Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST ORIF

FRAKTUR FEMUR DENGAN FOKUS STUDI NYERI AKUT


DI RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Putri Anugrah Wardani (2019)*


Email : anugrahputri462@gmail.com
Program Studi D III Keperawatan Semarang
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Dosen Pembimbing 1 : Sri Utami Dwiningsih, MNS.**
Dosen Pembimbing 2 : M. Syamsul Arif S. N, S.Kep, Ns, M.Kes.**

ABSTRAK

Latar Belakang: klien yang mengalami fraktur akan dilakukan pembedahan


terbuka atau yang dikenal dengan fiksasi internal atau ORIF, yang akan
mengimobilisasi fraktur, pembedahan terbuka ditujukan untuk memasukkan plat
dan screw atau pen. Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan insisi atau
sayatan pasti akan menyebabkan nyeri hebat yang di sebut nyeri post ORIF.
Penatalaksanaan nyeri akut post ORIF fraktur femur terdiri dari terapi musik dan
terapi analgetik. Kedua tindakan tersebut saling berkesinambungan dalam
menurunkan nyeri akut.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melakukan asuhan keperawatan nyeri
pada klien yang mengalami post ORIF fraktur femur di RSUD dr. Leokmono hadi
kudus.
Metode: Metode yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Sampling yang
digunakan sebanyak 2 responden dengan nyeri akut post ORIF fraktur femur hari
ke 2 dengan skala sedang – berat.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri akut
teratasi ditandai dengan penurunan skala nyeri yang dipengaruhi oleh pemberian
tindakan keperawatan terapi farmakologi dan didukung dengan tindakan
keperawatan non farmakologi (pemberian terapi musik).
Simpulan: Dari semua asuhan keperawatan yang sudah dilakukan pada klien post
ORIF dengan nyeri akut dihasilkan nyeri berkurang, tetapi pada saat pengkajian
ditemukan klien sudah diberikan analgesik sehingga disarankan saat pengkajian
dilihat lagi waktu paruh obat yang diberikan dan ditekankan juga pemberian terapi
musik dan pemberian analgesik.

Kata Kunci : Fraktur Femur, Nyeri Post Orif, Terapi Musik

Koresponden : anugrahputri462@gmail.com
*) Mahasiswa D III Keperawatan Semarang
**) Dosen Jurusan Keperawan Semarang
NURSING CARE IN POST ORIF CLIENTS
FEMUR FRACTURE WITH THE STUDY OF ACUTE PAIN
IN RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Putri Anugrah Wardani (2019)


Email: anugrahputri462@gmail.com
Nursing D III Study Program Semarang
Department of Nursing, Health, Polytechnic, Ministry of Health, Semarang
Supervisor 1: Sri Utami Dwiningsih, MNS.
Supervisor 2: M. Syamsul Arif S. N, S.Kep, Ns, M.Kes.

ABSTRACT

Background: a client who has a fracture will be open surgery or known as


internal fixation or ORIF, which will immobilize the fracture, open surgery is
intended to insert a plate and screw or pen. Every surgery is always associated
with an incision or incision that will definitely cause severe pain called ORIF post
pain. Management of acute post ORIF pain in the femur fracture consists of music
therapy and analgesic therapy. Both actions are mutually continuous in reducing
acute pain.
Objective: This study was conducted to carry out pain nursing care for clients
who experienced post ORIF femur fracture in RSUD dr. Leokmono Hadi is
kudus.
Method: The method used in nursing care is a descriptive method using a case
study approach. Sampling was used as many as 2 respondents with acute post
ORIF pain on the 2nd day with a moderate-heavy femur fracture on the second
day
Results: After doing nursing care for 3x24 hours the acute pain problem resolved
was marked by a decrease in the scale of pain that was influenced by giving
pharmacological therapy nursing actions and supported by non-pharmacological
nursing actions (giving music therapy).
Conclusion: Of all the nursing care that has been carried out on post ORIF clients
with acute pain resulting in reduced pain, but at the time of assessment it was
found that the client had been given analgesics so it was suggested when the study
was seen again the half-life of the drug given and emphasized the provision of
music therapy and analgesic.

