Oleh:
WAGIRI
NIM.1820161128
PENDAHULUAN
Fraktur radius distal adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius distal
yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun
trauma tidak langsung (Noor, 2012). Fraktur adalah suatu perpatahan pada
kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau
primpilan korteks, biasanya patahan tersebut lengkap dengan fragmen tulangnya
bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika
salah satu rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka . Kebanyakan fraktur
pergelangan tangan dapat terjadi baik akibat jatuh dengan posisi lengan terbuka
maupun pukulan langsung saat kecelakaan kendaraan bermotor maupun perkelahian.
Fraktur tulang pergelangan tangan lengan merupakan cedera yang tidak stabil,
fraktur non dislokasi jarang terjadi. Stabilitas fraktur bergantung pada jumlah energi
yang diserap selama cedera dan gaya otot besar yang cenderung menggeser fragmen
(Thomas dkk, 2011). Menurut data pasien rawat inap di bagia catatan medik ruang
bedah kemuning 5 RSUP Hasan Sadikin Bandung, jumlah penderita fraktur selama 1
bulan terakhir ini yaitu dari bulan november 2018 sebanyak 12 pasien, dari jumlah
pasien fraktur tersebut yang mengalami fraktur radius adalah 3 pasien.( catatan medik
ruang bedah kemuning 5 rsup.bandung.)
Berbagai masalah muncul pada pasien dengan fraktur baik secara fisik,
psikoaoail, maupun ekonomi. Secara fisik penderita cidera pada tubuhnya yang dapat
menyebabkan rasa sakit, kerusakan fungsi, adanya perdarahan pada tempat cidera,
dari segi ekonomi dimana perawatan penderita fraktur memerlukan biaya yang
banyak karena lamanya proses penyembuhan. Perawat perlu memprioritaskan
keperawatan yang di lakukan dengan mencegah cidera tulang atau jaringan lebih
lanjut, menghilangkan nyeri, mencegah terjadinya komplikasi, memberikan informasi
tentang kondisi dan kebutuhan pengobatanya. Dalam melakukan asuhan keperawatan
perawat harus mampu mengelola pasien dengan fraktur secara komprehensif dan
tetap memandang pasien sebagai manusia yang utuh baik biologis, psikososial,
sosiokultural maupun spiritual.
E. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang
perawatan pada pasien dengan fraktur radius distal.
2. Universitas Muhammadiyah Kudus
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang dan dapat dipakai
sebagai salah satu bahan bacaan kepustakaan.
3. Rumah Sakit
Agar dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan fraktur radius distal, serta dapat
meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan pada pasien.
4. Penulis Berikutnya
Agar dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah
yang lebih komprehensif.
BAB II
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2014). Fraktur atau yang seringkali disebut
dengan pataha tulang, adalah sebuah patah tulang yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (
Wijaya & Putri, 2013 : 235).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2012, hal. 2372). Penanganan pada kasus fraktur
radius 1/3 distal dekstra salah satunya adalah dengan tindakan
pembedahan dan konservatif. Tindakan konservatif antara lain:
pemasangan gips, bidai, traksi tulang, dan reposisi. Sedangkan tindakan
operatif yaitu operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dan OREF
(Open Reduction External Fixation) (Davis & Kneale, 2011)
B. KLASIFIKASI FRAKTUR :
klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis, terjadi karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang ( infeksi, Tumor, kelainan bawaan)
dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
3. Fraktur stress, terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang
sekali ditemukan pada anggota gerak atas.
Klasifikasi Klinis :
Klasifikasi Radiologis :
Derajat 1 :
Luka <1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.
Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan \
kontaminasi minimal
Derajat II :
Laserasi > 1 cm
kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap atau avulsi
fraktur kominutif sedang
kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
1. Jumlah Garis
3. Bentuk Fragmen
C. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak
langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang
di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2013:627)
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut (Doenges, 2013:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang
mengakibatkan fraktur
2) Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat kejadian kekerasan.
3) Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang
abnormal(kongenital,peradangan, neuplastik dan metabolik).
