Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “D” DENGAN POST OREF

FRAKTUR RADIUS DISTAL DI RUANG KEMUNING 5


RSUP Dr. HASAN SADIKIN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

WAGIRI

NIM.1820161128

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kecelakaan yang


cukup tinggi di kawasan ASEAN. Menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia
pada Forum Polantas ASEAN 2017 menyatakan bahwa terdapat enam negara yang
memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi yaitu Thailand, Vietnam, Malaysia,
Indonesia, Filipina, dan Laos dimana Indonesia masuk dalam tiga besar negara yang
memiliki tingkat kecelakaan tertinggi. (Karnavian, 2017)

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun


2013 menyebutkan bahwa dari jumlah kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% korban
cedera atau sekitar delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang
paling banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian ekstremitas atas sebesar 36,9% dan
ekstremitas bawah sebesar 65,2%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
menyebutkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di daerah Jawa Tengah
sebanyak 6,2% mengalami fraktur.

Fraktur radius distal adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius distal
yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun
trauma tidak langsung (Noor, 2012). Fraktur adalah suatu perpatahan pada
kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau
primpilan korteks, biasanya patahan tersebut lengkap dengan fragmen tulangnya
bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika
salah satu rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka . Kebanyakan fraktur
pergelangan tangan dapat terjadi baik akibat jatuh dengan posisi lengan terbuka
maupun pukulan langsung saat kecelakaan kendaraan bermotor maupun perkelahian.
Fraktur tulang pergelangan tangan lengan merupakan cedera yang tidak stabil,
fraktur non dislokasi jarang terjadi. Stabilitas fraktur bergantung pada jumlah energi
yang diserap selama cedera dan gaya otot besar yang cenderung menggeser fragmen
(Thomas dkk, 2011). Menurut data pasien rawat inap di bagia catatan medik ruang
bedah kemuning 5 RSUP Hasan Sadikin Bandung, jumlah penderita fraktur selama 1
bulan terakhir ini yaitu dari bulan november 2018 sebanyak 12 pasien, dari jumlah
pasien fraktur tersebut yang mengalami fraktur radius adalah 3 pasien.( catatan medik
ruang bedah kemuning 5 rsup.bandung.)

Berbagai masalah muncul pada pasien dengan fraktur baik secara fisik,
psikoaoail, maupun ekonomi. Secara fisik penderita cidera pada tubuhnya yang dapat
menyebabkan rasa sakit, kerusakan fungsi, adanya perdarahan pada tempat cidera,
dari segi ekonomi dimana perawatan penderita fraktur memerlukan biaya yang
banyak karena lamanya proses penyembuhan. Perawat perlu memprioritaskan
keperawatan yang di lakukan dengan mencegah cidera tulang atau jaringan lebih
lanjut, menghilangkan nyeri, mencegah terjadinya komplikasi, memberikan informasi
tentang kondisi dan kebutuhan pengobatanya. Dalam melakukan asuhan keperawatan
perawat harus mampu mengelola pasien dengan fraktur secara komprehensif dan
tetap memandang pasien sebagai manusia yang utuh baik biologis, psikososial,
sosiokultural maupun spiritual.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertariik untuk menyusun Karya


Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Post Oref
Fraktur Radius Distal Di Ruang Kemuning 4 RSUP Dr. Hasan Sadikim Bandung.”

B. Tujuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah


1. Tujuan Umum
Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien penderita
fraktur radius distal dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mendokumentasikan dan melakukan pengkajian terhadap pasien
penderita fraktur radius distal.
b. Mela
c. kukan diagnosa keperawatan pada pasien penderita fraktur radius distal.
d. Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien penderita fraktur distal.
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan
pada pasien penderita fraktur radius distal.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien penderita fraktur
radius distal.
C. Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data yang di gunakan penulis adalah
metode analisa deskriptif yaitu menggambarkan obyek peristiwa yang sedang
berlangsung. Pelaksanaan kegiatan, pengumpulan data dan menarik
kesimpulan data-data tersebut.
Teknik pengumpulan data adalah :
1. Wawancara
Yaitu mengadakan wawancara langsung dengan dokter, perawat, tenaga
kesehatan lain, keluarga, dan pasien sendiri untuk mengumpulkan data
yang di perlukan.
2. Observasi Partisipatif
Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap pasien fraktur radius
distal dan ikut memberikan asuhan keperawatan sehingga memperoleh
gambaran yang nyata tentang masalah yang di alami
3. Dokumentasi
Yaitu penggunaan catatan perawatan pasien untuk menambah
kelengkapan data keperawatan medis dan penunjang.
4. Studi pustaka
Yaitu menggunakan literatur-literatur serta buku-buku lainnya yang ada
referensinya dengan kasus dan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien fraktur distal.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
D. Sistematika Penulisan
E. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
G. Penatalaksanaan
H. Pengkajian
I. Diagnosa Keperawatan
J. Perencanaan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB IV PEMBAHASAN
Menganalisa Proses Keperawatan Secara Komprehensif
Dengan Baik Dan Benar
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

E. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang
perawatan pada pasien dengan fraktur radius distal.
2. Universitas Muhammadiyah Kudus
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang dan dapat dipakai
sebagai salah satu bahan bacaan kepustakaan.
3. Rumah Sakit
Agar dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan fraktur radius distal, serta dapat
meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan pada pasien.
4. Penulis Berikutnya
Agar dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah
yang lebih komprehensif.
BAB II

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2014). Fraktur atau yang seringkali disebut
dengan pataha tulang, adalah sebuah patah tulang yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (
Wijaya & Putri, 2013 : 235).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2012, hal. 2372). Penanganan pada kasus fraktur
radius 1/3 distal dekstra salah satunya adalah dengan tindakan
pembedahan dan konservatif. Tindakan konservatif antara lain:
pemasangan gips, bidai, traksi tulang, dan reposisi. Sedangkan tindakan
operatif yaitu operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dan OREF
(Open Reduction External Fixation) (Davis & Kneale, 2011)

B. KLASIFIKASI FRAKTUR :

klasifikasi etiologis

1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis, terjadi karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang ( infeksi, Tumor, kelainan bawaan)
dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
3. Fraktur stress, terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang
sekali ditemukan pada anggota gerak atas.

Klasifikasi Klinis :

1. Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara


fragmen tulang dengan dunia luar .
2. Fraktur terbuka ( compoun fraktur), bila Terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, karena adanya perlukaan di kulit.
3. Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed, union, nonunion,
dan infeksi tulang.

Klasifikasi Radiologis :

1. Lokalisasi : diafisal,metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi


2. Konfigurasi : F.transfersal, F.oblik, F.Spiral,F.Z,F. segmental,
F.komunitif (lebih dari deafragmen), F.biji biasa pada vertebrata
karena trauma, F.avulse, F.depresi, F.pecah, F.epifisis.
3. Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F.buckle atau torus, F.garis
rambut, F.green stick.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : tidak
bergeser, bergeser ( bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-
riding, impaksi).

Fraktur terbuka dibagi atas tiga derajat (menurut R Gustino) yaitu :

Derajat 1 :

 Luka <1 cm
 Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.
 Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan \
 kontaminasi minimal

Derajat II :

 Laserasi > 1 cm
 kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap atau avulsi
 fraktur kominutif sedang
 kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan :

1. Jumlah Garis

a. Simple fraktur : Terdapat satu garis fraktur


b. Multiple fraktur : Lebih dari satu garis fraktur
c. Comminutive fraktur : Lebih banyak garis fraktur dan patah menjadi
fragmen kecil.

2. Luas Garis Fraktur

a. Fraktur inkomplit : Tulang tidak terpotong secara total


b. Fraktur komplikasi : Tulang terpotong total
c. Hair line fracture : Garis fraktur tidak tampak

3. Bentuk Fragmen

a. Greenstick : retak pada sebelah Sisi dari tulang ( sering


pada anak-anak)
b. Fraktur transversal : Fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : Fraktur fragmen miring
d. Fraktur spiral : Fraktur fragmen melingkar

C. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak
langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang
di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2013:627)

Menurut Carpenito (2013:47) adapun penyebab fraktur antara lain:

1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut (Doenges, 2013:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang
mengakibatkan fraktur
2) Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat kejadian kekerasan.
3) Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang
abnormal(kongenital,peradangan, neuplastik dan metabolik).
D. Pathway
(Sjamsuhidayat, 2010)

Trauma langsung

Benturan langsung kecelakaan

Fraktur Tertutup Fraktur Terbuka

Reduksi Kerusakan
Jaringan Tulang

Reduksi Tertutup Reduksi Terbuka Nyeri

Traksi Gips Fiksasi Internal dengan Keterbatan


gerak

Pembedahan terbuka/Orif

Gangguan
Mobilisasi Pemasangan srew, Pen Penekanan pada

Kulit
Terjadi jalan Kerusakan jaringan
Resiko kerusakan
masuk Organisme
integritas kulit

Nyeri akut

Resiko Infeksi

E. PATOFISIOLOGI
Gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
integritas kulit (Sjamsuhidayat, 2010).

Trauma langsung, trauma tidak langsung dan patologis menyebabkan


terjadinya fraktur (terputusnya kontinuitas jaringan tulang). Hal ini mengakibatkan
kerusakan jaringan tulang sehingga ujung saraf terbuka terjadi pelepas mediator kunci
(bradikin, hitsmin dan prostagladin)yang akan merangsang saraf dan menimbulkan
nyeri (Sjamsuhidayat, 2010).

Terapi fiksasi diperlukan pada kerusakan jaringan tulang dimana daerah


fraktur harus dimobilisasikan pada fraktur terbuka terjadi kerusakan kulit yang
memungkinkan sebagai jalan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh. Fraktur
membutuhkan prosedur pelaksanaan dan pengobatan serta perawatan secara optimal
untuk meminimalkan perubahan integritas tubuh dimana dapat terjadi kecacatan atau
abnormalitas bagian tubuh tertentu (Sjamsuhidayat, 2010).

Jika tulang sudah patah, maka jaringan lunak disekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang dan terjadi pendarahan yang cukup berat. Bekuan
darah terbentuk pada daerah tersebut, bekuan akan membentuk jaringan granulasi,
dimana sel-sel pembentukan tulang primitive berdiferensiasi menjadi kondroblas dan
osteoblast. Kondroblas akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium
dan terbentuk lapisan tevbal (kalus) disekitar lokasi fosfat. Lapisan ini terus menebal
dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu terjadi
penyambungan tulang Sjamsuhidayat, 2010).

