Anda di halaman 1dari 18

KONSEP STERILISASI DAN DESINFEKSI

KEPERAWATAN MEDIKAL

Oleh :

Kelompok 5/ Kelas B 2020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KONSEP STERILISASI DAN DESINFEKSI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
dengan dosen pembimbing Ns., Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB

Oleh :
Novita Putri Eka W 202310101029
Rauuf Thrisna Adjie 202310101131
Nissa Luthfiana Zaki 202310101124
Ririn Nurhidayah 202310101134
Indri Widiasari 202310101121
Azhari Trisna 202310101139

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa Pada Kasus
Total Knee Replacement” ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan tugas makalahini, kami mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB. selaku dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah (PJMK) Keperawatan Bedah sekaligus dosen pembimbing penyususnan
makalah.
2. Semua pihak yang telah membantu sampai terselesaikannya tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini banyak kekurangannya, baik dalam
penulisannya maupun dalam isinya, untuk itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Semoga dengan
terselesaikan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bermanfaat
pula untuk Keperawatan Bedah kedepannya.

Jember, 06 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4

1.11. Latar Belakang.......................................................................................... 4


1.22. Tujuan....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 6

2.1 Konsep Dasar Sterilisasi................................................................................ 6

2.1.1 Definisi Sterilisasi........................................................................ 6


2.1.2 Tujuan Sterilisasi........................................................................ 6
2.1.3 Metode Sterilisasi....................................................................... 6
2.1.4 Cara Sterilisasi........................................................................... 9

2.2 Konsep Dasar Desinfeksi....................................................................... 13

2.2.1 Definisi Desinfeksi....................................................................... 13


2.2.2 Tujuan dan Manfaat Desinfeksi................................................... 14
2.2.3 Cara Desinfeksi............................................................................ 14

2.3 Sterilisasi dan Desinfeksi...................................................................... 16

2.3.1 Desinfektan dan Antiseptik....................................................... 16


2.3.2 Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi.......................................... 17

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 18

Kesimpulan………………………………………..….………………. 18
Saran …………………………………….….………………………… 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………….….…………………………. 20


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kesehatan merupakan salah jenis pekerjaan yang memliki risiko cukup
tinggi terpapar infeksi dan penyakit menular. Beberapa Jenis penyakit yang dapat
menular meliputo ISPA, HIV, TB Paru, Hepatitis, dan lain-lain. Infeksi dapat terjadi
melalui pasien dengan petugas Kesehatan di lingkungan kesehatan. Kemudian
Perpindahan infeksi membutuhkan sejumlah persyaratan diantaranya terdapat
sumber infeksi, cara perpindahannya dan perantara (Mulyanti, Sri & Putri cit.
Virginia, 2020). Menurut penelitian terdapat strategi dalam pencegahan infeksi yang
cukup terjangkau, diantaranya dengan menerapkan proses dekontaminasi dan
pembersihan alat-alat kotor kemudian dilanjutkan sterilisasi dan desinfeksi
(Sulistiani et al., 2021).
Peralatan medis yang belum melewati proses desinfeksi dan sterilisasi dapat
menyebabakan terjadinya infeksi salah satunya adalah infeksi nosocomial (Maryani
& Cahyono, 2016). RSUD Setjonegoro kabupaten Wonosobo terdapat laporan kasus
infeksi nosocomial sebesar 1,5% dari total pasien rumah sakit. Selain itu , Penelitian
yang dilakukan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2010 menunjukkan
sebanyak 4,4 % kasus infeksi nosocomial. Sedangkan Penelitian dari RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta sebamyak 7,95% kasus infeksi nosokomial pada tahun 2010.
Sementara itu di Indonesia sendiri menurut hasil surveil yang di lakukan oleh Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terdapat sekitar 3% - 21% angka
kejadian infeksi nosokomial pada tahun 2010 (Leksanawati et al., 2020).
Infeksi yang disebabkan karena buruknya pelayanan pada fasilitas Kesehatan
atau disebut dengan infeksi nosocomial sudah menjadi masalah serius yang saat ini
menjadi persoalan di berbagai negara, Infeksi ini dapat mengakibatkan
meningkatnya mordalitas serta mortalitas serta memperpanjang masa perawat pasien
infeksi ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, dapat berasal dari dalam dari
maupun berasal dari factor lingkungan. Faktor instrinsik seperti umur, jenis kelamin
juga dapat mempengaruhi infeksi ini. Selain ini factor keperawatan juga dapat
mempengaruhi seperti menurunkan standar keperawatan, banyaknya penderita serta
factor microba juga dapat menyebabkan pasien di suatu rumah sakit mengalami
infeksi nosomial. (Sitorus, 2020)
Sebagai upaya dalam mencegah terjadi infeksi terutama di pelayanan kesehatan.
Penerapan Standart Precaitions dapat menjadi salah Tindakan usaha perawat dalam
usaha perlingdungan diri serta menjaga lingkungan dalam mencegah infeksi.
Tindakannya dapat meliputi selalu Cuci tangan, Penggunaan APD, Pengolah jarum
suntik, Sterilisasi peralatan dan Etika Ketika batuk

