Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang akibat dari adanya benturan

atau trauma tumpul dari objek tertentu (Wartatmo, 2013). Fraktur adalah patah

tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari

tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Wijaya

& Putri, 2013). Fraktur ekstremitas bawah merupakan hilangnya kontinuitas

tulang pelvis, femur, tibia, fibula, dan jari-jari kaki (Helmi, 2013).

Menurut World Health Organization/ WHO (2013), menyebutkan bahwa

1,24` juta korban meninggal tiap tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan

lalu lintas dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Tahun 2018, di Indonesia tercatat angka kejadian

fraktur sebanyak 5,5%, bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak adalah

ekstremitas bagian bawah (67%), ekstremitas bagian atas (32%), cedera kepala

(11,9%), cedera punggung (6,5%), cedera dada (2,6%), dan cedera perut (2,2%)

(RISKESDAS, 2018). Sedangkan berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2018 Provinsi Aceh,

proporsi jenis cedera fraktur sebanyak 7,8%, sedangkan proporsi bagian tubuh

yang cedera anggota gerak atas 38,2% dan anggota gerak bawah 62,6%

(RISKESDAS, 2018). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di

1
2

RSUD Meuraxa Banda Aceh, didapatkan hasil pada tahun 2020 tercatat kejadian

fraktur sebanyak 469 orang dan fraktur ekstremitas bawah sebanyak 196 orang.

Salah satu penanganan pada pasien fraktur ekstremitas dapat dilakukan

secara konservatif dan operatif. Tindakan konservatif dapat berupa reposisi,

pemasangan gips dan imobilisasi. Tindakan operatif adalah dengan pemasangan

plate and screw bertujuan untuk meminimalkan hal yang tidak diinginkan pada

pasien fraktur. Indikasi tindakan operatif pada pasien fraktur diantaranya yaitu

fraktur disertai cedera vaskuler dan fraktur terbuka (Brunner & Suddarth, 2002).

Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur

meliputi reduksi terbuka dan fiksasi interna (open reduction and internal fixation/

ORIF). ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu

pada operasi terbuka untuk mengatur tulang kembali pada posisi anatominya.

Fiksasi internal mengacu pada fiksasi Plate and Screw untuk memfasilitasi

penyembuhan (Brunner & Suddarth, 2010).

Dampak dari pembedahan fraktur secara fisiologi, pasien akan merasakan

nyeri yang berat dikarenakan trauma skeletal dan pembedahan yang dilakukan

pada otot, tulang, ataupun sendi. Nyeri menyebabkan pasien merasa takut untuk

melakukan mobilisasi yang dapat mengakibatkan trombosis vena profunda

(Brunner & Suddarth, 2002). Selain nyeri, dampak fisiologi lainnya yang sering

muncul seperti edema/ bengkak, imobilisasi, keterbatasan gerak sendi, penurunan

kekuatan otot, pemendekan ekstremitas, perubahan warna, serta penurunan

kemampuan untuk mobilisasi karena luka bekas operasi dan luka bekas trauma

(Suratun, 2008).
3

Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi post operasi dengan cara

perawatan luka, mempertahankan sterilisasi, pengobatan, nutrisi, mobilisasi dini

(Nugroho, 2012). Mobilisasi dini adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan untuk membantu pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

sedini mungkin untuk berjalan (Dewi, 2010). Pentingnya melakukan mobilisasi

dini yaitu untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah terjadinya masalah/ komplikasi

setelah operasi serta mempercepat proses pemulihan pasien (Keehan, 2014).

Latihan mobilisasi dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu

penurunan nyeri bertujuan untuk merangsang peristaltik, mempercepat proses

penyembuhan luka (Maryunani, 2014).

Pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas

Bawah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kozier et al. (2010), antara

lain: kondisi kesehatan pasien, emosi, gaya hidup, dukungan sosial, pengetahuan.

Kondisi kesehatan pasien merupakan perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi

sistem muskuloskletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Emosi merupakan

kondisi psikologis yan dapat merubah perilaku seseorang sehingga dapat meningkatkan

kemampuan mobilisasi dini dengan baik. Gaya hidup merupakan suatu kebiasaan

seseorang dalam melakukan aktivitas pada saat sakit maupun sebelum sakit. Dukungan

sosial merupakan keluarga dan perawat yang mendampingi pasien dalam memberi

motivasi untuk melakukan mobilisasi. Pengetahuan merupakan suatu hal yang dapat

mempengaruhi informasi pasien dalam pelaksanaan mobilisasi dini dan dapat

mengurangi ketakutan pasien dalam melakukan mobilisasi.