Keywords: Femur Fracture, Post Orifice Pain, Music Therapy

Koresponden : anugrahputri462@gmail.com
*) Student of D III Nursing Program of Semarang
**) Lecturer Department of Nursing Semarang
PENDAHULUAN

Fraktur adalah hilangnya Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 di


kontinuitas tulang, tulang rawan, dapatkan insiden fraktur sekitar
baik yang bersifat total atau sebagian 2.700 orang mengalami insiden
(Muttaqin, 2008). Fraktur femur atau fraktur.
patah tulang paha adalah rusaknya Berdasarkan data dari RSUD Dr.
kontinuitas tulang pangkal paha yang Loekmono Hadi Kabupaten Kudus
disebabkan oleh trauma langsung, menurut data dari bagian rekam
kelelahan otot, dan kondisi tertentu medis jumlah pasien fraktur femur
seperti degenerasi tulang atau dari tahun 2016 hingga 2018 terus
osteoporosis (Muttaqin, 2008). mengalami peningkatan. Pada tahun
Badan kesehatan dunia (WHO) 2016 sebanyak 9 pasien, sedangkan
mencatat pada tahun 2015 penyebab pada tahun 2017 sebanyak 10 pasien,
utama fraktur adalah kecelakaan lalu dan terjadi peningkatan pada tahun
lintas yakni sebanyak 125 (57,87%). 2018 sebanyak 18 pasien.
Salah satu insiden yang memiliki Pada Fraktur femur salah satu
prevalensi cukup tinggi yakni insiden penanganan yang dilakukan adalah
fraktur ekstremitas bawah sekitar operasi dengan metode ORIF (open
46,2%. Penyebab yang berbeda dari reduction internal fixation). Metode
hasil survey tim KEMENKES pada ini biasanya dengan pembedahan
tahun 2013 menyebutkan bahwa terbuka yang akan mengimobilisasi
kejadian kecelakaan lalu lintas di fraktur dengan melakukan
indonesia mengalami peningkatan pembedahan untuk memasukkan
pada setiap tahunnya, didapatkan paku, sekrup atau pin kedalam
45% mengalami cacat fisik dan nyeri tempat fraktur untuk memfiksasi
post operasi, 25% penderita fraktur bagian-bagian tulang yang fraktur
mengalami kematian, 20% secara bersamaan. Setiap
mengalami stress psikologis, dan pembedahan selalu berhubungan
10% mengalami kesembuhan dengan dengan insisi yang merupakan
baik. Dari data Dinas Kesehatan trauma atau kekerasan bagi penderita
yang menimbulkan berbagai keluhan menjadi terapi yang dapat diartikan
dan gejala. Salah satu keluhan yang sebagai pengobatan. Di bidang
sering ditemukan adalah nyeri akut. kesehatan terapi musik dikenal
Nyeri akut adalah mekanisme sebagai complementary medicine
perlindungan bagi tubuh dalam hal yang banyak digunakan untuk
ini adalah sebagai kontrol atau alarm penyembuhan, menenangkan,
terhadap nyeri. Pada penderita post menyembuhkan kondisi fisik dan
ORIF fraktur femur, nyeri akut fisiologis pasien maupun tenaga
merupakan masalah yang paling kesehatan (suherman, 2010).
sering dijumpai. TUJUAN
Dampak nyeri akut jika tidak Menggambarkan Asuhan
ditangani adalah ketidaknyamanan Keperawatan nyeri pada pasien
yang menganggu, sehingga dapat dengan post ORIF Fraktur Femur
mempengaruhi sistem pulmonari, dengan Fokus Studi Nyeri akut
kardiovaskuler, gastrointestinal, yang terdiri dari pengkajian,
endokrin dan immunologik (Smeltzer diagnosa keperawatan, intervensi,
& Bare, 2013). implementasi keperawatan dan
Secara garis besar pengelolaaan evaluasi keperawatan.
nyeri akut post ORIF fraktur femur MANFAAT
ada dua yaitu manajemen Bagi Institusi Pendidikan
farmakologi dan manajamen non Sebagai bahan masukan untuk
farmakologi. Penatalaksanaan nyeri pengajaran pada asuhan
non farmakologi mempunyai resiko keperawatan nyeri khususnya pada
yang sangat rendah. Salah satunya pasien post ORIF fraktur femur
adalah tindakan pemberian terapi dengan Fokus Studi Nyeri Akut.
musik, yang dapat menurunkan nyeri Bagi Rumah Sakit
dengan mengalihkan perhatian Karya tulis ini diharapkan dapat
seseorang dari nyeri. Terapi musik digunakan sebagai asuhan dalam
merupakan intervensi non invasif melakukan asuhan keperawatan
yang dapat digunakan untuk khususnya bagi klien dengan post
mempertahankan dan menenangkan