1.2 Rumusan Masalah

1) Jelaskan definisi dan Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi


2) Seperti apakah Metode Sterilisasi dan Desinfeksi
3) Bagaimana Cara Sterilisasi dan Desinfeksi
4) Apakah perbedaan dari Sterilisasi dan Desinfeksi

1.3 Tujuan

1) Mengetahui definisi dan Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi


2) Mengetahui Metode Sterilisasi dan Desinfeksi
3) Mengetahui Cara Sterilisasi dan Desinfeksi
4) Mengetahui perbedaan dari Sterilisasi dan Desinfeksi

1.4 Manfaat

1.4.1 Khusus

Mahasiswa mampu memahami dengan baik Proses Sterilisai dan Desinfeksi


dengan baik serta mampu menerapkannya dengan baik

1.4.2 Umum

Tenaga Kesehatan mampu menerapkan konsep serta praktik Sterilisasi dan


Desinfeksi dengan baik dalam lingkup kesehatan
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1Definisi dan Tujuan Sterilisasi

Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan proses dengan metode


tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak
dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme. Sterilisasi adalah suatu cara
untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media dan lain-lain) dan
mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya. Atau bisa dikatakan
sebagai proses untuk membebaskan sesuatu benda dari semua mikroorganisme,
baik bentuk vegetative maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan
pada bidang mikrobiologi untuk mencegah opencernaan organisme luar, pada
bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis. Sterilisasi merupakan
proses (kimia maupun fisika) yang membunuh semua bentuk kehidupan
terutama mikroorganisme. Sterilisasi adalah proses penghilangan seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri (Nursalam, dan
Kurniawati, 2007)

