Anda di halaman 1dari 8

INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

EFEKTIVITAS MEMORDOCA CARANTIA (PARE) TERHADAP PENURUNAN


KADAR GLUKOSA DARAH
1
Ikrima Rahmasari, 2Endah Sri Wahyuni
1,2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Prodi Sarjana Keperawatan STIKES ‘ Aisyiyah Surakarta
Email : ikrima.rahmasari@yahoo.com

Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Pemilihan pengobatan non farmologi dengan
menggunakan obat herbal merupakan fenomena yang sering digunakan oleh masyarakat awam sebagai
pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas memordica carantia (pare) terhadap
penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental design dengan
pendekatan one group pretest posttest design. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel
menggunakan teknik probability sampling dengan model simple random sampling. Jumlah sample dalam
penelitian ini yaitu 23 responden. Instrument dalam pengkajian ini menggunakan Glucotest.
Kata Kunci : Kadar Glukosa Darah, Memordica Carantia (Pare)

Abstract
Diabetes Mellitus (DM) is a disease characterized by the occurrence of hyperglycemia and a
disruption of carbohydrate, fat, and protein metabolism that is associated with absolute or relative
deficiencies of work or insulin secretion. The selection of non pharmological treatment using herbal
medicines is a phenomenon that is often used by ordinary people as a treatment. The purpose of this study
was to determine the effectiveness of memordica carantia (pare) to decrease blood glucose levels. This
study used the quasi experimental design method with a one group pretest posttest design approach. The
technique used for sampling uses probability sampling techniques with a simple random sampling model.
The number of samples in this study were 23 respondents. Instrument in this study uses Glucotest.
Keywords: Blood Glucose Levels, Carantia Memordica (Pare)

PENDAHULUAN Nomor 1575 tahun 2005, dibentuk Direktorat


Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit Pengendalian Penyakit Menular yang mempunyai
yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan tugas pokok memandirikan masyarakat untuk
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan hidup sehat melalui pengendalian faktor risiko
protein yang dihubungkan dengan kekurangan penyakit tidak menular (Depkes, 2010).
secara absolut atau relatif dari kerja dan atau Dampak dari hiperglikemi yang terjadi dari
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan
penderita Diabetes Mellitus yaitu polidipsia, berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan
polyuria, polifagia, penurunan berat badan, dan pembuluh darah. Komplikasi DM yang sering
kesemutan (Buraerah, 2010). terjadi antara lain penyebab utama gagal ginjal,
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) retinopati diabetacum, neuropati (kerusakan
Kementerian Kesehatan RI, tahun 2016 jumlah syaraf) dikaki yang meningkatkan kejadian ulkus
penderita DM di Indonesia sudah mencapai angka kaki, infeksi bahkan keharusan untuk amputasi
9,1 juta jiwa dan diprediksi jumlah ini akan kaki. Meningkatnya risiko penyakit jantung dan
semakin terus bertambah. Indonesia saat ini berada stroke dan risiko kematian penderita diabetes
di urutan ke 7 negara dengan jumlah penduduk secara umum adalah dua kali lipat dibandingkan
tertinggi mengidap DM di dunia. Berdasarkan data bukan penderita diabetes mellitus (Departemen
dari Riskeddas, 90 % pasen kencing manis Kesehatan RI, 2014).
terdiagnosa DM tipe 2 dan dari jumlah tersebut Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan
sebagian besar tidak menyadari jika mereka empat pilar utama yaitu penyuluhan atau edukasi,
mengidap DM sehingga dapat menimbulkan terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas
komplikasi. Upaya pemerintah dalam menangani fisik dan intervensi farmakologis. Keempat pilar
penyakit DM lebih memprioritaskan upaya pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada semua
preventif dan promotif, dengan tidak mengabaikan jenis tipe DM termasuk DM tipe II. Untuk
upaya kuratif, serta dilaksanakan secara integrasi mencapai fokus pengelolaan DM yang optimal
dan menyeluruh antara pemerintah, masyarakat maka perlu adanya keteraturan terhadap keempat
dan swasta. Peraturan Menteri Kesehatan RI pilar utama tersebut (PERKENI, 2015).

