Anda di halaman 1dari 20

221

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Diabetes Melitus Tipe I Di Ruang Aster
RSUD Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

Waldan Andriana1 , Yuanita Panma2


1
Akademi Keperawatan Pasar Rebo, Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Email; waldan.andriana@gmail.com

Abstrak
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes
melitus dapat menyebabkan komplikasi pada vmeliputi hipoglikemi dan ketoasidosis diabetik, sedangkan
komplikasi kronik dapat berupa penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, penyakit pembuluh
perifer, retinopati diabetik, neuropati diabetik dan nefropati diabetik. Klien bernama Tn. R, laki-laki, berusia
25 tahun dengan diagnose medis diabetes mellitus tipe 2. Setelah dilakukan pengkajian diperoleh diagnosa
keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan, risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrik berlebih : diare, risiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea, ketidakcukupan insulin, nyeri akut berhubungan
dengan hiperperistaltik dan risiko tinggi penyebaran infeksi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, efek prosedur invasif : pemasangan infus, infeksi pernapasan yang ada sebelumnya. Hasil
yang dicapai setelah melakukan asuhan keperawatan yaitu 3 (tiga) diagnosa keperawatan yang sudah
teratasi yaitu bersihan jalan napas yang tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan, risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrik berlebih : diare dan nyeri akut
berhubungan dengan hiperperistaltik. Selain itu terdapat 1 (satu) diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian
yaitu risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea, ketidakcukupan
insulin dan terdapat 1 (satu) diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu risiko tinggi penyebaran
terhadap sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, efek prosedur invasif : pemasangan infus, infeksi
pernapasan yang ada sebelumnya.
Kata kunci : Diabetes Melitus, Asuhan Keperawatan

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disorders characterized by increased blood glucose levels
(hyperglycemia) due to damage to insulin secretion, insulin action or both. Diabetes mellitus can cause
complications in hypoglycemia and diabetic ketoacidosis, while chronic complications can include coronary
heart disease, cerebrovascular disease, peripheral vascular disease, diabetic retinopathy, diabetic
neuropathy and diabetic nephropathy. The client is named Mr. R, male, aged 25 years with a medical
diagnosis of type 2 diabetes mellitus. After the assessment, a nursing diagnosis was obtained, namely
ineffective airway clearance associated with retained secretion, the risk of fluid volume deficiency associated
with excess gastric loss: diarrhea, risk of changes in nutrition less than the body's needs associated with
nausea, insufficiency of insulin, acute pain associated with hyperperistaltic and high risk of spread of
infection to sepsis associated with high glucose levels, effects of invasive procedures: infusion installation,
pre-existing respiratory infections. The results achieved after performing nursing care are three nursing
diagnoses that have been overcome ie ineffective airway clearance associated with retained secretions, the
risk of lack of fluid volume associated with excess gastric loss: diarrhea and acute pain associated with
hyperperistaltic. In addition, there is 1 (one) nursing diagnosis that is partially resolved, namely the risk of
changes in nutrition less than the body's needs related to nausea, insufficiency of insulin and there is 1 (one)
222

nursing diagnosis that has not been resolved, namely the high risk of spread of sepsis associated with high
glucose levels, effects invasive procedure: infusion installation, respiratory infections that existed before.
Keywords: Diabetes Mellitus, Nursing Care

Pendahuluan akan meningkat di tahun 2040 menjadi


Diabetes Melitus (DM) merupakan salah 214,8 juta jiwa (WHO, 2018).
satu penyakit utama masyarakat di era
Prevalensi klien dengan DM di Indonesia
modern ini. Diabetes melitus juga bisa
menunjukkan kecenderungan peningkatan
dikatakan sebagai salah satu penyakit
dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9%
degeneratif yang meningkat penderitanya
pada tahun 2013 (WHO, 2015). Menurut
setiap tahun di dunia. Hal ini dikarenakan
data dari IDF (2017) di Indonesia
DM dapat menyebabkan kecacatan fisik
penderita DM sebesar 10 juta penduduk
hingga kematian. Diabetes melitus adalah
dengan usia dari 20-79 tahun. Di
penyakit kronik progresif yang ditandai
Indonesia prevalensi tertinggi penderita
dengan ketidakmampuan tubuh untuk
DM berdasarkan diagnosis dokter pada
melakukan metabolisme karbohidrat,
penduduk usia ≥ 15 tahun terdapat di
lemak dan protein mengarah ke
provinsi DKI Jakarta dengan presentase
hiperglikemia atau kadar glukosa darah
3,4% (RISKESDAS, 2018). Di wilayah
tinggi (Black & Hawks, 2009).
Jawa Barat khususnya di daerah Bekasi
Prevalensi penderita DM di dunia terdapat rumah sakit rujukan yaitu RSUD
cenderung meningkat setiap tahunnya. dr. Chasbullah Abdulmadjid. RSUD dr.
Berdasarkan data World Health Chasbullah Abdulmadjid merupakan
Organization (WHO) (2018) pada tahun rumah sakit tipe B, rumah sakit ini
2016 terdapat 415 juta jiwa penderita menangani banyak kasus penyakit dalam
DM yang berusia 18 tahun sedangkan salah satunya yaitu DM. Berdasarkan
pada tahun 2017 ada sekitar 451 juta jiwa rekam medis RSUD dr. Chasbullah
penderita DM yang berusia 18 sampai 99 Abdulmadjid Kota Bekasi, khususnya
tahun di seluruh dunia. Prevalensi Ruang Aster pada bulan Desember 2018-
tertinggi penderita DM di dunia pada Februari 2019, ditemukan prevalensi
tahun 2015 terdapat di Pasifik Barat penyakit DM sebanyak 130 orang dari
dengan total penderita 153,2 juta jiwa dan 712 pasien (18,26%).
223