F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur (Nur arif dan Kusuma, Buku NANDA NIC NOC
2015 jilid 2)
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olah raga)
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain

Perkiraan penyembuhan fraktur


LOKALIKASI WAKTU PENYEMBUHAN
Falang/metacarpal/metatarsal/kosta 3-6 minggu
Distal radius 6 minggu
Diafsis ulna dan radius 12 minggu
Humerus 10-12 minggu
Klavikula 6 minggu
Panggul 10-12 minggu
Femur 12-16 minggu
Kondilus femur/tibia 8-10 minggu
Tibia/fibula 12-16 minggu
Vertebra 12 minggu

G. PENATALAKSANAAN

Prinsip penananan fraktur meliputi reduksi, mobilisasi, dan pengembalian


fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur berarti
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dengan rotasi anatomis, metode
untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi
terbuka. Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur tergantung pada sifat
fakturnya.
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
memanipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat,paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang solid
terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur di reduksi adalah mengimobilisasi dan
mempertahankan fraktur tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi internal dan fiksasi
eksternal. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin,
pin, dan teknis. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi internal.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan


dengan reduksi dan imobilisasi, pantau status neurovaskuler, latihan isometrik dan
memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian dan harga
diri.

Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan


kemudian di rumah sakit

b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang


yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya

c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan dibawa
fraktur

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur


penatalaksanaan perawat menurut mansjoer (2003, buku KMB2 2013) adalah
sebagai berikut :

a. Terlebih dahulu perhatikan adanya pendarahan, syok, dan penurunan


kesadaran, baru periksa patah tulang

b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegah komplikasi

c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini dan


pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah:

1) Merabah lokasi apakah masih hangat

2) Observasi warna

3) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler

4) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada
lokasi cedera

5) Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasa sensasi


nyeri

6) Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan.

d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan

e. Mempertahankan kekuatan kulit

f. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat dianjurkan intake


protein 150 sampai 300 gr/hari

g. Memperhatikan mobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan untuk


mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya nya
sampai sembuh.
Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut bruner & suddarth (2005, buku kmb2,
2013) :

1. Inflamasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom

2. Proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi


revaskularisasi

3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang

4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang


yang baru

5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati


dan reorganisasi.

a. Fase hematoma : apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh
darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem havers mengalami robekan
dan akan membentuk hematoma di kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar
akan diliputi periosteum, periosteum akan terdorong dan dapat mengalami
robekan akibat tekanan hematoma sehingga terjadi ekstravasasi darah ke
dalam jaringan lunak. Osteosit di daerah fraktur akan kehilangan darah dan
mati sehingga menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati
pada sisi fraktur setelah trauma.

b. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal.

Proses penyembuhan fraktur karena sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari


periosteum untuk membentuk kalus eksternal dari endosteum membentuk
kalus interna sebagai aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Robekan yang
hebat dari periosteum akan menyebabkan penyembuhan sel dari diferensiasi
sel sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak.

pada tahap awal penyembuhan terjadi pertambahan sel-sel osteogenik. Setelah


beberapa minggu, kalis dari fraktur membentuk suatu masa yang meliputi
jaringan osteogenik ( belum mengandung tulang, sehingga apabila difoto
rontgen akan tampak radiolusen).

c. Fase pembentukan kalus

Sel yang berkembang biak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik yang
apabila berada dalam keadaan yang tepat akan membentuk tulang sejati dan
kadang tulang kartilago. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler
kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk
suatu tulang imatur yang disebut woven bone.

Tulang fibrosa yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat, gerakan
pada tempat fraktur semakin berkurang. 4 minggu setelah cedera, fraktur
menyatu. Pada pemeriksaan radiologis, moven bone terlihat, merupakan
indikasi radiologic pertama terjadi penyembuhan fraktur.

d. Fase Konsolidasi

Moven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamerlar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

e. Fase Remodelling

Terjadi resepsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada
tulang dan kalus eksternal perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediate
berubah menjadi tulang.(Andra,2013)
H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Pada umumnya pasien fraktur mengalami manajemen kesehatan
yang kurang baik, seperti kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan
BAK.
b. Pola Metabolik – Nutrisi
Pada umumnya pasien fraktur tidak mengalami gangguan dalam
penurunan nafsu makan, miskipun merubah misalnya makan di
rumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan
penyakit dan diet pasien.
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi di
karenakan imobilisasi, pada miksi pasien tidak mmengalami
gangguan
d. Pola Aktivitas – Latihan
Pasien Pada umumnya pasien fraktur mengalami
perubahan/gangguan akibat dari fraktur sehingga kebutuhan pasien
sering di bantu oleh perawat / keluarga.
e. Pola Istirahat – Tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang di
sebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
f. Pola Persepsi – Kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedangkan dengan
pola kognitif atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
g. Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
Pada fraktur mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan
pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup/tidak dapatbekerja
lagi.
h. Pola Hubungan – Peran
Pada pasien fraktur biasanya terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak
berguna lagi.
i. Pola Reproduksi – Seksualitas
Bila pasien sudah berkelyarga dan anak, makan akan mengalami
pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien
tidak akan mengalami gangguan.
j. Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping
Pada umumnya pasien fraktur terutama, pada anak-anak akan
mengalami ketakutan dan kepanikan saat di rawat di rumah sakit.
k. Nilai - Pola Keyakinan
Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan
selama sakit atau hanya berdoa di tempat tidur

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
3. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
4. Resiko infeksi behubungan dengan prosedur invasif (insisi post
pembedahan)
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DX DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d NOC NIC
spasme otot, gerakan Kriteria Hasil : Pain Management
fragmen tulang,  Mampu mengontrol  Lakukan pengkajian
edema, cedera nyeri (tahu penyebab nyeri secara
jaringan lunak, nyeri, mampu komprehensif
pemasangan traksi, menggunakan tehnik termasuk lokasi,
stress/ansietas, luka nonfarmakologi karakteristik, durasi,
operasi. untuk mengurangi frekuensi, kualitas
nyeri, mencari dan faktor
bantuan) presipitasi
 Melaporkan bahwa  Observasi reaksi
nyeri berkurang nonverbal dari
dengan menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri  pengalaman nyeri
 Mampu mengenali pasien
nyeri (skala,  Evaluasi bersama
intensitas, frekuensi pasien dan tim
dan tanda nyeri) kesehatan lain
 Menyatakan rasa tentang
nyaman setelah nyeri ketidakefektifan
berkurang kontrol nyeri masa
 Tanda vital dalam lampau
rentang normal  Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Gangguan mobilitas NOC : NIC:


fisik b/d kerusakan Kriteria Hasil : Latihan Kekuatan
rangka  Klien meningkat  Ajarkan dan berikan
neuromuskuler, dalam aktivitas fisik dorongan pada klien
nyeri, terapi restriktif  Mengerti tujuan dari untuk melakukan
(imobilisasi) peningkatan program latihan
mobilitas secara rutin
 Memverbalisasikan Latihan untuk ambulasi
perasaan dalam  Ajarkan teknik
meningkatkan Ambulasi &
kekuatan dan perpindahan yang
kemampuan aman kepada klien
berpindah dan keluarga.
 Memperagakan  Sediakan alat bantu
penggunaan alat untuk klien seperti
Bantu untuk kruk, kursi roda, dan
mobilisasi (walker) walker
 Beri penguatan
positif untuk berlatih
mandiri dalam
batasan yang aman.
Latihan mobilisasi dengan
kursi roda
 Ajarkan pada klien &
keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda
& cara berpindah dari
kursi roda ke tempat
tidur atau sebaliknya.
 Dorong klien
melakukan latihan
untuk memperkuat
anggota tubuh
 Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi
roda
Latihan Keseimbangan
 Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi
secara mandiri dan
menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh
yang Benar
 Ajarkan pada klien/
keluarga untuk mem
perhatikan postur
tubuh yg benar untuk
menghindari
kelelahan, keram &
cedera.
 Kolaborasi ke ahli
terapi fisik untuk
program latihan.
3. Gangguan integritas NOC : NIC : Pressure
kulit b/d fraktur Kriteria Hasil : Management
terbuka, pemasangan  Integritas kulit yang  Anjurkan pasien
traksi (pen, kawat, baik bisa untuk menggunakan
sekrup) dipertahankan pakaian yang longgar
 Melaporkan adanya  Hindari kerutan pada
gangguan sensasi atau tempat tidur
nyeri pada daerah  Jaga kebersihan kulit
kulit yang mengalami agar tetap bersih dan
gangguan kering
 Menunjukkan  Mobilisasi pasien
pemahaman dalam (ubah posisi pasien)
proses perbaikan kulit setiap dua jam sekali
dan mencegah  Monitor kulit akan
terjadinya sedera adanya kemerahan
berulang  Oleskan lotion atau
 Mampumelindungi minyak/baby oil pada
kulit dan derah yang tertekan
mempertahankan  Monitor aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi pasien
perawatan alami  Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat

4. Resiko infeksi NOC : NIC:


behubungan dengan Kriteria hasil :  Kaji adanya tanda-
prosedur invasif  Pasien terbebas dari tanda infeksi pada
(insisi post tanda-tanda infeksi area insisi
pembedahan) luka post operasi  Awasi tanda vital,
fraktur (panas/kolor, perhatikan demam,
kemerahan/rubor, menggigil,
nyeri/dolor, berkeringat,
bengkak/tumor) perubahan mental,
 Tanda vital dalam meningkatnya nyeri
batas normal:  Pertahankan teknik
1. TD (Systole:110- aseptic ketat pada
130 mmHg, Diastole : perawatan luka
70-90 mmHg) insisi/terbuka,
2. N : (60-100 bersihkan dengan
x/menit) betadin
3. RR (16-24 x/menit)  Awasi/batasi
4. suhu : (36,5-37,5 pengunjung dan
o
C) setiap kebutuhan
BAB III

Nama Mahasiswa : Wagiri


NIM : 1820161128
Hari / Tanggal : 11 November 2018
Tempat Praktik : R. Kemuning 5

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Data
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 58 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / Bangsa : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Cimahi Selatan, Bandung
Tanggal Masuk RS : 7-11-2018
Diagnosa Medis : Post Oref
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cimahi Selatan, Bandung
Hubungan Dengan Pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
o Keluhan Utama
Pasien mengatakan Nyeri di lengan tangan kanan.
o Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan tanggal 7 Nzovember 2018 pasien sedang pulang
kerja mengandarai montor sendiri, dan dari arah berlawanan saat
pasien mau belok kanan datang montor dengan kecepatan tinggi
menabrak pasien, pasien jatuh dari montor dan tangan kanan buat
timpanan sehingga terluka kemudian di bawa ke rumah sakit Hasan
Sadikin Bandung. Setelah di lakukan rontgen pasien mengalami patah
tulang di daerah radius. Kemudian pasien di bawa ke ruang operasi
dan di lakukan pemasangan pen pada tanggal 9 November 2018.
Setelah di ruang operasi pasien dipindahkan di ruang kemuning 5
untuk mendapatakan terapi lanjutan post operasi. Pada tanggl 12
November 2018 pasien mengatakan nyeri pada peergelangan tangan
kanan dan nyeri hilang timbul saat di buat gerak, nyeri bersekala 6 dan
nyeri seperti di sayat-sayat.
o Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah di rawat di RS sebelumnya, pasien
belum pernah mengalami sakit seperni ini sebelumnya. Pasien juga
mengatakan tidak mempuyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi,DM,dan pasien juga tidak mempuyai riwayat penyakit
menular seperti TB dan hepatitis.
o Riwayat Keluarga
Pasien dalam keluarganya tidak ada yg mengalami sakit seperti
yang di alami oleh pasien dan juga tidak ada yang mempuyai riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi,DM, dan pasien juga tidak
mempuyai riwayat penyakit menular seperti TB dan hepatitis.
o Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempuyai riwayat alergi obat-obatan,
makanan dan minuman.
o Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Laki – laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Pasien

: Serumah
3. POLA FUNGSIONAL
a. Pola Pernafasan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mempunyai
gangguan pernafasan.
- Selama sakit : pasien tidak mengalami gangguan pernafasan,
frekuensi pernafasan 22x/mnt.
b. Kebutuhan nutrisi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan makan teratur 3x sehari,
dan minum 7-8 gelas dalam sehari.
- Selama sakit : pasien makan tidak teratur 3x sehari dengan
porsi yang di sediakan RS dan di makan hanya 2 atau 3 sendok ,
dan minum 4-6 gelas dalam sehari. Tekadang perut terasa mual.
c. Kebutuhan eliminasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 4-5x dan BAB 1x
lancar setiap hari.
- Selama sakit : pasien mengatakan selama di RS BAB 2x dan
BAK 3-4x sehari.
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur teratur 7-8 jam dalam
sehari.
- Selama sakit : pasien mengatakan terkadang sulit tidur karena
merasakan sakit pada tangan kanan dan tidak terbiasa dengan
lingkunga rumah sakit.
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
- Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit meterasa
nyaman dan aman.
- Selama sakit : pasien mengatakan merasakan nyeri pada
tangan kanannya, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan.
P : nyeri post operasi,nyeri saat bergerak.
Q : di sayat-sayat
R : pergelangan tangan kanan
S:6
T : tulang timbul
f. Kebutuhan berpakaian
- Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa memakai pakaian
sendiri.
- Selama sakit : pasien memerlukan bantuan keluarga untuk
mengganti baju / pakaian.
g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
- Sebelum sakit : pasien suhu tubuh normal.
- Selama sakit : pasien suhu tubuh tetap normal saat di kaji
36,4oC
h. Kebutuhan personal hygiene
- Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari pagi dan sore.
- Selama sakit : pasien megatakan hanya di sibin 2x sehari pagi
dan sore.
i. Kebutuhan gerak dan keseimbangan
- Sebelum sakit : pasien bergerak secara normal.
- Selama sakit : pasien susah bergerak pada lengan kanan, yang
lainnya normal.
j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
- Sebelum sakit : pasien berkomunikas dengan baik, baik
dengan keluarga maupun orang lain.
- Selama sakit : pasien berkomunikasi dengan baik, dengan
keluarga, perawan dan pasien lainya.
k. Kebutuhan spiritual
- Sebelum sakit : pasien beragama islam, pasien sehari
melakukan sholat 5 waktu.
- Selama sakit : pasien beragama islam, pasien tetap
melakukan sholat 5 waktu di tempat tidur.
l. Kebutuhan bekerja
- Sebelum sakit : pasien melakukan pekerjaan sebagai
wiraswasta.
- Selama sakit : pasien hanya terbaring di tempat tidur, dan
pasien cuti selama sakit.
m. kebutuhan bermain dan rekreasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jika liburan di isi dengan
jalan-jalan dengan keluarga ke tempat rekreasi.
- Selama sakit : pasien mengatakan hanya bisa bercanda
dengan keluarga.
n. Kebutuhan belajar
- Sebelum sakit : pasien mengatakan belajar untuk mensyukuri
hidup.
- Selama sakit : pasien mengatakan dengan keadaan seperti
ini pasien dapat belajar dengan pengalamanya untuk lebih berhati-
hati lagi dalam melakukan tindakan.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : compos mentis
GCS E : 4 M : 6 V : 5
 TTV : TD : 140/80mmHg RR : 18x/menit
N : 78x/menit S : 36,4oC
 TB :165 Cm
BB sebelum sakit : 57 Kg
BB selama sakit :52 Kg
IMT : BB/TB2
:52/1,652
: 19.91 Kg/m2

 Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada bekas luka, rambut lebat


dan kulit kepala bersih.
 Wajah : bentuk simetris anatara kanan dan kiri, dan tampak
pucat.
 Mata : simetris antara kanan dan kiri, pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis, seklera tidak ikterik.
 Hidung : simetris, tidak ada pembesaran polip,dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
 Mulut : simetris anatar kanan dan kiri, lidah tidak kotor,
mukosa bibir lemba, gigi berlubang.
 Telinga : simetris, tidak ada penumpukan serumen, tidak ada
gangguan pendengaran.
 Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada
- Paru-paru : I : simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
P : simetris, tidak ada nyeri tekan
P : suara sonar (normal)
A : vesikater, tidak ada nafas tambahan
- Jantung : I : ictus cordis tidak nampak.
P : ictus cordis tidak teraba
P : suara jantung pekak
A : irama jantung reguter
 Abdomen : I : simetris, tidak ada luka
A : peristaltik 12x/menit.
P : tympani
P : tidak ada nyeri tekan.
 Genetalia : tidak terpasang kateter
 Ekstermitas : atas : tangan kiri terpasang infus, tangan kanan post
oref fraktur radius tistal
bawah : kaki kanan dan kiri dapat di gerakan dengan baik

DATA PENUNJANG

o Hasil laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hematologi
Hematologi dan
parameter
Hemoglobin L 13.8 g/dL m – 17.4
Hematokrit 40.5 % 41.5 – 50.4
Leukosit 6.28 10 23/UL 4.50 – 11.0
Eritrosit 4.81 Juta/UL 4.4 – 6.0
Trombosit 3.52 Ribu/UL 150 – 450
Index eritrosit
MCV 85.9 RL 80 – 96
MCH 28.6 Pg 27.5 – 33.2
MCHC L 33.3 % 33.4 – 35.5
LEDC H 17 mm/jam < 15

Hemostatis
PT 12.8 Detik 11 – 15
InR 0.98 0.8 – 1.2
APTT 31.50 Detik 21 – 41

KIMIA
Glukosa puasa 92 mg/dl 70 – 100
Protem total H 8.3 g/dl 0.4 – 8.2
Albumin 4.20 g/dl 3.4 – 5.2
Ureum H 51.0 mg/dl 15.0 – 39
Kreatinin 1.22 mg/dl 0.80 – 1.3
Natrium 144 mEg/L 135 – 145
Kalium 3.8 mEg/L 3.5 – 5.1
Klorida 103 mEg/L 98 – 109
o Terapi
Infus RL 20 tpm
Ceftriaxone 1x2 gr
Ranitidine 2x30 mg
Ketorolac 2x30 mg

B. ANALISIS DATA

No Hari/tgl Data focus Problem Etiologi


1 Senin, 12 November 2018 DS : Nyeri akut. Agen cidera fisik
- pasien mengatakan
nyeri di bagian
pergelangan tangan
kanan.
P : post oref, nyeri saat
di gerakan
Q : di sayat-sayat
R : pergelangan tangan
kanan
S:6
T : hilang timbul

DO :
- terdapat luka post
operasi daerah radius
distal, pasien tampak
meringis kesakitan.
TD : 140/80mmHg
RR : 18x/menit
N : 78x/menit
S : 36,4oC

2 Senin, 12 November 2018 DS : Hambatan Penurunan


- pasien mengeluh mobilitas kekuatan otot
kesakitan saat fisik.
beraktivitas.
- pasien mengatakan
tidak bisa menggerakan
tangannya yang sakit.

DO :
-terdapat luka post
operasi pemasangan pen
pada radius distal,
terdapat luka jahitan 10
cm, luka masih basah
dan warna kemerahan.
- pasien beraktivitas
sangat terbatas karena
nyeri di tangan kanan.
2 5
5 5

Senin, 12 November 2018 Ketidak Kurang asupan


DS: seimbangan makanan
-kurang nafsu makan nutrisi

DO: pasien lemas,


makan 2 sendok posi, 3x
sehri
a.IMT : BB/TB2
: 50/1.652
:18.83 Kg/m2
b. Hb : 13.8 g/dL
Ht : 40.5 %
c. turgor kulit kering,
bibir pucat, wajah pucat
d. diit bubuur nasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d Agen cidera fisik


2. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d kurang asupan makanan

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari/tgl Dx Tujuan Intervensi Rasional


