PENDAHULUAN
atau trauma tumpul dari objek tertentu (Wartatmo, 2013). Fraktur adalah patah
tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Wijaya
tulang pelvis, femur, tibia, fibula, dan jari-jari kaki (Helmi, 2013).
1,24` juta korban meninggal tiap tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan
lalu lintas dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.
fraktur sebanyak 5,5%, bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak adalah
ekstremitas bagian bawah (67%), ekstremitas bagian atas (32%), cedera kepala
(11,9%), cedera punggung (6,5%), cedera dada (2,6%), dan cedera perut (2,2%)
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2018 Provinsi Aceh,
proporsi jenis cedera fraktur sebanyak 7,8%, sedangkan proporsi bagian tubuh
yang cedera anggota gerak atas 38,2% dan anggota gerak bawah 62,6%
1
2
RSUD Meuraxa Banda Aceh, didapatkan hasil pada tahun 2020 tercatat kejadian
fraktur sebanyak 469 orang dan fraktur ekstremitas bawah sebanyak 196 orang.
plate and screw bertujuan untuk meminimalkan hal yang tidak diinginkan pada
pasien fraktur. Indikasi tindakan operatif pada pasien fraktur diantaranya yaitu
fraktur disertai cedera vaskuler dan fraktur terbuka (Brunner & Suddarth, 2002).
meliputi reduksi terbuka dan fiksasi interna (open reduction and internal fixation/
ORIF). ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu
pada operasi terbuka untuk mengatur tulang kembali pada posisi anatominya.
Fiksasi internal mengacu pada fiksasi Plate and Screw untuk memfasilitasi
nyeri yang berat dikarenakan trauma skeletal dan pembedahan yang dilakukan
pada otot, tulang, ataupun sendi. Nyeri menyebabkan pasien merasa takut untuk
(Brunner & Suddarth, 2002). Selain nyeri, dampak fisiologi lainnya yang sering
kemampuan untuk mobilisasi karena luka bekas operasi dan luka bekas trauma
(Suratun, 2008).
3
(Nugroho, 2012). Mobilisasi dini adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk membantu pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
Bawah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kozier et al. (2010), antara
lain: kondisi kesehatan pasien, emosi, gaya hidup, dukungan sosial, pengetahuan.
sistem muskuloskletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Emosi merupakan
kondisi psikologis yan dapat merubah perilaku seseorang sehingga dapat meningkatkan
kemampuan mobilisasi dini dengan baik. Gaya hidup merupakan suatu kebiasaan
seseorang dalam melakukan aktivitas pada saat sakit maupun sebelum sakit. Dukungan
sosial merupakan keluarga dan perawat yang mendampingi pasien dalam memberi
motivasi untuk melakukan mobilisasi. Pengetahuan merupakan suatu hal yang dapat
mempengaruhi ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur femur. Didapatkan 3 faktor
yang berpengaruh secara signifikan yaitu faktor Hb dengan nilai p value = 0,014, faktor
nyeri p value =0,002 dan faktor lokasi fraktur memiliki nilai p= 0.023. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Hernawilly di Rumah Sakit Bandar Lampung Tahun
2012 didapatkan data pasien rawatan yang telah melakukan tindakan pembedahan
keluhan diantaranya, takut untuk bergerak jika bergerak akan menambah rasa sakit,
gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat, dan peningkatan intensitas nyeri.
Disamping itu akan memperlama masa rawatan dan proses penyembuhan luka bahkan
mengalami gangguan fisiologi. Mobilisasi dini berperan penting dalam mengurangi rasa
nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi klien pada lokasi nyeri, mengurangi
aktivitas mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri
serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat (Potter & Perry, 2010).
yang berhubungan dengan Mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur
dengan mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Peneliti
cepat.
7