Diabetes melitus merupakan penyakit diabetikum dan tindakan kolaboratif


yang tidak bisa disepelekan. Diabetes seperti pemberian insulin dan OHO (Obat
melitus merupakan keadaan dimana Hipoglikemia Oral). Peran rehabilitatif
tingginya kadar glukosa dalam darah. Jika dapat memberikan latihan senam DM,
hal ini tidak segera tertangani dapat memilih diit yang sesuai dan
menyebabkan hipoglikemia, ketoasidosis menganjurkan klien untuk mengecek gula
diabetik, makrovaskuler (arteri koroner, darah secara rutin.
serebrovaskuler dan vaskuler perifer),
Perumusan Masalah
diikuti dengan mikrovaskuler (retinopati
Dari identifikasi masalah tersebut, maka
diabetik, nefropati diabetik dan neuropati
dapat disusun pertanyaan peneliti sebagai
diabetik) (Black & Hawks, 2014).
berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan
Dengan melihat tingginya prevalensi dari pada Tn. R dengan Diabetes Melitus tipe
penyakit DM maka peran perawat 1 di ruang Aster RSUD dr. Chasbullah
sangatlah dibutuhkan dalam merawat Abdulmadjid Kota Bekasi”?.
klien dengan DM. Peran perawat meliputi
Pengertian
empat aspek, diantaranya peran promotif,
Diabetes Melitus (DM) merupakan
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran
kumpulan gangguan kronik pada
promotif yaitu dengan melakukan
endokrin pankreas ditandai dengan
peningkatan kesehatan dengan
ketidaktepatan hiperglikemia yang
memberikan pendidikan kesehatan
disebabkan oleh kekurangan insulin
mengenai pengertian, klasifikasi,
relatif atau absolut atau oleh resistensi
penyebab, tanda dan gejala, serta cara
seluler terhadap kinerja insulin (LeMone,
mencegah penyakit DM. Peran preventif
Burke & Bauldoff, 2016). Sedangkan
adalah dengan melakukan pengecekan
menurut Kowalak, Welsh & Mayer
gula darah secara berkala, mengurangi
(2017) diabetes melitus merupakan
konsumsi berlebih makanan yang manis
gangguan metabolik ditandai oleh
dan berkarbohidrat tinggi, mengurangi
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa
berat badan yang berlebih dan rutin
serum) akibat kurangnya hormon insulin,
berolahraga. Peran kuratif, perawat dapat
menurut efek insulin atau keduanya.
melakukan perawatan luka ulkus
224

Klasifikasi juga bisa disebabkan oleh beberapa


Menurut Black & Hawks (2014) dan faktor, yaitu : faktor genetika, faktor
LeMone, Burke & Bauldoff (2016), lingkungan, obesitas, tidak ada aktivitas,
klasifikasi DM terdiri dari : ras/etnis, wanita dengan DM gestasional,
1. DM Tipe 1 atau Insuline Dependent penyakit tidak menular dan sindrom
Diabetes Mellitus (IDDM) metabolik.
2. DM Tipe 2 atau Non Insuline
Patofisiologi
Dependent Diabetes Mellitus
Menurut Black & Hawks (2014), proses
(NIDDM)
perjalanan penyakit DM terbagi menjadi:
3. DM Gestasional
1. DM Tipe 1
4. DM Spesifik Lain
DM tipe 1 tidak berkembang pada
Etiologi semua orang yang mempunyai
DM tipe 1 atau Insulin Dependent predisposisi genetik. Lingkungan
Diabetes Mellitus pada tipe ini insulin telah lama dicurigai sebagai pemicu
tidak diproduksi. Hal ini disebabkan DM tipe 1. Autoimun aktif langsung
dengan timbulnya reaksi autoimun oleh menyerang sel beta pankreas dan
karena adanya peradangan pada sel beta produknya. Antibodi insulin secara
insulitis. Kecenderungan ini ditemukan progresif menurunkan keefektifan
pada individu yang memiliki antigen kadar sirkulasi insulin. Hal ini secara
HLA (Human Leucocyte Antigen). pelan-pelan terus menyerang sel beta
Sedangkan DM tipe 2 atau Non Insulin dan molekul insulin endogen sehingga
Dependent Diabetes Mellitus mekanisme menimbulkan onset mendadak DM.
yang tepat menyebabkan resistensi insulin Hiperglikemia dapat timbul akibat
dan sekresi insulin pada DM tipe 2 masih dari penyakit akut atau stress, dimana
belum diketahui. Faktor risiko yang meningkatkan kebutuhan insulin
berhubungan adalah obesitas, riwayat melebihi cadangan dari kerusakan
keluarga, usia (resistensi insulin massa sel beta. Ketika penyakit akut
cenderung meningkat pada usia 65 tahun atau stress terobati, klien dapat
(Smeltzer, 2013). Selain itu, menurut kembali kepada status terkompensasi
LeMone, Burke & Bauldoff (2016) DM dengan durasi yang berbeda-beda
225