Kep KH
1 Senin,12 1. Setelah dilakukan 1.monitor TTV dan 1. untuk
November tindakan KU mengetahui tanta-
2018 keperawatan selama 2.kaji sekala,lokasi tanda vital.
2 x 24 jam di dan karakteristik 2. mempengaruhi
harapkan nyeri nyeri. pemulihan dan
pasien berkurang keefektifan
dengan KH : 3.Perhatiakan intervensi
1. Nyeri pada pasien istirahat dengan 3. Untuk membuat
berkurang. posisi semi flower. pasie rileks dan
2. Pasien rileks. nyaman
3. Pasien
melaporkan bahwa
nyeri berkurang .
dengan 4. Ajarkan 4. nafas dalam
menggunakan penggunaan teknik dapat mengalihkan
managemen nyeri. nafas dalam, perhatian pasien
relaksasi terhadap rasa nyeri.
5. membantu
4. 5. Kolaborasi mempercepat
pemberian analgetik penyembuhan.

sesuai dari dokter /


tim.
Senin, 12 II Setelah di lakukan 1. kaji mobilitas 1.mengetahui
2 November tindakan yang ada dan tingkat kemampuan
2018 keperawatan selama observasi adanya pasien dalam
2 x 24 jam di peningkatan melakukan
harapkan hambatan kerusakan. aktivitas.
mobilitas fisik dapat
teratasi dengan KH : 2. ubah posisi pasien 2. mengurangi
1. Mobilitas fisik setiap dua jam resiko iskemia
pasien meningkat. jaringan akibat
2. Pasien mengerti 3. ajarkan pasien sirkulasi darah
peningkajan untuk melakukan yang jelek pada
mobilitas. gerak aktif pada daerah yang
ekstermitas yang tertekan
tidak stabil.
3. gerakan aktif
4. Kolaborasi dengan memberikan massa,
dokter untuk tonus, dan
meningkatkan kekuatan otot.
mobilitas. 4. membantu
mempercepat
penyembuhan.

Senin, 12 III Setelah di lakukan 1. Monitor pasien 1. Untuk mengatur


November tindakan yang berhubungan target pola makan
2018 keperawatan selama dengan pola
2 x 24 jam. makan,dan
Ketidakseimbangan penambahan berat 2. Dapat
nutrisi sebagian badan menciptakan
teratasi. 2. Anjurkan keluarga tambah nafsu
untuk membawa makan
makanan favorit
pasien
sementara(pasien) 3 Untuk
berada di rumah meningkatkan
sakit atau fasilitas kenyamanan saat
perawatan makan.
3. Ciptakan
lingkungan yang 4. Untuk
obtimal pada saat membantu
konsumsi makanan mempercepat
4. kolaborasi dengan tambah nafsu
ahli gizi dan tim makan.
perawat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/tgl No Tindakan keperawatan Respon TTD


Dx
1 Senin, 12 I Memonitor KH dan DS :
November TTV Pasien bersedia dikaji /
2018 di monitor.
07:00 DO :
TD : 140/80mmHg
RR : 18x/menit
N : 78x/menit
S : 36,4

07.15 III Monitor pasien yang DS:


berhubungan dengan
Pasien tampak makan
pola makan,dan dan minum di bantu
penambahan berat keluarga
badan
DO:
Pasien makan 2 sendok
makan, minum 100cc
dan kelihatan lemas

S : 36,4oC
07.25 I Memperhatikan DS :
istirahat dengan semi Pasien bersedia
flower DO :
Pasien tamapak nyaman
dan rileks

08.45 I,II Memberikan obat sesuai DS :


indikasi ketolorolax 2 Pasien mengatakan
amp 30 mg, cefotaxime nyeri saat di injeksi
2x1 gr, ranitidine 2x50 lewat infuse.
mg DO :
Obat injeksi masuk
lewat infuse.

08. 55 I Mengkaji skala, lokasi DS :


dan karakteristik nyeri Pasien mengatakan
nyeri pada tangan
kanan.
DO :
Wajah pasien tampak
meringis kesakitan,
skala 6.

09.10 III Meanjurkan keluarga DS :


untuk membawa Tampak makan dan
makanan favorit pasien minum di bantu
sementara(pasien) keluarga
berada di rumah sakit DO :
atau fasilitas perawatan pasien makan dengan
menu favoritnya
09.20 I Megajarkan teknik DS :
relaksasi nafas dalam Pasien bersedia.
pada pasien. DO :
Pasien tampak
melakukan nafas dalam.

09:30 II Menganjurkan pasien DS :


untuk mengubah posisi Pasien bersedia.
pasien setiap dua jam DO :
Setiap dua jam sekali
pasien merubah posisi.

09.40 II mengkaji mobilitas DS :


yang ada dan observasi Pasien mengatakan
adanya peningkatan takut menggerakan
kerusakan. tangannya.
DO :
Luka tampak sedikit
kotor.

2. Selasa, 13 III Meciptakan lingkungan DS:


November yang optimal pada saat Pasien mengtakan
20018 konsumsi makanan nyaman makan dengan
14.00 ngobrol dengan pasien
lain.
DO:
Pasien tampak makan
lahap.

14.15 I,II Memberikan obat sesuai DS :


indikasi ketolorolax 2 Pasien mengatakan
amp 30 mg, cefotaxime nyeri saat obat di
2x1 gr, ranitidine 2x50 masukan lewat selang
mg infuse.
DO :
Memasukan obat
melalui infuse.

15.10 I Memonitor KH dan DS :


TTV Pasien bersedia dikaji /
di monitor.

DO :
TD : 130/90mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 36,6oC

14.20 I Mengkaji skala, lokasi DS :


dan karakteristik nyeri Pasien mengatakan
nyeri pada tangan
kanan.
DO :
Wajah pasien tampak
meringis kesakitan,
skala 6.

14.40 II Mengkaji mobilitas DS :


yang ada dan observasi Pasien mengatakan
adanya peningkatan takut menggerakan
kerusakan tangannya.
DO :
Luka tampak sedikit
kotor.

14:50 I,II Menganjurkan klien DS:


untuk tidak banyak Pasien mengatakan
bergerak akan berhati-hati dalam
2 5 menggerakan
5 5 tangannya.
DO:
Pasien tampak berhati-
hati dalam melakukan
aktivitas

18:10 I Megajarkan teknik DS :


relaksasi nafas dalam Pasien bersedia.
pada pasien. DO :
Pasien tampak
mempraktekan latihan
nafas dalam.

18.20 III Monitor pasien yang DS :


3. berhubungan dengan Pasien tampak makan
pola makan,dan dan minum di bantu
penambahan berat keluarga
badan DO :
Pasien makan 4 sendok
makan, minum 150cc
dan kelihatan segar

DS :
18:30 II Menganjurkan pasien
Pasien bersedia.
untuk mengubah posisi
DO :
pasien setiap dua jam
Setiap dua jam sekali
pasien merubah posisi.

DS :
Rabu, 14 I,II Memberikan obat sesuai
Pasien mengatakan
november indikasi ketolorolax 2
nyeri saat obat di
2018 amp 30 mg, cefotaxime
masukan lewat selang
21.00 2x1 gr, ranitidine 2x50
infuse.
mg
DO :
Memasukan obat
melalui infuse.
21.10 I Memonitor KH dan DS :
TTV Pasien bersedia dikaji /
di monitor.

DO :
TD : 130/80mmHg
RR : 20x/menit
N : 78x/menit
S : 36oC

21.20 III Monitor pasien yang DS :


berhubungan dengan Pasien tampak makan
pola makan,dan dan minum di bantu
penambahan berat keluarga
badan DO :
Pasien makan habis 1
por, msiinum 180cc dan
kelihatan segar

21.30 I Mengkaji skala, lokasi


DS :
dan karakteristik nyeri
Pasien mengatakan
nyeri pada tangan
kanan.
DO :
Wajah pasien tampak
meringis kesakitan,
skala 4.

21.40 II Menganjurkan pasien


DS :
untuk mengubah posisi
Pasien bersedia.
pasien setiap dua jam
DO :
Setiap dua jam sekali
pasien merubah posisi.

06.00 II Mengkaji mobilitas DS :


yang ada dan observasi Pasien mengatakan
adanya peningkatan takut menggerakan
kerusakan tangannya.
DO :
Luka tampak sedikit
kotor.

06.10 I,II Menganjurkan klien DS:


untuk tidak banyak Pasien mengatakan
bergerak akan berhati-hati dalam
2 5 menggerakan
5 5 tangannya.
DO:
Pasien tampak berhati-
hati dalam melakukan
aktivitas

06.20 III Meanjurkan keluarga DS:


untuk membawa Pasien tampak makan
makanan favorit pasien dan minum di bantu
sementara(pasien) keluarga
berada di rumah sakit DO:
atau fasilitas perawatan Pasien makan menu
favorit

EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/tgl No Evaluasi TTD
Dx
1. Senin, I S : Pasien mengatakan merasakan nyeri
12November pada pergelangan tangan kanan..
2018 P : post oref
Q : nyeri seperti di sayat-sayat
R : pergelangan tangan kanan
S: 6
T : Hilang timbul

O : Pasien tampak menahan nyeri.


TD : 140/90mmHg
N : 86x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,40C
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

II S : Pasien mengatakan takut menggerakan


tangannya.
O : pasien berhati-hati saat menggerakan
tangannya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

III S: -pasien tampak kurang nafsu makan


O:- Pasien makan 2 sendok makan, minum
100cc
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi.

2 Selasa, 13 I S : Pasien mengatakan nyeri sedikit


November berkurang .
2018
P : post oref
Q : di sayat-sayat
R : pergelangan tangan kanan
S:5
T : Hilang timbul
O : Pasien tampak menahan nyeri.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.

II S : Pasien mengatakan menggerakan


tangan kanan sedikit (meskipun nyeri).
O : Pasien berhati-hati saat menggerakan
tangan.
TD : 130/80mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,60C
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.

III S: - pasien tampak mulai nasfu makan


meningkat
O:
- Pasien makan 4 sendok makan, minum
150cc
A: masalah sebagian teratasi
P: lanjutkan intervensi

3 Rabu, 14 I S : Pasien mengatakan nyeri berkurang .


November
2018 P : post oref
Q : di sayat-sayat
R : pergelangan tangan kanan
S:4
T : Hilang timbul
O : Pasien tampak memegang tangannya.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
II S : Pasien mengatakan sedikit-sedikit
menggerakan tangan kanan (meskipun
nyeri).
O : Pasien berhati-hati saat menggerakan
tangan.
TD : 130/80mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
S : 360C
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.

III S:-pasien udah nafsu makan


O:- Pasien makan 1 porsi makan habis,
minum 180-230cc
A: masalah sebagian teratasi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai