Definisi :
Terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epifisis, atau
permukaan sendi kartilaginous
Mekanisme cedera :
1. Cedera langsung (direct injury)
2. Cedera tidak langsung (indirect injury)
3. Fraktur transversa/oblique: gaya menekuk tulang
panjang
4. Fraktur spiral : gaya memutar
5. Fraktur kompresi : gaya meremuk tulang spongy
(corpus vertebra)
• Faktor predisposisi :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Keturunan (heredity)
4. Osteoporosis
5. Jatuh
6. Gizi buruk
7. Konsumsi tembakau dan alkohol
8. Obat-obatan
9. Bahaya lingkungan
Komplikasi
Lokal Sistemik
• Saraf dan pembuluh • Infeksi saluran
darah rusak saat cedera,
manipulasi atau prosedur kemih
ortopedik • Emboli lemak
• Compartment syndrome
• Konstipasi
• Delayed union
• Non-union • Trombosis vena
• Malunion dalam (DVT)
• Kekakuan (stiffness) dan • Ulkus tekan
atrofi otot
• Penyakit sendi • Pneumonia
degeneratif dini • Anemia
Penyembuhan Fraktur :
Jenis:
• Penyembuhan primer (dengan fiksasi rigid):
• kontak langsung dan erat antara fragmen fraktur (2
minggu setelah cedera).
• Penyembuhan sekunder (tanpa fiksasi rigid) :
• mineralisasi dan penggantian matriks kartilago oleh
tulang dengan karakteristik pembentukan kalus pada
gambaran radiografik.
Tahap Penyembuhan Fraktur :
• 3 tahap penyembuhan fraktur (Cruess dan
Dumont) :
1. Fase inflamasi (10%), 1 – 2 minggu.
2. Fase reparatif (40%), beberapa bulan.
3. Fase remodeling (70%), lengkap setelah berbulan-
bulan atau tahunan.
• (Soe)
Fase hematom (sampai hari ke-5)
Soft callus (sampai hari ke-12)
Hard callus/ Clinical union/ konsolidasi klinis (sampai minggu
ke-12)
Radiological union/ konsolidasi radiologis (6-8 bulan)
Remodeling (6-12 bulan)
Penyembuhan tulang
Determining when a fracture
has healed
• Usia
• Lokasi & bentuk fraktur
• Displacement
• Vaskularisasi
Abnormalitas penyembuhan
tulang
• Delayed union :
• penyembuhan berjalan dalam waktu lebih lama
daripada normal (>4 bulan)
• Non union:
• kegagalan penyembuhan tulang (>8 bulan)
• Mal union
• Penyembuhan berjalan normal, union terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak tercapai bentuk
aslinya attau abnormal
Pemeriksaan
• Anamnesa:
– Nyeri, luka memar, pembengkakan, dan deformitas
lokal.
– Fungsi anggota gerak atau sendi yang terkena.
– Mekanisme dan tingkat cedera.
– Riwayat medis sebelumnya.
Pemeriksaan Umum:
• Tanda vital
• Status gizi
• Sistem kardiorespirasi
• Cedera lain
Pemeriksaan khusus
• Penilaian sosial :
– keadaan lingkungan fisik (keadaan tempat tinggal)
– dukungan sosial (social support) (peran keluarga dan
orang-orang di sekitarnya)
– faktor ekonomi (asuransi kesehatan, penghasilan).
DIAGNOSIS FUNGSIONAL
• Impairment
• Disabilitas
• Handicap
PROGNOSIS FUNGSIONAL
• Tujuan khusus :
– meningkatkan ambulasi
– mengurangi nyeri
– meningkatkan lingkup gerak sendi-sendi di sekitar fraktur maupun
daerah yang berjauhan dari daerah fraktur pada anggota gerak
yang sama
– memulihkan kekuatan otot.
Masalah rehabilitasi
• Mobilisasi
• Diskrepansi
• Kekakuan sendi
Tahap awal :
• Pergerakan aktif.
• Elevasi.
• Terapi fisik
• Latihan.
Tahap awal
• Pergerakan Aktif :
– Edema normalnya bertahan hingga 1-2 minggu pasca fraktur.
Tahap lanjut :
• Bila pasien baru dirujuk untuk rehabilitasi, 2 bulan
atau lebih setelah cedera.
• Tatalaksana rehabilitasi medik menjadi berbeda.
Tatalaksana Fraktur :
Tahap lanjut :
• Tujuan terapi :
– mengeluarkan udem yang masih ada
– melunakkan dan meregangkan jaringan fibrosa
– meningkatkan gerak sendi
– mengembalikan efisiensi sirkulasi
– meningkatkan kekuatan otot
Tatalaksana Fraktur:
Tahap lanjut :
• Terapi panas; sedasi, meningkatkan sirkulasi dan
melunakkan perlekatan fibrosa.
• Massage; gerakan usapan dalam (deep stroking) dan
penekanan (compression) ----> meregangkan perlekatan
fibrosa serta menghilangkan udem yang masih ada.
• Panas dan massage harus selalu diikuti latihan/exercise.
Regimen efektif dimulai dengan latihan aktif asistif
kemudian gerakan bebas dan latihan resistif sesuai
perbaikan pasien.
• Terapi Latihan pada Fraktur
• Full ROM
– Full ROM artinya ROM yang sesuai dengan dasar anatomi dari sendi itu
sendiri. Contohnya lutut yang mempunyai ROM 0 sampai dengan 120
derajat.
• Functional ROM
– ROM fungsional adalah gerakan sendi yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari atau kegiatan pasien yang spesifik. Contohnya : ROM
lutut dari ekstensi penuh (0 derajat) sampai fleksi 90 derajat merupakan
ROM yang tidak penuh, tetapi ROM tersebut adalah ROM fungsional
untuk duduk.
• Active ROM
– Pasien melakukan gerakan sendi secara parsial atau penuh
tanpa bantuan orang lain. Tujuan latihan ini untuk memelihara
ROM dan kekuatan minimal akibat kurangnya aktivitas dan
untuk menstimulasi sistem kardiopulmoner. Sasaran latihan
tersebut adalah otot dengan kekuatan poor sampai dengan
good (2 s.d 4).
• Active assistive ROM
– Latihan ini dilakukan pasien dengan cara mengkontraksikan
otot untuk menggerakkan sendi, dan terapis membantu pasien
dalam melakukannya. Latihan ini merupakan latihan yang
paling sering dilakukan pada kelemahan atau hambatan
pergerakan yang disebabkan oleh nyeri atau ketakutan
pasien.
• Passive ROM
– Latihan ini dilakukan dengan menggerakkan sendi tanpa
kontraksi otot pasien. Seluruh gerakan dilakukan oleh dokter
atau terapis. Tujuannya memelihara mobilitas sendi ketika
kontrol dari otot-otot volunter/sendi hilang atau pasien tidak
sadar/tidak ada respon. Sasaran latihan ini adalah otot
dengan kekuatan zerro – trace (0-1)
TABEL KEKUATAN OTOT
Derajat Otot Deskripsi
Cane
Kruk
Three-point gait
Two-point gait
Three-point gait
Cara naik dan
turun tangga
Gluteal sets : rapatkan kedua belahan
Gluteal, tahan 5 dtk