dimana pankreas kembali mengatur Menurut Black & Hawks (2014) dan
produksi sejumlah insulin secara Brunner & Suddarth (2014), manifestasi
adekuat. Proses berakhir ketika klinis DM yaitu :
massasel beta yang berkurang tidak 1. Poliuria (sering BAK)
dapat memproduksi cukup insulin 2. Polidipsia (haus berlebihan)
untuk meneruskan kehidupan. Klien 3. Polifagia (lapar berlebihan)
menjadi bergantung kepada 4. Penurunan berat badan
pemberian insulin eksogen 5. Pandangan kabur berulang
(diproduksi di luar tubuh) untuk 6. Pruritus, infeksi kulit dan vaginitis
bertahan hidup. 7. Ketonuria
2. DM Tipe 2 8. Lemah, letih dan pusing
DM tipe 2 adalah resistensi tehadap 9. Sering asimtomatik
aktivitas insulin biologis, baik di hati 10. Sensasi kesemutan atau kebas di
maupun jaringan perifer. Keadaan ini tangan atau kaki, kulit kering, lesi
disebut sebagai resistansi insulin. kulit atau luka yang lambat sembuh
Orang dengan DM tipe 2 memiliki atau infeksi berulang.
penurunan sensitivitas insulin 11. Pada DM tipe 1 dapat disertai dengan
terhadap kadar glukosa, yang penurunan berat badan mendadak atau
mengakibatkan produksi glukosa mual, muntah atau nyeri lambung.
hepatik berlanjut, bahkan sampai 12. DM tipe 2 disebabkan oleh intoleransi
dengan kadar glukosa tinggi. Hal ini glukosa yang progresif dan
bersamaan dengan ketidakmampuan berlangsung perlahan (bertahun-
otot dan jaringan lemak untuk tahun) dan mengakibatkan komplikasi
meningkatkan amabilan glukosa. jangka panjang apabila diabetes tidak
Mekanisme penyebab resistansi terdeteksi selama bertahun-tahun.
insulin tidak jelas, namun ini tampak
Komplikasi
terjadi setelah insulin berikatan
Menurut Black & Hawks (2014)
terhadap reseptor pada permukaan sel.
komplikasi yang berkaitan dengan DM
Manifestasi Klinis diklasifikasikan sebagai komplikasi akut
dan kronik, yaitu :
226

1. Komplikasi akut : 1. Pengkajian Keperawatan


a. Hipoglikemi (kadar glukosa darah Menurut Doenges, Moorhouse &
rendah secara abnormal) terjadi Geissler (2012), pengkajian adalah
ketika glukosa darah turun data yang dikumpulkan melalui
dibawah < 50-60 mg/dL wawancara pengumpulan riwayat
b. Ketoasidosis diabetik (KAD) kesehatan, pengkajian fisik,
ditandai oleh kekurangan relatif pemeriksaan laboratorium. Adapun
atau absolut insulin. Insulin ada, tahap pengkajian yang harus
tetapi tidak dalam jumlah cukup dilakukan pada klien dengan DM
untuk peningkatan kebutuhan menurut Doenges, Moorhouse &
glukosa yang dapat berhubungan Geissler (2012) yaitu :
dengan adanya stressor seperti aktivitas/istirahat, sirkulasi, integritas
infeksi. ego, eliminasi, makanan/cairan,
2. Komplikasi kronis : neurosensori, nyeri / keamanan,
a. Komplikasi makrovaskular : pernapasan, keamanan, seksualitas,
penyakit jantung koroner, penyuluhan/pembelajaran dan
penyakit serebrovaskular, pemeriksaan diagnostik.
penyakit pembuluh perifer. 2. Diagnosa Keperawatan
b. Komplikasi mikrovaskular : Adapun diagnosa keperawatan yang
retniopati diabetik, nefropati sering muncul pada penderita DM
diabetik, neuopati diabetik. menurut Doenges, Moorhouse &
Geissler (2012) adalah sebagai
Penatalaksanaan Medis
berikut:
Menurut PERKENI (2015)
1. Kekurangan volume cairan
penatalaksanaan bagi penderita DM
berhubungan dengan diuresis
terdiri dari 4 pilar yaitu :
osmotik (dari hiperglikemia),
1. Edukasi
kehilangan gastrik berlebihan,
2. Perencanaan makanan
diare, muntah, masukan dibatasi,
3. Latihan jasmani
mual, kacau mental.
4. Intervensi farmakologis

Asuhan Keperawatan
227

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan energi, status


kebutuhan tubuh berhubungan hipermetabolik/infeksi.
dengan ketidakcukupan insulin 6. Ketidakberdayaan berhubungan
(penurunan ambilan dan dengan penyakit jangka
penggunaan glukosa oleh jaringan panjang/progresif yang tidak dapat
mengakibatkan peningkatan diobati, ketergantungan pada
metabolisme protein/lemak), orang lain.
penurunan masukan oral, 7. Kurang pengetahuan mengenai
anoreksia, mual, lambung penuh, penyakit, prognosis dan
nyeri abdomen, perubahan kebutuhan pengobatan
kesadaran, status berhubungan dengan kurang
hipermetabolisme, pelepasan pemajanan/mengingat, kesalahan
hormon stres (mis. epinefrin, interpretasi informasi, tidak
kortisol dan hormon mengenal sumber informasi.
pertumbuhan), proses infeksius. 3. Perencanaan Keperawatan
3. Risiko tinggi infeksi terhadap Adapun perencanaan yang dapat
sepsis berhubungan dengan kadar dilakukan pada klien dengan DM
glukosa tinggi, penurunan fungsi menurut Doenges, Moorhouse &
leukosit, perubahan pada sirkulasi, Geissler (2012) adalah :
infeksi pernapasan yang ada a. Diagnosa 1 : Kekurangan
sebelumnya, atau ISK. volume cairan berhubungan
4. Risiko tinggi terhadap perubahan dengan diuresis osmotik (dari
sensori perseptual berhubungan hiperglikemia), kehilangan gastrik
dengan perubahan kimia endogen, berlebihan, diare, muntah,
ketidakseimbangan masukan dibatasi, mual, kacau
glukosa/insulin dan/atau elektrolit. mental.
5. Kelelahan berhubungan dengan Kriteria hasil :
penurunan produksi energi Mendemonstrasikan hidrasi
metabolik, perubahan kimia darah, adekuat dibuktikan oleh tanda
insufisiensi insulin, peningkatan vital stabil, nadi perifer dapat
228