A. Metode dan cara sterilisasi dapat melalui 2 jenis yaitu sterilisasi secara fisis dan
secara kimia/chemical.
a. Sterilisasi secara fisis
 Metode Radiasi
Dalam mikro biologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak
digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet, radiasi sinar gamma atau sinar
X dan sinar matahari. Sinar matahari banyak mengandung sinar
ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk proses
sterilisasi. Sinar UV atau sinar ultraviolet digunakan dalam proses
sterilisasi untuk memusnahkan berbagai mikroba yang tertempel. Sinar
ultraviolet yang diserap oleh sel organisme yang hidup, khususnya sel
organisme yang hidup khususnya nukleotida maka elektron-elektron dari
molekul sel hidup akan mendapat tambahan energi. Tambahan energi ini
kadang-kadang cukup untuk mengganggu bahkan merusak ikatan
intramolekuler, misalnya ikatan atom hidrogen dalam DNA. Perubahan
intramolekuler ini menyebabkan kematian pada sel-sel tersebut. Pada
radiasi sinar gamma, biasanya dilakukan untuk sterilisasi alat-alat logam,
karet serta bahan sintesis seperti contoh pulietilen.
 Metode pemanasan secara kering
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi.
Teknik sterilisasi ini dilakukan menggunakan ove. Untuk mencapai
efektivitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara 160 oC s/d
180oC. pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel
hidup dan jaringan. Hal ini disebabkan terrjadinya auto oksidasi sehingga
bakteri pathigen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat
udara, hal mana telah diketahui bahwa udara memerlukan waktu cukup
lama, rata-rata waku yang diperlukan 45 menit. pada metode pemanasan
kering ini secara rutin dipergunakan untuk mesterilisasikan alat-alat
pipet, tabung reasksi, stick swab, jarum operasi, jarum suntik, syringe.
Oleh karena temperatur tinggi sangat mempengaruhi ketajaman jaruma
tau gunting
 Metode pemanasan secara intermittent/terputus-putus
John Tyndall (1877) memperoleh dari hasil penelitiannya bahwa pada
temperatur didih (100oC) selama 1 jam tidak dapat membunuh semua
mikroorganisme tetapi apa bila aor dididihkan berlang-ulang sampai lima
kali dan setiap air mendidih istirahat berlangsung 1 menit akan sangat
berhasil untuk membunuh kuman.
 Metode pemanasan dengan air dan pengaruh tekanan (auto
calave/autoklaf)
Benda yang akan disterilisasi diletakkan di atas lempengan saringan dan
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemansan dilakukan hingga
air mendidih (diperkirakan pada suhu 100oC), pada tekanan 15 lb
temperatur mencapai121oC. orgnisme yang tidak berspora dapat
dimatikan dalam tempo 10 menit saja.
 Metode incineration (Pembakaran Langsung)
Alat-alat platina, khrome yang akan disteril dapatdilakukan melalui
pembakan secara langsung pada nyala lampu bunzen hingga mencapai
merah padam. Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini alat-
alat tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Tetapi memiliki keuntungan
bahwa seluruh mikroorganisme akan hancur.
 Metode Penyaringan (Filtration)
Metode penyaringan dapat membunuh mikroorganisme tetapi
mekroorganisme yang tetap berada material tersebut. Bahan filter adalah
sejenis porselin yang berpori yang dibuat khusus dari masing-masing
pabrik. Teknik sterilisasi ini menggunakan saringan berukuran 0,22
mikron atau 0,45 mikron atau merupakan saringan yang berpori sangat
kecil. Cairan yang akan disterilkan melewati saringan sehingga bakteri
tertahan di saringan tersebut. Sterilisasi dengan filtrasi dilakukan untuk
mensterilkan bahan yang mudah rusak jika terkena panas dan bahan
yang tidak tahan panas seperti contoh adalah larutan enzim antibiotik.
b. Sterilisasi secara Kimia
Sterilisasi kimiawi merupakan sterilisasi menggunakan bahan-bahan kimia
seperti, alkohol, fenol, HgCl2 ataupun ozon. Sterilisasi kimia biasanya
dilakukan untuk mensterilkan secara langsung dengan menyemprotkan alat
dan bahan yang akan digunakan, contohnya penyemprotan tangan dengan
alkohol sebelum melakukan isolasi bakteri ataupun meja kerja terlebih
dahulu disemprotkan alkohol sebelum mengisolasi bakteri.

B. Definisi Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme petogen
pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian terhadap endospora bakteri.
Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh
kuman patogen dan apatogen tetapi tidak membunuh spora yang terdapat pada
alat perawatan maupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan
bahan desinfeksi melalui cara mencuci, mengoles, meredam, dan menjemur utuk
mencegah terjadinya infeksi dan mengkondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan
objek, kandungan zat organik, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi
dan waktu pemanasan kealamian objek, suhu, sera derajat pH.