Penelitian oleh Giat, dkk (2020), berjudul “Analisis faktor-faktor yang


4

mempengaruhi ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur femur. Didapatkan 3 faktor

yang berpengaruh secara signifikan yaitu faktor Hb dengan nilai p value = 0,014, faktor

nyeri p value =0,002 dan faktor lokasi fraktur memiliki nilai p= 0.023. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan Hernawilly di Rumah Sakit Bandar Lampung Tahun

2012 didapatkan data pasien rawatan yang telah melakukan tindakan pembedahan

belum melaksanakan mobilisasi dini setelah operasi disebabkan adanya beberapa

keluhan diantaranya, takut untuk bergerak jika bergerak akan menambah rasa sakit,

merasakan sakit dan mengatakan tidak mempunyai keluarga untuk melakukan

pergerakan. Komplikasi yang terjadi akibat keterlambatan dalam melakukan

mobilisasi dini yaitu nyeri yang masih dirasakan.

Penatalaksanaan mobilisasi dini apabila tidak dilakukan dapat menyebabkan

gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat, dan peningkatan intensitas nyeri.

Disamping itu akan memperlama masa rawatan dan proses penyembuhan luka bahkan

mengalami gangguan fisiologi. Mobilisasi dini berperan penting dalam mengurangi rasa

nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi klien pada lokasi nyeri, mengurangi

aktivitas mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri

serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat (Potter & Perry, 2010).

Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor

yang berhubungan dengan Mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur

Ekstremitas Bawah di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2021”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi


5

masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan

dengan mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di

Ruang Rawat Bedah RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2021?.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mobilisasi

dini pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD

Meuraxa Banda Aceh Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan faktor kondisi kesehatan dengan

mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.

b. Untuk mengetahui hubungan faktor gaya hidup dengan mobilisasi dini

pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.

c. Untuk mengetahui hubungan faktor dukungan sosial dengan mobilisasi

dini pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.

d. Untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan dengan mobilisasi dini

pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman serta menambah wawasan pengetahuan

tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan mobilisasi dini pada


6

pasien Post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah informasi dan data untuk meningkatkan

proses pembelajaran terutama dalam mobilisasi pasien post operasi Fraktur

Ekstremitas Bawah. Sebagai sumber pustaka tentang penelitian mobilisasi

dini pada pasien post operasi.

3. Bagi Rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan

masukan bagi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pasien post

operasi Fraktur Ekstremitas Bawah dan memberikan pelayanan yang lebih

baik, menentukam suatu tindakan yang tepat untuk meningkatkan

aktivitas/ pergerakan post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah, sehingga

meningkatkan kualitas perawatan dan tingkat penyembuhan yang lebih

cepat.
7

1.5. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Tahun Judul Variabel Metode


Penelitian Penelitian
1 Penelitian yang 2020 Nyeri pada Mobilisasi Desain
dilakukan oleh pasien post op Dini, Nyeri, penelitian
Juli Andri, Dkk. Fraktur post Fraktur yang
Di RSUD Dr. M. Ekstremitas Ekstremitas digunakan
Yunus Bengkulu. bawah dengan Bawah dalam
pelaksanaan penelitian ini
mobilisasi dini. adalah desain
cross
sectional.
2 Penelitian yang 2018 Hubungan Fraktur Penelitian
dilakukan oleh tingkat femur, ini dengan
Nurul, Riana., kecemasan Kecemasan, rancangan
iza,. dkk. Di RS dengan Mobilisasi penelitian
Ortopedi Prof. pelaksanaan dini. deskriptif
Dr. R Soeharso mobilisasi dini korelasi
Surakarta. pada pasien post dengan
operatif fraktur pendekatan
femur cross
sectional
3 Penelitian yang 2020 Analisis Faktor- Ambulasi Penelitian ini
dilakukan oleh Faktor yang dini, fraktur dengan
Giat Wantoro, mempengaruhi femur, post rancangan
dkk. Di RSU Ambulasi Dini ORIF penelitian
Siaga Medika Post ORIF pada cross-
Banyumas. Pasien Fraktur sectional
Femur dengan
pendekatan
retrospektif.

Anda mungkin juga menyukai