diraba, turgor kulit dan pengisian ketidakcukupan insulin


kapiler baik, haluaran urin tepat (penurunan ambilan dan
secara individu dan kadar penggunaan glukosa oleh jaringan
elektrolit dalam batas normal. mengakibatkan peningkatan
Rencana tindakan: metabolisme protein/lemak),
Mandiri : penurunan masukan oral,
1) Pantau tanda-tanda vital, catat anoreksia, mual, lambung penuh,
adanya perubahan tekanan nyeri abdomen, perubahan
darah ortostatik. kesadaran, status
2) Kaji pola napas dan bau napas hipermetabolisme, pelepasan
seperti adanya pernapasan hormon stres (mis. epinefrin,
kussmaul atau pernapasan kortisol dan hormon
yang berbau keton. pertumbuhan), proses infeksius.
3) Kaji warna dan kelembaban Kriteria hasil : Klien dapat
kulit. mencerna jumlah kalori/nutrien
4) Kaji pengisian kapiler, turgor yang tepat, menunjukkan tingkat
kulit dan membran mukosa. energi biasanya,
5) Pantau intake dan output. mendemonstrasikan berat badan
Kolaborasi : stabil atau penambahan ke arah
6) Berikan terapi cairan sesuai rentang biasanya/yang diinginkan
dengan indikasi : dengan nilai laboratorium normal.
Berikan kalium atau elektrolit Rencana tindakan :
yang lain melalui IV/melalui Mandiri :
oral sesuai indikasi. 1) Timbang berat badan setiap
7) Pantau hasil lab seperti : hari sesuai indikasi.
Hematokrit, BUN/kreatinin, 2) Auskultasi bising usus, catat
natrium dan kalium. adanya nyeri abdomen/perut
b. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kembung, mual, muntah,
kurang dari kebutuhan tubuh pantau asupan makan,
berhubungan dengan
229

pertahankan puasa sesuai Kriteria hasil :


indikasi. Mendemonstrasikan teknik,
3) Beri makanan yang perubahan gaya hidup untuk
mengandung nutrien. mencegah terjadinya infeksi.
4) Observasi tanda-tanda Rencana tindakan :
hipoglikemia, seperti Mandiri :
perubahan tingkat kesadaran, 1) Observasi tanda-tanda infeksi
dingin/lembab, denyut nadi dan peradangan seperti
cepat, lapar dan pusing, peka demam, kemerahan, adanya
rangsang, cemas, sakit kepala. pus pada luka, sputum
Kolaborasi : purulen, urin warna keruh dan
5) Lakukan pemeriksaan gula berkabut.
darah dengan menggunakan infeksi nosokomial.
“finger stick”. 2) Tingkatkan upaya pencegahan
6) Berikan pengobatan insulin dengan melakukan cuci tangan
secara teratur dengan metode yang baik, setiap kontak pada
IV secara intermitten atau semua barang yang
secara kontinu. berhubungan dengan klien
7) Tentukan program diit dan termasuk kliennya sendiri.
pola makanan klien 3) Pertahankan teknik aseptik
dibandingkan dengan pada prosedur invasif (seperti
makanan yang dapat pemasangan infuse, kateter
dihabiskan klien. folley, dsb).
c. Diagnosa 3 : Risiko tinggi 4) Berikan perawatan kulit
infeksi terhadap sepsis dengan teratur dan sungguh-
berhubungan dengan kadar sungguh. Massage daerah
glukosa tinggi, penurunan fungsi tulang yang tertekan, jaga
leukosit, perubahan pada sirkulasi, kulit tetap kering, linen kering
infeksi pernapasan yang ada dan tetap kencang (tidak
sebelumnya, atau ISK. berkerut).
230

Kolaborasi : produksi energi metabolik,


5) Berikan antibiotik sesuai perubahan kimia darah,
indikasi. insufisiensi insulin, peningkatan
d. Diagnosa 4 : Risiko tinggi kebutuhan energi, status
terhadap perubahan sensori hipermetabolik/infeksi.
perseptual berhubungan dengan Kriteria hasil : Menunjukkan
perubahan kimia endogen, perbaikan kemampuan untuk
ketidakseimbangan berpartisipasi dalam aktivitas
glukosa/insulin dan/atau elektrolit. yang diinginkan.
Kriteria hasil : Mengenali dan Rencana tindakan :
mengkompensasi adanya Mandiri :
kerusakan sensori. 1) Diskusikan dengan klien
Rencana tindakan: kebutuhan akan aktivitas.
Mandiri : 2) Berikan aktivitas alternatif
1) Pantau tanda-tanda vital, suhu. dengan periode istirahat yang
2) Selidiki adanya keluhan cukup tanpa diganggu.
parestesia, nyeri atau 3) Pantau nadi, frekuensi
kehilangan sensori pada pernapasan dan tekanan darah
paha/kaki. sebelum/sesudah melakukan
3) Berikan tempat tidur yang aktivitas.
lembut. 4) Tingkatkan partisipasi klien
4) Bantu klien dalam ambulansi dalam melakukan aktivitas
atau perubahan posisi. sehari-hari sesuai toleransi.
Kolaborasi : f. Diagnosa 6 : Ketidakberdayaan
5) Pantau nilai laboratorium berhubungan dengan penyakit
seperti glukosa darah, jangka panjang/progresif yang
osmolaritas darah, Hb/Ht, tidak dapat diobati,
ureum dan kreatinin. ketergantungan pada orang lain.
e. Diagnosa 5 : Kelelahan Kriteria hasil : Mengidentifikasi
berhubungan dengan penurunan cara-cara sehat untuk menghadapi
231

