ABSTRAK : Gangguan fleksibilitas sendi anggota gerak bawah merupakan masalah yang sering terjadi pada
pasien fraktur femur pasca operasi pemasangan fiksasi interna. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
gangguan ini dintaranya adalah melakukan latihan rentang gerak sendi sedini mungkin. Tujuan penelitian adalah
mengetahui pengaruh pemberian latihan rentang gerak terhadap kelenturan sendi anggota gerak bawah pada pasien
fraktur femur terpasang fiksasi interna. Rancangan penelitian menggunakan Quasy Eksperiment dengan pendekatan
Posttest Only Control Group. Sampel adalah pasien fraktur femur post fiksasi interna hari ke dua sebanyak 20
responden, dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 responden mendapat latihan rentang gerak (eksperimen) dan 10
responden melakukan latihan rentang gerak tidak sesuai aturan penelitian (kontrol). Instrument menggunakan
goniometer. Perlakuan Latihan gerak dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore hari selama 5 hari dengan durasi 15
menit. Data dianalisa dengan uji statistik Mann Whitney. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen didapatkan
rata-rata kelenturan sendi setelah diberikan latihan rentang gerak yaitu fleksi sendi panggul 68,5 derajat, fleksi sendi
lutut 61 derajat, dorsofleksi pergelangan kaki 12,5 derajat dan plantarfleksi pergelangan kaki 47 derajat, sedangkan
pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata fleksi sendi panggul 45,5 derajat, fleksi sendi lutut 15,5 derajat,
dorsofleksi 1,5 derajat dan plantarfleksi 33,5 derajat. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan p=0,000
<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen dibanding dengan
kelompok kontrol. Kesimpulan lebih besar peningkatan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen
dibanding dengan kelompok kontrol. Disarankan lakukan latihan gerak sendi post operasi fiksasi hari kedua (sedini
mungakin) sehingga dapat mencegah terjadinya kekakuan pada sendi pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi
interna.
Kata Kunci : Fraktur femur, fiksasi interna, fleksibilitas sendi, latihan rentang gerak.
ABSTRACT : The disturbance of the flexibility of below range of motion joint is one of the problem that common
occur to the Femur Fracture in Patients post-operation lighted Interna Fixation. The attempt to prevent it is doing
range of motion. The goal of this research to know the influence of giving range of motion regarding to the Femur
Fractures patient lighted Interna fixation. The design of the research is using Quasy Experiment and Posttest Only
Control Group Design. The numbers of the samples are 20 fraktur femur patients. Divided into 2 groups : 10
patients get the motion extension training (experiment), 10 patients do the motion extension training not in control
(control). The research has been done in 16 October 2012 Jun 2013, collecting the data have been done in 16
march 2013 13 April 2013. The result of the research, the experiment group gets the averages of hinge flexibility
after giving the range of motion, hip joint flexibility 68,5 degrees, knee joint flexibility 61 degrees, dorsoflexy ankle
joint 12,5 degrees and plantarflexy ankle joint 47 degrees, and the control group gets the averages of joint
flexibility, hip joint flexibility 45,5 degrees, knee joint flexibility 15,5 degrees, dorsoflexy 1,5 degrees and platarflexy
33,5 degrees. Based on Mann Whitney statistic test show that there are significant differences range of motion
between experiment group and control group. Conclusion: giving the range of motion can prevent the disturbance of
joint flexibility to the Femur Fractures patients lighted interna fixation
Key words : Femur Fractures, post-operation, hinge flexibility, motion extension training.
Bibliography : 34 ( 1993-2012)
176
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas pelvic, upper limbs and lower limbs.
jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang Principles of fracture treatment include
umumnya disebabkan oleh rudapaksa reduction, immobilization, return of
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur function, and normal strength with
femur adalah suatu patahan pada kontinuitas rehabilitation. Reduction can be done in
struktur tulang paha yang ditandai adanya open or closed. Open reduction (open
deformitas yang jelas yaitu pemendekan reduction) is done surgically by inserting
tungkai yang mengalami fraktur dan fixation devices such as plates, screws, wire
hambatan mobilitas fisik yang nyata or pin into the bone. Internal fixation can be
(Muttaqin, 2008). Fraktur dapat terjadi carried out and ekterna, depending on the
akibat peristiwa trauma langsung, tekanan shape of the fracture (Smeltzer & Bare,
yang berulang-ulang, dan kelemahan 2002).
abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fiksasi interna (open reduksi internal
(Salamon dkk, 1995). Fraktur terbagi atas fiksasi) adalah metode pembedahan
fraktur komplet, fraktur tidak komplet, memperbaiki fraktur dengan menggunakan
fraktur tertutup, fraktur terbuka, dan fraktur plate dan screw atau intramedulla nail untuk
patologis. Fraktur bisa terjadi didaerah menstabilkan tulang (Cluett, 2008). Fiksasi
cranium, thorak, pelvis, anggota gerak atas, interna dilaksanakan dalam rangka
dan anggota gerak bawah. Prinsip memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
penanganan fraktur meliputi reduksi, gerakan, stabilitas, disabilitas dan
imobilisasi, pengembalian fungsi, dan mengurangi nyeri. Akibat adanya fraktur
kekuatan normal dengan rehabilitasi. mengakibatkan terjadinya keterbatasan
Reduksi dapat dilakukan secara terbuka gerak, terutama di daerah sendi yang fraktur
maupun tertutup. Reduksi terbuka (open dan sendi yang ada di daerah sekitarnya.
reduksi) dilakukan melalui pembedahan Karena keterbatasan gerak tersebut
dengan cara memasukkan alat fiksasi berupa mengakibatkan terjadinya keterbatasan
plat, screw, wire atau pin kedalam tulang. lingkup gerak sendi dan mengakibatkan
Fiksasi dapat dilaksanakan secara interna terjadinya gangguan pada fleksibilitas sendi.
maupun ekterna, tergantung dari bentuk Fleksibilitas sendi adalah luas bidang
frakturnya (Smeltzer & Bare, 2002). gerak yang maksimal pada persendian, tanpa
A fracture is a break of continuity of dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan
bone tissue and / or cartilage which is (Fatmah, 2010). Terjadinya gangguan
generally caused by involuntary fleksibilitas sendi akibat suatu keadaan
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Femoral antara lain kelainan postur, gangguan
fracture is a fracture in the continuity of the perkembangan otot, kerusakan system saraf
femur structure characterized by a clear pusat, dan trauma langsung pada system
deformity that is shortening the leg fracture musculoskeletal, misalnya fraktur yang
and a real physical mobility barriers menimbulkan respon nyeri pada daerah yang
(Muttaqin, 2008). Fractures may occur as a sakit (Potter & Perry, 2005). Dari hasil
result of direct trauma events, repetitive penelitian Yandri (2011), ditemukan 3 kasus
stress, and abnormal weakness on bone (15%) dari 20 orang pasien fraktur femur
(pathologic fracture) (Salamon et al, 1995). terpasang fiksasi interna mengalami
Divided into fracture complete fracture, the gangguan fleksibilitas sendi lutut. Adapun
fracture is not complete, closed fractures, pencegahan yang dapat dilakukan adalah
open fractures, and pathologic fractures. dengan cara melakukan mobilisasi dini.
Fractures can occur areas cranium, thoracic,
177
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
Mobilisasi adalah kemampuan untuk hasil nyeri berkurang, rentang gerak panggul
bergerak dengan bebas mudah, berirama, kanan aktif dan pasif, kekuatan otot
terarah di lingkungan dan merupakan bagian meningkat, oedema berkurang dan aktifitas
yang sangat penting dalam kehidupan fungsional meningkat dan dapat dievaluasi
(Kozier dkk, 2010). Mobilisasi mengacu bahwa pasien dalam melakukan aktifitas
pada kemampuan seseorang untuk bergerak sehari-hari sudah dapat berjalan sendiri,
dengan bebas, berfokus pada rentang gerak, biarpun masih dibantu dengan kruk. Dari
gaya berjalan, latihan, toleransi aktifitas dan pengalaman peneliti selama bertugas di
kesejajaran tubuh (Potter & Perry, 2006). ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
Menurut Doherty (2006), pada pasien pasca sejak tahun 1989-2007, pelaksanaan latihan
operasi memerlukan perubahan posisi rentang gerak pada pasien fraktur femur
kecuali melakukannya merupakan terpasang fiksasi interna belum terlaksana
kontraindikasi, posisi pasien diubah setiap dengan baik. Standar Operasional Prosedur
30 menit dari sisi ke sisi sampai sadar dan juga belum tersedia diruangan. Ini diketahui
kemudian dilakukan mobilisasi dini 8-12 dari hasil wawancara dengan SPF dan
jam pertama. Menurut hasil wawancara beberapa orang Kepala Ruangan. Advis
dengan 2 orang dokter residen bedah dokter mengenai mobilisasi ada ditemukan,
mobilisasi sebaiknya dilakukan sedini tapi belum terlaksana dengan baik.
mungkin, sedangkan wawancara dengan ahli Penyuluhan rentang gerak ada dilakukan,
fisioterapis dapat dilaksanakan bila tanda- namun tindak lanjut dan evaluasinya tidak
tanda dari peradangan tidak ada dan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
dilaksanakan 24 jam pasca operasi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Rentang gerak (Range of Motion) yang dilakukan peneliti pada tanggal 18
adalah pergerakan maksimal yang mungkin Oktober 2012 sampai dengan 27 Oktober
dilakukan oleh sendi tersebut (Kozier dkk, 2012 di Ruang Rawat Inap Trauma Centre,
2010). Rentang gerak merupakan jumlah dari empat orang pasien dengan fraktur
maksimum gerakan yang mungkin femur terpasang fiksasi interna didapatkan
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga tiga orang klien mengalami gangguan
potongan tubuh: sagital, frontal, dan fleksibilitas sendi lutut dengan fleksi kurang
transversal (Potter & Perry, 2005). Untuk dari 700. Hasil wawancara dengan pasien
mempertahankan dan meningkatkan gerakan didapat keluhan pasien merasa takut
sendi, latihan rentang gerak harus dimulai melakukan latihan rentang gerak karena
segera mungkin setelah pembedahan, lebih sakit dan juga tidak adanya penyuluhan
baik dalam 24 jam pertama dan dilakukan di mengenai manfaat dilakukan latihan rentang
bawah pengawasan untuk memastikan gerak. Ini dapat dilihat dari perilaku perawat
bahwa mobilisasi dilakukan dengan tepat yang belum melaksanakan latihan rentang
serta dengan cara yang aman (Smeltzer & gerak pada pasien pasca operasi fraktur
Bare, 2002), tapi ini belum berjalan dengan terpasang fiksasi interna. Akibat
semestinya. Hal ini disebabkan karena keterlambatan dalam pendeteksian,
adanya perasaan nyeri akibat dari tindakan mengakibatkan terjadinya gangguan
pembedahan yang dilakukan. Dari hasil fleksibilitas sendi, yang akhirnya pasien
penelitian yang dilakukan oleh Astuti dirujuk ke fisioterapi.
(2006), setelah dilakukan rentang gerak aktif
pada pasien post operasi fraktur femur 1/3 A. Penetapan Masalah
medial dextra dengan pemasangan plate dan Oleh sebab itu peneliti
screw, sebanyak 6 kali latihan didapatkan merumuskan masalah penelitian apakah
178
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
ada pengaruh pemberian latihan rentang rentang gerak dan yang bergerak
gerak terhadap fleksibilitas sendi anggota tidak sesuai aturan penelitian
gerak bawah pada pasien fraktur femur pada pasien fraktur femur
terpasang fiksasi interna di Ruang terpasang fiksasi interna di
Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil ruang rawat Trauma Centre
Padang. RSUP Dr. M. Djamil Padang.
179
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
dimulai pada hari kedua pasca operasi. dilakukan selama 3 hari dengan durasi
Latihan rentang gerak dilakukan selama 15 menit, dengan 5 kali pengulangan
3 hari dengan durasi 15 menit, dengan 5 setiap sendi dengan sesi 2 kali sehari
kali pengulangan setiap sendi dengan pagi dan sore hari ada dianjurkan, tapi
sesi 2 kali sehari pagi dan sore hari. dalam penatalaksanaannya latihan
Rentang gerak diukur tingkat rentang gerakdilakukan tidak sesuai
fleksibilitas sendinya (posttest), pada aturan penelitian. Pengukuran
hari kelima post operasi, sedangkan fleksibilitas sendi (posttest) tetap
pada kelompok control, dilakukan. sama dengan kelompok
penatalaksanaan rentang gerak dimulai eksperimen, yaitu hari kelima post
pada hari kedua pasca operasi, operasi.
Keterangan:
KE : Kelompok Eksperimen
X1 : Pemberian latihan rentang gerak
O1 (E) : Pengukuran nilai fleksibilitas sendi kelompok eksperimen
KP : Kelompok control
X2 : Melakukan latihan rentang gerak tidak sesuai dengan aturan penelitian
O2 (P) : Pengukuran nilai fleksibilitas sendi kelompok kontrol.
180
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
181
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
182
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin dan
Diagnosis Medis pada Kedua Kelompok Pasien Di Ruang Rawat Trauma Centre
RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok Kelompok
No Karakteritik Kriteria Eksperimen Kontrol
f % F %
1 Umur 15-25 tahun 5 50 4 40
26-35 tahun 2 20 1 10
36-45 tahun 3 30 5 50
Jumlah 10 100 10 100
2 Jenis Kelamin Laki-laki 7 70 7 70
Perempuan 3 30 3 30
Jumlah 10 100 10 100
3 Diagnosa Fraktur Femur 1/3 Distal 2 20 3 30
Medik Fraktur Femur 1/3 Tengah 6 60 4 40
Fraktur Femur 1/3 Proksimal 2 20 3 30
Jumlah 10 100 10 100
B. Analisa Univariat
183
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
Tabel 4 Gambaran Fleksibilitas Sendi Panggul, Lutut dan Pergelangan Kaki pada Pasien
Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna yang Mendapatkan Latihan Rentang
Gerak di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok Eksperimen
Panggul Lutut Pergelangan Kaki
NO Derajat Derajat Derajat Derajat
Fleksi Fleksi Dorsofleksi Plantarfleksi
1 60 65 15 45
2 75 50 20 50
3 75 65 10 45
4 60 70 15 45
5 80 60 10 45
6 60 60 10 50
7 75 70 15 45
8 65 70 15 45
9 75 50 10 50
10 60 50 5 50
Minimum 60 50 5 45
Maximum 80 70 20 50
Mean 68.5 61 12.5 47.0
Std. 8.18 8.43 4.25 2.58
deviation
Tabel 5 Gambaran Fleksibilitas Sendi Panggul, Lutut dan Pergelangan Kaki pada Pasien
Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna yang Melakukan Latihan Rentang
Gerak Tidak Sesuai Dengan Aturan Penelitian di Ruang Rawat Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok Kontrol
No
Panggul Lutut Pergelangan Kaki
184
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
1 45 15 0 35
2 40 20 5 30
3 50 20 0 45
4 50 10 0 30
5 45 15 0 25
s6 45 20 5 30
7 50 20 0 30
8 50 15 5 45
9 40 10 0 35
10 40 10 0 30
Minimum 40 10 0 25
Maximum 50 20 5 45
Mean 45.5 15.50 1.5 33.5
Std. 4.4 4.3 2.4 6.7
deviation
185
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
3. Hasil uji normalitas pada tabel 4. Hasil uji normalitas pada tabel
Shapiro-Wilk untuk variabel Shapiro-Wilk untuk variabel
fleksibilitas dorsofleksi pada fleksibilitas plantarfleksi pada
kelompok eksperimen nilai p= kelompok eksperimen nilai p=
0.258 sedangkan pada kelompok 0.000 sedangkan pada kelompok
kontrol nilai p = 0.000 karena kontrol nilai p = 0.021 karena
salah satu nilai mempunyai kedua kelompok mempunyai
kemaknaan < 0.05 dapat kemaknaan < 0.05 dapat
disimpulkan data berdistribusi disimpulkan data berdistribusi
tidak normal, maka uji tidak normal, maka uji non
parametrik yang digunakan parametrik yang digunakan
adalah uji Mann Whitney. adalah uji Mann Whitney.
Tabel 6 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Fleksi Sendi Panggul Pasien pada Kelompok
Eksperimen yang diberikan Latihan Rentang Gerak dan pada Kelompok Kontrol yang
Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur
Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok
N Mean Rank Z p value
Responden
Fleksibilitas Eksperimen 10 15.5
Fleksi Sendi 0 -3.84 0,000
Panggul Variabel 10 5.5
Hasil analisis data didapatkan rata- antara kelompok eksperimen yang diberikan
rata rentang gerak fleksi sendi panggul pada latihan rentang gerak dan kelompok kontrol
kelompok eksperimen adalah 15.5 derajat, yang melakukan latihan rentang gerak tidak
sedangkan pada kelompok kontrol adalah sesuai aturan penelitian (p value = 0.000 <
5.5 derajat. Hasil uji statistic Mann Whitney 0.05).
dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan rentang gerak fleksi panggul
Tabel 7 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Fleksi Sendi Lutut Pasien pada Kelompok Eksperimen
yang diberikan Latihan Rentang Gerak Sendi dan pada Kelompok Kontrol yang
Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur
Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok Mean
Variabel N Z p value
Responden Rank
Fleksibilitas Eksperimen 10 15.5
Fleksi Sendi 0 -3.82 0,000
Lutut Kontrol 10 5.5
186
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
Tabel 8 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Dorsofleksi Pergelangan Kaki Pasien pada Kelompok
Eksperimen yang diberikan Latihan Rentang Gerak dan pada Kelompok Kontrol yang
Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur
Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok Mean
Variabel N Z p value
Responden Rank
Fleksibilitas Eksperimen 10 15.35
Dorsofleksi 0 -3.791 0,000
Pergelangan Kaki Kontrol 10 5.65
Hasil analisis data didapatkan rata- disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
rata rentang gerak dorsofleksi pada rentang gerak dorsofleksi antara kelompok
kelompok eksperimen adalah 15,35 derajat, eksperimen dan kelompok control (p
sedangkan pada kelompok kontrol adalah value= 0.000 <0.05).
5.65. Hasil uji statistic Mann Whitney dapat
Tabel 9 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Plantarfleksi Pergelangan Kaki Pasien pada Kelompok
Eksperimen yang diberikan Latihan Rentang Gerak dan pada Kelompok Kontrol yang
Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur
Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
Kelompok Mean
Variabel N Z p value
Responden Rank
Fleksibilitas Eksperimen 10 14.9
Plantarfleksi 0 -3.48 0,000
Pgelangan Kaki Kontrol 10 6.10
Hasil analisis data didapatkan rata- 6.1. Hasil uji statistic Mann Whitney dapat
rata rentang gerak plantarfleksi pada disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
kelompok eksperimen adalah 14.9 derajat, rentang gerak plantarfleksi antara kelompok
sedangkan pada kelompok kontrol adalah
187
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
188
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
189
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
mengirim impuls ke spinal cord menuju lutut di dapatkan rentang normal 120-130
jaringan otot dengan cepat, menyebabkan derajat dan dibandingkan dengan hasil
kontraksi otot yang cepat dan kuat. Muscle latihan yang diberikan pada sendi lutut
spindle sangat berperan dalam proses terlihat tidak terdapat peningkatan yang
pergerakan atau pengaturan motorik (Potter memuaskan. Selanjutnya, dorsofleksi
& Perry, 2005). pergelangan kaki dengan rentang normal 20-
Berdasarkan hasil penelitian, pada 30 derajat dibandingkan hasil yang didapat
klien fraktur femur terpasang fiksasi interna juga kurang memuaskan, sedangkan untuk
yang sedang melakukan bedrest atau plantarfleksi dengan rentang normal 45-50
mengalami keterbatasan dalam pergerakan, derajat, dibandingkan dengan hasil
latihan pasif sangat tepat dilakukan dan akan penelitian yang didapat terlihat hanya
mendapatkan manfaat seperti terhindarnya sebagian saja pasien yang mengalami
dari kemungkinan terjadinya gangguan peningkatan rentang gerak mendekati
fleksibilitas sendi. Setiap gerakan yang normal.
dilakukan dengan rentang yang penuh, maka Selain disebabkan oleh adanya
akan meningkatkan kemampuan bergerak trauma langsung pada system
dan dapat mencegah keterbatasan dalam musculoskeletal yang menyebabkan
beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat terjadinya fraktur, juga didapatkan adanya
melakukan latihan secara aktif maka perawat perasaan nyeri akibat adanya incisi (luka
bisa membantu untuk melakukan latihan. operasi) di daerah paha tempat fraktur
terjadi disertai dengan dekatnya daerah
operasi tersebut dengan daerah sendi
B. Fleksibilitas Sendi Pada Pasien anggota gerak bawah, terutama sendi lutut.
Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Hal ini terjadi akibat dalam proses
Interna Yang Melakukan Latihan penyembuhan luka masih dalam tahap
Rentang Gerak Tidak Sesuai Dengan inflamasi yang berlangsung selama 2-3 hari
Aturan Penelitian (Kelompok pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2002).
Kontrol) Setelah pembedahan nyeri mungkin
sangat berat, adanya edema, hematom dan
Berdasarkan hasil analisis penelitian spasme otot sehingga hal ini dapat
dari 10 orang pasien kelompok kontrol, berdampak terjadinya gangguan pada
didapatkan hasil dari fleksi sendi panggul kontraksi dan relaksasi otot. Otot-otot yang
dengan nilai maximum 50 derajat dan penting dalam kontraksi dan relaksasi, bila
minimum 40 derajat, pada fleksi sendi lutut tidak digerakkan mengakibatkan salah
di dapatkan nilai maximum 20 derajat dan satunya adalah gangguan fleksibilitas sendi
minimum 10 derajat. Selanjutnya dorsofleksi (Potter & Perry, 2005).
sendi pergelangan kaki didapatkan nilai Latihan rentang gerak yang
maximum 5 derajat dan minimum 0 derajat. dilakukan tidak sesuai aturan penelitian yang
Sedangkan untuk plantarfleksi sendi dilakukan pasien menampakkan hasil yang
pergelangan kaki di dapat nilai maximum 45 kurang menuaskan dalam mengatasi
derajat dan minimum 25 derajat. gangguan fleksibilitas sendi. Hal ini dapat
Berdasarkan teori yang dikemukakan dibuktikan dari hasil yang didapat setelah
oleh Potter & Perry (2005), rentang normal dilakukan pengukuran. Penyuluhan dan cara
fleksi sendi panggul adalah 90- 120 derajat latihan rentang gerak (lefleat) ada diberikan
dibandingkan dengan hasil yang didapat ada oleh peneliti, tapi sebagian besar pasien
peningkatan sepertiga bagiannya. Pada sendi tidak ada melaksanakan. Selain dari hasil
190
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
yang di dapat kurang memuaskan terutama penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari
untuk sendi lutut dan dorsofleksi, hal ini keterbatasan mobilisasi adalah gangguan
ditambah dengan adanya perasaan nyeri metabolisme kalsium dan gangguan
yang dialami oleh pasien sendiri dan mobilisasi sendi. Immobilisasi dapat
mengakibatkan pasien malas melakukan mempengaruhi fungsi otot dan skeletal.
latihan rentang gerak. Akibat pemecahan protein pada otot, klien
Dilihat dari karakteristik pasien mengalami kehilangan massa tubuh yang
kelompok kontrol berdasarkan umur dan membentuk sebagian otot.
jenis kelamin separuh pasien (50%) berusia Oleh karena itu penurunan massa
36-45 tahun (dewasa akhir) dan lebih dari otot tidak mampu mempertahankan aktifitas
separuh responden (70%) dengan jenis tanpa peningkatan kelelahan. Massa otot
kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori menurun akibat metabolisme dan otot yang
yang dikemukakan oleh Pudjiastuti dan tidak digunakan. Jika imobilisasi berlanjut
Utomo, 2003 usia mempengaruhi sistem dan otot tidak dilatih maka akan terjadi
tubuh termasuk muskuloskeletal. Semakin penurunan massa yang berkelanjutan (Potter
bertambah usia maka fungsi muskuloskeletal & Perry, 2005). Penurunan mobilisasi dan
akan semakin berkurang. Setelah mencapai gerakan mengakibatkan kerusakan
puncaknya maka perlahan-lahan terjadi muskuloskeletal yang besar dengan
perubahan fungsi ke arah penurunan. perubahan patofisiologi utamanya adalah
Kolagen dan elastin sebagai protein atrofi.
pendukung utama pada kulit, tulang, tendon, Atrofi adalah suatu keadaan sebagai
kartilago dan jaringan pengikat mengalami respons tehadap penyakit dan penurunan
perubahan menjadi bentangan cross linking aktifitas sehari-hari seperti pada imobilisasi
yang tidak teratur. Selain kolagen, unsur lain dan tirah baring (Kasper dkk, 1993 dalam
juga berkurang seiring bertambahnya umur. Potter & Perry, 2005). Penurunan stabilitas
Menurunnya kepadatan tulang, berubahnya terjadi akibat kehilangan daya tahan,
struktur otot dan sendi yang lama kelamaan penurunan massa otot, atrofi dan kelainan
mengalami penurunan elastisitas sendi yang aktual sehingga klien tidak
menyebabkan kekuatan dan fleksibilitas otot mampu bergerak terus menerus dan beresiko
sendi menjadi menurun sehingga terjadi untuk jatuh. Seperti yang telah dijelaskan
penurunan luas gerak sendi. Dan diatas, bahwa imobilisasi dapat
berdasarkan jenis kelamin, wanita cenderung menyebabkan gangguan metabolisme
lebih fleksibel dari pada laki-laki pada usia kalsium dan sendi. Akibatnya resorpsi
yang sama sepanjang hidup. Perbedaan ini tulang menjadi meningkat sehingga jaringan
umumnya dikaitkan dengan variasi anatomi tulang kehilangan kepadatannya dan terjadi
dalam struktur sendi. osteoporosis (Holm, 1989 dalam Potter &
Secara teori, apabila otot-otot Perry, 2005).
termasuk otot ekstremitas bawah tidak Dampak imobilisasi juga dapat
dilatih terutama pada klien yang mengalami mengakibatkan kontraktur sendi yaitu suatu
gangguan fungsi motorik kasar dalam jangka kondisi abnomal dan permanen yang
waktu tertentu maka otot akan kehilangan ditandai dengan fleksi sendi dan terfiksasi.
fungsi motoriknya secara permanen. Hal ini Hal ini terjadi akibat sendi tidak digunakan,
terjadi karena otot cenderung dalam keadaan atrofi dan terjadi pemendekan serat otot. Jika
immobilisasi. Keterbatasan mobilisasi terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat
mempengaruhi otot klien melalui kehilangan mempertahankan rentang geraknya dengan
daya tahan, penurunan massa otot, atrofi dan penuh. Besarnya keuntungan yang didapat
191
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
dari latihan rentang serta dampak yang Hasil analisis data pada table 9 didapatkan
ditimbulkan, maka jelaslah bahwa latihan rata-rata rentang plantarfleksi pada
rentang gerak sangat dianjurkan untuk kelompok eksperimen adalah 14.9 derajat,
dilakukan secara teratur terutama pada klien sedangkan pada kelompok kontrol adalah
dengan gangguan fungsi motorik termasuk 6.1. Hasil uji statistic Mann Whitney dapat
pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
interna. Karena dengan latihan ini maka rentang gerak plantarfleksi antara kelompok
fungsi motorik menjadi meningkat sehingga eksperimen dan kelompok control (p
pasien dapat melakukan mobilisasi dengan value= 0.001 < 0.05).
lebih baik untuk menunjang aktifitas sehari- Berdasarkan hasil analisis diatas
harinya. maka dapat disimpulkan bahwa latihan
rentang gerak yang dilakukan selama tiga
C. Perbedaan Fleksibilitas Sendi Pada hari berturut turut dengan frekuensi 2 kali
Pasien Fraktur Femur Terpasang sehari dapat meningkatkan fleksibilitas sendi
Fiksasi Interna Setelah Pemberian panggul, lutut, dorsofleksi dan plantarflksi
Latihan Rentang Gerak Dengan pergelangan kaki secara bermakna pada
Yang Melakukan Latihan Rentang pasien fraktur femur terpasang fiksasi
Gerak Tidak Sesuai Dengan Aturan interna yang mengalami gangguan motorik.
Penelitian Walaupun kenaikan nilai rentang tidak
terlalu besar tetapi hasil ini cukup
Hasil analisis data pada table 6 membuktikan bahwa intervensi yang
didapatkan rata-rata rentang fleksi pinggul dilakukan memberikan hasil yang
pada kelompok eksperimen adalah 15.5 diharapkan. Hal ini berbeda dibandingkan
derajat, sedangkan pada kelompok kontrol dengan kelompok kontrol yang hanya
adalah 5.5. hasil uji statistic Mann Whitney melakukan latihan rentang gerak tidak sesuai
dapat disimpulkan ada perbedaan yang dengan aturan penelitian dimana setelah
signifikan rentang fleksi pinggul antara dilakukan pengukuran nilai fleksibilitas
kelompok eksperimen dan kelompok control sendi terdapat kenaikan tetapi kenaikannya
(p value= 0.001 < 0.05). Hasil analisis data sangat kecil dibandingkan dengan kelompok
pada table 7 didapatkan rata-rata rentang intervensi.
fleksi lutut pada kelompok eksperimen Penelitian ini sejalan dengan
adalah 15.5 derajat, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kelln, et al
kelompok kontrol adalah 5.5 derajat. Hasil (2009) yang menyatakan bahwa pelaksanaan
uji statistik Mann Whitney dapat program latihan rentang gerak secara dini
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada klien pasca pembedahan menghasilkan
rentang fleksi lutut antara kelompok suatu peningkatan yang signifikan bagi
eksperimen dan kelompok kontrol (p value pemulihan yang lebih cepat. Peningkatan
= 0.001 < 0.05). Hasil analisis data pada yang terlihat diantaranya adalah cara
table 8 didapatkan rata-rata rentang gerak berjalan yang lebih baik, peningkatan dalam
dorsofleksi pada kelompok eksperimen fleksi panggul, lutut, dorsofleksi dan
adalah 15,35 derajat, sedangkan pada plantarfleksi kearah normal, walaupun
kelompok kontrol adalah 5.65. Hasil uji secara statistik tidak memberikan pengaruh
statistic Mann Whitney dapat disimpulkan yang signifikan terhadap peningkatan
ada perbedaan yang signifikan rentang gerak ketebalan ekstremitas dan luas gerak sendi
dorsofleksi antara kelompok eksperimen dan lutut. Kesimpulannya adalah intervensi ini
kelompok control (p value= 0.000 < 0.05). memberikan efek positif dan harapan bagi
192
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
klien dengan gangguan sendi bahwa dengan gerak terhadap fleksibilitas sendi panggul,
latihan rentang gerak secara dini yang lutut, dorsofleksi, dan plantarfleksi
dilakukan minimal selama 3 hari pasca pergelangan kaki dan masing-masing
pembedahan dapat mempercepat pemulihan kelompok, pada penelitian ini juga
kearah normal. membandingkan bagaimana pengaruh
Secara teori, latihan rentang gerak latihan rentang gerak antara kelompok
yang dilakukan secara rutin sangat penting intervensi dan kelompok kontrol. Hasilnya
karena tujuan utama latihan rentang gerak menunjukkan bahwa ada perbedaan rentang
adalah untuk memelihara sendi agar tetap gerak antara kelompok intervensi dan
fleksibel. Latihan ini juga dapat membantu kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa
sendi agar tidak kaku, kontraktur serta rata-rata nilai fleksibilitas sendi panggul,
menghindari deformitas. Bahaya paling sendi lutut, dorsofleksi dan plantarfleksi
besar ketika terjadi paralisis atau spastis sendi pergelangan kaki kelompok intervensi
yang menyebabkan ketidakseimbangan otot, lebih tinggi bila dibandingkan dengan
dimana sendi tertarik lebih kuat ke satu arah kelompok control.
sehingga menekuk secara terus menerus Berdasarkan hasil penelitian diatas,
(Werner, 2009). Keadaan ini akan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
mengakibatkan sendi kehilangan latihan rentang gerak efektif harus
elastisitasnya sehingga fleksibilitas sendi dilaksanakan dalam membantu mencegah
menjadi menurun. terjadinya gangguan fleksibilitas sendi pada
Kontraktur merupakan gangguan pasien pasca operasi terpasang fiksasi
yang umum terjadi pada klien dengan pasien interna. Latihan rentang gerak merupakan
fratur femur pasca pembedahan. Kontraktur salah satu intervensi keperawatan
bisa berupa kontraksi otot yang permanen, Gangguan mobilitas fisik dimana pasien
tahanan yang tinggi pada peregangan pasif, mengalami ketidakseimbangan atau
hipoekstensibilitas, berkurangnya rentang keterbatasan dalam menggerakkan satu atau
peregangan pasif dan pemendekan otot. lebih bagian sendi (Ellis & Bent, 2007). Hal
Untuk mencegah terjadinya kontraktur dan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
deformitas, latihan rentang gerak harus oleh Jogi (2010) yang melakukan intervensi
dilakukan secara kontinyu. Penting bagi latihan rentang gerak sendi pada klien post
pasien fraktur femur terpasang fiksasi Total Hip Arthroplasty (THA) dan Total
interna untuk menggerakan tubuhnya Knee Arthroplasty (TKA) kepada 30 pasien.
melalui pergerakan sendi secara penuh Latihan dilakukan sebanyak 1-2 kali
dalam aktifitas kehidupan sehari-hari seminggu selama 5-7 minggu. Hasilnya
(Werner, 2009). Menurut Bowden & terjadi peningkatan secara signifikan pada
Greenberg (2008) agar sendi tidak keseimbangan dan kekuatan otot terutama
kehilangan fungsinya, maka latihan rentang pada saat posisi berdiri.
gerak sebaiknya dilakukan setidaknya 2 kali Latihan rentang gerak dapat
dalam sehari. Jika sendi telah kehilangan diberikan pada pasien yang mengalami
gerakannya, maka latihan dilakukan lebih keterbatasan mobilisasi, dan tidak mampu
sering dan lebih lama. Latihan rentang gerak melakukan beberapa atau semua latihan
harus dilakukan sedini mungkin sebelum rentang gerak dengan mandiri. Untuk itu
sendi kehilangan rentang geraknya. Memulai perawat harus membuat jadwal kapan
latihan sedini mungkin dapat mengurangi latihan rentang gerak harus dilakukan.
dan mencegah terjadinya keterbatasan. Berdasarkan obsevasi peneliti dilapangan
Selain melihat pengaruh latihan rentang hal-hal yang menghambat dalam
193
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
194
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
195
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196
196