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 57


INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

Peningkatan insidensi DM yang ada ini tentu mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan (ADA, 2012).
terjadinya komplikasi kronik diabetes. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Hiperglikemik kronik pada diabetes berhubungan Menurut American Diabetes Association
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau (ADA, 2013), klasifikasi diabetes meliputi empat
kegagalan beberapa anggota tubuh, terutama mata, kelas klinis, yaitu, DM tipe 1, hasil dari
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah kehancuran sel β pankreas, biasanya menyebabkan
(Gustaviani, R. 2007). Oleh sebab itu, penderita defisiensi insulin yang absolut, DM tipe 2, hasil
diabetes perlu mendapatkan obat yang efektif dan dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang
aman agar dapat terhindar dan berbagai komplikasi menjadi latar belakang terjadinya resistensi insulin,
yang menyebabkan angka harapan hidup menurun. Diabetes tipe spesifik lain, misalnya gangguan
Pemberian Obat Anti Diabetes (OAD) yang genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada
berasal dari bahan sintetis memiliki efek samping kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti
diantaranya gangguan saluran cerna dan cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau
hipoglikemia berlebih serta timbulnya angiopati bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AID
diabetik atau kerusakan pembuluh darah (Manaf, atau setelah transplantasi organ), dan gestational
2009). Diabetes Mellitus.
Momordica charantia (pare) adalah salah Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
satu tanaman obat tradisional yang berguna dalam Menurut Smeltzer (2012) penurunan berat
menurunkan kadar hiperglikemi. Sejak dahulu badan dapat menjadi gambaran awal pada pasien
buah pare dimanfaatkan masyarakat untuk DM khususnya DM tipe 2, namun penurunan berat
mengobati berbagai jenis penyakit serta sebagai badan tersebut tidak signifikan dan tidak terlalu
bahan makanan. Tanaman ini mempunyai manfaat diperhatikan. Sebagian besar penderita DM tipe 2
antara lain mengobati kencing manis, yang baru terdiagnosis memiliki berat badan yang
dismenorrhoe dan sariawan. Pemanfaaatan berlebih. Menurut Corwin (2009), gejala lain yang
Momordica charantia sebagai obat dikarenakan biasa muncul pada pasien DM yaitu, (a) polyuria,
toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah, dan (peningkatan pengeluaran urine) terjadi apabila
efek samping yg rendah (Benny, 2014). peningkatan glukosa melebihi nilai ambang ginjal
Fenomena yang terjadi pada masyarakat saat untuk reabsorpsi glukosa, maka akan terjadi
ini adalah pemilihan pengobatan non farmologi glukossuria. Hal ini menyebabkan diuresis osmotic
dengan menggunakan obat herbal. Mereka yang secara klinis bermanifestasi sebagai poliuria.
mengatakan lebih sering mengkonsumsi herbal (b) Polydipsia (peningkatan rasa haus) terjadi
baik berupa daun-daunan, buah sampai dengan karena tingginya kadar glukosa darah yang
herbal yang berupa ekstrak kapsul. Alasannya menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh
karena mereka takut dengan penggunaan obat yang tubuh. Hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat
dikonsumsi secara terus menerus, mengingat dengan mudah berdifusi melewati pori-pori
bahwa DM tidak dapat disembuhkan. Mereka juga membran sel. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat
mengatakan bahwa herbal yang dikonsumsi katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan
diketahui dari informasi masyarakat, bukan dari sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
petugas kesehatan atau dari evidence based yang sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada
jelas. Sehingga, belum diketahui secara pasti pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan
apakah efektif atau tidak. kelelahan. (c) Polyfagia (peningkatan rasa lapar)
Peneliti ingin mengetahui pengobatan terjadi karena penurunan aktivitas kenyang di
alternatif untuk mengatasi peningkatan kadar hipotalamus. Glukosa sebagai hasil metabolisme
glukosa dalam darah dengan menggunakan obat karbohidrat tidak dapat masuk ke dalam sel,
alami, yaitu dengan menggunakan buah pare. sehingga menyebabkan terjadinya kelaparan sel.
Alasan menggunakan buah pare adalah karena Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus
buah pare telah familiar di kalangan masyarakat Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka
awam, dapat dimanfaatkan dalam berbagai yang menunjukkan gejala dan tanda DM,
pengolahan dan harganya yang relatif murah. sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala,
TINJAUAN PUSTAKA yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji
Diabetes Mellitus diagnostik akan dilakukan pada mereka yang hasil
DM merupakan salah satu kelompok pemeriksaan penyaringnya positif untuk
penyakit metabolik yang ditandai oleh memastikan diagnosis definitif. Pemeriksaan
hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan
kerja insulin, atau keduanya. Keadaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa
hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
dengan kerusakan jangka panjang, gangguan toleransi glukosa oral (TTGO).
fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 58
INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM
Bukan Belum DM
DM pasti
DM
Kadar Glukosa Plasma vena <110 110-199 ≥200
Darah Sewaktu Darah kapiler <90 90-199 ≥200
(mg/dL)
Kadar Glukosa Plasma vena <110 110-125 ≥126
Darah Puasa Darah kapiler <90 90-109 ≥110
(mg/dL)
Menurut American Diabetes Association, progresif (0,5-1 kg/minggu). Penurunan berat
kriteria diagnostik untuk DM yaitu (a) gejala badan 2,5-7 kg akan memperbaiki kadar glukosa
diabetes disertai kadar glukosa darah ≥ 11,1 darah (Price & Willson, 2011). (e) kurang
mmol/L (200 mg/dL), (b) kadar glukosa darah aktivitas, kurangnya aktivitas dapat memicu
puasa ≥ 7,0 mmol/L (126 mg/dL), (c) kadar timbulnya obesitas pada seseorang dan kurang
glukosa darah dua jam pascaprandial ≥ 11,1 sensitifnya insulin dalam tubuh sehingga dapat
mmol/L (200 mg/dL) selama tes toleransi glukosa menimbulkan penyakit DM (D’ adamo, 2007).
oral (Powers, 2010). Mekanisme aktivitas fisik dapat mencegah atau
Faktor Risiko Diabetes Mellitus menghambat perkembangan DM yaitu penurunan
Faktor risiko DM antara lain : (a) obesitas, resistensi insulin, peningkatan toleransi glukosa,
tanda utama yang menunjukkan seseorang dalam penurunan lemak adipose, pengurangan lemak
keadaan pradiabetes. Obesitas merusak pengaturan sentral; perubahan jaringan otot (Kriska, 2007). (f)
energi metabolisme dengan dua cara, yaitu stress, dapat meningkatkan kerja metabolisme dan
menimbulkan resistensi leptin dan meningkatkan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
resistensi insulin. Leptin adalah hormon yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
berhubungan dengan gen obesitas. Leptin berperan yang tinggi membuat pankreas mudah rusak
dalam hipotalamus untuk mengatur tingkat lemak hingga berdampak pada penurunan insulin
tubuh dan membakar lemak menjadi energi. Orang (Smeltzer and Bare, 2012).
yang mengalami kelebihan berat badan, kadar Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
leptin dalam tubuh akan meningkat. (D’ Adamo, Menurut Arora (2017), pemeriksaan yang
2007). (b) faktor genetic, keturunan atau genetik dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu : (a)
merupakan penyebab utama diabetes. Jika kedua Postprandial
orang tua memiliki DM, ada kemungkinan bahwa Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah
hampir semua anak-anak mereka akan menderita minum. Angka diatas 130 mg/dl mengindikasikan
diabetes. Pada kembar identik, jika salah satu diabetes. (b) Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah
kembar mengembangkan DM, maka hampir 100% sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah
untuk kembar yang lain berpotensi untuk terkena selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang
DM tipe 2 (Waspadji, 2004). (c) usia, salah satu melebihi 6,1% menunjukkan diabetes. (c) Tes
faktor yang paling umum yang mempengaruhi toleransi glukosa oral. Setelah berpuasa
individu untuk mengalami diabetes. Faktor resiko semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75
meningkat secara signifikan setelah usia 45 tahun. gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam.
Hal ini terjadi karena pada usia ini individu kurang Angka gula darah yang normal dua jam setelah
aktif, berat badan akan bertambah dan massa otot meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
akan berkurang sehingga menyebabkan disfungsi (d) Tes glukosa darah dengan finger stick
pankreas. Disfungsi pankreas dapat menyebabkan Jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample
peningkatan kadar gula dalam darah karena tidak darah diletakkan pada sebuah strip yang
diproduksinya insulin (D’ Adamo, 2007). (d) dimasukkan kedalam celah pada mesin
makanan, tubuh secara umum membutuhkan diet glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya
seimbang untuk menghasilkan energi untuk untuk memantau kadar glukosa yang dapat
melakukan fungsi-fungsi vital. Terlalu banyak dilakukan dirumah.
makanan, akan menghambat pankreas untuk Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
menjalankan fungsi sekresi insulin. Jika sekresi Tujuan utama penatalaksanaan DM adalah
insulin terhambat maka kadar gula dalam darah untuk mencegah komplikasi dan menormalkan
akan meningkat (Waspadji, 2014). Individu yang aktivitas insulin di dalam tubuh. penatalaksanaan
obesitas harus melakukan diet untuk mengurangi DM terdiri dari empat pilar yaitu edukasi, diet,
pemasukan kalori sampai berat badannya turun latihan jasmani dan pengobatan secara farmakologi
mencapai batas yang ideal. Penurunan kalori yang (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011). (a)
moderat (500-1000 Kkal/hari) akan menghasilkan Edukasi, tujuan dari edukasi adalah mendukung
penurunan berat badan yang perlahan tapi usaha pasien yang menderita DM untuk mengerti

