Anda di halaman 1dari 54

Rehabilitasi Medik Pada Fraktur

Febriano Ramadhana N, S.Ked


G1A21702

Pembimbing: dr.Juli Hartati Sp.KFR


FRAKTUR

 Definisi :
Terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epifisis, atau
permukaan sendi kartilaginous
 Mekanisme cedera :
1. Cedera langsung (direct injury)
2. Cedera tidak langsung (indirect injury)
3. Fraktur transversa/oblique: gaya menekuk tulang
panjang
4. Fraktur spiral : gaya memutar
5. Fraktur kompresi : gaya meremuk tulang spongy
(corpus vertebra)
• Faktor predisposisi :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Keturunan (heredity)
4. Osteoporosis
5. Jatuh
6. Gizi buruk
7. Konsumsi tembakau dan alkohol
8. Obat-obatan
9. Bahaya lingkungan
Komplikasi
Lokal Sistemik
• Saraf dan pembuluh • Infeksi saluran
darah rusak saat cedera,
manipulasi atau prosedur kemih
ortopedik • Emboli lemak
• Compartment syndrome
• Konstipasi
• Delayed union
• Non-union • Trombosis vena
• Malunion dalam (DVT)
• Kekakuan (stiffness) dan • Ulkus tekan
atrofi otot
• Penyakit sendi • Pneumonia
degeneratif dini • Anemia
Penyembuhan Fraktur :
Jenis:
• Penyembuhan primer (dengan fiksasi rigid):
• kontak langsung dan erat antara fragmen fraktur (2
minggu setelah cedera).
• Penyembuhan sekunder (tanpa fiksasi rigid) :
• mineralisasi dan penggantian matriks kartilago oleh
tulang dengan karakteristik pembentukan kalus pada
gambaran radiografik.
Tahap Penyembuhan Fraktur :
• 3 tahap penyembuhan fraktur (Cruess dan
Dumont) :
1. Fase inflamasi (10%), 1 – 2 minggu.
2. Fase reparatif (40%), beberapa bulan.
3. Fase remodeling (70%), lengkap setelah berbulan-
bulan atau tahunan.
• (Soe)
 Fase hematom (sampai hari ke-5)
 Soft callus (sampai hari ke-12)
 Hard callus/ Clinical union/ konsolidasi klinis (sampai minggu
ke-12)
 Radiological union/ konsolidasi radiologis (6-8 bulan)
 Remodeling (6-12 bulan)
Penyembuhan tulang
Determining when a fracture
has healed

1. Anamnesa : ada /tidak / berkurangnya nyeri sehubungan


dengan weight bearing, mengangkat atau ROM
2. Pemeriksaan klinis : evaluasi nyeri dan gerakan (tidak
adanya nyeri saat bergerak) ----> fraktur sembuh
3. Radiografik : pembentukan kalus progresif dengan
mengaburnya atau hilangnya garis fraktur fraktur
sembuh
Faktor yang mempengaruhi bone healing

• Usia
• Lokasi & bentuk fraktur
• Displacement
• Vaskularisasi
Abnormalitas penyembuhan
tulang

• Delayed union :
• penyembuhan berjalan dalam waktu lebih lama
daripada normal (>4 bulan)
• Non union:
• kegagalan penyembuhan tulang (>8 bulan)
• Mal union
• Penyembuhan berjalan normal, union terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak tercapai bentuk
aslinya attau abnormal
Pemeriksaan

• Anamnesa:
– Nyeri, luka memar, pembengkakan, dan deformitas
lokal.
– Fungsi anggota gerak atau sendi yang terkena.
– Mekanisme dan tingkat cedera.
– Riwayat medis sebelumnya.
Pemeriksaan Umum:

• Tanda vital
• Status gizi
• Sistem kardiorespirasi
• Cedera lain
Pemeriksaan khusus

• Muskuloskeletal & Neuromuskuler :


– Skema pemeriksaan klasik (Apley):
• Look: deformitas, edema, hematom, permukaan kulit,
sendi berdekatan dan pemendekan anggota gerak.
• Feel: temperatur, nyeri tekan,edema, sensasi perifer,
pulsasi perifer.
• Move: tidak akan dilakukan untuk menimbulkan mobilitas
abnormal atau krepitasi pada fraktur tulang. Pergerakan
sendi dites jika pasien dapat melakukannya secara aktif.
– Daerah cedera, sendi berdekatan dan saraf tepi serta
pembuluh darah.
Pemeriksaan Dasar KFR
• ROM
• Tonus
• Kekuatan otot
• Refleks
• Status psikologis
• Untuk setiap kasus fraktur yang dikonsulkan, ingat:
– Lihat minggu ke berapa
– Lihat tingkat neglected
– Lihat gambaran radiologis : konsolidasi, kalus
– Gangguan fungsionalprogram
– ROM distal fraktur lihat proksimalnya
– Look, feel, move per regio
– Pasca operasi sendi tidak boleh langsung latihan ROM,
tunggu penyembuhan jaringan ikat.
• Penilaian fungsional :
• FIM (Functional Independence Measure) khusus
AKS