perasaan, membantu dan sehubungan dengan


merencanakan perawatannya perawatannya.
sendiri dan secara mandiri 8) Berikan dukungan pada klien
mengambil tanggungjawab untuk untuk ikut berperan serta
aktivitas perawatan diri. dalam perawatan diri sendiri
Rencana tindakan : dan berikan umpan balik
Mandiri : positif sesuai dengan usaha
1) Anjurkan klien/keluarga untuk yang dilakukannya.
mengekspresikan perasaannya g. Diagnosa 7 : Kurang
tentang perawatan di rumah pengetahuan mengenai penyakit,
sakit dan penyakitnya secara prognosis dan kebutuhan
keseluruhan. pengobatan berhubungan dengan
2) Akui normalitas dari perasaan. kurang pemajanan/mengingat,
3) Kaji bagaimana klien telah kesalahan interpretasi informasi,
menangani masalahnya di tidak mengenal sumber informasi.
masa lalu. Kriteria hasil : Mengidentifikasi
4) Berikan kesempatan pada hubungan tanda/gejala dengan
keluarga untuk proses penyakit dan
mengekspresikan perhatiannya menghubungkan gejala dengan
dan diskusikan cara mereka faktor penyebab, dengan benar
dapat membantu sepenuhnya melakukan prosedur yang perlu
terhadap klien. dan menjelaskan rasional
5) Tentukan tujuan/harapan dari tindakan, melakukan perubahan
klien atau keluarga. gaya hidup dan berpartisipasi
6) Tentukan apakah ada dalam program pengobatan.
perubahan yang berhubungan Rencana tindakan :
dengan orang terdekat. Mandiri :
7) Anjurkan klien untuk 1) Ciptakan lingkungan saling
membuat keputusan percaya dengan mendengarkan
232

penuh perhatian dan selalu ada tindakan disusun, lalu dilaksanakan


untuk klien. sesuai dengan rencana tindakan untuk
2) Komplikasi penyakit akut dan membantu klien mencapai tujuan
kronik meliputi gangguan yang diharapkan mencakup
penglihatan, perubahan peningkatan kesehatan, pencegahan
neurosensori dan penyakit, pemulihan kesehatan dan
kardiovaskuler, perubahan memfasilitasi koping.
fungsi ginjal. 5. Evaluasi Keperawatan
3) Demonstrasikan cara Menurut Kozier, Erb, Berman &
pemeriksaan gula darah Snyder (2011) evaluasi adalah fase
dengan menggunakan “finger kelima dan fase terakhir proses
stick”. keperawatan.
4) Diskusikan tentang rencana
diit, penggunaan makanan Tinjauan Kasus
tinggi serat dan cara untuk Pengkajian Keperawatan
melakukan makan di luar 1. Identitas klien
rumah. Klien bernama Tn. R usia 25 tahun
5) Diskusikan dengan klien dan dengan jenis kelamin laki-laki, agama
keluarga tentang penyakitnya. Islam dan suku bangsa Sunda. Status
6) Tekankan pentingnya perkawinan klien belum menikah,
mempertahankan pemeriksaan pendidikan klien Strata I (S1) dan
gula darah setiap hari. bahasa yang digunakan sehari-hari
4. Pelaksanaan Keperawatan Bahasa Indonesia. Saat ini klien
Adapun penjelasan tentang merupakan karyawan swasta, klien
pelaksanaan/implementasi beralamat di Jl. Bintara 12, RT
keperawatan menurut Kozier, Erb, 09/RW 09, Bekasi Barat, sumber
Berman & Snyder (2011) adalah biaya klien untuk rumah sakit adalah
inisiatif dari rencana tindakan untuk Kartu Indonesia Sehat (KIS).
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana
233

2. Resume detik. Sedangkan tindakan kolaborasi


Klien masuk di IGD RSUD dr. yang telah diberikan untuk klien
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi adalah pemberian obat ranitidine 2x25
pada tanggal 27 Februari 2019 pada mg (IV), cefotaxime 1x1 gr (IV),
pukul 22.00 WIB, klien masuk melanjutkan terapi insulin novomix
dengan keluhan lemas sejak ± 5 jam 3x20 unit (SC) dan levemir 1x20 unit
sebelum masuk rumah sakit, demam (SC), paracetamol 3x500 mg (P.O)
sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah dan IVFD RL 500 cc/8 jam. Selama
sakit dan mual. Saat klien di IGD di IGD dilakukan pemeriksaan
pukul 03.30 WIB klien muntah 3x laboratorium. Hasil laboratorium
dengan konsistensi cair, saat muntah klien tanggal 27 Februari 2019 pukul
pertama berwarna putih, muntah 22.15 WIB adalah hemoglobin 13,2
kedua berwarna kuning dan muntah gr/dL, hematokrit 41,5%, leukosit 17
ketiga berwarna kuning kehijauan, ribu/µL, trombosit 417 ribu/µL, GDS
klien mengatakan saat di IGD 268 mg/dL, natrium 140 mmol/L,
mengalami diare dengan konsistensi kalium 4,2 mmol/L, clorida 100
cair dan berwarna kehitaman, klien mmol/L. Rencana tindak lanjut yaitu
mengatakan nyeri di area abdomen pemeriksaan GDS/hari.
dengan skala 4. Klien mengatakan Klien dipindahkan ke ruang Aster
mempunyai riwayat DM sejak 10 RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
tahun yang lalu, kesadaran compos Kota Bekasi pada tanggal 28 Februari
mentis, GCS klien E : 4, M : 6, V : 5. 2019 pada pukul 05.00 WIB, klien
Diagnosa medis klien hiperglikemia, masuk dengan keluhan mual dan
DM tipe 1 dan febris, sedangkan lemas. Kesadaran compos mentis,
masalah keperawatan saat di IGD GCS klien E : 4, M : 6, V : 5.
adalah ketidakstabilan glukosa darah. Diagnosa medis klien hiperglikemia,
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, sedangkan masalah keperawatan saat
hasil TTV klien adalah TD : 109/62 di ruang Aster adalah nyeri akut,
mmHg, Nadi : 107 x/menit, Suhu : risiko defisit nutrisi, risiko
37,9°C, RR : 20 x/menit, CRT < 2 ketidakstabilan glukosa darah dan
234

risiko infeksi. Saat dilakukan skala 4, rasa nyeri terus-menerus


pemeriksaan fisik, hasil TTV klien : dirasakan, durasi sekitar ± 10 menit,
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 84 rasanya seperti melilit-lilit, klien
x/menit, Suhu : 36°C, RR : 20 mengatakan BAB 4 x/hari dengan
x/menit. Sedangkan tindakan konsistensi cair, berwarna kecoklatan,
kolaborasi yang telah diberikan yaitu sebanyak 600 cc/8 jam.
pemberian obat ranitidine 2x25 mg
(IV), paracetamol 3x500 mg (P.O), Data Objektif: Hasil TTV tanggal 28
ceftriaxone 2x1 gr (IV), novorapid Februari 2019 Suhu : 37,8°C, klien
3x20 unit (SC), levemir 1x20 unit tampak lemas, klien tampak menggigil,
(SC), IVFD RL 500 cc/8 jam dan diit terdapat suara napas ronkhi, klien tampak
DM 1.700 kkal. Rencana tindak lanjut terpasang infus, tampak terdapat sariawan
anjurkan untuk minum air putih, dibawah lidah klien, klien tampak batuk
kompres bila demam dan pemeriksaan berdahak dengan sputum yang tertahan,
GDS/hari. tampak batuk tidak efektif, klien tampak
meringis, hasil lab leukosit 17 ribu/µL,
Data Fokus GDS (28/2) : 163 mg/dL, balance cairan :
Data Subjektif: Klien mengatakan - 250 cc/24 jam, bising usus : 37 x/menit,
memiliki riwayat DM sejak ± 10 tahun TD : 100/70 mmHg.
yang lalu, klien mengatakan memiliki
riwayat TB paru, klien mengatakan Diagnosa Keperawatan
memiliki riwayat TB paru, klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
mengatakan mulut terasa pahit, klien
berhubungan dengan sekresi yang
mengatakan terdapat sariawan dibawah
tertahan,
lidah, klien mengatakan mual, klien
2. Risiko kekurangan volume cairan
mengatakan batuk berdahak dengan
berhubungan dengan kehilangan
konsistensi cair berwarna putih, klien
gastrik berlebih : diare
mengatakan sputum sulit untuk
3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari
dikeluarkan, klien mengatakan nyeri di
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
area abdomen bagian bawah karena diare,
nausea, ketidakcukupan insulin.
235

4. Nyeri akut berhubungan dengan darah. Penatalaksanaan medis yang telah


hiperperistaltik. diberikan dan sesuai dengan teori, yaitu
5. Risiko tinggi penyebaran infeksi TNM, terapi farmakologis (pemberian
terhadap sepsis berhubungan dengan insulin) dan edukasi.
kadar glukosa tinggi, efek prosedur
invasif : pemasangan infus, infeksi
pernapasan yang ada sebelumnya. Diagnosa Keperawatan
Dalam tinjauan teori ada 7 (tujuh)
Pembahasan
diagnosa keperawatan, 3 (tiga)
Pengkajian
diantaranya sudah sesuai dan muncul
Pembahasan pengkajian meliputi
pada kasus, yaitu risiko kekurangan
klasifikasi, etiologi, manifestasi klinik,
volume cairan berhubungan dengan
komplikasi, pemeriksaan penunjang dan
kehilangan gastrik berlebih : diare; risiko
pelaksanaan medis. Dari hasil pengkajian
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
penyakit DM tipe 1 yang disebabkan oleh
tubuh berhubungan dengan nausea,
adanya destruksi sel beta islet Langerhans
ketidakcukupan insulin; dan risiko tinggi
akibat proses autoimun. Namun, ada
penyebaran infeksi terhadap sepsis
faktor risiko juga yang menyebabkan
berhubungan dengan kadar glukosa
klien mengalami DM tipe 1, yaitu
tinggi, efek prosedur invasif :
predisposisi genetika yang dinyatakan
pemasangan infus, infeksi pernapasan
pada saat dikaji klien mengatakan
yang ada sebelumnya. Diagnosa
anggota keluarga (nenek dan kakak
keperawatan yang ada pada teori tetapi
pertama ibu klien) memiliki riwayat DM
tidak muncul pada kasus adalah risiko
tipe 1. Manifestasi klinik yang ada pada
tinggi terhadap perubahan sensori
kasus sudah sesuai dengan teori yaitu
perseptual berhubungan dengan
kelemahan dan penurunan berat badan.
perubahan kimia endogen,
Seluruh komplikasi yang terdapat pada
ketidakseimbangan glukosa/insulin
teori tidak ditemukan pada kasus. Pada
dan/atau elektrolit; kelelahan
kasus pemeriksaan penunjang yang sudah
berhubungan dengan penurunan produksi
sesuai dengan teori, yaitu pemeriksaan
energi metabolik, perubahan kimia darah,
glukosa darah, elektrolit dan trombosit
236

insufisiensi insulin, peningkatan darah klien sudah stabil dengan bantuan


kebutuhan energi, status terapi insulin yang tepat, sehingga tidak
hipermetabolik/infeksi; ketidakberdayaan terjadi insufisiensi insulin. Pada diagnosa
berhubungan dengan penyakit jangka keperawatan ketidakberdayaan
panjang/progresif yang tidak dapat berhubungan dengan penyakit jangka
diobati, ketergantungan pada orang lain; panjang/progresif yang tidak dapat
kurang pengetahuan mengenai penyakit, diobati, ketergantungan pada orang lain
prognosis dan kebutuhan pengobatan tidak muncul pada kasus karena klien
berhubungan dengan kurang dapat melakukan aktivitas sehari-hari
pemajanan/mengingat, kesalahan secara mandiri, hal ini dibuktikan dengan
interpretasi informasi, tidak mengenal klien mengatakan dapat ke kamar mandi
sumber informasi. dan makan tanpa bantuan keluarga.

Pada diagnosa keperawatan risiko tinggi Pada diagnosa keperawatan kurang


terhadap perubahan sensori perseptual pengetahuan mengenai penyakit,
berhubungan dengan perubahan kimia prognosis dan kebutuhan pengobatan
endogen, ketidakseimbangan berhubungan dengan kurang
glukosa/insulin dan/atau elektrolit tidak pemajanan/mengingat, kesalahan
muncul pada kasus karena tidak terjadi interpretasi informasi, tidak mengenal
ketidakseimbangan elektrolit, dibuktikan sumber informasi tidak muncul pada
dengan hasil pemeriksaan laboratorium kasus karena pengetahuan klien dan
elektrolit normal, yaitu natrium : 140 keluarga baik, hal ini dibuktikan dengan
mmol/L, kalsium : 4,2 mmol/L dan klien dapat menjelaskan pengertian dari
clorida : 100 mmol/L. DM, tanda dan gejala saat terjadi
hipoglikemia dan hiperglikemia, cara
Pada diagnosa keperawatan kelelahan
perawatan klien dengan DM, terapi
berhubungan dengan penurunan produksi
farmakologis dan non farmakologis, serta
energi metabolik, perubahan kimia darah,
rutin melakukan pemeriksaan gula darah
insufisiensi insulin, peningkatan
sewaktu.
kebutuhan energi, status
hipermetabolik/infeksi tidak muncul pada Diagnosa keperawatan yang tidak
kasus karena kadar glukosa di dalam terdapat pada teori tetapi muncul pada
237

kasus, yaitu bersihan jalan napas tidak berhubungan dengan kehilangan gastrik
efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebih : diare; risiko perubahan nutrisi
tertahan karena adanya sputum dapat kurang dari kebutuhan tubuh
menghambat jalan napas dibuktikan berhubungan dengan nausea,
dengan saat dikaji klien mengatakan ketidakcukupan insulin; nyeri akut
batuk berdahak dengan konsistensi cair, berhubungan dengan hiperperistaltik; dan
berwarna putih, klien mengatakan sputum risiko tinggi penyebaran infeksi terhadap
tidak dapat dikeluarkan, terdapat suara sepsis berhubungan dengan kadar glukosa
napas ronkhi, klien tampak batuk tinggi, efek prosedur invasif :
berdahak dengan sputum yang tertahan, pemasangan infus, infeksi pernapasan
tampak batuk tidak efektif dan hasil foto yang ada sebelumnya; pelaksanaan yang
rontgen thoraks terdapat dilakukan sudah sesuai dengan
bronkhopneumonia kiri. Diagnosa perencanaan yang telah disusun, sehingga
keperawatan nyeri akut berhubungan tidak ada kesenjangan antara teori dan
dengan hiperperistaltik usus muncul pada kasus.
kasus karena saat dikaji klien mengatakan
Evaluasi Keperawatan
nyeri di area abdomen bagian bawah
Pada tahap evaluasi keperawatan terdapat
karena diare, skala 4, rasa nyeri terus-
3 (tiga) diagnosa keperawatan yang sudah
menerus dirasakan, durasi ± 10 menit,
teratasi yaitu bersihan jalan napas yang
rasanya seperti melilit-lilit dinyatakan
tidak efektif berhubungan dengan sekresi
dengan klien tampak meringis dan bising
yang tertahan, risiko kekurangan volume
usus : 37 x/menit.
cairan berhubungan dengan kehilangan
Pelaksanaan Keperawatan gastrik berlebih : diare dan nyeri akut
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan berhubungan dengan hiperperistaltik.
nyata dari intervensi keperawatan yang Selain itu terdapat 1 (satu) diagnosa
telah disusun untuk mencapai tujuan dan keperawatan yang teratasi sebagian yaitu
hasil yang diharapkan dari asuhan. Pada risiko perubahan nutrisi kurang dari
diagnosa bersihan jalan napas tidak kebutuhan tubuh berhubungan dengan
efektif berhubungan dengan sekresi yang nausea, ketidakcukupan insulin dan
tertahan; risiko kekurangan volume cairan terdapat 1 (satu) diagnosa keperawatan
238

