ke-2: Debora Oda, 2011, Pemeriksa-an Fisik,


Salemba Medika, Jakarta
3) Sumber referensi ke-3: Apley, A. G. 2005.  Buku Ajar Orthopedi dan
Fraktur, Edisi 7. Jakarta, Widya Medika.

6
Gambar: Fraktur condyles femur

C. Latihan
a. Latihan soal ke-1: Sebutkan bentuk fraktur condyles femur?
b. Latihan soal ke-2: Sebutkan tipe fraktur condyles femur?
c. Latihan soal ke-3:Red flag pada fraktur condyles femur?

D. Kunci Jawaban
a. Jawaban latihan soal ke-1: Bentuk T dan bentuk Y
b. Jawaban latihan soal ke-2: Transverse, spiral dan komunited
c. Jawaban latihan soal ke-3: Mal-alignment of bone/implant, osteoporosis, Mal
union fraktur,

7
SUBTOPIK 2 – OSTEOARTHROSIS LUTUT

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mampu menjelaskan tentang masalah Kesehatan Osteoarthrosis Lutut


2. Mampu menjelaskan tentang Prosedur asesmen Osteoarthrosis Lutut
3. Mampu menjelaskan tentang Intervensi Fisioterapi pada Osteoarthrosis Lutut

B. Uraian dan Contoh

Sub sub topik ke-1: Masalah Kesehatan Osteoarthrosis Lutut


Uraian sub topik ke-1

Nyeri, gangguan gerak dan fungsi akibat Osteoarthrosis Lutut

“Proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus nyeri , gangguan gerak dan fungsi
akibat Osteoarthrosis Lutut”

Kode ICD - M17 / Kode ICF – d450

Osteoarthrosis (OA) adalah gangguan sendi yang paling sering dijumpai dan
biasa menyerang sendi pinggul, lutut, tangan, dan kaki. Penyakit ini menyebabkan
gangguan yang bersifat progresif pada jaringan sendi seperti kartilago, sinovium,
dan tulang subkondral. Pada akhirnya, kartilago sendi mengalami degenerasi
sehingga permukaan sendi mengalami fisura, ulserasi, dan menjadi tipis. Prevalensi
OA meningkat pada usia 40 – 60 tahun, bertambah secara linear dengan
bertambahnya usia. Di negara maju, OA menyebabkan beban pembiayaan
kesehatan yang besar dibandingkan penyakit muskuloskeletal lainnya.
Pengertian lain menyatakan bahwa Osteoartitis (OA) merupakan penyakit
sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan
patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi,
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.

8
Masalah Kesehatan

a. Pengertian :
Osteoartritis sendi lutut merupakan proses degenerasi dengan keausan
permukaan sendi sehingga menimbulkan nyeri pembebanan tubuh, timbulnya
deformitas kearah valgus atau varus, diikuti kaku sendi dalam pola kapsular,
ketegangan otot tonik dan kelemahan otot fasik.

b. Klasifikasi :
Osteoartritis lutut diklasifikasikan oleh Altman dan kawan-kawan menjadi dua
golongan, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer atau OA idiopatik
belum diketahui penyebabnya dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi.

c. Prevalensi
Menurut AAOS (American Academy of Orthopaedic Surgeons), insidens
Osteoarthrosis lutut di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 240 orang per
100.000 tiap tahunnya.

d. Insidensi
Sepanjang tahun 2009, lebih dari sebelas juta kunjungan rawat jalan
merupakan kasus Osteoarthrosis. Diperkirakan pada tahun 2010, hampir sepuluh
juta orang dewasa mengalami gejala Osteoarthrosis lutut.

e. Etiologi
Degenerasi tulang, kartilago artikularis dan synovium yang penyebab pastinya
belum diketahui sampai saat ini

f. Faktor risiko
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA yaitu faktor
predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang
memudahkan seseorang untuk terserang OA. Sedangkan faktor biomekanik lebih
cenderung kepada faktor mekanis/ gerak tubuh yang memberikan beban atau
tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya OA terutama pada faktor Usia, Obesitas, faktor genetik, trauma, diabetes
mellitus, rematoid artritis

