Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI

FRAKTUR FEMUR DENGAN MASALAH HAMBATAN


MOBILITAS FISIK DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL PASURUAN

JURNAL

Disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan


ahli madya keperawatan pada program studi Diploma III Keperawatan

LENY AYU OKTAVIYANI


161210024

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR
DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL PASURUAN

Leny Ayu Oktaviyani*Hindyah Ike**Dwi Prasetyaningati**

ABSTRAK

Pendahuluan Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik parsial


maupun total. Pada kondisi tersebut, terjadi perubahan yang mengakibatkan gangguan
fungsi pada otot dan sendi sehingga muncul masalah hambatan mobilitas fisik. Salah satu
tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut yaitu latihan ROM. Tujuan penelitian ini
untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas
klien yang mengalami fraktur femur.Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan
dengan partisipan 2 orang dengan diagnosa fraktur femur dengan masalah hambatan
mobilitas fisik.Hasil asuhan keperawatan pada tahap pengkajian diketahui Tn M dan Tn
E sama-sama mengatakan kaki sebelah kanan terasa nyeri untuk digerakkan, skala nyeri
6, dan kaki sebelah kanan terpasang tensocrep. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan
adalah hambatan mobilitas fisik. Intervensi yang disusun berdasarkan kriteria NIC NOC
yang meliputi latihan ROM, kaji kekuatan otot dan edukasi keluarga tentang mobilisasi.
Implementasi pada klien Tn M dan Tn E dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang
dilakukan selama 3 hari. Kesimpulan dari kasus keluarga klien 1 dan 2 dengan penderita
post operasi fraktur femur adalah masalah teratasi sebagian. Saran dari studi kasus ini
yaitu supaya pasien mampu melakukan aktifitas secara mandiri.

Kata Kunci : Fraktur Femur, Latihan ROM, Hambatan Mobilitas Fisik

NURSING CARE ON THE CLIENTS POST OPERATION THE FRACTURE FEMUR


WITH PROBLEM PHYSICAL MOBILITY IN THE ROOM MELATI AREA
GENERAL HOSPITAL BANGIL PASURUAN

ABSTRACT

Introduction Frakture is a breakdown of continuity of bone tissue both partially and totally.
In these conditions, there is a change that results in impaired functions in the muscles and
joints, resulting in problems with obstacles to physical mobility. One action to overcome this
condition is ROM exercises. The purpose is to provide nursing care with the problem of
meeting the mobility needs of clients who experience femoral fractures.The method of this
research is descriptive by using a case study method conducted in the jasmine room at bangil
pasuruan hospital with participants of 2 people diagnose with a fracture of the femur with
problems with physical mobility.The resulth of nursing care at the study stage were found to
be that Mr. M and Mr. E both said the right leg was painful to move, the pain scale was 6, and
tensocrep’s attached right leg. The establised nursing diagnosis is a barrier to physical
mobility. Interventions are prepared based on NIC NOC criteria which include ROM
exercises, muscle strength assessment and family aducation about mobilization. The
implementation of the clients of Mr M and Mr. E was developed from the result of an
intervention study conducted for 3 day.The conclusion of the case family 1 and 2 clents with
post operation the fraktur femur is parthly the problem is fixed. The Suggestion from this case
studi that is so that patients are able to do activitiesindependently.

Keywords : Femur Fracture, ROM Exersice, Obstacles To Physical Mobility

2
PENDAHULUAN masalah tersebut adalah agar pasien
dapat melakukan perawatan diri secara
Kehidupan masyarakat ada beberapa total sejauh kemampuan yang bisa
kegiatan atau aktifitas yang dapat dilakukan secara mandiri (Ropyanto,
menyebabkan terjadinya fraktur. 2011). Akibat dari pembedahan pada
Fraktur lebih sering berhubungan fraktur ini akan menimbulkan masalah
dengan olahraga, pekerjaan, dan juga yaitu hambatan mobilitas fisik pasca
luka yang disebabkan oleh kecelakaan operasi.
lalu lintas. Upaya untuk pemulihan
post operasi fraktur femur salah Penyembuhan hambatan mobilitas fisik
satunya dengan latihan gerak dengan pada fraktur setelah dilakukan operasi
bebas, teratur dan tanpa hambatan penyembuhan tulang maka harus
yang bertujuan untuk memenuhi secepat mungkin dilakukan range of
kebutuhan hidup sehat (Mubarak & motion (ROM). Latihan rentang gerak
Nurul, 2007) (ROM) adalah pergerakan maksimal
yang mungkin bisa dilakukan oleh sendi
Berdasarkan data WHO menyebutkan tersebut (Kozier dkk, 2010). ROM
1,24 juta tiap tahunnya diseluruh dunia sering diartikan sebagai latihan gerak
mengalami fraktur akibat kecelakaan atau mobilisasi dan dapat membantu
lalu lintas. Di Indonesia kasus fraktur klien yang mengalami keterbatasan
femur mencapai 67,9% diakibatkan gerak dan mendapatkan kembali
kerena kecelakaan lalu lintas. Di kekuatan otot untuk bergerak. Untuk itu
provinsi Jawa Timur yang mengalami perlu adanya proses penyembuhan salah
fraktur ekstermitas bawah mencapai satunya dengan melakukan mobilisasi.
32,7%, pada fraktur femur mencapai Ambulasi dini sangat penting dilakukan
2,2% (RISKESDAS, 2018). Di pada pasien pasien pasca operasi karena
Pasuruan khususnya di RSUD Bangil jika pasien membatasi pergerakannya di
Pasuruan pada tahun 2016-2017 tempat tidur dan sama sekali tidak
mencatat pada pasien yang mengalami melakukan ambulasi pasien akan
fraktur ekstermitas bawah mencapai 2,1 semakin sulit untuk mulai berjalan.
% diakibatkan karena jatuh dan
kecelakaan lalu lintas. Untuk post operasi fraktur femur
ambulasi dini dilakukan pada hari
Fraktur pada ekstermitas bawah pertama, dimulai dari sendi-sendi bagian
biasanya dapat terjadi akibat adanya distal, yaitu fleksi dan ekstensi jari-jari
peristiwa trauma tunggal. Sebagian kaki,inversi dan eversi kaki, serta fleksi
besar fraktur disebabkan oleh kekuatan dan ekstensi pergelangan kaki. Pada hari
yang tiba-tiba dan berlebihan, posisi kedua dilakukan rotasi pangkal paha.
miring, pemuntiran, atau penarikan. Bila Pada hari ketiga fleksi dan ekstensi lutut
terkena kekuatan langsung, tulang dapat dan latihan menjuntaikan kaki pada
patah pada tempat yang terkena dan salah satu sisi tempat tidur. Selain terapi
jaringan lunak juga pasti rusak (Zairin, ROM, perawat perlu memberikan
2012). motivasi kepada pasien untuk terus
berlatih (Hidayat, 2012)
Dalam hal ini pasien fraktur mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, karena berhubungan dengan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
kerusakan yang terjadi pada struktur
tulang akibat trauma yang disebabkan Rancangan yang digunakan dalam
karena kekerasan langsung maupun penelitian ini adalah metode penelitian
tidak langsung sehingga mengalami deskriptif
kehilangan kemandirian. Tujuan
keperawatan utama untuk pasien dengan