C. Tujuan dan Manfaat Disinfeksi


Tujuan dan manfaat yang didapatkan dari proses disinfeksi diantaranya
adalah:
a. Dengan menggunakan campuran kimia cair atau pasteurisasi basah dapat
menghancurkan atau membunuh organisme patogen pada objek atau
instrumen, namun tidak termasuk spora bakteri. Mikroba tersebut dapat
berupa virus dan bakteri.
b. Mengontrol pertumbuhan mikroorganisme.
c. Pencegahan adanya pemindahan bibit penyakit ke tubuh manusia dengan
upaya memutus rantai keduanya dengan desinfektan.
d. Dalam perkembangannya, tujuan proses desinfeksi berkembang sebagai
oksidasi materi organik dan anorganik (Fe, Mn).
Fungsi disinfektan pada umumnya yaitu berguna untuk mengganggu
metabolisme serta pertumbuhan bakteri yang akan berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan atau bahkan matinya bakteri. Bakteri yang dibunuh oleh bahan
disinfektan sebagian besar bersifat patogen.
Sementara itu, manfaat dari disinfektan diantaranya adalah:
a. Sebagai pembersih permukaan benda-benda seperti contoh adalah alat-
alat kesehatan dari bebagai bakteri, jamur maupun virus yang dapat
menjadi sumber penyakit.
b. Salah satu cara untuk menurunkan resiko penularan penyakit.
c. Digunakan untuk sanitasi ruangan untuk pencegahan perpindahan bibit
penyakit.

2.6 Cara Melakukan Desinfeksi


Desinfeksi didefinisikan sebagai suatu cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi mikroorganisme berbahaya seperti bakteri, virus, dan jamur sehingga tidak
menyebabkan penyakit ataupun masalah yang lain. Terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan desinfeksi sehingga alat yang sudah didesinfeksi tidak akan
membahayakan kesehatan dan aman ketika digunakan kembali. Desinfeksi secara
umum dapat dilakukan dengan cara pemanasan dengan suhu 75-100ºC atau dengan cara
kimiawi (cairan kimia) (Depkes, 2002)
Berdasarkan cara kerja dan cakupannya, desinfeksi terbagi menjadi 3 bagian yaitu
desinfeksi tingkat rendah, desinfeksi tingkat sedang, dan desinfeksi tingkat tinggi.
Berikut merupakan penjelasan cara dari masing-masing desinfeksi bekerja sesuai
cakupannya:
2.6.1 Desinfeksi Tingkat Rendah
Desinfeksi tingkat rendah merupakan desinfeksi tingkat pertama yang dapat
membunuh sebagian kecil mikroorganisme berbahaya seperti bakteri, virus, dan
juga jamur.
2.6.2 Desinfeksi Tingkat Sedang
Desinfeksi tingkat sedang didefinisikan sebagai desinfeksi tahapan kedua
atau pertengahan setelah desinfeksi rendah. Desinfeksi sedang ini bekerja dengan
cara membunuh sebagian besar dari mikroorganisme berbahaya yang meliputi
bakteri, virus, dan jamur. Desinfeksi tingkat sedang ini biasa digunakan pada alat
pelayanan kesehatan yang bersifat non kritis
2.6.3 Desinfeksi Tingkat Tinggi
Desinfeksi tinggi atau biasa disingkat dengan DTT merupakan desinfeksi
yang digunakan untuk membunuh semua mikroorganisme berbahaya tetapi tidak
dengan sporanya. Biasanya desinfeksi tingkat tinggi ini digunakan pada alat-alat
medis terutama alat-alat bedah. Pada desinfeksi tingkat tinggi ini biasanya alat-
alat yang akan dilakukan proses disinfeksi akan direbus, dikukus maupun
diberikan bahan kimia yang bersifat membunuh mikroorganisme.
Berikut merupakan cara melakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan cara
direbus:
a. Peralatan yang akan didesinfeksi disusun dalam wadah berisi air hingga
terendam
b. Rebus peralatan di dalam wadah tersebut hingga mendidih dalam keadaan
wadah yang tertutup
c. Saat air mulai mendidih, hitung hingga 20 menit untuk melakukan desinfeksi
tingkat tinggi dengan proses perebusan
d. Tidak menambahkan apapun saat air mulai mendidih
e. Setelah 20 menit, alat-alat tersebut dikeringkan di udara yang terbuka
kemudian di simpan pada tempat penyimpanan.
Setelah mengetahui cara melakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan cara
direbus, selanjutnya akan dipaparkan cara desinfeksi tingkat tinggi dengan cara
dikukus. Adapun langkah-langkah DTT dengan cara direbus meliputi:
a. Menyusun alat-alat yang akan dilakukan desinfeksi ke dalam kukusan
b. Mengukus alat-alat yang sudah dimasukkan hingga keluar uap air dan mulai
dihitung untuk 20 menit ke depannya
c. Tidak menambahkan apapun saat proses pengukusan berlangsung
d. Setelah 20 menit, alat-alat tersebut dikeringkan di udara yang terbuka
kemudian di simpan pada tempat penyimpanan.
Cara melakukan desinfeksi dengan direbus dan dikukus sudah dipaparkan
sesuai dengan sistematisnya. Selanjutnya, untuk proses desinfeksi tingkat tinggi
yang terakhir yaitu menggunakan bahan kimia dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Alat-alat yang akan dilakukan desinfeksi dimasukkan ke dalam wadah yang
berisi larutan dekontaminan yang telah disediakan sebelumnya dan dibiarkan
terendam selama 20 menit
b. Setelah direndam selama 20 menit, dibilas dengan air yang telah direbus
c. Setelah dilakukan pembilasan, alat-alat tersebut dikeringkan di udara yang
terbuka kemudian di simpan pada tempat penyimpanan.