9
g. Patomekanik
Mekanisme kerusakan kartilago melalui pemecahan serabut kolagen dan
disorganisasi proteoglikan, menyebabkan kartilago mengabsorbsi air yang
menyebabkan keretakan pada permukaan kartilago(fibrilasi). Tulang dibawah
kartilago menjadi licin akibat gesekan antar tulang dan menyebabkan eburnation
yaitu perubahan bentuk ujung tulang menjadi licin dan halus. Membran sinovial
menjadi hipertrofi dan mulai kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan cairan
sinovial yang merupakan nutrisi bagi kartilago hialin, sehingga kartilago hialin akan
mengalami degenerasi akibat penurunan nutrisi. Ligamentumtum mengalami
inflamasi dan mulai degenerasi. Otot disekitar sendi lutut menjadi atrofi akibat disuse
yang disebabkan oleh nyeri dan keterbatasan kemampuan gerak sendi.

Sub sub topik ke-2: Prosedur asesmen Osteoarthrosis Lutut


Uraian sub topik ke-2

1. Pemeriksaan Fisioterapi

a. History taking
Keluhan utama: Nyeri jenis ngilu/pegal pada daerah inguinal hingga paha
medial, Morning stiffness dan start pain, Gerak terbatas dan krepitasi.Usia umumnya
>50 tahun, jalan berat, kesulitan jongkok/ bersila
History taking meliputi riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan
sebelumnya
Keluhan utama : Nyeri menumpu berat badan, kekakuan sendi setelah in-
aktivitas, LGS terbatas, spasme dan kontraktur, atrofi dan muscle weakness,
deformitas dan kripitasi

b. Skrining regional dan test singkat

Skrining regional : pemeriksaan regio lumbar spine, sacroiliac dan hip joint
hasilnya negative.
Tes singkat : Inspeksi : Antalgic gait, genu varus/valgus, flexion deformity,
odema area lutut; nyeri dan keterbatasan gerak fleksi - ekstensi sendi lutut

c. ROS: Neuromuscular, dan lain-lain yang terkait


Red flag: Fraktur; inflamasi akut; TB tulang; Deep vein thrombosis dan ruptur
ligament

10
d. Pemeriksaan menggunakan EBP

Ottawa knee rule tidak ada fraktur. Patellar Ballotement Test (+) Peningkatan
intra-artikular knee swelling. Passive test (+) keterbatasan gerak dalam pola
kapsular denga elastic – firm end feel. Joint play movement, Traksi MLPP (+) nyeri
berkurang dan traksi end range positif (+) nyeri . Stability test: (+) Nyeri dan tidak
mampu mempertahankan posisi
Pengukuran Nyeri dengan VAS/VRS, pengukuran oedema dengan
antropometri, Lingkup gerak sendi dengan Goniometer, kekuatan otot dengan MMT
dan pemeriksaan fungsi tangan dan jari-jari menggunakan FIM atau outcome
measure yang lainnya.

2. Pemeriksaan penunjang
’X’ray: Untuk memastikan osteofit, celah sendi (menyempit) dan penebalan
tulang sub-chondral.. Laboratorium; Rheuma factor, uric asid dan lain-lain

3. Penetapan Diagnosa Fisioterapi sesuai ICF


“Nyeri, gangguan gerak dan fungsi sendi lutut akibat Osteoartritis dengan
problem berupa Hipomobilitas kapsul sendi, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan
otot, instabilitas sendi, perubahan pola jalan dan gangguan aktifitas fungsional”

4. Prognosis fungsional
Pada Kelgren 1 dan 2 Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu. Kelgren 3
dan 4 terindikasi untuk knee arthroplasty, pemulihan fungsi dipengaruhi program pra
dan pasca operasi.

