Anda di halaman 1dari 5

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada


2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN POST OPERASI ORIF FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR
SINISTRA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN

Nita Silviana1, Dewi Suryandari, SKep., Ns., M.Kep 2

Mahasiswa1, Dosen 2, Program Studi Diploma Tiga Keperawatan, Fakultas Ilmu


Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email: nnitasilviana0206@gmail.com
ABSTRAK: Patah tulang dapat menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan
pada otot dan persendian, ruptur tendon, kerusakan jaringan saraf dan kerusakan
vaskuler serta pembedahan merupakan cara yang dilakukan untuk mengembalikan
fungsi gerak ekstremitas dan dampak yang terjadi akibat hal tersebut. tindakan
adalah rasa sakit. Nyeri akut masih dijumpai pada pasien fraktur non patologis
pascaoperasi yang mendapat analgesik ketorolac. Fraktur fremur adalah hilangnya
kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur fremur secara klinis bisa berupa fraktur
femur terbuka dan fraktur femur tertutup. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus
ini adalah satu orang pasien dengan fraktur femur dengan nyeri akut pada kaki
bagian paha. Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan
pada pasien post operasi fraktur femur dalam pemenuhan kebutuhan aman dan
nyaman dengan masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan
keperawatan terapi ROM (Range Of Motio) dilakukan selama 4 hari dengan waktu
20 menit dan 5 kali pengulangan dalam setiap gerakan dan dilakukan tindakan
pernapasan dalam dilakukan sebanyak 15 kali setiap 5 kali lakukan istirahat.
Rekomendasi tindakan terapi ROM dan pernapasan dalam dilakukan pada pasien
post operasi fraktur femur dengan nyeri akut.

Kata kunci : Terapi ROM (Range Of Motion) dan pernapasan dalam


Referensi : Jurnal Kedokteran Indonesia (2019), 4 (1): 46-53
PENDAHULUAN 46,2%. Kasus kecelakaan sebanyak
45.987 orang dengan kasus patah
Fraktur merupakan terganggu tulang anggota tubuh akibat
nya kesinambungan jaringan tulang kecelakaan, 19.629 orang patah
yang dapat disebabkan oleh trauma tulang femur, 14.027 orang patah
atau tenaga fisik (Huda, 2015). tulang kruris, 3.775 orang mengalami
Berdasarkan data World Health patah tulang tibia, 9702 orang
Organization (WHO) pada tahun mengalami patah tulang di tulang
2018 terdapat 5,6 juta orang kecil kaki dan 336 orang mengalami
meninggal dunia dan 1,3 juta orang patah tulang fibula. Dari total operasi
menderita patah tulang atau fraktur. di IGD untuk 29 diagnosis
Salah satu insiden fraktur tertutup ekstremitas bawah berupa tutupan
yang paling banyak terjadi karena batang tulang tibia, sedangkan
kecelakaan, insiden kecelakaan yang pembedahan di ruang operasi yang
memiliki prevelensi cukup tinggi berjumlah 1.275 bangunan pusat
salah satunya adalah insiden fraktur operasi terintegrasi atau (22%) dari
ekstermitas bawah dengan angka total pembedahan dari semua
prevelensi sebesar 40% dari insiden departemen bedah.
kecelakaan yang terjadi (WHO Fraktur fremur adalah hilangnya
2018). Fraktur merupakan suatu kontinuitas tulang paha, kondisi
kondisi yang menyebabkan fraktur fremur secara klinis bisa
terganggunya kontinuitas tulang dan berupa fraktur fremur terbuka yang
jaringan tulang rawan yang disertai adanya kerusakan jaringan
disebabkan oleh gaya, fraktur juga lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan
dapat menyebabkan kematian pembuluh darah) dan fraktur fremur
(Smeltzer dan Bare, 2013; American tertutup yang disebabkan oleh trauma
Academy Orthopedic Surgeons, langsung pada paha (Helmi, 2014 :
2013) 508). Intervensi yang dilakukan
Berdasarkan Riset Kesehatan ROM dan pernapasan dalam.
Dasar tahun 2018, seseorang yang Intervensi ROM yang dilakukan
mengalami kecelakaan sepeda motor perawat dalam hal pelaksanaan ROM
terus mengalami penigkatan. Jika Exercise dini menyebabkan pasien /
pada tahun 2013 sebesar (40,6%) responden menjadi lebih berani dan
sedagkan pada tahun 2018 sebesar tidak merasa khawatir akan terjadi
(72,7%). Kecelakaan lalu lintas hal-hal yang tidak diinginkan
menyebabkan fraktur sebanyak 5,5 (Muttaqin A, 2005), Latihan ROM
juta orang yang terdiri dari fraktur merupakan kegiatan yang penting
ekstermitas bawah sebanyak 67,9% pada periode post operasi guna
dan ftaktur ekstermitas atas 32,7% mengembalikan kemampuan
(RISKESDAS, 2018). aktivitas pasien untuk melakukan
Menurut Kementerian aktivitas spesifik dalam
Kesehatan Republik Indonesia / hubungannya dengan rutinitas
Kemenkes RI (2015), diantara kasus kehidupan sehari-hari seperti mandi,
patah tulang di Indonesia, patah berpakain, ketoilet dan lain-lain.
tulang ekstremitas memiliki Intervensi senam nafas dalam telah
prevalensi tertinggi diantara patah dilakukan di rumah sakit sebagai
tulang lainnya, yaitu di sekitar
salah satu teknik relaksasi untuk analgetik (ketorolac) bersama dengan
mengurangi intensitas nyeri pada kombinasi rentang gerak dan
semua kasus, karena senam nafas pernapasan terapiutik latihan lebih
dalam merupakan farmakologi besar dan lebih signifikan
terapeutik yang mendukung terapi dibandingkan pasien yang hanya
farmakologi secara sederhana, menerima terapi analgetik (
murah, praktis, dan tanpa efek ketorolac) Penelitian ini didukung
samping. merugikan (Potter dan oleh Hery, Tintin, Erna, (2019).
Perry, 2010). Peran perawat dalam pemberian
Efek kombinasi DBE dan ROM asuhan keperawatan pada pasien
akan meningkatkan kenyamanan dan fraktur diantaranya : edukator,
mengurangi intensitas nyeri post konsultan, konseling, pelindung,
operasi pada patah tulang. kolaborator, koordinator, sebagai
Mekanisme dalam mengurangi nyeri pembaharuan sehingga peran
dengan intervensi ROM pada pasien perawat sangat penting memberi
post ortopedi yaitu gangguan nyeri pengetahuan tentang mobilitas atau
sensorik yang berperan penting melakukan pergerakan pada pasien
dalam mengurangi nyeri dengan cara fraktur agar tidak mengalami
menghilangkan konsentrasi pasien kekakuan sendi, kecacatan fisik, serta
pada lokasi nyeri atau area memilihara mobilitas persendian
pembedahan, mengurangi aktivasi (Indriyaswari & Septiyani, 2017).
mediator kimiawi pada proses Berdasarkan latar belakang
inflamasi. yang meningkatkan diatas maka penulis tertarik untuk
respons nyeri dan meminimalkan melakukan studi kasus asuhan
transmisi nyeri saraf ke saraf pusat. keperawatan pada pasien post operasi
Nyeri post operasi dapat ORIF (Open Reduction Internal
menyebabkan stres yang Fixasi) yang akan dituangkan dalam
menyebabkan pelepasan hormon bentuk karya Tulis Ilmiah dengan
katekolamin dan steroid secara judul Asuhan Keperawatan pada
berlebihan. Hormon penyebab stres pasien post Operasi Fraktur Femur
ini dapat menyebabkan ketegangan dalam pemenuhan Kebutuhan
otot polos dan vasokonstriksi Aktivitas Dan Latihan.
pembuluh darah sehingga aliran
darah dan oksigen akan berkurang. METODE
Kombinasi ROM dan DBE Rancangan studi kasus ini
membantu mengurangi nyeri yang mengevaluasi skala nyeri pasien
dapat menurunkan hormon stres sebelum tindakan dan sesudah
dengan cara meningkatkan tindakan. Sebelum dilakukan
kandungan oksigen dan suplai darah tindakan non farmakologi subjek
ke jaringan Penelitian ini didukung dilakukan pengukuran skala nyeri,
oleh Hery, Tintin, Erna (2019). menggunakan skala VAS kemudian
Terapi kombinasi rentang gerak dilakukan intervensi gerakan ROM
dan pernapasan dalam bisa dan pernapasan dalam setelah itu
mengurangi nyeri pada pasien setelah kembali dilakukan pemgukuran
bedah ortopedi. Penurunan rasa sakit skala nyeri kembali. Keefektifan dari
pada pasien yang menerima terapi tindakan terapi gerakan ROM dan
pernapasan dalam tersebut dapat mengatakan nyeri sudah berkurang
dilihat dari penurunan skala nyeri setelah diberikan tindakan terapi
dari 5 menjadi 2 selama 4 hari. musik klasik, Obyektif Pasien
Pengambilan data dilakukan 25-28 nampak lebih rileks. pada jam 08.05
Februari 2021 Pengumpulan data WIB, memberikan terapi non
dilakukan dengan metode farmakologi untuk mengurangi nyeri
wawancara, observasi, pemeriksaan (Relaksasi Napas Dalam dan ROM),
fisik serta studi dokumentasi. Pada jam 08.00 WIB, mengobservasi
skala nyeri skala nyeri 4, pada jam
HASIL DAN PEMBAHASAN 09.00 memberikan terapi
Pada hari pertama tanggal 25 farmakologi untuk mengurangi nyeri.
februari 2021 penulis melakukan Pada tanggal 27 Februari 2021
tindakan pengkajian adalah jam 08.00 WIB, mengobservasi
mengidentifikasi lokasi. karakteristik tingkat nyeri, P: Mengeluh nyeri
durasi, kualitas, intensitas nyeri pada kaki kiri, Q: Nyeri seperti
respon subyektif pasien mengatakan tertusuk-tusuk, R: paha sebelah kiri,
bersedia Saat dilakukan pengkajian S: Skala nyeri 3, T: hilang timbul
didapatkan hasil P: Pasien (saat bergerak), Subyektif: pasien
mengatakan nyeri dibagian kaki kiri, mengatakan masih merasakan sedikit
Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri Obyektif Pasien Nampak lebih
Nyeri pada bagian paha kiri, S: Skala rilrks dan tenang. Pada jam 08:07
nyeri 5, T: Nyeri hilang timbul (saat memberikan terapi non non
bergerak) Obyektif : pasien mau farmakologi dilakukan untuk
untuk diajarkan tindakan Relaksasi mengurangi nyeri (relaksasi napas
napas dalam dan ROM untuk dalam dan ROM). Pada jam 08:30
menurunkan nyeri Pre tindakan mengobservasi skala nyeri, skala
pasien mengatakan skala nyeri 5. nyeri 3, pada jam 09.00 memberikan
post tindakan pasien mengatakan terapi farmakologi untuk mengurangi
skala nyeri masih sama yaitu 5, Pada nyeri.
jam 07.35 melakukan kontrak waktu Pada tanggal 28 Februari 2021
untuk dilakukan tindakan Relaksasi jam 08.00 WIB, mengobservasi
napas dalam dan ROM yang tingkat nyeri, P: Mengeluh nyeri
bertujuan untuk mengurangi rasa pada kaki kiri, Q: Nyeri seperti
nyeri Pada jam 07.35 WIB, pre tertusuk-tusuk, R: paha sebelah kiri,
tindakan pasien mengatakn skala S: Skala nyeri 2, T: hilang timbul
nyeri 5, Pada jam 08.00 (saat bergerak), Subyektif: pasien
mengobservasi skala nyeri, skala mengatakan masih merasakan sedikit
nyeri 5, Pada jam 09.00 memberikan nyeri Obyektif Pasien Nampak lebih
analgetik. rileks dan tenang. Pada jam 08:07
Pada tanggal 26 Februari 2021 memberikan terapi non non
jam 08.00 WIB, mengobservasi farmakologi dilakukan untuk
tingkat nyeri, P: Mengeluh nyeri mengurangi nyeri (Relaksasi Napas
pada kaki kiri, Q: Nyeri seperti Dalam dan ROM). Pada jam 08:30
tertusuk-tusuk, R: paha sebelah kiri, mengobservasi skala nyeri, skala
S: Skala nyeri 4, T: Terus menerus nyeri 2, pada jam 09.00 memberikan
(saat bergerak), Subyek: pasien
terapi farmakologi untuk mengurangi
nyeri.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus
dan pembahasan mengenai terapi
Relaksasi napas dalam dan ROM
terhadap pasien yang mengalami post
operasi fraktur femur, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terapi
Relaksasi napas dalam dan ROM
efektif untuk menurunkan nyeri dan
tekanan darah pasien post operasi
fraktur femur.

SARAN
Hasil studi kasus ini dapat
digunakan untuk pengembangan
ilmu keperawatan mengenai
intervensi non farmakologi berupa
Relaksasi napas dalam dan ROM
untuk menurunkan nyeri pada pasien
dengan post operasi fraktur femur.

DAFTAR PUSTAKA
Indriyaswari, & Septiyani. (2017).
Upaya penurunan nyeri pada
pasien post open reduction
internal fiksation fraktur ankel.
Retrived Mei 5, 2018,
from://jurnalpostoriffraktur.epr
ints.ums.ic.id
Potter, Perry. (2010). Fundamental
Of Nursing: Consep, Proses
and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC
Riskesda. (2018). Buletin jendela
data dan informasi kesehatan.
Rerived from
http://www.depkes.go.id//pusd
atin//buletin-fraktur
Smeltzer SC, Bare G, Hinkle JL,
Cheever KH (2013). Brunner
dan Suddarth Textbook of

Anda mungkin juga menyukai