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 59


INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

perjalanan alami penyakitnya, mengetahui cara jarang dibudidaya, bentuknya memanjang seperti
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan belut panjangnya antara 30– 110cm dan diameter
atau komplikasi yang mungkin timbul secara dini, 4– 8cm. Bagian utama dari tanaman pare yang
ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan bernilai ekonomi cukup tinggi adalah bagian
penyakit secara mandiri, disertai perubahan buahnya. Pare merupakan tanaman yang kaya akan
perilaku kesehatan yang diperlukan. (b) Diet, manfaat, diantaranya pare dapat berfungsi sebagai
standar yang dianjurkan adalah makanan dengan antikanker dan menurunkan kadar gula darah
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, (hypopglycemic effect) (Rita dkk, 2012). Pada
protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi penelitian Agus (2008), ekstrak pare dapat
baik, yaitu karbohidrat : 45-65 % total asupan berperan sebagai antioksidan dengan
energi, protein : 10-20 % total asupan energi, ditemukannya kandungan flavonoid, tanin,
lemak : 20-25% kebutuhan kalori. Jumlah kalori saponin, steroid, dan terpenoid.
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, Manfaat Memordica Carantia (pare)
umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk Menurut Rita, dkk (2012), kandungan yang
mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. ada di dalam pare menjadikan sayuran ini sangat
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat baik untuk tujuan pengobatan diabetes. Manfaat
badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 buah pare bagi penderita DM adalah sebagai
Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB berikut : (a) Mengontrol gula darah, konsumsi
untuk wanita). Pada dasarnya kebutuhan kalori buah pare dapat mengontrol kadar gula darah
pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya
yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk kandungan serat dalam pare. Saat serat masuk ke
aktifitas fisik maupun psikis dan untuk dalam tubuh, serat hanya akan melewati saluran
mempertahankan berat badan agar mendekati pencernaan saja. Sehingga akan membuat makanan
ideal. (c) Latihan Jasmani, dapat menurunkan berserat cenderung tidak akan menaikkan kadar
kadar glukosa darah dengan meningkatkan gula darah. (b) Insulin alami penurun gula darah,
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki di dalam buah pare juga terdapat kandungan phyto
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot nutrient, yaitu salah satu jenis tanaman insulin
juga dapat diperbaiki dengan berolahraga. yang sangat dikenal bisa menurunkan kadar gula
Penderita DM harus diajarkan untuk selalu darah. Selain itu juga terdapat agen hipoglikemik
melakukan latihan pada saat yang sama dan atau charatin yang akan membantu meningkatkan
intensitas yang sama setiap harinya (Brunner & penyerapan glukosa serta glikogen sintesis yang
Suddart, 2012). (d) Farmakologi, pengaturan ada dalam sel hati. Sehingga dengan senyawa
makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu tersebut lah pare dianggap bisa menurunkan kadar
(2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum gula dalam darah khususnya untuk diabetes tipe-2.
mencapai sasaran, dilakukan intervensi (c) Membantu melakukan diet alami untuk
farmakologis dengan obat hipoglikemik oral diabetes, jika sedang melakukan diet dan mengatur
(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan asupan makanan ke dalam tubuh untuk mengatur
tertentu, OHO dapat segera diberikan secara kadar gula darah, maka dapat memanfaatkan buah
tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. pare sebagai salah satu menu yang dapat
Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, mengobati penyakit diabetes. Hal ini karena
misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan adanya kandungan polipeptida yang strukturnya
yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, sama dan mirip dengan hormone insulin yang akan
insulin dapat segera diberikan. (e) Non bekerja menurunkan kadar gula darah dalam
farmakologi, dapat menggunakan obat obatan tubuh. Itulah sebabnya buah pare bisa menjadi
herbal, misalnya dari tanaman atau buah buahan. salah satu cara menurunkan kadar glukosa dalam
Dalam penelitan ini menggunakan pare sebagai darah.
pengobatan alternatif untuk menurunkan kadar Pengaruh Memordica Carantia (pare) terhadap
glukosa dalam darah pada pasien dengan DM. Penurunan Kadar Glukosa Darah
Memordica Carantia (Pare) Beberapa penelitian sudah membuktikan
Menurut Absen (2007) pare adalah sejenis adanya sejumlah bahan alami yang bisa dijadikan
tumbuhan yang merambat dengan buah berbentuk obat. Tanaman yang telah diteliti dan memberi
panjang dan runcing pada ujungnya serta indikasi positif dalam penyembuhan diabetes di
permukaan yang bergerigi. Pare memiliki rasa antaranya adalah tanaman yang biasa dipakai
yang tidak terlalu pahit dan banyak dibudidayakan sebagai bahan sayur dan bumbu dapur. Salah satu
dan paling disukai, buahnya panjang dengan bahan alam yang bisa dijadikan alternatif dalam
ukuran 30-50cm, diameter buah 3-7cm, berat rata- mengontrol kadar glokosa dalam darah adalah
rata 200-500 gr/buah. Sedangkan pare ayam Momordica charantia (pare) (Purnamasari, 2009).
memiliki rasa yang pahit, berbentuk lonjong kecil Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus oleh Benny (2014) efek pare dalam menurunkan
dengan panjang 15– 20cm. Dan pada pare belut gula darah pada hewan percobaan bekerja dengan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 60
INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