Sub sub topik ke-3: Intervensi Fisioterapi


Uraian sub topik ke-3

1. Perencanaan intervensi
Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan
intervensi fisioterapi

a. Body structure and function impairment target


Capsular contracture dengan Joint mobilization; Muscle tightness/contracture
dengan Contract relax stretching/muscle stretching. Antalgic gait dengan muscle
strengthening dan gait training

11
b. Activity limitation and participation restriction targets
Latihan ADL dan fungsional dasar yang mengalami keterbatasan, pemakaian
alat bantu jalan

c. Contextual factors targets


Sesuai temuan komorbiditas atau faktor lain yang berpengaruh terhadap
penyembuhan dan pemulihannya

2. Prosedur intervensi
 SWD/US
 Joint mobilization
 Roll-glide pada pembatasan fleksi dan ekstensi sendi lutut
 Mobilization With Movement
 Active mobilization exercise ke semua arah gerakan lutut
 Strengthening exercise medial (valgus) atau lateral (varus)
 Latihan penguatan otot hip dan core muscle serta knee muscle
 Under water/suspension, gait retraining

3. Edukasi kesehatan dan Fisioterapi


Pasien harus mengulang program latihan di rumah, kontrol berat modifikasi
furniture/toilet, badan, low impact sport, renang

4. Reevaluasi: resume penghentian, referral/ merujuk, perubahan, objective


evaluation dan outcome measure
Outcome measure : Nyeri (NRS/VAS/VDS); ROM ; Disabilitas/Fungsional
Kriteria rujukan : bila tidak terjadi pemulihan nyeri dan gerak fungsional lebih
dari 8 minggu;
Kriteria penghentian : pemulihan nyeri dan gerak fungsional telah tercapai

5. Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

6. Kepustakaan

Hoaglund FT, Steinbach LS; Primary Osteoarthritis of the Hip; Etiology and
Epidemiology; J Am Acad Orthop Surg 2001;9:320-327

Nelson AE; Osteoarthritis year in review 2017: clinical; Osteoarthritis


Cartilage. 2018 Mar; 26(3): 319–325

12
Bannuru RR, Schmid CH, Kent DM, Vaysbrot EE, Wong JB, Mcalindon TE.
Comparative effectiveness of pharmacologic interventions for knee
osteoarthritis: a systematic review and network meta-analysis. Ann Intern
Med. 2015;162(1):46–54

Gambar: Osteoarthrosis Lutut

13
C. Latihan
d. Latihan soal ke-1: Sebutkan salah satu body structure dan body function
impairment target pada Osteoarthrosis Lutut?
e. Latihan soal ke-2: Salah satu faktor risiko selain usia pada Osteoarthrosis
Lutut?
f. Latihan soal ke-3: Sebutkan prevalensi OA lutut menurut AAOS pertahun?

D. Kunci Jawaban
d. Jawaban latihan soal ke-1: Capsular kontraktur
e. Jawaban latihan soal ke-2: Obesitas

14
SUBTOPIK 2 – TOTAL KNEE ARTHROPLASTY

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mampu menjelaskan tentang Masalah Kesehatan Total knee arthroplasty

2. Mampu menjelaskan tentang prosedur asesmen Total knee arthroplasty

3. Mampu menjelaskan tentang prosedur intervensi pada Total knee arthroplasty

B. Uraian dan Contoh


1. Sub sub topik ke-1: Masalah Kesehatan Total knee arthroplasty
Uraian sub topik ke-1

Nyeri, gangguan gerak dan fungsi lutut paska Total knee arthroplasty
Proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus nyeri , gangguan gerak dan fungsi
lutut pasca operasi Total knee arthroplasty
Kode ICD: Z96.651 ICF: s75011, b710, b770, b7151, b7208, d450-d469, d5308

Arthroplasty merupakan tindakan pada permukaan sendi yang mengalami


peradangan yang bertujuan untuk mengganti sendi yang mengalami peradangan
dengan sendi yang baru. Sendi baru ini terbuat dari bahan logam yang berada
dalam high-density polyethylene. Sebagian besar pasien yang mendapatkan
tindakan Total Knee Arthroplasty berusia di atas 50 tahun, tetapi pada kasus-kasus
tertentu didapati pula pasien yang berusia kurang dari 50 tahun. Pengukuran derajat
fungsional lutut merupakan penilaian terhadap disabilitas pasien yang sedang
menjalani TKA dan menjadi indikator keberhasilan dari tindakan yang telah
dilakukan. Salah satu cara menilai derajat fungsional lutut adalah menggunakan
Western Ontario and McMaster Universities Arthritis Index (WOMAC)

Sebelum dilakukannya tindakan ini, penyebab nyeri lain harus dapat


disingkirkan terlebih dahulu. Temuan radiologis harus berkorelasi dengan temuan
klinis mengenai artritis lutut. Indikasi lain pada penggantian sendi lutut total adalah
deformitas varus maupun valgus. Kontraindikasi pada TKA mencakup sepsis pada
lutut (akut dan kronis), infeksi aktif, disfungsi mekanisme ekstensor, deformitas
rekurvatum sekunder oleh kelemahan otot.