3
Studi kasus. Penelitian studi kasus Uji keabsahan data dimaksudkan
adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menguji kualitas data /informasi
secara intensif terinci dan mendalam yang diperoleh dalam penelitian
terhadap suatu organisasi, lembaga sehingga menghasilkan data dengan
atau gejala tertentu. Studi kasus validitas tinggi. Disamping integritas
dilakukan dengan cara meneliti suatu peneliti (karena peneliti menjadi
permasalahan melalui suatu kasus instrumen utama, uji keabsahan data
yang terdiri dari unit tunggal. Jenis dilakukan dengan: memperpanjang
penelitian studi kasus deskriptif ini waktu pengamatan/tindakan dan
dengan menggunakan metode sumber informasi tambahan
observasi partisipasif. Metode menggunakan triangulasi dari tiga
observasi partisipasi yaitu pengalaman sumber utama yaitu pasien, keluarga
terhadap subjek untuk mendapatkan pasien dan perawat) yang berkaitan
informasi secara mendalam, dan dengan masalah yang diteliti.
peneliti ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Dalam studi kasus ini peneliti
menggunakan dua klien yang akan
dikaji sesuai keluhan dan diberi asuhan HASIL PENELITIAN
keperawatan. Pengkajian yang dilakukan oleh
Peneliti ini adalah penelitian untuk peneliti pada klien 1 atas nama Tn M
mengeksplorasi masalah asuhan yang mengalami post operasi fraktur
keperawatan pada klien yang femur didapatkan klien mengeluh kaki
mengalami post operasi fraktur femur sebelah kanan nyeri untuk digerakkan,
dengan masalah hambatan mobilitas sedangkan data subjektif pada Tn E
fisik diruang melati RSUD Bangil mengeluh kaki sebelah kanan nyeri
Pasuruan. Partisipan pada kasus ini saat digerakkan setelah operasi. Pada
adalah 2 klien post operasi fraktur pemeriksaan fisik antara klien 1 dan 2
femur, 2 klien yang mengalami didapatkan pemeriksaan fisik dengan
hambatan mobilitas fisik, 2 klien yang tanda dan gejala yang sama yakni pada
dirawat pada hari ke 1 diruang melati, klien 1 data objektif muncul yaitu 1)
2 klien yang bersedia dijadikan subjek kaki sebelah kanan klien mengalami
penelitian dan 2 klien dan keluarga fraktur terdapat edema, 2) klien
yang kooperatif. tampak kesakitan, 3) klien terpasang
kateter, 4) klien tampak lemah di
Lokasi studi kasus ini akan tempat tidur, 5) paha kaki sebelah
dilaksanakan di Ruang Melati RSUD kanan terpasang tensocrep. Sedangkan
Bangil jalan raya Raci- Bangil, pada klien 2 data objektif yang muncul
Balungbendo, Masangan, Bangil, yaitu 1) klien tampak kesakitan, 2)
Pasuruan. Waktu ditetapkan yaitu 3 kien terpasang kateter, 3) klien terlihat
hari pasien pasca operasi sampai klien berbaring ditempat tidur, 4) paha kaki
pulang, atau klien yang dirawat sebelah kanan terpasang tensocrep.
minimal 3 hari. Jika selama 3 hari klien
sudah pulang, maka perlu penggantian Menurut Wahid (2013) setelah
klien lainnya yang mempunyai kasus observasi dari data objektif dan
sama. Penelitian proposal karya tulis subjektif kedua klien mengalaimi
ilmiah pada tanggal 1-30 April 2019. hambatan mobilitas fisik. Didapatkan
Langkah-langkah pengumpulan data ungkapan klien yang mengatakan
bergantung rancangan penelitian dan ekstermitas yang sulit untuk
tehnik instrumen yang digunakan digerakkan dan data objektif
(Nursalam, 2015). Wawancara ditemukan semua aktifitas dibantu
Observasi, dan Studi Dokumentasi. oleh keluarga. Menurut peneliti kedua
klien mengalami kesamaan dalam

4
pemeriksaan ekstermitas bahwa yang berhubungan dengan gangguan
mengalami fraktur pada klien dengan neuromuskular.
tanda gejala yang menunjukkan adana
hambatan mobilitas fisik. Implementasi yang diberikan kepada
kedua klien 1 dan 2 sesuai dengan
Diagnosa keperawatan pada klien 1 intervensi yang telah ditetapkan
dan 2 berdasarkan pengkajian, hasil sebelumnya yaitu sesuai rencana
pemeriksaan fisik yang didapatkan dalam Nursing Intervention
menunjukkan masalah yang dialami Clasification, Implementasi yang
kedua klien adalah hambatan mobilitas dilakukan peneliti yaitu
fisik berhubungan dengan gangguan mengendalikan faktor lingkungan
neuromuscular. Menurut Amin dan yang dapat mempengaruhi respon
Hardhi (2015) nyeri ekstermitas, klien pasien terhadap ketidaknyamanan,
tidak bisa bergerak secara bebas, klien mengkaji kemampuan mobilisasi,
bedrest,rentang gerak terganggu pada memonitor penggunaan alat bantu
ekstermitas yang mengalami fraktur, berjalan, membantu pasien untuk
dan semua ADL dibantu orang lain duduk di sisi tempat tidur untuk
merupakan tanda gejala dari diagnosa memfasilitasi penyesuaian sikap
hambatan mobilitas fisik. Menurut tubuh, melatih pemenuhan ADL secara
peneliti kedua klien yang mengalami mandiri sesuai kebutuhan, melakukan
fraktur tentunya pasti akan mengalami kolaborasi dengan tim dokter dalam
gangguan musculoskeletal, karena pemberian terapi, mengajarkan latihan
ekstermitas yang fraktur akan ROM pasif dan ROM aktif dengan
mengakibatkan nyeri saat digerakkan bantuan sesuai indikasi, mendorong
dan mobilitas klien akan terganggu. ambulasi independen dalam batas
aman, memberitahu keluarga dalam
Intervensi yang diberikan pada klien 1 melakukan teknik perpindahan yang
dan 2 dengan diagnosa yang sama aman,melakukan kolaborasi
hambatan mobilitas fisik berhubungan pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi,
dengan gangguan neuromuskular yaitu mengobservasi tanda-tanda vital.
menggunakan terapi latihan ambulasi. Setelah itu pada hari kedua dan ketiga
Yang digunakan yaitu NANDA NIC- peneliti memberikan implementasi
NOC (2016) : kaji kemampuan dengan menyesuaikan hasil
mobilisasi, latih dalam pemenuhan perkembangan kesehatan pasien pada
ADL secara mandiri sesuai evaluasi hari pertama. Menurut teori
kemampuan, ajarkan merubah posisi Potter (2005) implementasi
yang aman, ajarkan latihan ROM pasif keperawatan atau serangkaian kegiatan
dan ROM aktif dengan bantuan sesuai yang dilakukan oleh perawat untuk
indikasi, dorong ambulasi independen membantu klien dari masalah status
dalam batas aman, beritahu keluarga kesehatan yang dihadapi ke status
dalam melakukan tehnik perpindahan kesehatan yang lebih baik dilakukan
yang aman, dan kolaborasi sesuai dengan intervensi atau
pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi. perencanaan tindakan yang telah
Menurut Yanti (2009) asuhan dibuat sebelumnya.Menurut data
keperawatan pasien fraktur dengan peneliti pada implementasi yang
diagnosa keperawatan hambatan dilakukan pada kedua klien dengan
mobilitas fisik intervensi keperawatan masalah hambatan mobilitas fisik,
yang diberikan yaitu latihan terapi sesuai dengan intervensi. Adapun
ambulasi. Menurut peneliti intervensi implementasi yang dilakukan oleh
yang diberikan untuk kedua klien peneliti selama 3 hari dan mengalami
sesuai kebutuhan klien dengan kemajuan kesehatan. Hal ini
diagnosa hambatan mobilitas fisik disebabkan karena secara umum kedua
klien mau kooperatif sehingga kondisi

5
kesehatan klien cepat pulih dan Penulis telah melakukan penelitian
membaik. pada klien 1 dan 2 dengan diagnosa
medis close fraktur femur selama 3
Evaluasi pada klien 1 dan 2 yang hari, dimulai pada 20 April - 24 April
dilakukan selama 3 hari, klien 1 pada 2019 diruang rawat inap melati RSUD
hari pertama masih belum bisa Bangil Pasuruan. Maka penulis
menggarakkan kakinya, pada hari mengambil kesimpulan :
kedua pasien mulai mampu
menggerakan kakinya, dan pada hari 1. Pengkajian
ketiga pasien sudah bisa Berdasarkan asuhan keperawatan
menggerakkan kakinya dan sudah bisa pada Sdr M dan Sdr E yang
duduk. Pada klien 2 evaluasi pada hari mengalami close fraktur femur
pertama klien masih belum bisa didapatkan kesimpulan sebagai
menggerakkan kakinya, pada hari berikut : dari data pengkajian
kedua pasien mampu menggerakkan kasus pada pengkajian data
kakinya dan pada hari ketiga pasien subjektif dan data objektif
sudah bisa menggerakkan kakinya dan didapatkan melalui ungkapan
bisa duduk. Menurut Muttaqin (2008) kedua klien mengatakan setelah
pemberian alat bantu klien. Pada klien operasi paha kaki sebelah kanan
dengan alat bantu musculoskeletal, berat untuk digerakkan
biasanya terdapat gangguan fungsi berhubungan dengan kondisi yang
dalam melakukan pergerakkan dialaminya sekarang yaitu fraktur
sehingga menggangu aktivitas sehari- femur dextra, dari data objektif
hari. Peran perawat dalam menjelaskan yang didapatkan oleh peneliti yaitu
kepada klien tentang guna dan fungsi ekstermitas kaki kanan pasien
alat bantu diperlukan untuk memahami pada paha terpasang tensocrep,
penggunaannya di sini diperlukan terlihat perubahan bentuk/edema
pengetahuan mengenai anatomi dan pada ektermitas kanan bawah,
fisiologi system musculoskeletal yang pasien terlihat ditempat tidur,
baik dari perawat agar proses ADL pasien dibantu oleh keluarga
pembelajaran dapat berjalan optimal. atau perawat.
Pemberian alat bantu bertujuan untuk 2. Diagnosa Keperawatan
mengistirahatkan bagian tubuh yang Diagnosa keperawatan yang
mengalami gangguan, mengurangi muncul dari pengkajian pada Sdr
beban tubuh, membantu untuk M dan Sdr E yang digunakan
berjalan, stabilisasi sendi, atau dalam asuhan keperawatan
mencegah deformitas yang lebih berat, Fraktur Femur Dextra adalah
alat ortopedi dapat terbuat dari kayu, hambatan mobilitas fisik
aluminium, gips, bidai, tongkat, atau berhubungan dengan hambatan
alat bantu jalan lainnya.Menurut data mobilitas fisik.
peneliti kedua klien dalam 3. Intervensi Keperawatan
pengguanaan alat bantu jalan sangatlah Dalam intervensi keperawatan /
penting ketika klien dirawat dirumah, rencana tindakan keperawatan
alat bantu jalan berfungsi sebagai alat pada Sdr M dan Sdr E yaitu
bantu dalam melakukan mobilitas diberikan terapi latihan ambulasi
secara mandiri dan bebas tanpa untuk memaksimalkana
bantuan. pergerakannya. Adanya rencana
tindakan yang ditunjukkan untuk
memaksimalkan mobilisasi agar
tidak terjadi kekakuan atau
SIMPULAN DAN SARAN kelemahan otot ataupun
Simpulan komplikasi lainnya, dimana
rencana tindakan atau intervensi