mencegah usus menyerap gula yang dimakan. dikonsumsi dengan direbus, selama 2 minggu
Selain itu diduga pare memiliki komponen yang setiap hari. Pare yang dikonsumsi setiap hari
menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling sejumlah 2 buah dengan ukuran sedang, kemudian
tua dan banyak dipakai). Obat jenis ini, selain dicuci bersih dan di rebus 10-15 menit.
meningkatkan deposit cadangan gula glycogen di Dikonsumsi sebelum makan. Di minggu pertama
hati juga menstimulasi sel beta kelenjar pancreas akan dilakukan pre test dan post test setelah hari
tubuh memproduksi insulin lebih banyak. ke 6. Dilakukan intervensi yang sama di minggu
Pare mengandung protein, karbohidrat, dan ke dua.
sedikit lemakdan mineral. Pare kaya akan kalsium,
zat besi dan fosfor. Vitamin yang menonjol Uji analisa data yang digunakan pada peneltian ini
terdapat di dalamnya adalah vitamin A dan vitamin adalah :
C. Penelitian yang dilakukan di Jepang tahun 1. Analisis Univariat
2012, membuktikan bahwa biji pare merupakan Analisis univariat pada penelitian ini adalah
anti oksidan yang cukup kuat untuk melawan umur, jenis kelamin, pendidikan, kadar glukosa
radikal bebas di dalam tubuh yang memicu darah sebelum konsumsi pare, kadar glukosa
pembentukan sel kanker, mempercepat penuaan, darah setelah konsumsi pare.
penyumbatan arteri, stroke, dan diabetes mellitus. 2. Analisis Bivariat
Buah pare mengandung karatin, a. Uji beda dua mean independent
hydroxytryptamine, vitamin A, B, dan C. Uji beda dua mean independent digunakan
Sementara itu bijinya mengandung momordisin. untuk mengetahui perbedaan antar
Hampir semua bagian tanaman ini, baik biji, kelompok.
bunga, daun, maupun akar, berkhasiat untuk obat. Tahapan yang dilakukan :
Namun, buah pare paling sering digunakan untuk 1) Menentukan selisih pre-test dan post
bahan ramuan obat terutama diabetes mellitus. test pada setiap kelompok.
Efek farmakologis dari tanaman ini rasanya pahit 2) Menguji homogenitas varians.
dan sifatnya dingin, pare berkhasiat sebagai 3) Analisis dengan menggunakan paired
antiradang, menurunkan kadar glukosa darah, sample T-Test.
untuk mengobati batuk, radang tenggorok, radang b. Uji beda dua mean independent
mata merah, rematik dan sariawan, dan disentri Analisis bivariat untuk mengetahui
(Utami, 2010). pengaruh pare terhadap perubahan tingkat
kadar glukosa darah pada pasien DM, yaitu
METODE menggunakan Uji T (T-test) dengan batas
Penelitian ini merupakan penelitian quasi kemaknaaan (nilai alpha) 5%. Untuk
eksperimental dengan metode one group pretest melihat hasil kemaknaan perhitungan
posttest design. Dalam rancangan ini kelompok statistik dugunakan batas kemaknaan 0,05.
perlakuan diberikan intervensi tanpa menggunakan Penolakan terhadap hipotesis apabila Pvalue
kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan <0,05 berarti ada pengaruh atau ada
kelompok dilakukan penilaian, kemudian perbedaan yang bermakna, sedangkan gagal
dilakukan intervensi. Setelah waktu yang penolakan terhadap hipotesa apabila Pvalue >
ditentukan, diukur kembali hasil intervensi pada 0,05 berarrti tidak ada pengaruh atau
kelompok tersebut. perbedaan yang bermakna antara keduanya.
Populasi penelitian ini adalah anggota
Prolanis wilayah Ngringo, Jaten Karanganyar HASIL
sejumlah 42 orang. Teknik yang digunakan untuk Karakteristik Demografi
pengambilan sampel adalah teknik probability Berdasarkan hasil uji homogenitas
sampling dengan model simple random sampling karakteristik demografi antara kelompok
dengan jumlah 23 responden. perlakuan dan kontrol didapatkan hasil homogen.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu
reponden merupakan anggota PROLANIS, jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.
diabetes melitus type 2, tidak memiliki penyakit Perempuan lebih berisiko untuk terkena diabetes
yang mnyertai (gagal ginjal, dan jantung), bersedia karena secara fisik wanita memiliki peluang untuk
menjadi responde, dan mampu berkomunikasi mengalami peningkatan indeks masa tubuh yang
dengan baik. berisiko obesitas. Orang yang mengalami obesitas
Penelitan ini menggunakan alat ukur mempunyai masukan kalori yang lebih besar,
glucotest yang telah dikalibrasi dengan kategori sehingga sel beta pankreas akan mengalami
GDS 140 – 200 mg/dL. kelelahan dan tidak mampu untuk memproduksi
Peneliti meminta reponden untuk teratur insulin yang adekuat dalam mengimbangi
mengkonsumsi pare 3 kali dalam 1 minggu selama pemasukan kalori dalam tubuh, sehingga kadar
1 bulan, yang sebelumnya telah diukur terlebih glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan
dahulu kadar glukosa darah responden. Pare DM (Kaban, 2017). Perempuan cenderung
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 61
INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

menggunakan perasaan dan emosi dalam dan penurunan kadar glukosa dalam darah terlihat
menghadapi masalah. Perempuan cenderung pada kelompok perlakuan, maayoritas kadar
menggunakan emotion-focused coping dan jarang glukosa dalam darah responden 140-200 mg/dL.
menggunakan logika dan rasional. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh mengetahui efektifitas memordica charantia (pare)
Tandra (2013) yang menyatakan bahwa terhadap penurunan kadar glukosa darah
perempuan memiliki resiko lebih besar untuk dinyatakan bahwa Memordica Charantia (Pare)
menderita DM khususnya DM tipe 2 dibandingkan berpengaruh positif dan signifikan dengan
laki-laki. penurunan kadar glukosa darah.
Sedangkan ditinjau dari segi umur, mayoritas Insulin mengandung saponin (triterpen) yang
responden berusia 51-60 tahun baik kelompok bekerja dengan aktivitas yang mirip dengan
perlakuan maupun kelompok kontrol. Proporsi insulin, sehingga dapat memasukkan glukosa
penderita DM pada tahun 2016 meningkat seiring dalam darah ke dalam sel. Pengamatan selanjutnya
bertambahnya usia, dan proporsi tertinggi pada menunjukkan bahwa suatu bentuk latihan ternyata
kelompok usia 55-64 tahun (Riskesdas, 2016). dapat memberi manfaat terhadap kesehatan
Penelitian yang dilakukan oleh Desi (2016) seseorang, yang pada akhirnya berguna untuk
didapatkan hasil yang menyatakan bahwa sebagian membantu mengatasi penyakit tertentu.
besar responden penderita DM tipe 2 pada rentang
usia 50-59 tahun. PEMBAHASAN
Dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas Hasil penelitian menunjukan jumlah
responden berpendidikan SMA. Hasil analisis responden perempuan lebih banyak dibandingkan
Irawan (2010) bahwa terdapat hubungan antara responden laki-laki. Perempuan lebih berisiko
tingkat pendidikan dengan kejadian DM, orang untuk terkena diabetes karena secara fisik wanita
dengan tingkat pendidikannya rendah 1,27 kali memiliki peluang untuk mengalami peningkatan
berisiko menderita DM daripada orang yang indeks masa tubuh yang berisiko obesitas. Orang
berpendidikan tinggi. Orang dengan tingkat yang mengalami obesitas mempunyai masukan
pendidikan rendah biasanya memiliki pengetahuan kalori yang lebih besar, sehingga sel beta pankreas
yang sedikit. Semakin tinggi pendidikan semakin akan mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk
besar kepedulian terhadap kesehatan. Namun tidak memproduksi insulin yang adekuat dalam
dipungkiri masih ada orang yang berpendidikan mengimbangi pemasukan kalori dalam tubuh,
tinggi mengabaikan kesehatan dengan berbagai sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat
alasan yang menyebabkannya, salah satunya dan menyebabkan DM (Kaban, 2017).
berhubungan dengan pekerjaan dimana dengan Perempuan cenderung menggunakan
adanya kesibukan yang tinggi sehingga pola hidup perasaan dan emosi dalam menghadapi masalah.
yang tidak teratur atau tidak teraturnya pola makan Perempuan cenderung menggunakan emotion-
meyebabkan gangguan kesehatan. focused coping dan jarang menggunakan logika
dan rasional. Dalam permasalahan DM kronis
Analisis Univariat membutuhkan pemikiran yang rasional sehingga
Berdasarkan tabulasi silang kadar gula darah edukasi yang diberikan perawat akan dapat mudah
yaitu kelompok perlakuan dan kontrol, dipahami dan diaplikasikan (Juwitaningtyas,
karakteristik subyek penelitian berdasarkan 2014).
penurunan kadar glukosa darah pada kelompok Menurut Ortiz, et all (2010) laki - laki
perlakuan sebelum dan sesudah diberikan cenderung melakukan aktivitas fisik dan olahraga
intervensi yaitu GDS pasien sebelum diberikan secara teratur dibanding perempuan. Hal ini
intervensi > 200 mg/dL baik pada kelompok disebabkan karena laki-laki memiliki fisik dan
perlakuan maupun kelompok kontrol. Sedangkan kekuatan otot yang lebih besar dibanding
mayoritas GDS responden setelah diberikan perempuan. Sejalan dengan penelitian yang
intervensi adalah 140-200 mg/dL dilakukan oleh Tandra (2013) yang menyatakan
hati. bahwa perempuan memiliki resiko lebih besar
untuk menderita DM khususnya DM tipe 2
Analisis Bivariat dibandingkan laki-laki. Penelitian yang dilakukan
Berdasarkan analisis memordica charantia didapatkan jumlah responden sebagian besar
(pare) terhadap penurunan kadar glukosa darah berada pada responden perempuan dibandingkan
pada pasien diabetes melitus didapatkan hasil responden laki-laki. Hal ini berhubungan dengan
kadar glukosa dalam darah setelah diberikan kehamilan dimana kehamilan merupakan faktor
intervensi menurut kelompok perlakuan yaitu jenis resiko untuk terjadinya penyakit diabetes melitus.
kelamin responden menunjukkan adanya Wanita lebih berisiko terkena DM karena secara
perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks
terbesar adalah pada responden yang berjenis masa tubuh yang lebih besar. Namun hal ini
kelamin perempuan yaitu 15 reponden (62,5%), bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 62
INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