2.7 Desinfektan dan Antiseptik


2.7.1 Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat digunakan untuk
membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati (Budiawan, 2012). Bahan kimia
yang digunakan dalam pembuatan desinfektan ini biasanya berasal dari alkohol,
hidrogen peroksida, maupun creosote sehingga mampu membunuh mikroorganisme
patogen seperti bakteri, virus, dan jamur yang berada di ruangan maupun benda mati.
Menurut Manado (2020), desinfektan juga dikategorikan sebagai bahan kimia yang
lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan serta perkembangan mikroorganisme
patogen di bendamati karena tingginya kosentrasi biosida di dalamnya.
Pada awalnya, desinfektan banyak digunakan oleh tenaga medis untuk melakukan
proses desinfeksi. Akan tetapi, pada saat pandemi ini desinfektan sudah banyak
digunakan oleh masyarakat luas baik ketika di rumah maupun di luar rumah (Larasati &
Haribowo, 2020). Hal tersebut bertujuan untuk membantu menekan penyebaran virus
yang sedang marak pada saat ini. Berdasarkan asal dan efeknya, desinfektan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Desinfektan Kimia
Penggunaan desinfektan berbahan kimia akan menimbulkan beberapa dampak
negatif yang ditimbulkan dari residu akibat penggunaan jangka panjangnya (Wastiti
et al., 2017).
b. Desinfektan Nabati
Penggunaan desinfektan berbahan nabati lebih aman digunakan dan tidak akan
menimbulkan residu seperti desinfektan kimia karena bahannya berasal dari alam.
2.7.2 Antiseptik
Antiseptik merupakan jenis desinfektan yang dapat menghambat bahkan
menghancurkan mikroorganisme patogen pada benda hidup seperti kulit, jaringan
tubuh, maupun selaput lendir tanpa menyebabkan kerusakan atau cidera pada jaringan
yang masih hidup tersebut (Suryandari & Haidarravy, 2020). Terdapat beberapa larutan
antiseptik yang biasa digunakan, diantaranya alkohol, klorheksidin glukonat,
heksaklorofen, kloroksilenol, iodofor, triklosan. Antiseptik yang akan digunakan untuk
menghambat dan menghancurkan mikroorganisme patogen tentunya juga harus melalui
kriteria pemilihan agar dapat berfungsi secara maksimal dan aman. Adapun kriteria
pemilihan antiseptik antara lain:
a. Cakupan menghambat mikroorganisme luas
b. Efektif digunakan dengan sekali pakai
c. Kecepatan aktivitas awal dari atiseptik
d. Tidak menyebabkan kulit iritasi, kering, maupun alergi
e. Efek residu yang ditimbulkan setelah pemakaian jangka panjang

Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi

Sterilisasi Desinfeksi
Memusnahkan mikroorganisme termasuk Merusak organisme bersifat patogen
dalam bentuk spora tetapi tidak dapat mngeliminasi dalam
bentuk spora
Sterilisasi sering digunakan dalam dunia Desinfeksi biasanya banyak
kesehatan terutama di rumah sakit dan berhubungan dengan kehidupan sehari-
fasilitas kesehatan lainnya hari
Sterilisasi dapat dilakukan dengan Desinfeksi dapat dilakukan denga cara
pemanasan, penguapan, penyaringan penyemprotan cairan desinfektan pada
maupun radiasi benda mati. Hal ini dapat dilakukan di
rumah, gedung, maupun tempat-tempat
umum.
Sterilisasi dilakukan pada makanan dan Desinfeksi dipakai pada benda mati dan
umumnya dipakai untuk membersihkan umumnya digunakan pada permukaan
alat-alat kesehatan saja

Pengaplikasian dalam Keperawatan

Pengaplikasian sterilisasi dan disinfeksi dalam keperawatan:

1. Sterilisasi
Teknik steril biasanya digunakan di kamar operasi dan bersalin. Selain
digunakan untuk mensterilkan tempat tidur pasien, teknik steril jug digunakan
untuk prosedur invasif lainnya. Contohnya seperti pada proses memasukkan
kateter urinarius, mengganti balutan luka, sanitasi lingkungan rumah sakit, cuci
tangan, pengolahan air limbah dan sampah medis, sterilisasi dan disinfeksi alat-
alat medis, pencucian bilas, dan juga sterilisasi.
2. Desinfeksi
Disinfektan biasanya diaplikasikan untuk aseptic dengan tujuan untuk
meminimalisir mikroorganisme supaya instrumen kesehatan aman ketika
digunakan, antisepsis untuk meminimalisir jumlah mikroorganisme pada tubuh
menggunakan bahan antimikrobial, disinfeksi tingkat tinggi digunakan untuk
memusnahkan seluruh mikroorganisme kecuali beberapa endospora, pada benda
mati dengan cara merebus, mengukus atau penggunaan disinfektan kimia.

Peran Perawat

1. Perawat sebagai peneliti


Perawat memiliki hak untuk melakukan penelitian seputar sterilisasi dan
desinfeksi dalam keperawatan, sehingga dapat menunjang tercapainya
keefektifan dalam proses sterilisasi dan desinfeksi.
2. Perawat sebagai Pendidik
Perawat memberikan pengetauan, informasi yang jelas mengenai peningkatan
promosi kesehatan pasien, memberikan pemahaman seputar sterilisasi dan
desinfeksi.
3. Perawat sebagai Advokat
Perawat bertanggung jawab terhadap perlindungan keselamatan selama proses
tindakan sterilisasi dan desinfeksi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sterilisasi adalah proses pembasmian atau membunuh semua
mikroorganisme seperti protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus dalam
benda/peralatan untuk menjaga peralatan tetap bersih/steril, serta mencegah
terjadinya kontaminasi. Desinfeksi merupakan proses saat menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme pathogen, kecuali spora bakteri dari suatu
benda mati. Sterilisasi dan desinfeksi merupakan salah satu upaya untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme agar kebersihan dan
kesterilan alat tetap terjaga serta untuk mencegah terjadinya penyebaran
infeksi. Kedua cara ini memiliki karakteristik, metode dan cara yang berbeda
dalam pelaksanaannya membasmi mikroorganisme.

