Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN LUKA DASAR

“LUKA BEDAH”

Dosen Pembimbing :
Kharisma Pratama, MNS. WOCN

Disusun Oleh
Kelompok 3 :
1. ARDIANUS. A
2. V.FEBY
3. ROY. S
4. M. ILHAM

PROGRAM STUDI NERS REG.B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan

kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam

ciptaan-Nya,dimana Ia telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa

ajaran agama yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena dapat merampugkan makalah yang menjadi

tugas dalam mata kuliah Keperawatan Luka Dasar dengan judul “Luka Bedah’’

Selain itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak

yang sudah membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penyusun sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari

kata sempurna, maka dari itu kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk

memperbaiki karya-karya kami selanjutnya di waktu yang akan datang.

Pontianak, Maret 2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Makalah.........................................................................................3
D. Manfaat Makalah.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
A. Definisi Luka Bedah..................................................................................4
B. Klasifikasi Luka.........................................................................................4
C. Proses Penyembuhan Luka........................................................................7
D. Perawatan Luka..........................................................................................9
E. Tindakan Perawatan Luka Bedah............................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2009). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi
menjadi dua yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja
misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja
contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma)
juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Disebut luka tertutup
jika tidak ada robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan
keliatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka akibat
tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka) (Hidayat, 2006).
Luka operasi adalah luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang bertujuan
untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik & Marjiyanto, 2013). Penatalaksanaan
perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum optimal, hal ini
ditunjukkan dengan belum patuhnya perawat dalam melakukan prosedur
perawatan luka post operasi dengan benar seperti melakukan perawatan luka
operasi dengan 1 set medikasi digunakan untuk pasien secara bersama-sama
(banyak pasien), perawat tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan medikasi, perawat tidak memperhatikan tehnik steril
seperti tidak memakai sarung tangan steril saat medikasi (Rosaliya, Suryani &
Shobirun, 2011).
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal.
Artinya, tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi
dan memulihkan dirinya. Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal proses
penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat beberapa perawatan yang dapat
membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Seperti melindungi

1
2

area yang luka terbebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan untuk
membantu meningkatkan penyembuhan jaringan (Maryunani, 2013).
Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase
inflamasi (berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi
(berlangsung 3-24 hari), fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah
perlukaan dan memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Perry & Potter, 2006).
Jika lama hari rawatan pasien post laparatomi memanjang, maka akan timbul
berbagai komplikasi yang paling serius adalah infeksi dan dehiscence luka.
Infeksi luka bedah merupakan bentuk infeksi nosokomial yang besar, dan
paling diperhatikan karena dapat meningkatkan angka kematian. Dari beberapa
laporan menunjukkan angka kematian setinggi 44% (Abbot, 2007).
Wong (1995) dalam Mahyunani (2013) menyebutkan beberapa faktor yang
menghambat penyembuhan luka, yaitu : defesiensi nutrisi, gangguan sirkulasi,
stress, radiasi. Menurut Suriadi (2007), faktor umum yang dapat mengganggu
penyembuhan luka adalah usia, perfusi oksigen, malnutrisi, meningkatnya
bakteri mikroba, jaringan luka yang tua karena tertekan, stres psikologis, efek
samping dari terapi, dan kebiasaan merokok. Terkait dengan faktor-faktor
penyembuhan luka menurut Suriadi (2007) pada pasien menderita luka untuk
mempercepat penyembuhan luka adalah masukan nutrisi yang adekuat.
(Morison, 2004).
Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan
dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat
akan lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu
diperhatikan untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus
diganti lebih awal jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan
kontaminasi bakteri pada luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).
Perawatan luka sesuai dengan prosedur dan dengan teknik aseptik dapat
mencegah infeksi luka operasi (ILO) (Musta’an, Supartono & Suwarni, 2011).
Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator mutu dari suatu rumah
sakit. Infeksi luka operasi atau infeksi tempat pembedahan (ITP) adalah Infeksi
yang terjadi dalam waktu 30 hari post operasi atau dalam kurun satu tahun
3

apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien,
dokter, tim kesehatan, lingkungan dan termasuk juga instrumentasi (Setyarini,
Barus & Dwitari, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik untuk melakukan
penyusunan makalah tentang luka bedah seperti eperawatan pada luka bedah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah apakah implementasi keperawatan dalam melakukan prosedur
perawatan luka bedah dapat mencegah infeksi?
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan umum
Mengetahui implementasi perawatan luka bedah di rumah sakit dapat
mencegah infeksi
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui kesesuaian tahap kerja perawat dalam melakukan perawatan
luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat.
b) Mengetahui kesesuain alat dan bahan yang digunakan dalam perawatan
luka berdasarkan karakteristik perawat.
D. Manfaat Makalah
Diharapkan manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang perawatan yang benar danefisien pad luka
bedah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Luka Bedah
Luka yang sering terjadi diarea kebidanan yaitu, luka episiotomi, luka
bedah sectio caesarea, luka bedah abdomen karena kasus ginekologi, atau luka
akibat komplikasi proses persalinan (Maryunani, 2014). Luka merupakan suatu
keadaan yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan. Penyebabnya
bisa karena trauma, operasi, ischemia, dan tekanan (Ekaputra, 2013).

Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh


yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh dan mengakibatkan
terganggunya aktivitas sehari – hari (Damayanti, Pitriani, & Ardhiyanti, 2015).

Luka Bedah yaitu luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang bertujuan
untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik & Marjiyanto, 2013).
B. Klasifikasi Luka
1. Berdasarkan Sifat Kejadian
a) Luka disengaja (intentional traumatic)
Contoh : luka radiasi, luka bedah
b) Luka tidak disengaja (unintentional traumatic)
Contoh : Luka terbuka (abrasi / gesekan, puncture / tusukan, hautration /
akibat alat yang digunakan dalam perawatan luka), luka tertutup.
2. Berdasarkan Penyebab
a) Luka mekanik
1) Vulnus scissum (luka sayat / luka insisi / incised
wounds) à karakteristik : pinggiran luka rapi
2) Vulnus contusum (luka memar / contusion wound) à karakterisitik :
cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul
3) Vulnus laceratum (luka robek) à karakteristik : terdapat robekan
jaringan yang menyebabkan jaringan rusak
4) Vulnus puncture (luka tusuk / puncture wound) à karakteristik : luka
luar tampak kecil namun bagian dalam besar

4
5

5) Vulnus sclopetorum (luka tembak)


6) Vulnus morsum (luka gigitan) à karakteristik : tidak jelas bentuknya
7) Vulnus abrasio (luka terkikis / abraced wound) à karakteristik : tidak
sampai ke pembuluh darah
b) Luka non mekanik
Contoh : sengatan listrik, obat.
3. Berdasarkan Lamanya Proses Penyembuhan
a) Luka akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu proses penyembuhan
luka (21 hari sesuai dengan proses menutupnya luka).
Contoh : luka operasi, luka kecelakaan dan luka bakar
b) Luka kronik
Adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya
mengalami pemanjangan.
Contoh : luka tekan (dekubitus), luka karena diabetes, luka karena
pembuluh darah vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscene dan
abses.
4. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
a) Luka bersih (clean wounds)
Yaitu luka bedah yang tidak terinfeksi dan tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi). Biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Luka
tidak mengenai sistem gastrointestinal, pernapasan dan genitourinaria.
b) Luka bersih terkontaminasi (clean-contamined wounds)
Yaitu luka pembedahan dimana sistem (sistem gastrointestinal,
pernapasan dan genitourinaria) sekitar luka terkontaminasi atau
terinfeksi.
c) Luka kontaminasi (contamined wounds)
Contoh : luka traumatik, luka terbuka, luka bedah dengan asepsis
yang buruk.
6

d) Luka infeksi (infected wounds)


Yaitu luka dimana area luka terdapat patogen dan disertai tanda-
tanda infeksi.
5. Berdasarkan Kedalaman Jaringan
a) Superficial : hanya jaringan epidermis
b) Partial thickness : luka yang meluas sampai ke dermis
c) Full thickness : luka meluas hingga ke lapisan yang paling dalam dari
jaringan subkutan hingga ke pascia dan struktur di bawahnya seperti oto,
tendon atau tulang.
6. Berdasarkan Stadium
1. Stadium I
Lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan warna.
2. Stadium II
Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan
dermis. Eritema di jaringan sekitar yang nyeri, paas dan
oedema. Exudate (nanah) sedikit sampai sedang.
3. Stadium III
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan subkutan, dengan
terbentuknya rongga (cavity). Exudate sedang sampai banyak.
4. Stadium IV
Kehilangan jaringan subkutan dengan terbentuknya rongga (cavity)
yang melibatkan otot, tendon dan tulang. Exudate sedang sampai banyak.
7. Berdasarkan Penampilan Klinis
a) Nekrotik (hitam) : eschar (jaringan parut) yang mengeras dan mengering
atau lembab.
b) Sloughy (kuning) : jaringan mati yang fibrous (tidak elastis)
c) Terinfeksi (kehijauan) : terdapat tanda-tanda klinis adanya infeksi seperti
nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat
d) Granulasi (merah) : jaringan granulasi yang sehat
e) Epitelisasi (merah muda) : terjadi epitelisasi.
7