• Penilaian sosial :
– keadaan lingkungan fisik (keadaan tempat tinggal)
– dukungan sosial (social support) (peran keluarga dan
orang-orang di sekitarnya)
– faktor ekonomi (asuransi kesehatan, penghasilan).
DIAGNOSIS FUNGSIONAL

• Impairment
• Disabilitas
• Handicap
PROGNOSIS FUNGSIONAL

• Baik, kecuali terdapat komplikasi


REHABILITASI SESUAI TAHAP
PENYEMBUHAN FRAKTUR

GOAL REHABILITASI MEDIK:


Mengatasi nyeri
Memperbaiki deformitas
Melindungi jaringan yang cedera
Mencegah komplikasi
Mengembalikan gerakan sendi (ROM)
Memperbaiki kekuatan otot
PROGRAM REHABILITASI MEDIK
• Tujuan umum :
– mobilisasi segera untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat
tirah baring yang lama
– mencegah disabilitas
– penderita dapat kembali ke tingkat fungsional sebelum terjadinya
fraktur

• Tujuan khusus :
– meningkatkan ambulasi
– mengurangi nyeri
– meningkatkan lingkup gerak sendi-sendi di sekitar fraktur maupun
daerah yang berjauhan dari daerah fraktur pada anggota gerak
yang sama
– memulihkan kekuatan otot.
Masalah rehabilitasi

• Mobilisasi
• Diskrepansi
• Kekakuan sendi

Bila mendapat rujukan:


•Tanyakan kestabilan pasca operasi
•Tujuannya dirujuk
Saat imobilisasi :

• Mempertahankan dan memperluas lingkup gerak


sendi (LGS) :
– latihan isometrik (pasien masih kesakitan dan segera
setelah reposisi)
– latihan isotonik (clinical union).
• Guna :
– mencegah adhesi terhadap jaringan sekitarnya
– mencegah kekakuan sendi
– Mencegah atrofi otot / disused atrophy
Paska reposisi: harus ditanyakan pada operator
tentang stabilitas, karena:
• Bila stabil: boleh digerakkan:
– Fleksi-ekstensi kecuali rotasi karena bisa terjadi metal
fatigue
– Latihan gerak isotonik pada sendi lainnya
– Latihan gerak isometrik pada area fraktur, untuk
mencegah atrofi dan merangsang pertumbuhan kalus.
• Bila tidak stabil: tidak boleh digerakkan (latihan
gerak isometrik)
Mobilisasi :

• Fraktur comminutive, reposisi dengan plate dan


screw ----> PWB setelah clinical union.
• Fraktur transversal, reposisi dengan plate dan
screw ----> segera dimulai PWB
• Fiksasi dengan IM nail / K nail (biasanya pada
femur) ----> PWB tanpa menunggu clinical union
• Paska Austin Moore Prosthesis (AMP) ----> boleh
langsung PWB
Tatalaksana Fraktur :

Tahap awal :
• Pergerakan aktif.
• Elevasi.
• Terapi fisik
• Latihan.
Tahap awal

• Pergerakan Aktif :
– Edema normalnya bertahan hingga 1-2 minggu pasca fraktur.

– Edema terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke jaringan


lunak. Disabilitas yang sering terjadi pasca fraktur disebabkan
oleh adanya edema yang persisten.

– Edema tersebut dapat mengganggu suplai darah sehingga


memperlambat proses penyembuhan. Metode yang mudah
dan murah untuk menghilangkan edema adalah dengan
pergerakan aktif anggota gerak.
• Elevasi
– Metode elevasi merupakan metode terbaik untuk
mengurangi edema apabila pergerakan aktif tidak dapat
dilakukan. Metode elevasi digunakan pada fraktur
ekstremitas bawah dengan memposisikan ekstremitas
diatas bagian proksimal dan bagian proksimal berada di
atas jantung
• Terapi Fisik
• Pemanasan
– Efek fisiologis dari pemanasan adalah
untuk mengurangi nyeri, meningkatkan
sirkulasi darah dan melunakkan jaringan
fibrosa.
• Massase
– Efek fisiologis massase adalah untuk
menghilangkan nyeri dan mengurangi edema.
Massase dapat meningkatkan sirkulasi darah
vena sehingga dapat mengurangi edema.
Stretching jaringan fibrosa yang dilakukan
pada massase dapat membantu dalam
latihan lingkup gerak sendi.
• Latihan
– Latihan pada rehabilitasi tahap awal adalah
latihan aktif assistif. Latihan tersebut dapat
dilakukan di bagian proksimal atau distal area
yang diimobilisasi.
Tatalaksana Fraktur :

Tahap lanjut :
• Bila pasien baru dirujuk untuk rehabilitasi, 2 bulan
atau lebih setelah cedera.
• Tatalaksana rehabilitasi medik menjadi berbeda.
Tatalaksana Fraktur :

Tahap lanjut :
• Tujuan terapi :
– mengeluarkan udem yang masih ada
– melunakkan dan meregangkan jaringan fibrosa
– meningkatkan gerak sendi
– mengembalikan efisiensi sirkulasi
– meningkatkan kekuatan otot
Tatalaksana Fraktur:

Tahap lanjut :
• Terapi panas; sedasi, meningkatkan sirkulasi dan
melunakkan perlekatan fibrosa.
• Massage; gerakan usapan dalam (deep stroking) dan
penekanan (compression) ----> meregangkan perlekatan
fibrosa serta menghilangkan udem yang masih ada.
• Panas dan massage harus selalu diikuti latihan/exercise.
Regimen efektif dimulai dengan latihan aktif asistif
kemudian gerakan bebas dan latihan resistif sesuai
perbaikan pasien.
• Terapi Latihan pada Fraktur

– Terapi latihan (Therapeutic exercise) merupakan salah satu


modalitas rehabilitasi medik yang pelaksanaannya
menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif
untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan
dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas,
stabilitas, relaksasi, koordinasi, keseimbangan dan
kemampuan fungsional.
– Tujuan utama dari terapi latihan pada fraktur adalah
mengembalikan fungsi, gerakan, kekuatan otot dan daya
tahan (endurance) ke tingkat semula sebelum terjadi
trauma.
– Aktivitas fisik adalah salah satu faktor yang memicu
regenerasi tulang. Latihan fisik dapat meningkatkan
konsentrasi plasma hormon pertumbuhan. Latihan juga
dapat meningkatkan aktivitas siklus krebs dan glikolisis
sehingga dapat meningkatkan metabolisme sel-sel kalus
dan pembentukan kolagen.
Latihan Lingkup Gerak Sendi (LGS) /Range
of Motion (ROM) Exercise :
Latihan LGS adalah latihan pergerakan sendi dengan jangkauan
parsial atau penuh yang bertujuan untuk menjaga atau
meningkatkan lingkup gerak sendi tersebut.
Latihan LGS merupakan tipe latihan dasar yang paling banyak
digunakan pada kasus-kasus rehabilitasi fraktur. Berikut ini
macam-macam bentuk dari latihan LGS :

• Full ROM
– Full ROM artinya ROM yang sesuai dengan dasar anatomi dari sendi itu
sendiri. Contohnya lutut yang mempunyai ROM 0 sampai dengan 120
derajat.
• Functional ROM
– ROM fungsional adalah gerakan sendi yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari atau kegiatan pasien yang spesifik. Contohnya : ROM
lutut dari ekstensi penuh (0 derajat) sampai fleksi 90 derajat merupakan
ROM yang tidak penuh, tetapi ROM tersebut adalah ROM fungsional
untuk duduk.
• Active ROM
– Pasien melakukan gerakan sendi secara parsial atau penuh
tanpa bantuan orang lain. Tujuan latihan ini untuk memelihara
ROM dan kekuatan minimal akibat kurangnya aktivitas dan
untuk menstimulasi sistem kardiopulmoner. Sasaran latihan
tersebut adalah otot dengan kekuatan poor sampai dengan
good (2 s.d 4).
• Active assistive ROM
– Latihan ini dilakukan pasien dengan cara mengkontraksikan
otot untuk menggerakkan sendi, dan terapis membantu pasien
dalam melakukannya. Latihan ini merupakan latihan yang
paling sering dilakukan pada kelemahan atau hambatan
pergerakan yang disebabkan oleh nyeri atau ketakutan
pasien.
• Passive ROM
– Latihan ini dilakukan dengan menggerakkan sendi tanpa
kontraksi otot pasien. Seluruh gerakan dilakukan oleh dokter
atau terapis. Tujuannya memelihara mobilitas sendi ketika
kontrol dari otot-otot volunter/sendi hilang atau pasien tidak
sadar/tidak ada respon. Sasaran latihan ini adalah otot
dengan kekuatan zerro – trace (0-1)
TABEL KEKUATAN OTOT
Derajat Otot Deskripsi

5 – Normal ROM penuh, mampu melawan gravitasi


dengan tahanan penuh

4 – Good ROM penuh, mampu melawan gravitasi


dengan tahanan sedang

3 – Fair ROM penuh, mampu melawan gravitasi


dengan tahanan minimal

2 – Poor ROM penuh, tanpa melawan gravitasi

1 – Trace Kontraksi ringan, tanpa gerakan sendi

0 – zerro Tiada ada kontraksi otot


Latihan Kekuatan (Strengthening
Exercise)
• Latihan Isometrik
• Latihan Isokinetik
• Latihan Isotonik
• Closed-Chain Exercise
• Open-Chain Exercise
• Plyometric Exercise
• Latihan fungsional/Task Specific Exercise
– Latihan ini ditujukan untuk mengembalikan performa. Latihan
ini juga bertujuan untuk meningkatkan hipertrofi serabut otot,
koordinasi neuromuskular, agilitas dan kekuatan. Contohnya :
naik tangga pada pasien pasca fraktur femur dan membuka
pegangan pintu pada pasien fraktur colles yang gipsnya telah
dilepas.
• Latihan Ketahanan Tubuh (Endurance
Exercise)/Conditioning Exercise37
– Pada latihan ini memerlukan waktu latihan yang panjang,
dengan frekuensi yang tinggi dan menggunakan beban yang
rendah.
– Conditioning Exercise bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan tubuh. Latihan ini secara keseluruhan
meningkatkan fungsi kardiopulmonal, yaitu dengan
meningkatkan penggunaan oksigen perifer dan efisiensi
muskular. Conditioning Exercise yang sering dilakukan adalah
latihan dengan sepeda statis atau latihan dengan
menggunakan treadmill.
• Latihan Weight Bearing
– Tulang sewaktu-waktu membentuk dan merubah dirinya
oleh karena tekanan, bertambah atau berkurang massanya
untuk mengimbangi tekanan tersebut. Respon ini sesuai
dengan hukum Wolff (Julius Wolff, ahli anatomi Jerman).

• Latihan weight bearing merupakan latihan


pembebanan berat badan pada kaki. Program
latihan ini didesain untuk merefleksikan kerja otot
pada fungsi weight bearing dalam kegiatan sehari-
hari seperti berdiri, berjalan atau menaiki tangga.
Latihan weight bearing terbukti menghasilkan
pemulihan yang lebih baik dibandingkan latihan
non-weight bearing, khususnya pada performa
aktivitas fungsional dan keseimbangan.
• Tingkatan latihan weight bearing dibedakan menjadi
lima yaitu:
– (1) Non Weight Bearing (NWB): kaki tidak boleh menyentuh
lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh,
dilakukan selama 3 minggu pasca operasi.
– (2) Touch Down Weight Bearing (TDWB): berat kaki pada
lantai saat melangkah tidak lebih dari 5 % beban tubuh.
Alat bantu yang dibutuhkan adalah walker/crutches.
– (3) Partial Weight Bearing (PWB): berat dapat berangsur
ditingkatkan dari 30-50 % beban tubuh, dilakukan 3-6
minggu pasca operasi. Alat bantu yang dibutuhkan adalah
walker/crutches.
– (4) Weight Bearing as Tolerated (WBAT): tingkatannya dari
50-100 % beban tubuh. Pasien dapat meningkatkan beban
jika merasa sanggup melakukannya. Alat bantu yang
dibutuhkan adalah cane/tongkat.
– (5) Full Weight Bearing (FWB): kaki dapat membawa 100
% beban tubuh setiap melangkah, dilakukan 8-9 bulan
pasca operasi.
Manajemen nyeri

• Modalitas yang sering digunakan pada


fraktur: Tissue heated Indication
Modality Contraindication Frequency
of use

Superficial Skin Pain Burn Common


heat Subcutaneous Muscle tension Anasthetic area
Hot packs Peripheral
Infra red vascular disease

Paraffin bath Skin Pain Burn Common


Subcutaneous Muscle tension Anasthetic area
Reduced ROM Peripheral
vascular disease
Modality Tissue heated Indication Contraindication Frequency of
use
Deep heat Bone Contracture of Local fracture Occasional
Ultrasound Muscle muscle or joint Metal implant
capsule
SWD Subcutaneous Postoperative Metal implant Rare
adhesion Pacemaker
Superficial
contracture
MWD Muscle Muscle Metal implant Rare
contracture Pacemaker
Walker

Cane

Kruk
Three-point gait

Two-point gait
Three-point gait
Cara naik dan
turun tangga
Gluteal sets : rapatkan kedua belahan
Gluteal, tahan 5 dtk

Quadriceps sets : menegangkan otot-otot


quadriceps dgn menekan lutut
ke bawah sementara tumit
diganjal, tahan 5 detik.

Ankle pump: gerakan dorsofleksi dan plantarfleksi


ankle secara berulang
TeRiMa KaSiH

Anda mungkin juga menyukai