Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN INDIVIDU MINGGU KE 2

FRAKTUR PELVIS DI RUANG IGD

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

DISUSUN OLEH:

Endah Ayunengrum

(20902200069)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2023
FRAKTUR PELVIS

Pengertian

fraktur pelvis adalah terputusnya hubungan tulang pelvis baik tulang pubis atau tulang ilium yang
disebabkan oleh suatu trauma. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, fraktur pelvis
adalah gangguan struktur tulang dari pelvis akibat kecelakaan lalu lintas dan jatuh sehingga
menyebabkan terputusnya hubungan tulang pelvis baik tulang pubis atau tulang ilium

Etiologi Klasifikasi pantofisiologi

Penyebab fraktur pelvis Fraktur Tertutup (closed) Bila tidak terdapat Patofisiologi fraktur
yaitu adanya riwayat hubungan antara fragmen tulang dengan pelvis Trauma
trauma yang mengenai dunia luar, disebut juga fraktur bersih biasanya terjadi secara
panggul akibat dari (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. lansung pada panggul
kecelakaan lalu lintas, karena tekanan yang
kecelakaan industri, Fraktur terbuka (open/compound) Bila besar atau karena
kecelakaan lain seperti terdapat hubungan antara hubungn antara jatuh dari ketinggian.
jatuh dari pohon atau fragmen tulang dengan dunia luar karena
bangunan adanya perlukaan kulit.

Manifestasi Klinis

Menurut Lukman dan Ningsih (2012) tanda dan gejala fraktur adalah sebagai berikut:

1 Nyeri Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen.

2 Hilangnya fungsi Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang mengalaminya tidak dapat digunakan. Dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa).
Penatalaksanaan

penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua adalah
mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti semula. Adapun beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat adalah (1) survey primer yang meliputi
Airway, Breathing, Circulation, (2) meminimalisir rasa nyeri (3) mencegah cedera iskemia-reperfusi,
(4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber potensial kontaminasi. Ketika semua hal diatas
telah tercapai maka fraktur dapat direduksi dan reposisi sehingga dapat mengoptimalisasi kondisi
tulang untuk proses persambungan tulang dan meminimilisasi komplikasi lebih lanjut

Pemeriksaan penunjang Diagnosa

Menurut Lukman dan Ningsih (2009) pemeriksaan 1. Nyeri berhungan dengan pergerakan
penunjang untuk fraktur yaitu: fragmen tulang punggul, cedera
neuromuskular dan reflek spasme
1 Pemeriksaan Rontgen, menentukan otot sekunder.
lokasi/luasnya fraktur dan jenis fraktur. 2. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan fisik ekstremitas
2 CT Scan tulang, digunakan untuk
bawah.
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya tulang
3. Hambatan mobilitas fisik
didaerah yang sulit dievaluasi.
berhubungan dengan kerusakan
3 Hitung darah lengkap, hematokrit dan leukosit neuromuskular.
mungkin meningkat atau menurun.

Rencana tindakan keperawatan

1. Nyeri berhungan dengan pergerakan fragmen tulang punggul, cedera neuromuskular dan reflek spasme otot
sekunder.
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakolgi,Lakukan manajemen nyeri:
Istirahatkan klien, Atur posisi klien dengan pelic seling,Ajarkan teknik relaksasi pernafasan pada saat nyeri
muncul,Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. 6. Manajemen lingkungan : lingkungan tenang, batasi
pengunjung dan istirahatkan klien
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawah.
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL ,Hindari apa yang
tidak dapat dilakukan klien dan bantu apabila perlu,Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien
,Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan support pola pikir
ijinkan klien melakukan tugas, beri fet back, positif untuk usahanya, Identifikasi kebiasaa BAB. Anjurkan
minum dan meningkatka n aktifitas,Pemberian suppositoria dan pelumas feses atau pencahar,Konsultasikan ke
dokter terapi okufasi.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular.
Observasi tanda-tanda vital ,Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi,Berikan alat bantu jika klien
memerlukan 4.Anjurkan orang tua untuk membantu aktivitas pasien

Anda mungkin juga menyukai