ORIF fraktur femur dengan Fokus dengan kriteria subyek: Klien post
Studi Nyeri Akut. orif fraktur femur yang mengalami
Bagi Profesi Keperawatan nyeri akut yang dirawat di RSUD Dr
Dari hasil penelitian ini diharapkan Loekmono Hadi Kudus, Klien post
memberikan informasi dibidang orif fraktur femur yang mengalami
keperawatan tentang asuhan nyeri dengan skala sedang – berat,
keperawatan nyeri khususnya pada Klien yang tidak terdapat adanya
pasien post ORIF fraktur femur gangguan komunikasi, Klien dan
dengan Fokus Studi Nyeri Akut. keluarga setuju sebagai subyek
BAHAN DAN METODE penulisan.
Penulisan ini menggunakan jenis Pelaksanaan asuhan keperawatan
penulisan deskriptif dengan pada klien post ORIF fraktur femur
menggunakan pendekatan studi dengan fokus studi nyeri akut
kasus yang bertujuan untuk dilakukan di RSUD Dr, Loekmono
mengetahui pengaruh pemberian Hadi Kabupaten Kudus selama 3x24
terapi musik pada klien post orif jam, pada klien I dilakukan mulai
fraktur femur dengan nyeri akut post tanggal 10-12 maret 2019 sedangkan
orif. Dengan pengamatan sebelum pada klien II tanggal 14 – 16 Maret
dan sesudah dilakukannya pemberian 2019.
terapi musik. Studi kasus adalah Adapun teknik yang digunakan
penulisan yang dilakukan dengan adalah wawancara, observasi
meneliti suatu permasalahan melalui langsung, pemeriksaan fisik, studi
suatu kasus dari dua klien yang dokumentasi dan data penunjang
berbeda dan membandingkan hasil dengan menggunkan format asuhan
dari pemberian terapi musik yang keperawatan, alat kesehatan, alat
diberikan kepada kedua klien. terapi musik, lembar skala NRS.
Subyek dalam penulisan ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah dua orang klien yang A. Pengkajian Keperawatan
mengalami nyeri akut post orif pada Didapatkan hasil pengkajian
klien post orif fraktur femur di klien I (Ny. M), berumur 28
RSUD Dr Loekmono Hadi Kudus tahun, berjenis kelamin
perempuan, dengan medis fraktur nyeri numerical rating scale
femur sinistra dan klien II (Tn. I), (NRS), Klien I dan II berada pada
berumur 18 tahun, berjenis kriteria nyeri berat. Pada skala
kelamin laki-laki dengan medis nyeri ditemukan persamaan,
fraktur femur dextra. Keluhan Secara umum pria dan wanita
utama pada klien I nyeri pada area tidak berbeda secara bermakna
luka post ORIF di femur kiri, dan atau signifikan dalam berespon
klien II nyeri pada area luka post terhadap nyeri. Akan tetapi,
ORIF di femur kanan. Hal ini toleransi terhadap nyeri dipenga-
karena nyeri pasca bedah ORIF ruhi oleh faktor-faktor biokimia
merupakan sensasi yang tidak dan merupakan hal yang unik
menyenangkan yang dihasilkan pada setiap individu, tanpa
dari prosedur bedah ORIF dimana memperhatikan jenis kelamin
dilakukam pemasangan plat dan (Tamsuri, 2012). Pada pengkajia
screw untuk reduksi dan fiksasi keperawatan sekarang pada klien I
fraktur (Budi,2012). Pada didapatkan data penyebab Ny. M
pemeriksaan fisik PQRST klien I mengalami fraktur femur adalah
mengatakan nyeri pada area luka karena kecelakaan lalu lintas
post ORIF di femur kiri, Nyeri sedangkan pada klien II penyebab
bertambah saat femur bergerak Tn, I karena terjatuh dari tangga.
dan nyeri hilang saat femur Dari pengkajian tersebut diperoleh
kirinya tidak bergerak, Nyeri yang data bahwa penyebab fraktur
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, femur berbeda tetapi dilakukan
skala nyerinya 7 dan pada klien II penatalaksanaan yang sama yaitu
mengatakan nyeri pada area luka pembedahan ORIF untuk imo-
post ORIF di femur kanan, Nyeri bilisasi. Hal tersebut sesuai
bertambah saat femur bergerak dengan pernyataan Smeltzer
dan nyeri hilang saat femur (2008) bahwa tujuan dilaku-
kanannya tidak bergerak, Nyeri kannya ORIF adalah untuk imo-
yang dirasakan seperti teriris-iris, bilisasi dan memperbaiki fungsi
skala nyerinya 7. Menurut skala
dengan memperbaiki gerakan dan Tujuan dari pengkajian ini adalah
stabilitas. untuk mendapatkan data yang