oleh Trisnawati (2013) yang mendapatkan nilai P berhubungan dengan pekerjaan dimana dengan
value 0,795 yang berarti tidak terdapat hubungan adanya kesibukan yang tinggi sehingga pola hidup
antara jenis kelamin dengan kejadian DM. yang tidak teratur atau tidak teraturnya pola makan
Sedangkan ditinjau dari segi umur, mayoritas meyebabkan gangguan kesehatan. Biasanya orang
responden berusia 51-60 tahun baik kelompok dengan kegiatan yang padat sering lupa utuk
perlakuan maupun kelompok kontrol. Proporsi makan namun lebih banyak makan cemilan.
penderita DM pada tahun 2016 meningkat seiring Dengan adanya perubahan gaya hidup dan
bertambahnya usia, dan proporsi tertinggi pada kebiasaan makan, konsumsi makanan yang energi
kelompok usia 55-64 tahun (Riskesdas, 2016). dan tinggi lemak selain aktivitas fisik yang rendah,
Penelitian juga menunjukkan hasil yang akan mengubah keseimbangan energi dengan
menyatakan bahwa sebagian besar responden disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang
penderita DM tipe 2 pada rentang usia 50-59 jarang digunakan (Gibney dkk, 2009).
tahun. Pada saat dilakukan penelitian pada Hasil analisis univariat kadar glukosa darah
responden yang bukan penderita DM tipe 2 pada pasien DM menunjukkan adanya penurunan
sebagian besar responden juga berada pada rentang sebelum dan sesudah diberikan Memordica
usia 50-59 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang Charantia (Pare). Tanaman pare merupakan salah
mengatakan bahwa mereka dengan usia lebih dari satu alternatif obat tradisional diabetes melitus
45 tahun adalah kelompok usia yang berisiko yang bisa digunakan untuk penyembuhan, karena
menderita DM. Lebih lanjut dikatakan bahwa DM tanaman ini mengandung saponin, flavonoid, dan
merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan polifenol (antioxidant kuat), serta glikosida
fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama cucurbitacin, momordicin, dan charantin yang
gangguan organ pangkreas dalam menghasilkan dapat menurunkan gula darah. Efek pare dalam
hormon insulin, sehingga DM akan meningkat menurunkan gula darah bekerja dengan mencegah
kasusnya sejalan dengan pertambahan usia usus menyerap gula yang telah dikomsumsi. Selain
(Purnamasari, 2009). itu diduga pare memiliki komponen yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling
dilakukan oleh Trisnawati (2013) yang tua dan banyak dipakai). Obat jenis ini
mendapatkan nilai P value 0,026. Usia lebih dari menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh
40 tahun adalah usia yang beresiko terkena DM untuk memproduksi insulin lebih banyak, selain
dikarenakan adanya intoleransi glukosa dan proses meningkatkan deposit cadangan gula glycogen di
penuaan yang menyebabkan kurangnya sel beta hati.
pankreas dalam memproduksi insulin. Penelitian Penelitian Lodewyck (2008) efek pare dalam
serupa juga dilakukan oleh Tandra (2013) yang menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan
mendapatkan nilai P value 0,000 dan menjelaskan juga serupa dengan mekanisme insulin. Selain itu
bahwa hal ini dikarenakan pada usia ≥45 tahun insulin mengandung saponin (triterpen) yang
terjadi penurunan fungsi tubuh dalam bekerja dengan aktivitas yang mirip dengan
memetabolisme glukosa. Hasil penelitian Kaban insulin, sehingga dapat memasukkan glukosa
(2017) yang mendapat nilai P value 0,000, dalam darah ke dalam sel. Pengamatan selanjutnya
menjelaskan bahwa adanya hubungan antara umur menunjukkan bahwa suatu bentuk latihan ternyata
dengan kejadian DM. dapat memberi manfaat terhadap kesehatan
Ditinjau dari tingkat pendidikan, mayoritas seseorang, yang pada akhirnya berguna untuk
responden berpendidikan SMA. Irawan (2010) membantu mengatasi penyakit tertentu.
mengatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki
pengaruh terhadap kejadian penyakit DM. Orang KESIMPULAN
yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki Hasil analisis statistik membuktikan bahwa
banyak pengetahuan tentang manejemen ada perbedaan penurunan kadar glukosa antara
kesehatan, pendidikan juga berpengaruh terhadap kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
aktivitas fisik seseorang terkait dengan pekerjaan Adanya perbedaan tersebut membuktikan bahwa
yang dilakukan. Hasil analisis Irawan (2010) Memordica Charantia (Pare) yang dikonsumsi
bahwa terdapat hubungan antara tingkat secara rutin oleh penderita DM mampu
pendidikan dengan kejadian DM, orang dengan menurunkan kadar glukosa darah.
tingkat pendidikannya rendah 1,27 kali berisiko
menderita DM daripada orang yang berpendidikan DAFTAR PUSTAKA
tinggi. Orang dengan tingkat pendidikan rendah Ademo, J. 2007. Dislipidemia. In Setiati dkk (ed).
biasanya memiliki pengetahuan yang sedikit. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Semakin tinggi pendidikan semakin besar Edisi VI. Jakarta : FKUI
kepedulian terhadap kesehatan. Namun tidak American Diabetes Association. 2012. Standards
dipungkiri masih ada orang yang berpendidikan of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care
tinggi mengabaikan kesehatan dengan berbagai
alasan yang menyebabkannya, salah satunya
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 63
INFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019 ISSN : 2086-2628

American Diabetes Association. 2014. Diagnosis Ortiz, I., Cabriales. E., Gonzales, J. & Meza, M.
and Classification of Diabetes Mellitus. 2010. Self-Care Behaviours and Health
Diabetes Care volume 37 Supplement 1 : Indicators in Adults with Type 2 Diabetes.
81-90 Rev. Latino-Am. Enfermagem
Benny, W. 2014. Efek Ekstrak Buah Pare Park, P.J., Griffin, S.J., Sargeant, L., Wareham,
(Momordica charantia) dan Metformin N.J. The performance of a risk score in
terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Predicting Undiagnosed Hyperglycemia.
Wistar yang Diinduksi Aloksan: Diabetes Care. 2012; 25:984-8
Perbandingan Terapi Kombinasi dan Terapi Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan
Tunggal. Jurnal Keperawatan VOL. IV No. Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di
2 Agustus 2014 ISSN 1979-8091 Indonesia 2011. Jakarta : Perkumpulan
Brunner & Suddarth . 2012. Buku Ajar : Endokrinologi Indonesia (Perkeni)
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Price, A., Lorraine Mc., Carty Wilson. 2011.
Buraerah, H. 2010. Analisis Faktor Risiko Patofisiologi : Konsep Klinis. Proses-proses
Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC
Tanrutedong, Sidennreg Rappan. Jurnal Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan klasifikasi
Ilmiah Nasional. vol. 35, no. 4. 2010 diabetes melitus. Dalam: Sudoyo A,
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
Jakarta : Aditya Medica S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3.
Depkes RI. 2014. Sistem Kesehatan Nasional Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing
2010. Jakarta : Depkes Rita, dkk. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan
Gibney. M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., dan Sikap Penderita Diabetes Melitus
Arab, L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di
Jakarta : EGC RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur.
Gustaviani, R. 2007. Diagnosis Dan Klasifikasi Jurnal Keperawatan Medikah Bedah,
Diabetes Mellitus. Buku Ilmu Penyakit Volume 1, No 1
Dalam In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Smeltzer, Suzane C. 2012. Keperawatan Medikal
ed IV, jilid III. Jakarta. Pusat Penerbitan Bedah Brunner & Suddarth : Edisi 8. Alih
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi
Universitas Indonesia bahasa Indonesia. Monica Ester. (et al).
Irawan, D. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Jakarta : EGC
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Urban Indonesia) Analisa Data Sekunder Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Riskesdas 2007) Bandung : Alfabeta
Juwitaningtyas, Firma Ayu. 2014. Pengaruh Tandra H. 2013. Life Healthy With Diabetes.
Pendidikan Kesehatan Terhadap Cetakan 1. Yogyakarta : Rapha Publishing
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Utami, Prapti. 2010. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit
Penderita Diabetes Melitus Dalam Kanker, Diabetes, Hipertensi, Stroke,
Pencegahan Luka Kaki Diabetik di Desa Kolesterol, dan Jantung. Jakarta :
Mranggen Polokarto Sukoharjo PT.Gramedia Pustaka Utama.
Kaban, S. 2017. Diabetes Tipe 2 di Kota Sibolga Waspadji. 2014. Upaya Penanganan dan Perilaku
Tahun 2015. Majalah Kedokteran Pasien Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Nusantara Volume 40 No 2 Juni 2007 Puskesmas Maradekaya Kota Makassar.
Manaf A. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas
Insulin : Mekanisme Sekresi Dan Aspek Hasanuddin Makassar. Makassar
Metabolisme, Jilid III, Edisi 4. Jakarta : FK
UI

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 64

Anda mungkin juga menyukai