15
Tujuan dari artroplasti lutut total adalah untuk mencapai kesejajaran
alignment yang baik pada komponen femoral, tibial dan patelar, dengan restorasi
dari ekstremitas bawah pasien. Kesejajaran yang baik pada lutut dianggap sebagai
faktor yang menentukan dalam menentukan hasil jangka panjang pada TKA dan
dianggap juga mengurangi kerusakan mekanik dan stres pada permukaan sendi dan
prosthesis

Masalah Kesehatan

a. Pengertian:
Knee arthroplasty adalah operasi rekonstruksi pemasangan sendi buatan
(implant) pada sendi lutut yang mengalami kerusakan untuk menghilangkan nyeri
dan mengembalikan fungsi.

b. Klasifikasi
Prosedur Total Knee Arthroplasty dapat dilakukan dengan cemented (implant
difiksasi dengan bone cement) dan cementless (implant dipasang tanpa bone
cement)

c. Prevalensi
Data Mayo Clinics 2014 mencatat sebanyak 4,7 juta (3 juta wanita, 1,7 pria)
telah menjalani prosedur operasi TKA

d. Insidensi
Diperkirakan sekitar 500.000 prosedur TKA per tahun dilakukan di Amerika.

e. Etiologi
Total Knee Replacement adalah tindakan pembedahan umum yang dilakukan
untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan oleh
osteoartritis dan rheumatoid arthritis (McDonald & Molony, 2004). Dalam
pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujung-ujung tulang diganti dengan
bahan logam dan plastik (polyethylene). Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga
bagian tulang tulang pada sendi lutut akan dibuang, kemudian permukaan tulang
tersebut baru akan dilapisi dengan implant

f. Faktor risiko
Jenis kelamin (wanita lebih beresiko), obesitas, penyakit metabolik, merokok

g. Patomekanik

16
Riwayat artritis dan operasi akan terjadi perubahan biokomia dan
biologis/fisiologis jaringan periartikuler yang meliputi perubahan susunan matriks
kolagen kapsul sendi, peningkatan level inflammatory cytokine dan inflitrasi
fibroblast, formasi cross-linked collagen, penurunan kandungan air dan proteoglikan.
Perubahan tersebut diperparah dengan pergerakan sendi dan otot yang minimal
sehingga menyebabkan terjadinya pemendekan (kontraktur) otot dan kapsul sendi,
penurunan kekuatan otot serta gangguan gerak dan fungsi.

2. Sub sub topik ke-2: Prosedur asesmen Total knee arthroplasty


Uraian sub topik ke-2

1. Pemeriksaan Fisioterapi

a. History taking
Keluhan utama : nyeri pasca operasi, keterbatasan gerak dan penurunan
kekuatan otot
History taking meliputi riwayat penyakit sekarang dan terdahulu untuk mencari
data tentang komorbid.
Usia umumnya di atas 50 tahun.

b. Skrining regional dan test singkat


Tes singkat : Inspeksi : luka operasi (untuk mengetahui pendekatan operasi),
atrofi otot, odema tungkai bawah.
Pemeriksaan gerak untuk mengetahui lingkup gerak sendi, kekuatan otot

c. Review of system dan menetapkan red flag dan yellow flag


ROS : Neuro-muskulo-skeletal terkait
Red flags : Mal-alignment implant, osteoporosis berat, deep vein thrombosis,
pasien dengan gangguan kognitif

d. Pemeriksaan menggunakan EBP


ROM, Muscle strength, Oedema, FIM (functional index measurement) dll

2. Pemeriksaan penunjang
’X’: untuk memastikan posisi implant/alignment. Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.
Tanda Vital, Catatan operasi

3. Penetapan Diagnosa Fisioterapi sesuai ICF

17
“Gangguan gerak dan fungsi sendi lutut akibat nyeri, penurunan kekuatan
otot dan keterbatasan gerak sendi pasca operasi total knee arthroplasty“