D. Pathway
(Sjamsuhidayat, 2010)
Trauma langsung
Reduksi Kerusakan
Jaringan Tulang
Pembedahan terbuka/Orif
Gangguan
Mobilisasi Pemasangan srew, Pen Penekanan pada
Kulit
Terjadi jalan Kerusakan jaringan
Resiko kerusakan
masuk Organisme
integritas kulit
Nyeri akut
Resiko Infeksi
E. PATOFISIOLOGI
Gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
integritas kulit (Sjamsuhidayat, 2010).
Jika tulang sudah patah, maka jaringan lunak disekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang dan terjadi pendarahan yang cukup berat. Bekuan
darah terbentuk pada daerah tersebut, bekuan akan membentuk jaringan granulasi,
dimana sel-sel pembentukan tulang primitive berdiferensiasi menjadi kondroblas dan
osteoblast. Kondroblas akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium
dan terbentuk lapisan tevbal (kalus) disekitar lokasi fosfat. Lapisan ini terus menebal
dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu terjadi
penyambungan tulang Sjamsuhidayat, 2010).
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur (Nur arif dan Kusuma, Buku NANDA NIC NOC
2015 jilid 2)
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olah raga)
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain
G. PENATALAKSANAAN
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan dibawa
fraktur
2) Observasi warna
4) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada
lokasi cedera
a. Fase hematoma : apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh
darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem havers mengalami robekan
dan akan membentuk hematoma di kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar
akan diliputi periosteum, periosteum akan terdorong dan dapat mengalami
robekan akibat tekanan hematoma sehingga terjadi ekstravasasi darah ke
dalam jaringan lunak. Osteosit di daerah fraktur akan kehilangan darah dan
mati sehingga menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati
pada sisi fraktur setelah trauma.
Sel yang berkembang biak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik yang
apabila berada dalam keadaan yang tepat akan membentuk tulang sejati dan
kadang tulang kartilago. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler
kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk
suatu tulang imatur yang disebut woven bone.
Tulang fibrosa yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat, gerakan
pada tempat fraktur semakin berkurang. 4 minggu setelah cedera, fraktur
menyatu. Pada pemeriksaan radiologis, moven bone terlihat, merupakan
indikasi radiologic pertama terjadi penyembuhan fraktur.
d. Fase Konsolidasi
Moven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamerlar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
e. Fase Remodelling
Terjadi resepsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada
tulang dan kalus eksternal perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediate
berubah menjadi tulang.(Andra,2013)
H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Pada umumnya pasien fraktur mengalami manajemen kesehatan
yang kurang baik, seperti kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan
BAK.
b. Pola Metabolik – Nutrisi
Pada umumnya pasien fraktur tidak mengalami gangguan dalam
penurunan nafsu makan, miskipun merubah misalnya makan di
rumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan
penyakit dan diet pasien.
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi di
karenakan imobilisasi, pada miksi pasien tidak mmengalami
gangguan
d. Pola Aktivitas – Latihan
Pasien Pada umumnya pasien fraktur mengalami
perubahan/gangguan akibat dari fraktur sehingga kebutuhan pasien
sering di bantu oleh perawat / keluarga.
e. Pola Istirahat – Tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang di
sebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
f. Pola Persepsi – Kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedangkan dengan
pola kognitif atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
g. Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
Pada fraktur mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan
pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup/tidak dapatbekerja
lagi.
h. Pola Hubungan – Peran
Pada pasien fraktur biasanya terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak
berguna lagi.
i. Pola Reproduksi – Seksualitas
Bila pasien sudah berkelyarga dan anak, makan akan mengalami
pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien
tidak akan mengalami gangguan.
j. Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping
Pada umumnya pasien fraktur terutama, pada anak-anak akan
mengalami ketakutan dan kepanikan saat di rawat di rumah sakit.
k. Nilai - Pola Keyakinan
Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan
selama sakit atau hanya berdoa di tempat tidur
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Data
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 58 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / Bangsa : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Cimahi Selatan, Bandung
Tanggal Masuk RS : 7-11-2018
Diagnosa Medis : Post Oref
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cimahi Selatan, Bandung
Hubungan Dengan Pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
o Keluhan Utama
Pasien mengatakan Nyeri di lengan tangan kanan.
o Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan tanggal 7 Nzovember 2018 pasien sedang pulang
kerja mengandarai montor sendiri, dan dari arah berlawanan saat
pasien mau belok kanan datang montor dengan kecepatan tinggi
menabrak pasien, pasien jatuh dari montor dan tangan kanan buat
timpanan sehingga terluka kemudian di bawa ke rumah sakit Hasan
Sadikin Bandung. Setelah di lakukan rontgen pasien mengalami patah
tulang di daerah radius. Kemudian pasien di bawa ke ruang operasi
dan di lakukan pemasangan pen pada tanggal 9 November 2018.
Setelah di ruang operasi pasien dipindahkan di ruang kemuning 5
untuk mendapatakan terapi lanjutan post operasi. Pada tanggl 12
November 2018 pasien mengatakan nyeri pada peergelangan tangan
kanan dan nyeri hilang timbul saat di buat gerak, nyeri bersekala 6 dan
nyeri seperti di sayat-sayat.
o Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah di rawat di RS sebelumnya, pasien
belum pernah mengalami sakit seperni ini sebelumnya. Pasien juga
mengatakan tidak mempuyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi,DM,dan pasien juga tidak mempuyai riwayat penyakit
menular seperti TB dan hepatitis.
o Riwayat Keluarga
Pasien dalam keluarganya tidak ada yg mengalami sakit seperti
yang di alami oleh pasien dan juga tidak ada yang mempuyai riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi,DM, dan pasien juga tidak
mempuyai riwayat penyakit menular seperti TB dan hepatitis.
o Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempuyai riwayat alergi obat-obatan,
makanan dan minuman.
o Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Serumah
3. POLA FUNGSIONAL
a. Pola Pernafasan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mempunyai
gangguan pernafasan.
- Selama sakit : pasien tidak mengalami gangguan pernafasan,
frekuensi pernafasan 22x/mnt.
b. Kebutuhan nutrisi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan makan teratur 3x sehari,
dan minum 7-8 gelas dalam sehari.
- Selama sakit : pasien makan tidak teratur 3x sehari dengan
porsi yang di sediakan RS dan di makan hanya 2 atau 3 sendok ,
dan minum 4-6 gelas dalam sehari. Tekadang perut terasa mual.
c. Kebutuhan eliminasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 4-5x dan BAB 1x
lancar setiap hari.
- Selama sakit : pasien mengatakan selama di RS BAB 2x dan
BAK 3-4x sehari.
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur teratur 7-8 jam dalam
sehari.
- Selama sakit : pasien mengatakan terkadang sulit tidur karena
merasakan sakit pada tangan kanan dan tidak terbiasa dengan
lingkunga rumah sakit.
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
- Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit meterasa
nyaman dan aman.
- Selama sakit : pasien mengatakan merasakan nyeri pada
tangan kanannya, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan.
P : nyeri post operasi,nyeri saat bergerak.
Q : di sayat-sayat
R : pergelangan tangan kanan
S:6
T : tulang timbul
f. Kebutuhan berpakaian
- Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa memakai pakaian
sendiri.
- Selama sakit : pasien memerlukan bantuan keluarga untuk
mengganti baju / pakaian.
g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
- Sebelum sakit : pasien suhu tubuh normal.
- Selama sakit : pasien suhu tubuh tetap normal saat di kaji
36,4oC
h. Kebutuhan personal hygiene
- Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari pagi dan sore.
- Selama sakit : pasien megatakan hanya di sibin 2x sehari pagi
dan sore.
i. Kebutuhan gerak dan keseimbangan
- Sebelum sakit : pasien bergerak secara normal.
- Selama sakit : pasien susah bergerak pada lengan kanan, yang
lainnya normal.
j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
- Sebelum sakit : pasien berkomunikas dengan baik, baik
dengan keluarga maupun orang lain.