B. Diagnosa Keperawatan objektif dari pengalaman klien
Berdasarkan data batasan yang subjektif (Mubarak, 2008).
karakteristik yang ditemukan pada Monitor tanda vital, Adanya
pengkajian maka fokus diagnosa peningkatan vital sign (tekanan
keperawatan diambil sesuai darah, RR (respirasi rate), nadi,
NANDA (2015) yaitu nyeri akut saturasi oksigen) merupakan salah
b.d agen cidera fisik efek (trauma satu manifetasi klinis dari nyeri
luka operasi). (Kneale, 2011) (Herdman 2015). Mengobservasi
menyatakan bahwa Nyeri akut reaksi non verbal, salah satu
adalah mekanisme perlindungan manifestasi klinis dari nyeri
bagi tubuh dalam hal ini adalah adalah adanya respon non verbal
sebagai kontrol atau alarm dari klien seperti klien tampak
terhadap nyeri. gelisah, ekspresi wajah Nursing
C. Perencanaan Keperawatan interventions clasiffication (NIC,
Perencanaan tindakan kepera- 2015). Mengajarkan tentang
watan pada kasus klien I dan II ini teknik non farmakologi dalam
didasarkan pada masalah kepera- menangani nyeri berupa pembe-
watan nyeri akut yaitu setelah rian terapi musik, Terapi musik
dilakukan asuhan keperawatan adalah suatu proses terencana
selama 3x24 jam klien dapat yang bersifat preventif dalam
mengontrol nyeri menggunakan usaha penyembuhan terhadap pen-
teknik non farmakologi, melapor- derita yang mengalami kelainan
kan nyeri berkurang atau teratasi, atau hambatan dalam penyembu-
dapat diatasi dengan manajemen han, baik fisik motorik, sosial
nyeri, mampu mengenali nyeri, emosional maupun mental inte-
skala nyeri berkurang, vital sign legensi (Suryana, 2012). Perawa-
dalam rentang normal. tan luka post operasi, Sesuai
Tindakan yang di ambil adalah dengan teori Saiffudin (2009)
lakukan monitor nyeri (PQRST). bahwa perawatan luka dengan
prinsip steril dapat menghan- sign untuk mengetahui adanya
curkan mikroorganisme. Kolabo- perubahan parameter fisiologis
rasi berupa farmakologi yaitu berupa tekanan darah, frekue-
pemberian obat analgetik (keto- nsi nadi dan frekuensi perna-
rolac 30 mg), Ketorolac meru- fasan, saturasi oksigen (Herd-
pakan obat golongan NSAID non- man 2015).
narkotik yang umumnya menghi- 3. Mengobservasi reaksi non
langkan nyeri seperti nyeri pasca verbal pada klien I dan II.
bedah ringan sampai sedang yang Untuk mengetahui reaksi non
menghambat respons selular verbal dan ketidaknyamanan
selama inflamasi sehingga mengu- seperti klien tampak gelisah,
rangi transmisi dan persepsi ekspresi wajah meringis
stimulus terhadap nyeri (Mutta- kesakitan, klien sulit tidur
qin, 2008). (NIC) (2015).
D. Implementasi Keperawatan 4. Memberikan teknik non
Penulis melakukan implemen- farmakologi (pemberian terapi
tasi pada klien I dan II berdasar- musik). Pemberian terapi
kan intervensi yang telah diru- musik dipercaya dapat menu-
muskan yang bertujuan untuk runkan nyeri dengan meri-
mengurangi, mengatasi dan me- lekskan ketegangan otot yang
mulihkan kesehatan klien. menunjang nyeri (Suryana,
1. Memonitor nyeri secara 2012).
komprehensif, pengkajian nyeri 5. Melakukan perawatan luka
PQRST pada klien I dan II. post operasi untuk memper-
Tujuan dari pengkajian ini cepat proses penyembuhan
adalah untuk mendapatkan data luka dan mencegah supaya
yang objektif dari pengalaman tidak terjadi infeksi pada luka
klien yang subjektif (Mubarak, dengan prinsip steril karena
2008). steril membantu mencegah
2. Memonitor vital sign pada kontaminasi (Saiffudin, 2009)
klien I dan II. Pengukuran vital
6. Memberikan terapi injeksi IV Tabel 3.1. Hasil skala nyeri pada
ketorolac 30 mg. Ketorolac klien I dan Klien II
merupakan obat golongan selama 3 hari setelah
NSAID non-narkotik yang diberi asuhan kepe-
umumnya menghilangkan rawatan
nyeri, seperti nyeri pasca Klien Skala Nyeri Hari Ke
bedah ringan sampai sedang I II III
yang menghambat respons Klien I 7 5 3
selular selama inflamasi se-
hingga mengurangi transmisi Klien II 7 4 2
dan persepsi stimulus terhadap
Terjadinya skala nyeri yang
nyeri (Muttaqin, 2008).
berkurang pada kedua klien
E. Evaluasi Keperawatan
dipengarungi oleh terapi musik,
Hasil evaluasi klien I dan II
perawatan luka dan terapi
selama 3 hari pengelolaan terha-
farmakologi. Ketiga tindakan
dap nyeri akut klien dengan
keperawatan yang diberikan
teknik non farmakologi (pem-
mempercepat proses penyem-
berian terapi musik), perawatan
buhan. . Efek musik pada sistem
luka post operasi, dan terapi
neuroendokrin adalah melalui
injeksi IV ketorolac 30 mg.
keseimbangan tubuh melalui
Terdapat hasil skala nyeri yang
sekresi hormon-hormon oleh zat
berkurang pada kedua klien.
kimia kedalam darah seperti
ekskresi endrofhin yang berguna
dalam menurunkan nyeri (Tuner,
2010).
SIMPULAN DAN SARAN 4. Implementasi keperawatan
A. Simpulan pada klien I dan II yang
1. Hasil pengkajian yang sudah diberikan sesuai dengan ren-
di lakukan pada klien I dan II cana keperawatan yang sudah
didapatkan bahwa pada dirumuskan dari semua tin-
pengkajian nyeri serta tanda dakan yang diberikan dilihat
dan gejala pada kedua klien dan dicatat respon dari klien
masuk dalam batasan karak- untuk melihat hasil perubahan
teristik klien fraktur femur dari tindakan yang diberikan
dengan nyeri akut dengan apakah sudah sesuai dengan
hasil pengkajian didapatkan batasan karakteristik yang
persamaan skala nyeri. sudah dirumuskan.
2. Masalah keperawatan yang 5. Evaluasi untuk klien I dan II
muncul dari klien I dan II yaitu didapatkan penurunan skala
nyeri akut b.d agen cidera fisik nyeri. klien I berkurang dari
efek (trauma luka operasi) skala 7 menjadi skala 3 se-
yang dirumuskan dari hasil dangkan pada klien II juga
analisis masalah. menunjukan skala nyeri yang
3. Intervensi atau rencana berkurang dari skala 7
keperawatan selama 3x24 jam menjadi 2.
yang diberikan berupa peng- B. Saran
kajian nyeri secara kompre- 1. Praktisi Keperawatan
hensif (PQRST), Mengobser- Bagi praktisi keperawatan
vasi vital sign, Mengobservasi yang menangani klien dengan
reaksi non verbal, memberikan post ORIF, penatalaksanaan
teknik non farmakologi (pem- post ORIF fraktur femur
berian terapi musik), mela- dengan skala sedang-berat
kukan perawatan luka dan yang ditekankan adalah kola-
kolaborasi dengan tim medis borasi pemberian anelgesik,
dalam pemberian analgesik. perawatan luka dan menga-
jarkan tindakan non farma-
kologi berupa pemberian Asmadi, 2008. Teknik prosedural
terapi musik. keperawatan konsep dan
2. Bagi Keluarga aplikasi kebutuhan dasar klien,
Dalam upaya membantu Salemba Medika, Jakarta.
proses perawatan terhadap
Black, J.M & Hawks, J.M (2009).
klien diharapkan keluarga
Medical-surgical narsing.
dapat membantu dalam mela-
Clinical management for
kukan tindakan non farma-
positive outcomes. (8th Ed). St
kologi pemberian terapi mu-
louis. Missouri. Elseviet
sik.
saundets.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Bagi penulis selanjutnya, Bulechek, Butcher Dan Dochterman,
diharapkan dapat sebagai ba- (2013). Nursing intervensi
han yang dapat digunakan clasification (NIC) : 5th,
untuk pengembangan pene- edition. Musby Elsevier
litian selanjutnya, dan pada
Budi S, Martyarini. (2012).
saat pengkajian tolong diper-
Pengaruh penggunaan permai-
hatikan tentang waktu paruh
nan elektronik terhadap nyeri
obat yang diberikan.
saat prosedur perawatan luka
DAFTAR PUSTAKA
pada pasien bedah ORIF di
Abd. Wahid. (2013). Buku ajar
RSUD Purbalingga. Tesis.
asuhan keperawatan pada
Depok: Fakultas ilmu
klien dengan gangguan musku-
keperawatan universitas
loskeletal. Jakarta : EGC
indonesia.
Alan yanuar (2015). Pengaruh terapi
Brunner & Suddarth. (2008). Buku
musik klasik terhadap inten-
ajar keperawatan medikal
sitas nyeri pasien post operasi
bedah. edisi 8 vol.3. EGC.
fraktur di rsu pku
Jakarta
muhammadiyah yogyakarta.
STIKES „Aisyiyah Yogyakarta Corwin, (2009). Buku saku pathways
dan patofisiologis. Terjemahan
oleh nike budhi subekti. 2009. ortopedi. Jakarta : Salemba
Jakarta : EGC medika