yang belum teratasi yaitu risiko tinggi Pemeriksaan penunjang yang terdapat
penyebaran terhadap sepsis berhubungan pada teori namun tidak ditemukan pada
dengan kadar glukosa tinggi, efek kasus, yaitu pemeriksaan aseton plasma
prosedur invasif : pemasangan infus, (keton), asam lemak bebas, osmolalitas
infeksi pernapasan yang ada sebelumnya. serum, hemoglobin glikosilat, gas darah
arteri, ureum/kreatinin, amilase darah,
insulin darah, pemeriksaan fungsi tiroid,
Penutup
urin, kultur dan sensitivitas.
Kesimpulan
Penatalaksanaan medis yang terdapat
Dari hasil pengkajian keperawatan,
pada teori namun tidak dilakukan pada
penyakit DM tipe 1 yang dialami klien
kasus, yaitu olahraga dan latihan.
disebabkan oleh destruksi sel beta islet
Langerhans akibat proses autoimun. Dalam tinjauan teori ada 7 (tujuh)
Namun, ada faktor risiko juga yang diagnosa keperawatan, 3 (tiga)
menyebabkan klien mengalami DM tipe diantaranya sudah sesuai dan muncul
1, yaitu predisposisi genetika yang pada kasus, sedangkan diagnosa
dinyatakan pada saat dikaji klien keperawatan yang terdapat pada teori
mengatakan anggota keluarga (nenek dan tetapi tidak muncul pada kasus adalah
kakak pertama ibu klien) memiliki risiko tinggi terhadap perubahan sensori
riwayat DM tipe 1. Manifestasi klinik perseptual berhubungan dengan
yang terdapat pada teori namun tidak perubahan kimia endogen,
ditemukan pada kasus, yaitu poliuria, ketidakseimbangan glukosa/insulin
polidipsia, polifagia, pandangan kabur, dan/elektrolit; kelelahan berhubungan
pruritus, infeksi kulit, ketonuria dan dengan penurunan produksi energi
sering asimtomatik. Seluruh komplikasi metabolik, perubahan kimia darah,
yang terdapat pada teori tidak ditemukan insufisiensi insulin, peningkatan
pada kasus, yaitu hipoglikemia, KAD, kebutuhan energi, status
penyakit arteri koroner, penyakit hipermetabolik/infeksi; ketidakberdayaan
serebrovaskuler, penyakit vaskuler berhubungan dengan penyakit jangka
perifer, retinopati diabetik, nefropati panjang/progresif yang tidak dapat
diabetik dan neuropati diabetik. diobati, ketergantungan pada orang lain;
239

kurang pengetahuan mengenai penyakit, yang belum teratasi yaitu risiko tinggi
prognosis dan kebutuhan pengobatan penyebaran terhadap sepsis berhubungan
berhubungan dengan kurang dengan kadar glukosa tinggi, efek
pemajanan/mengingat, kesalahan prosedur invasif : pemasangan infus,
interpretasi informasi, tidak mengenal infeksi pernapasan yang ada sebelumnya.
sumber informasi. Untuk diagnosa
keperawatan yang ada pada kasus namun
Daftar Pustaka
tidak ada pada teori, penulis
Black, J.M., Hawks J.H. (2014).
menggunakan buku sumber Doenges, Keperawatan medikal bedah (Edisi 8).
Moorhouse & Geissler (2012) untuk Jakarta : Salemba Medika.

menyusun perencanaannya. Pada tahap Doenges, M.E., Moorhouse, M.F.,


Geissler, A.C. (2012). Rencana asuhan
perencanaan keperawatan yang disusun keperawatan pedoman untuk
pada dasarnya sudah sama dengan teori. perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Pada tahap pelaksanaan keperawatan
Kowalak, J.P., Welsh, W., Mayer, B.
tidak terdapat kesenjangan karena semua (2017). Buku ajar patofisiologi. Jakarta :
rencana tindakan telah dilakukan. EGC.
Kozier., Erb., Berman., Snyder. Buku ajar
Pada tahap evaluasi keperawatan terdapat fundamental keperawatan konsep, proses
3 (tiga) diagnosa keperawatan yang sudah & praktik (Edisi 7 Volume 2). Jakarta :
EGC.
teratasi yaitu bersihan jalan napas yang
LeMone, P., Burke, K.M., Bauldoff, G.
tidak efektif berhubungan dengan sekresi (2016). Buku ajar keperawatan medikal
yang tertahan, risiko kekurangan volume bedah (Edisi 5). Jakarta : EGC.
cairan berhubungan dengan kehilangan Mansjoer, A. (2008). Kapita selekta
kedokteran (Edisi 3). Jakarta : Penerbitan
gastrik berlebih : diare dan nyeri akut Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
berhubungan dengan hiperperistaltik. UI.
Selain itu terdapat 1 (satu) diagnosa PERKENI. (2015). Penerbitan ilmu
penyakit penatalaksanaan diabetes
keperawatan yang teratasi sebagian yaitu
mellitus terpadu. Jakarta : Pusat Dalam
risiko perubahan nutrisi kurang dari Fakultas Kedokteran UI.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016).
Standar diagnosis keperawatan
nausea, ketidakcukupan insulin dan
indonesia. Jakarta : DPP PPNI.
terdapat 1 (satu) diagnosa keperawatan
240

RISKESDAS. (2018). Hasil utama


RISKESDAS 2018. Diunduh tanggal 19
April 2019 pukul 21.08 WIB.
http://www.depkes.go.id/resources/downl
oad/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20
Riskesdas%202018.pdf?opwvc=1.
WHO. (2018). Diabetes fakta dan angka.
Diunduh tanggal 19 April 2019 pukul
21.17 WIB.
http://www.searo.who.int/indonesia/topic
s/8-whd2016-diabetes-facts-and-
numbers-indonesian.pdf.

Anda mungkin juga menyukai