6
tersebut dilanjutkan untuk 3. Bagi Rumah Sakit
diaplikasikan pada klien. Perawat diharapkan mampu
4. Implementasi keperawatan berkoordinasi dengan tim kesehatan
Implementasi yang dilakukan pada yang lain yaitu dokter, fisioterapi,
klien harus dengan intervensi ahli gizi serta klien yang berguna
sesuai dengan kondisi klien saat untuk meningkatkan asuhan
itu, pada hari pertama, perawat keperawatan secara optimal.
tidak melakukan semua rencana
dalam NIC karena kondisi klien
yang susah untuk bergerak yang KEPUSTAKAAN
berat seperti ROM. Intervensi
yang belum dilakukan bisa
dilakukan pada hari selanjutnya Brunner & Suddart. 2005.
atau bisa menambahkan intervensi Keperawatan Medikal Bedah.
lain sesuai dengan perkembangan Edisi 8. Jakarta : EGC
klien.
5. Evaluasi Keperawatan Bulechek, Gloria M, dkk. 2015.
Dalam penelitian ini pada hari Nursing Intervetions
terakhir evaluasi keperawatan Classification (NIC) Missouri
klien Sdr M berhasil : ELSEVIER
menggerakkan ektermitas yang Bulechek, Gloria M, dkk. 2015.
mengalami fraktur secara mandiri Nursing Outcomes
atau tanpa bantuan dengan Classification (NOC) Missouri
ditandai tercapainya tujuan dan : ELSEVIER
kriteria hasil sedangkan pada Sdr E
hambatan mobilitas fisik telah Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan
berhasil sebagian ditandai dengan Dasar. Jakarta : Badan
adanya tercapainya sebagian dari Penelitian dan pengembangan
tujuan tindakan yang telah kesehatan kementrian
dilakukan kesehatan RI.

Dosen Team, D-III


Keperawatan.2017. Buku
Saran Panduan Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah : Studi Kasus.
1. Bagi klien dan keluarga Jombang : STIKES ICME
Keluarga berperan sangat penting
dalam suatu penyembuhan klien Helmi, ZN. 2012. Buku Saku
sehingga keluarga dianjurkan untuk Kedaruratan di bidang bedah
membantu latihan gerak klien, orthopedi. Jakarta : Salemba
mendorong, memotivasi serta medika
berperan aktif dalam segala hal yang
berhubungan dengan tindakan yang Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006.
bisa membantu memperbaiki Kebutuhan Dasar Manusia.
mobilisasi atau gerak klien agar klien Jakarta : Salemba Medika
mampu bergerak secara mandiri.
2. Bagi Institusi Pendidikan Kozier, B, dkk. 2010. Buku Ajar
Hasil penelitian ini diharapkan Fundamental Keperawatan :
menjadi tambahan refrensi bagi Konsep, proses, & Praktik (7th
mahasiswa dan pengajar dalam ed, 2nd vol). Jakarta: Buku
meningkatkan ilmu pengetahuan Kedokteran EGC.
tentang proses keperawatan pada
kasus fraktur femur.

7
Musliha.2010. Keperawatan Klasifikasi 2015-2017.
Gawatdarurat. Yogjakarta : Jakarta: EGC
Nuha Medika
Noor, Z. 2016. Buku Ajar Gangguan
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Muskuloskeletal. Jakarta :
keperawatan klien gangguan EGC
musculoskeletal. Jakarta :
EGC

Nanda Internasional, 2012. Diagnosa


Keperawatan : Definisi dan

Anda mungkin juga menyukai