Corwin, (2009); Brunner & Herdman, T.H & Katmisuru, S.


Suddarth. (2008) buku ajar Diagnosis keperawatan :
keperawatan medikal bedah. Definisi & klasifikasi 2015-
edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta 2017 ed.10. ahli bahasa budi
anna keliat. dkk0. (2015).
Craven, R,F., Hirnle, C.J. (2009).
Jakarta : EGC
Fundamentals of nursing:
Human health and fuction (6th Jitowiyono, (2012). Asuhan

ed). Philadelphia: Woltetrs keperawatan edisi 2. nuha medika

Kluwer Health-Lippincont yogyakarta

Williams And Wilkins. Kneale, J.D (ed), (2011).

Depkes RI (2012). Laporan riset Keperawatan ortopedik dan

kesehatan dasar. Jakarta : trauma. ed ke-2. Jakarta : EGC

Badan penelitian dan pengem- Konzier, Barbara. (2010). Buku


bangan kesehatan kementrian ajaran fundamental
kesehatan RI. keperawatan konsep, proses

Jitowiyono, (2012). Asuhan kepera- dan praktik. edisi 7. volume 1.

watan post operasi pende- Alih bahasa: Pemilih Eko

katan, NIC, NOC, cetakan karyuni et al. editor dwi

kedua. yogyakarta. nuha widiarti. Jakarta: egc

medika. Krebs, Corey & Wenberger, (2008).’

