Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN POST OPERASI ORIF


FRAKTUR METATARSAL DEXTRA HARI KE 2 DI RUANG KANA RSUP
DR.HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH


Dajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :
Alya via rindhoni
Nim : 232021020019

PROGRAM STUDI D3- KEPERAWATN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUMAMMADIYAH KUDUS 2024

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fraktur telah menjadi masalah umum di pusat kesehatan di seluruh dunia dan
bertanggung jawab atas morbiditas dan monalitas yang tinggi di negara maju dan berkembang
(Geulis, 2013). Fraktur adalah gangguan pada kontnutas struktur tulang. Patahnya tulang atau
struktur jaringan tulang rawan yang terus menara biasanya disebabkan oleh trauma langsung
atau tidak langsung (Manurung, 2018).

Menurut World Health Organization 5.6 ja orang meninggal akibat Kecelakaan lau
lintas pada 2017-2018. Sebanyak 1.3 juta orang mengalami patah tulang sikkat kecelakaan
lalu lintas dengan angka patah tulang 5,5% di Indonesia (WHO, 2018)ách tulang yang paling
sering terjadi pada kaks yang mengalami kekaan motor dan melibatkan bagian metatarsal
sebesar 49.1%, prevalensi cedera ekstremitas bawah memiliki prevalensi culuitinggi sebesar
64.5% di Yogyakarta (Riskesdas, 2018). Patah tulang kaki adalah salah satu jenis trauma yang
paling umum ditangani sieh ahli ortopedi. Statutik menunjukkan bahwa kejadian patah tulang
meningkat secara signifikan, terutama di era industri saat int. Wilson stah menunjukkan dalam
pensitilannya bahwa 5% pasien kecelakaan kendaraan bermotor melibatkan cedera kaki
(Marshall, 2018). Pada pasien post op fraktur metatarsal akan mengakibatkan seseorang akan
mengalami nyeri akut, hipotermi, resiko jatuh. Kerusakan integritas kulit yang bisa
menimbulkan infeksi, dapat mengganggu aktifitas pasien terutama dalam hal pemenuhan
kebutuhan dasar pasien, dan jika nyeri akut tidak segera diredakan akan mengakibatkan
pasien mengalami gangguan mobilitas fisik, hipotermi jika tidak ditangani dengan tepat akan
menyebabkan pasien mengalami kedinginan, resiko jatuh jika tidak ditangani dengan tepat
akan membahayakan pada pasien dan luka fraktur pada pasien (Helmi, 2012). Masalah-
masalah keperawatan yang muncul pada fraktur metatarsal yaitu resiko infeksi, mual, dan
upnea.

Patah tulang pada ektremitas bawah dapat menyebabkan perubahan dalam pemenuhan
aktivitas sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mobilitas fisik. Gangguan pada
mobilitas fisik sendiri merupakan keterbatasan melakukan gerak. fisik dari satu ataupun lebih
ekstremitas. dengan mandiri. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan atau tidak bisa
beraktivitas sehari-hari. Selain dampak fisik, gangguan mobilitas fisik juga berdampak kepada
psikologis sehingga mempengaruhi emosional, sensori, intelektual dan sosiokultural. Pada
status emosional biasanya terjadi perubahan secara bertahap. contohnya yaitu perubaha
tingkah laku, perubahan siklus bangun tidur, depresi, dan penurunan pada kemampuan
pemecahan masalah. (Asmadi, 2019)
Reduksi terbuka dan fiksasi internal (ORIF) adalah perawatan medis untuk patah tulang
ekstremitas yang terdiri dari metode bedah yang dipasangkan dengan fiksasi internal (Sharr et
al., 2016). Namun dampak dari operasi fraktur ORIF yaitu pada masalah perfusi perifer yang
tidak efektif, hal ini disebabkan karena terjadi vasodilatasi dan peningkatan aliran darah. ke
jaringan terjadi pada fase inflamasi pasca operasi. Oleh karena itu, kemerahan terjadi di area
trauma. Permeabilitas pembuluh darah juga meningkat, sehingga memungkinkan cairan,
protein, dan sel darah putih berpindah dari sirkulasi ke tempat kerusakan jaringan (Sherwood,
2013). Menurut Andri et al (2020) pasien pasca operasi ORIF dapat menghadapi komplikasi
seperti nyeri, pembengkakan atau edema, kekakuan otot, sensasi kesemutan. 89%
menunjukkan bahwa pasien mengalami pembengkakan di daerah sekitar operasi pada hari
kedua setelah operasi ORIF. Pembengkakan merupakan salah satu gejala respon inflamasi
pada hampir semua pasien pasca operasi, bila diabaikan kondisi ini dapat menyebabkan
disfungsi neurovaskular perifer (Wilkinson & Barcus, 2014). Selain itu, pasien yang
mengalami patah tulang menghadapi pengalaman yang kompleks dan tidak menyenangkan
akibat nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan (Pratama, 2022)

Berdasarkan perkembangan ilmu kedokteran, manajemen nyeri farmakologis seperti


pemberian opioid, non opioid dan analgesic menjadi prioritas. Diantaranya ketorolac bekerja
sebagai analgesik dan anti radang namun penggunaan ketorolak mempunyai beberapa resiko
dan efek samping yang serius seperti gangguan. pencernaan, perdarahan saluran cerna,
gangguan fungsi ginjal, dan sakit kepala (Handayani et al., 2019). Perawat memiliki peran
penting sebagai penyedia perawatan bagi pasien yang telah menjalani operasi, terutama dalam
mengelola penggunaan analgetik yang tidak optimal dalam jangka panjang yang dapat
memiliki dampak negatif. Oleh karena itu, perawat perlu melakukan intervensi mandiri untuk
mempromosikan manajemen nyeri pada pasien pasca operasi (Indrawati & Afif Hidayatul
Arham, 2020).

Berdasarkan data kasus pada tanggal 28 November sampai 30 november 2023. peran
perawat di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung belum sepenuhnya dilakukan.
Dengan melakukan peran perawat secara maksimal. Dapat membantu pasien dengan post
operasi orif mencapai kesembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangatlah penting untuk proses
penyembuhan. Dari uraian diatas penulis tertarik mengangkat judul "Asuhan Keperawatan
Pada Ny.A Dengan Post Operasi Orif Fraktur Metatarsal Dexstra Hari Ke 2 Di Ruang Kana
RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung’’
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum dari penulisan KTI ini yaitu untuk menganalisis proses asuhan keperawatan
pada pasien dengan post operasi orif fraktur metatarsal dexstra hari ke 2 Di Ruang Kana
RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
2. Tujuan khusus dari penulisan KTI ini yaitu mampu menganalisis :
a. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan post operasi orif fraktur metatarsal
dexstra Di Ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
b. Diangnosis keperawatan pada pasien dengan post operasi orif fraktur metatarsal
dexstra Di Ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
c. Intervensi keperawatan pada pasien dengan post operasi orif fraktur metatarsal
dexstra Di Ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
d. Implementasi keperawatan pada pasien dengan post operasi orif fraktur
metatarsal dexstra Di Ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
e. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan post operasi orif fraktur metatarsal
dexstra Di Ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.

C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di perlakukan dalam studi khasus ini karena bertujuan untuk
mengumpulkan data-data dari klien yang di kelola. Teknik pengumpulan data yang di
gunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
a) Menanyakan identitas klien
b) Menanyakan keluhan utama
c) Menanyakan riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga.
d) Menanyakan informasi tentang klien kepada perawat maupun keluarga.
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan secara langsung kepada
responden untuk mencari perubahan atau hal hal yang akan di teliti.
3. Pemberian asuhan keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien untuk memenuhi objektif klien
sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi klien tersebut.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan setiap hari atau sesuai waktu yang ditentukan setelah melakukan
asuhan keperawatan pada klien dan dilakukan dengan menggunakan format asuhan
keperawatan
5. Study kepustakaan
Study kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan buku literatur dari bacaan
ilmiah yang bersifat teoritis.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan KTI ini sebagai berukut:
BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,
pengumpulan data, sistematika penulisan, manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, gambaran
klinis, pengelolaan kasus, pathway, asuhan keperawatan teoritis (pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, evaluasi keperawatan (standart penilaian).
BAB III TINJAUAN KASUS, terdiri dari Pengkajian, meliputi (Identitas Klien,
Penanggungjawab, Riwayat Kesehatan Klien (Penambahan Genogram). Pola Fungsional,
Pemeriksaan Fisik, Data Penunjang), analisa Data dan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
(Nusring Care Plan), Tindakan (Implementasi), dan Evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN, Berisi tentang pembahasan hasil fakta, perbandingan teori dengan
hasil fakta, penjelasan tentang apa yang dipelajari dari hasil fakta yang ditemukan, dan
menganalisis semua masalah keperawatan menggunakan tinjauan asuhan keperawatan.
BAB V PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN

E. Manfaat
1. Bagi Penulis
KTI ini diharapkan dapat mendapatkan pengalaman dalam melakukan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan Post Operasi fraktur metatarsal dexstra melalui integrasi
keilmuan secara teoritis dan aplikatif.

2. Bagi Pasien dan Keluarga.


KTI ini sebagai informasi dan pengetahuan dalam mobilisasi dini untuk meningkatkan
kemandirian pasien

3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus


KTI ini diharapkan bisa menambah kepustakaan dan referensi dibidang kesehatan
dan Sebagai acuan untuk mengembangkan kurikulum pendidikan vokasi keperawatan.
Berdasarkan gambaran proses asuhan. keperawatan untuk diintegrasikan dalam proses
pembelajaran mahasiswa sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang Post Operasi
orif fraktur metatrsal dexstra.

4. Bagi Rumah Sakit


Dapat memberikan manfaat bagi instansi kesehatan, seperti rumah sakit, dengan
memberikan panduan dan rekomendasi untuk penanganan pasien Post Operasi orif fraktur
metatarsal. Serta menambah referensi dibidang kesehatan mengenai asuhan keperawatan
Post Operasi orif fraktur metatarsal.

5. Bagi Perawat
Dapat membantu perawat dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam
merawat pasien, memberikan panduan praktis yang dapat digunakan dalam perawatan
pasien Post Operasi orif fraktur metatarsal. Khususnya bagi perawat di Ruang Kana
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Anda mungkin juga menyukai