3.2 Saran
Sebagai tenaga medis yang selalu berada di samping pasien mulai dari
persiapan hingga pasca-tindakan, perawat harus bisa menjaga kebersihan diri
dan ruangan serta alat yang digunakan karena frekuensi kontak langsung
perawat dengan pasien yang tinggi menjadi faktor penting dalam penyebaran
penyakit. Untuk itu penting bagi seorang perawat untuk mengetahui metode
dan cara serta SOP yang benar mengenai sterilisasi dan desinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Itjen Kemendikbud. 2020. Apa Bedanya Antiseptik dan Disinfektan.


https://itjen.kemdikbud.go.id/webnew/covid19/apa-beda-antiseptik-dan
disinfektan/ [Diakses pada 3 Maret 2022].

Larasati, A. L., Gozali, D., & Haribowo, C. (2020). Penggunaan Desinfektan dan

Antiseptik Pada Pencegahan Penularan Covid-19 di Masyarakat. Majalah


Farmasetika,5(3),137–145. https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i3.27066
Anggraeni, Yanti & S.M. Damanik. 2021. Petunjuk Praktikum Manajemen Patient
Safety. Jakarta : Universitas Kristen Indonesia.
Musafira, dkk. 2020. Edukasi Pembuatan dan Penyemprotan Desinfektan Pada
Masyarakat di Desa Suruang Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
Mandar. Communnity Development Journal. 1(3) : 416-421.
Soesilo, Daniel Ardian, dkk. 2021. Keterampilan Bedah Sederhana di Fasilitas
Layanan Primer. Jakarta : Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.

Utomo, A. W. 2018. UJI KOEFISIEN FENOL PRODUK DETERGEN YANG


BEREDAR DI SWALAYAN SUPER INDO KEDUNGMUNDU TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus & Salmonella thypi. Diploma III thesis. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Hanindar.2021.Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan(KDPK).Edisi
Pertama.Klaten:Lakeisha
Ani.M.,Astuti.D.E.,Nardina.E.A.2021.Biologi Reproduksi dan
Mikrobiologi.Edisi Pertama.Jakarta:Yayasan Kita Menulis

Sari.N.Y.2019.Bioteknologi In Vitro Lili.Edisi Pertama.Yogyakarta:Deepublish

Raudah, R., Zubaidah, T., & Santoso, I. (2017). Efektivitas Sterilisasi Metode
Panas Kering pada Alat Medis Ruang Perawatan Luka Rumah Sakit dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN: Jurnal Dan Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan,
14(1), 425.

Ihsan.B.2021.Dasar-Dasar Mikrobiologi.Edisi Pertama.Solok:INSAN


CENDEKIA MANDIRI

Leksanawati, I. F., Budiyono, & Suhartono. (2020). Glutaraldehid sebagai alternatif


untuk bahan sterilisasi alat medis di rumah sakit. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
8(6), 846–854. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Maryani, M., & Cahyono, T. (2016). Studi Efektifitas Desinfeksi Dan Sterilisasi Dalam
Menurunkan Angka Kuman Alat Set Medikasi Di Rumah Sakit Wijayakusuma
Purwokerto Tahun 2015. Buletin Keslingmas, 35(1), 79–81.
https://doi.org/10.31983/keslingmas.v35i1.3081
Sitorus, A. M. S. (2020). Penerapan Tindakan Precaution Oleh Tenaga Kesehatan
Sebagai Upaya Memutus Rantai Infeksi di Rumah Sakit.
https://osf.io/4mf6e/download

Sulistiani, S., Fitriana, N. E., & Nurwanti, W. (2021). Sterilisasi Alat Kedokteran Gigi
Dengan Sterilisator (Dry Heat) Dan Teknik Boiling. JDHT Journal of Dental
Hygiene and Therapy, 2(1), 34–38. https://doi.org/10.36082/jdht.v2i1.221

Anda mungkin juga menyukai