C. Proses Penyembuhan Luka


Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa
terjadi tumpang tindih (overlap). Proses penyembuhan luka tergantung pada
jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut. Fase penyembuhan luka
meliputi :
1. Fase Inflamasi
Fase ini muncul segera setelah injury dan dapat berlanjut sampai 5
hari. Dimulai saat terjadinya luka dan terjadi proses hemostatis yang
ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang
rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang
rusak. Tanda-tanda inflamasi disekitar luka antara lain : kemerahan (rubor),
hangat (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (fungsi
laesa).
2. Fase Proliferasi / Epitelisasi
Fase ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast
(sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam proses
proliferasi. Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan
menginfiltrasi luka. Penampilan klinisnya antara lain dasar luka merah cerah
(granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan darah,
adanya kulit baru (epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka.
3. Fase maturasi / Remodelling
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung
sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Pada
fase ini terjadi repitelisasi, kontruksi luka, dan organisasi jaringan ikat.
Dimana luka sudah menutup sempurna pada hari ke-21 dan akan muncul
bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama proses maturasi
berlangsung. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil
dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka.
8

1. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a) Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran
darah yang baik utnuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
b) Aneia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup.
c) Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan
atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan
dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
d) Penyakit lain
Mempengaruhi proses penyembuhan luka. Seperti diabetes dan
ginjal dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
e) Nutrisi
Merupakan unsur pertama dalam membantu perbaikan sel, terutama
karena kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya, sebagai contoh
vitamin A untuk membantu proses epitelisasi/penutupan luka dan sintesis
kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang
mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lainnya.
5. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres
6. Tehnik penanganan luka yang tidak tepat
7. Lokasi luka (mobilitas pasien)
8. Status imunologi
9. Kadar gula darah (impaired white cell function) dan Kadar albumin
darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
9

2. Tipe Penyembuhan Luka


a) Primary intention healing
Jaringan yang hilang minimal, tepi luka dapat kembali melalui
jahitan, klip atau plester
b) Delayed primary intention healing
Terjadi ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing yang
menghambat penyembuhan.
c) Secondary healing
Proses penyembuhan tertunda dan hanya bisa terjadi melalui proses
granulasi, kontraksi dan epitelisasi. Pada tipe ni menghasilkan scar.
D. Perawatan Luka
1. Pengertian Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan
meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi.
Perawatan luka operasi adalah Perawatan luka yang dilakukan pada pasien
operasi dengan tujuan mencegah infeksi dan merasa aman.
2. Tujuan Perawatan Luka
a) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
b) Absorbsi drainase.
c) Menekan dan imobilisasi luka.
d) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
e) Menghambat atau membunuh mikroorganisme.
f) Mencegah perdarahan.
g) Mencegah luka dari kontaminasi.
h) Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
i) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.
3. Indikasi Perawatan Luka
a) Balutan kotor dan basah akibat eksternal
b) Terdapat rembesan eksudat
c) Mengkaji keadaan luka
d) Untuk mempercepat debridement (pengangkatan) jaringan nekrotik
10

4. Masalah yang Terjadi pada Luka Bedah


a) Perdarahan
Ditandai dengan adanya perdarahan yang disertai perubahan tanda
vital seperti adanya peningkatan denyut nadi, kenaikan pernapasan,
penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta
keadaan kulit yang dingin dan lembap.
b) Infeksi
Dapat terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan,
demam atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka
mengeras, serta adanya kenaikan leukosit.
c) Dehiscene
Merupakan pecahnya luka secara sebagian atau seluruhnya yang
dapat dipengaruhi oleh faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,
terjadinya trauma, dan lain-lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu
tubuh (demam), dan rasa nyeri pada daerah luka.
E. Tindakan Perawatan Luka Bedah
1. Ganti Balutan
a) Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan
luka, melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah
terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan yang kotor
dengan balutan yang bersih.
b) Tujuan
1) Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan
dapat menjaga kebersihan luka
2) Melindungi luka dari kontaminasi
3) Dapat menolong hemostatis (bila menggunakan elastis verband)
4) Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5) Menurunkan pergerakan dan trauma
6) Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
11

c) Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
d) kontra Indikasi
1) Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab
sehingga mikroorganisme dapat hidup
2) Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan-
gesekan pembalut.
e) Persiapan Alat
1) Alat-alat steril
 Pinset anatomis 1 buah
 Pinset sirugis 1 buah
 Gunting bedah/jaringan 1 buah
 Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
 Kassa desinfektan dalam kom tertutup
 Sarung tangan 1 pasang
 Korentang/forcep
2) Alat-alat tidak steril
 Gunting verban 1 buah
 Plester
 Pengalas
 Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
 Nierbeken 2 buah
 Kapas alkohol
 Aceton/bensin
 Sabun cair anti septik
 NaCl 9 %
 Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
 Sarung tangan 1 pasang
 Masker
 Air hangat (bila dibutuhkan)
12

 Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah


13

2. Pelaksanaan Perawatan Luka


 Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
 Dekatkan alat-alat ke pasien
 Pasang sampiran
 Perawat cuci tangan
 Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
 Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
 Letakkan pengalas dibawah area luka
 Letakkan nierbeken didekat pasien
 Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
 Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan
ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan
sejajar dengan kulit dan kearah balutan. (Bila masih terdapat sisa perekat
dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin)
 Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan berlahan
 Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
 Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
 Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat
luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
 Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
 Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
 Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan
terapi)
 Menutup luka dengan cara :
 Balutan kering
 Lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan
bagian sekeliling kulit
14

 Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap


 Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
 Balutan basah – kering
 Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan
fisiologik untuk menutupi area luka
 Lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
 Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
 Balutan basah – basah
 Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan
fisiologik untuk menutupi luka
 Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
 Lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan
dengan cairan fisiologik
 Plester dengan rapi
 Buka sarung tangan dan masukan ke dalam nierbeken
 Lepaskan masker
 Atur dan rapikan posisi pasien
 Buka sampiran
 Evaluasi keadaan umum pasien
 Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi
 Cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
3. Angkat Jahitan
a) Pengertian
Mengangkat atau membuka benang jahitan pada luka yang
dijahit. Gunanya untuk menjegah timbulnya infeksi dan tertinggalnya
benang.
Operasional dilakukan pada :
1) Luka operasi yang sudah waktunya diangkat jahitannya
15

2) Luka pasca bedah yang sudah sembuh


3) Luka infeksi oleh karena jahitan
b) Persiapan
1) Persiapan Klien
 Cek perencanaan Keperawatan klien
 Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
2) Persiapan Alat
 Set angkat jahitan seteril
 Kapas bulat / lidi kapas
 Bengkok
 Gunting dan plester
 Alkohol 70 % / wash bensin
 Kantong balutan kotor
 Kassa / tufer dalam tromol
 Bethadine 10 %
c) Pelaksanaan
 Perawat cuci tangan
 Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
 Atur posisi klien sesuai kebutuhan
 Meletakan set angkat jahitan didekat klien atau didaerah yang mudah
dijangkau
 Membuka set angkat jahitan seteril
 Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan dimasukan kedalam
kantong balutan kotor, bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas
bensin
 Mendisinfeksi sekitar luka operasi dengan kapas alkohol 70 % dan
mengolesi luka operasi dengan bethadine 10 %
 Melepaskan jahitan satu persatu selang seling, dengan cara :
16

 Menjepit simpul jahitan dengan pinset anatomis dan ditarik sedikit


keatas kemudian menggunting benang dibawah simpul yang berdekatan
dengan kulit atau pada sisi yang lain yang tidak simpul
 Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadine
 Menutup luka dengan kassa kering dan diplester
 Merapihkan klien dan alat – alat dibereskan
 Perawat cuci tangan
 Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
d) Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
e) Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon
klien, hasil tindakan, Kondisi luka, perawat yang melakukan ) pada
catatan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Berdasarkan Sifat Kejadian
1) Luka disengaja (intentional traumatic)
Contoh : luka radiasi, luka bedah
2) Luka tidak disengaja (unintentional traumatic)
Contoh : Luka terbuka (abrasi / gesekan, puncture / tusukan, hautration /
akibat alat yang digunakan dalam perawatan luka), luka tertutup.
Perawatan Luka pada Bedah Kebidanan Adalah Perawatan luka yang
dilakukan pada pasien post operasi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2009. Perawatan Luka Operasi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Hidayat. 2006. Prosedur Perawatan Luka Bekas Operasi. Yogyakarta :


Rineka Cipta.3.

Ensiklopedia, 2010. Bedah Sesar. (Online),


(http://www.wikipedia.ensiklopedia.com/2010/09/01/bedah-sesar.html .Diakses
tanggal,22-02-2020, jam 10.58 WIB).

Murtutik & Marjiyanto, 2013. Keperawatan Luka.Jakarta : Salemba


Medika.6.

Iqbal, 2010. Sectio Sesarea II. (Online),


http://www.Iqbalbaldctr2002.co.cc/2010/04/17/serctio-sesarea-II.html/ .diakses
tanggal,24-02-2020, jam 15.00 WIB).

Makalah Keperwatan Perawatan Luka Operasi (2016)


http://portaledukasi11.blogspot.com/2017/12/makalah-perawatan-pada-pasien-
luka.html Diakses pada tanggl 19 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai