Anda di halaman 1dari 14

pemeriksaan

1. Pengamatan Posisi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan
ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal.
Pengamatan posisi dilakukan pada saat terlentang, berguling,
telungkup, merayap, ke duduk, duduk, merangkak, ke berdiri,
berdiri, dan berjalan. Pengamatan posisi anak dilakukan sesuai
dengan kemampuan anak.

2. Spastisitas
Spastisitas merupakan fungsi tonus yang meningkat
tergantung pada kecepatan gerakan. Merupakan gambaran
lesi pada Upper Motor Neuron. Membentuk ekstrimitas pada
posisi ekstensi.Pengukuran spastisitas dilakukan apabila ada
kecurigaan kecenderungan posisi. Skala pengukuran dapat
menggunakan ashworth
Skala Klinis Spastisitas (ASHWORTH)
0 : Tidak terdapat peningkatan tonus postural.
1 : Sedikit peningkatan tonus,terdapat tahanan minimal di
akhir Lingkup Gerak Sendi.
1+ : Sedikit peningkatan tonus, tahanan sedikit kurang dari
Lingkup Gerak Sendi.
2 : Peningkatan tonus lebih nyata hampir seluruh Lingkup Gerak
Sendi, namun masih bisa di gerakkan
3 : Peningkatan tonus bermakna, sehingga gerakan pasif sulit
dilakuakan.
4 : Sendi dalam posisi fleksi atau ekstensi atau dalam satu
posisi.


3. Ankle Clonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini
disebut klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba,
dapat mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum
selesai pada posisi istirahat.






4 . Pemeriksaan 7 Refleks
Merupakan salah satu komponen penentu prognosis berjalan.
Pemeriksaan 7 refleks dilakukan mulai usia 1 tahun hingga usia
kurang dari 7 tahun. Pemeriksaan 7 refleks meliputi :
a. ATNR atau Asymetrical Tonic Reflex
b. STNR atau Symetrical Tonic Neck Reflex
c. Neck Righting
d. Extensor Thrust
e. Moro
f. Parachute
g. Foot placement


Penilaian 7 refleks:
ATNR ( - ) : 0
STNR ( - ) : 0
Neck righting ( - ) : 0
Extensor thrust ( - ) : 0
Moro ( - ) : 0
Paracute ( + ) : 0
Foot placement ( + ) : 0

Keterangan:
Jika skor 0, maka anak bisa berjalan.
Jika skor 1, maka anak bisa berjalan tanpa atau dengan alat bantu.
Jika skor 2 atau lebih dari 2, maka prognosa berjalan jelek
Pemeriksaan lain
EEG (elektroencephalogram)
CT-SCAN
Rehabilitasi medik :
bermanfaat bila di lakukan sedini mungkin agar
dapat dilakukan stimulasi motorik .
progrmnya dibagi menjadi :
- fisioterapi
-terapi okupasional
- terapi wicara

Elektroencephalogram (EEG)
Merupakan tindakan non invasive sebagai
penunjang diagnostic untuk melihat aktivitas
listrik di otak .
Pemeriksaan ini di indikasikan pada pasien
epilepsy , pasien dengan riwayat kejang ,
pasien pot trauma kepala
penatalaksanaan
Medika mentosa :
DIAZEPAM
obat ini bekerja sebagai relaxan umum otak
dan tubuh .
hanya bermanfaat pada spastis seluruh tubuh
tanpa etetosis.
tidak dapat diberikan pada anak usia <6 bulan.
dosis : 0,12-0,8 mg/KgBB/hari per oral
BACLOFEN
obat ini bekerja dengan menutup penerimaan
signal dari medula spinalis yang akan
menyebabkan kontraksi otot .
efektif untuk hemiplagia spastika dan diplegia
spastika.
Dosis : 3-10 mg di berikan per oral
DENTRALONE
diberikan jika diazepam tidak memberi hasil
dosis yang di anjurkan di mulai dari 25mg/hari ,
maximal 40mg/hari
Terapi bedah
Terapi bedah di rekomendasikan jika terjadi
kontraktur berat dan menyebabkan masalah
pergerekan badan.
Prinsip :
tidak kuratif
harus di kontrol berulang-ulang
imobilisasi waktu sependek mungkin

Anda mungkin juga menyukai