Guyton, A & Hall, J.E. (2008). Buku Accuracy of the pain numeric

ajar fisiologis kedokterran. EGC. ratting scale as a screening test

Jakarta in primary care’, jurnal of


general internal medicine vol
Helmi , Z.N. (2012). Buku saku 22.
kedaruratan di bidang bedah
Kusumadewi, Juwita. (2012). Muttaqin, A. (2008). Buku ajar
Hubungan pemberian lidokain asuhan keperawatan pada
intravena 1,5 mg/kg/jam klien dengan gangguan
terhadap perubahan laju muskuloskeletal. Jakarta : EGC
denyut jantung pasca
Muttaqin, A. (2008). Buku ajar
laparatomi.
asuhan keperawatan pada
laporan hasil karya tulis
klien dengan gangguan,
ilmiah. fakultas kedokteran.
muskoloskeletal.jakarta:EGC,d
Universitas diponegoro.
alam
Lukman, (2013). Asuhan (http://asuhankeperawatan05.bl
keperawatan pada klien ogspot.com/2014/01/pengkajia
dengan gangguan sistem n-keperawatan-fraktur.html)
muskoloskeletal. Jakarta : diakses tanggal 29 Agustus
Salemba medika. 2018

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Nanda, Diagnosa keperawatan


Swanson E, (2013). Nursing (2015-2017), edisi 10
outcome classification (NOC),
Nanda. NIC-NOC , (2015) , jilid 2
measurement of health
outcomes 2013, MOSBY, Notoatmodjo, 2010. Metodelogi
elsevier, 2013 penelitian kesehatan, Jakarta: PT
Rineka cipta.
Mubarak. (2008). Buku ajar
kebutuhan dasar manusin : Pusat riset terapi musik dan
Teori & aplikasi dalam praktik. gelombang otak indonesia.
Jakarta : EGC (2011). mengenal terapi musik.
http://www.terapimusik.com/te
Musbikin, I. (2009). Kehebatan
rapi_musik.htm. diakses
musik mengasah kecerdasan
tanggal 7 november 2018.
anak. Yogjakarta : Power
books EGC. Ranirahayu. (2015). Tindakan
pemasangan ORIF dalam
(http://faridagustina.blogspot.c Tamsuri, A. (2012). Konsep &
om/2016/10/fraktur-dan- penatalaksanaan nyeri, EGC, Jakarta
orif.html) diakses pada tanggal
Trauna, Yuda. (2008). Stres,
6 november 2018
hipertensi dan terapi musik
Rendy, M Clevo. (2012). Asuhan dalam
keperawatan medikal bedah (http://www.tanyadokter.com)
dan penyakit dalam. Jakarta : diakses tanggal 28 agustus
Nuha medika 2018

Saiffudin. (2009). Panduan Triono, Murinto (2015) “Aplikasi


pencegahan infeksi untuk pengelolaan citra untuk
fasilitas pelayanan kesehatan mendeteksi fraktur tulang
dengan sumber daya terbatas. dengan metode deteksi tepi
Jakarta: Yayasan bina pustaka canny” jurnal informatika,
sarwono prawirohardjo. vol.9.no 2 juli 2015

Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. Tuner, W.A. (2010). Musik


(2010). Buku ajar ilmuh bedah, terapy.org.
edisi 2. EGC : Jakarta
WHO, (2011-2012). Data/ informasi
Smeltzer, G.B. (2008). Keperawatan penyakit fraktur, EGC, Jakarta.
medikal bedah. Brunner &
suddart, edisi 8. Oleh
kuncara,H.Y, dkk. 2008.
Jakarta : EGC

Suryana, D. (2012). Terapi musik.


Ebook :
www.books.google.co.id
diakses tanggal 7 November
2018

Anda mungkin juga menyukai