4. Prognosis fungsional
Pemulihan fungsi normal dicapai dalam 12 minggu.

3. Sub sub topik ke-3: Intervensi Fisioterapi


Uraian sub sub topik ke-3

1. Perencanaan intervensi
Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan
intervensi fisioterapi

a. Body structure and function impairment target


Nyeri pasca operasi : TENS/kompres dingin
Penurunan kekuatan otot dan keterbatasan sendi : mobilisasi sendi sedini
mungkin (aktif, assisted, pasif), penguatan otot

b. Activity limitation and participation restriction targets


ADL training, gait training, stair climbing, toileting, sexual education

c. Contextual factors targets


Sesuai temuan komorbiditas atau faktor lain yang berpengaruh terhadap
penyembuhan dan pemulihannya

2. Prosedur intervensi

Fase rawat inap

POH 1 : penjelasan dan edukasi tentang program fisioterapi, pengaturan posisi


sendi lutut (no pillow under the knee), ankle pumps, gluteal/quadriceps sets,
active/assisted hip-knee exercise, bridging (tumpuan tungkai sehat), latihan
tidur miring, latihan berdiri jika memungkinkan

POH 2 : peningkatan latihan POH 1, latihan duduk di atas dan di tepi tempat tidur,
assisted SLR, mobilisasi berdiri – jalan dengan alat bantu sesuai toleransi
pasien (NWB untuk cementless, PWB untuk cemented)

POH 3 – 5 : peningkatan latihan sebelumnya, latihan toileting

18
Fase rawat jalan

Minggu 1 – 3 : kontrol nyeri dan inflamasi (TENS, kompres dingin), latihan


penguatan otot dan mobilitas sendi, gait training, latihan ADL mandiri.

Minggu 3 – 6 : kontrol nyeri dan inflamasi (TENS, kompres dingin), latihan


penguatan otot dan mobilitas sendi, gait training (mulai latihan PWB untuk
cementless, persiapan FWB untuk cemented), balance/stabilisation and
proprioception training, stair climbing, latihan dengan sepeda statis, latihan ADL
mandiri

Minggu 6 – 12 : peningkatan latihan (endurance and strength) sesuai capaian

Minggu 12/lebih : persiapan kembali ke level aktifitas yang lebih tinggi (ADL,
olahraga), hindari high impact activities

Catatan :
Beberapa kasus TKR (sesuai rekomendasi SpOT) memungkinkan dilakukan
Fast Track Protocol dimana latihan jalan FWB sudah bisa diberikan sejak POH 1.

3. Edukasi kesehatan dan Fisioterapi


Program latihan mandiri oleh pasien sesuai instruksi fisioterapis
Modifikasi aktifitas yang membutuhkan deep knee flexion seperti jongkok dan
ibadah sholat.
4. Reevaluasi: resume penghentian, referral/ merujuk, perubahan, objective
evaluation dan outcome measure
- Outcome measure: Nyeri (NRS/VAS/VDS); ROM, Disabilitas /
Fungsional
- Kriteria rujukan : recurrent inflammation, joint instability, hard endfeel
Kriteria penghentian : Kekuatan otot-otot sendi lutut minimal 4, Pola jalan
normal, Lingkup gerak sendi fungsional

5. Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

6. Kepustakaan

Maradit Kremers H, et al. Prevalence of total hip (THA) and total knee
(TKA) arthroplasty in the United States. Presentation at: American
Academy of Orthopaedic Surgeons Annual Meeting; 2014; New
Orleans, LA

19
Gambar: Total knee arthroplasty

C. Latihan
g. Latihan soal ke-1: Beberapa kasus TKR atas saran Sp.OT sesuai Fast track
protocol, maka Latihan jalan FWB dapat dilakukan pada?
h. Latihan soal ke-2: Sebutkan klasifikasi TKR?
i. Latihan soal ke-3: Kapan kasus Total knee arthroplasty dirujuk ?

D. Kunci Jawaban
f. Jawaban latihan soal ke-1: POH-1 ( hari pertama paska operasi)
g. Jawaban latihan soal ke-2: Cemented dan Cementless
h. Jawaban latihan soal ke-3: Bila ditemukan recurrent inflammation, joint instability,
hard endfeel

20
21

Anda mungkin juga menyukai