- Selama sakit : pasien berkomunikasi dengan baik, dengan
keluarga, perawan dan pasien lainya.
k. Kebutuhan spiritual
- Sebelum sakit : pasien beragama islam, pasien sehari
melakukan sholat 5 waktu.
- Selama sakit : pasien beragama islam, pasien tetap
melakukan sholat 5 waktu di tempat tidur.
l. Kebutuhan bekerja
- Sebelum sakit : pasien melakukan pekerjaan sebagai
wiraswasta.
- Selama sakit : pasien hanya terbaring di tempat tidur, dan
pasien cuti selama sakit.
m. kebutuhan bermain dan rekreasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jika liburan di isi dengan
jalan-jalan dengan keluarga ke tempat rekreasi.
- Selama sakit : pasien mengatakan hanya bisa bercanda
dengan keluarga.
n. Kebutuhan belajar
- Sebelum sakit : pasien mengatakan belajar untuk mensyukuri
hidup.
- Selama sakit : pasien mengatakan dengan keadaan seperti
ini pasien dapat belajar dengan pengalamanya untuk lebih berhati-
hati lagi dalam melakukan tindakan.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : compos mentis
GCS E : 4 M : 6 V : 5
TTV : TD : 140/80mmHg RR : 18x/menit
N : 78x/menit S : 36,4oC
TB :165 Cm
BB sebelum sakit : 57 Kg
BB selama sakit :52 Kg
IMT : BB/TB2
:52/1,652
: 19.91 Kg/m2
DATA PENUNJANG
o Hasil laboratorium
Hemostatis
PT 12.8 Detik 11 – 15
InR 0.98 0.8 – 1.2
APTT 31.50 Detik 21 – 41
KIMIA
Glukosa puasa 92 mg/dl 70 – 100
Protem total H 8.3 g/dl 0.4 – 8.2
Albumin 4.20 g/dl 3.4 – 5.2
Ureum H 51.0 mg/dl 15.0 – 39
Kreatinin 1.22 mg/dl 0.80 – 1.3
Natrium 144 mEg/L 135 – 145
Kalium 3.8 mEg/L 3.5 – 5.1
Klorida 103 mEg/L 98 – 109
o Terapi
Infus RL 20 tpm
Ceftriaxone 1x2 gr
Ranitidine 2x30 mg
Ketorolac 2x30 mg
B. ANALISIS DATA
DO :
- terdapat luka post
operasi daerah radius
distal, pasien tampak
meringis kesakitan.
TD : 140/80mmHg
RR : 18x/menit
N : 78x/menit
S : 36,4oC
DO :
-terdapat luka post
operasi pemasangan pen
pada radius distal,
terdapat luka jahitan 10
cm, luka masih basah
dan warna kemerahan.
- pasien beraktivitas
sangat terbatas karena
nyeri di tangan kanan.
2 5
5 5
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
S : 36,4oC
07.25 I Memperhatikan DS :
istirahat dengan semi Pasien bersedia
flower DO :
Pasien tamapak nyaman
dan rileks
DO :
TD : 130/90mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 36,6oC
DS :
18:30 II Menganjurkan pasien
Pasien bersedia.
untuk mengubah posisi
DO :
pasien setiap dua jam
Setiap dua jam sekali
pasien merubah posisi.
DS :
Rabu, 14 I,II Memberikan obat sesuai
Pasien mengatakan
november indikasi ketolorolax 2
nyeri saat obat di
2018 amp 30 mg, cefotaxime
masukan lewat selang
21.00 2x1 gr, ranitidine 2x50
infuse.
mg
DO :
Memasukan obat
melalui infuse.
21.10 I Memonitor KH dan DS :
TTV Pasien bersedia dikaji /
di monitor.
DO :
TD : 130/80mmHg
RR : 20x/menit
N : 78x/menit
S : 36oC
EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/tgl No Evaluasi TTD
Dx
1. Senin, I S : Pasien mengatakan merasakan nyeri
12November pada pergelangan tangan kanan..
2018 P : post oref
Q : nyeri seperti di sayat-sayat
R : pergelangan tangan kanan
S: 6
T : Hilang timbul