Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Akhmal Kurniawan

NIM : P07220421003
Prodi : Profesi Ners Reguler

WOC BBLR

Definisi : Klasifikasi : Pemeriksaan Penunjang :


Menurut WHO Etiologi : Manifestasi Klinis :
1. Prematuritas 1. Pemeriksaan diagnostik
Bayi Berat 1. Faktor Ibu 1. Fisik : Bayi kecil, pergerakan kuran/lemah, kepala
Murni Jumlah sel darah putih
Lahir Rendah Penyakit lebih besar daripada badan < 2500 gram
 Bayi yang Hematokrit
(BBLR) Usia Ibu 2. Kulit dan Kelamin : Kulit tipis dan transparan, lanugo
sangat Hemoglobin
didefinisikan  Keadaan sosial banyak, rambut halus dan
prematur = Bilirubin total
sebagai bayi ekonomi tipis, genitalia belum
24-30 minggu Trombosit
yang lahir sempurna
dengan berat <  Bayi pada 2. Faktor Janin Pemantauan elektrolit
3. Faktor 3. Sistem Syaraf : Refleks moro, refleks menghisap,
2500 gram. prematur yang (Na, K, Cl) menelan, batuk tidak
Berat lahir sedang =31-36 Lingkungan Pemeriksaan analisa gas sempurna
adalah berat minggu darah 4. Sistem Muskuloskeletal : Axifikasi tengkorak sedikit,
bayi yang  Borderline
ubun-ubun dan satura lebar,
ditimbang prematur
dalam waktu 1 Daftar Pustaka : tulang rawan elastis kurang,
(masa gestasi)
(satu) jam Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis otot-otot masih hipotonik,
=37-38
pertama Keperawatan Indonesia Edisi 1 cetakan II. tungkai abduksi. Sendi lutut
minggu
setelah lahir. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI dan kaki fleksi, kepala
2. Dismaturitas
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi menghadap satu jurusan
Keperawatan Indonesia Edisi 1 cetakan II. 5. Sistem Pernapasan : pernapasan belum teratur sering
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI apnoe, frekuensi napas
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran bervariasi
Keperawatan Indonesia Edisi 1 cetakan II.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Balitbang Kemenkes RI, 2018, Riset Keperawatan Dasar,
RISKESDAS, Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Prematuritas

Fungsi organ belum matur

Hati Ginjal Mata


BBLR
Konjugasi bilirubin Imaturitas Imaturitas
Jaringan lemak belum baik ginjal lensa mata
Permukaan tubuh
relatif luas subkutan tipis
Hiperbilirubin Sekunder Retrolentral
Penguapan Pemaparan Kehilangan panas Kekurangan terapi fibrilosa
berlebih dengan suhu luar melalui kulit cadangan energi Ikterik
neonatus Retinopati
Malnutrisi
Kehilangan Kehilangan
cairan panas Risiko ketidakstabilan
Hipoglikemia kadar glukosa darah
Dehidrasi
Hipotermia

Risiko Usus Otak Kulit


Paru
hipovolemia
Dinding Imaturitas Halus, mudah
Peristaltik lecet Dinding dada
lambung lunak sentrum vital
belum sempurna belum sempurna

Mudah kembung Pengosongan Resiko Infeksi Pertumbuhan vaskuler


lambung paru imatur
belum baik
Refleks menelan
belum sempurna Insufiensi pernapasan

Resiko Defisit
Nutrisi
Hipotermia (D.0131) Ikterik neonatus (D.0024)
Risiko hipovolemia (D.0034) Kategori : Fisiologis
Kategori : Lingkungan Risiko ketidakstabilan kadar
Kategori : Fisiologis Subkategori : Nutrisi dan cairan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi glukosa darah (D.038)
Subkategori : Nutrisi dan ciaran
Kategori : Fisiologis
SLKI : Termoregulasi Neonatus SLKI : Adaptasi neonatus(L.10095) Subkategori : Nutrisi dan cairan
SLKI : Status cairan (L.03028) (L.14135) Kriteria hasil :
Kriteria hasil : Kriteria hasil : 1. Kulit kuning menurun SLKI : Kestabilan kadar glukosa
1. Kekuatan nadi membaik 1. Suhu tubuh membaik 2. Sklera kuning menurun darah (L.03022)
2. Frekuensi nadi membaik 2. Suhu kulit membaik 3. Aktivitas ekstremitas membaik Kriteria hasil :
3. Tekanan darah membaik 3. Menggigil menurun 4. Respon terhadap stimulus sensorik 1. Kadar glukosa darah membaik
4. Turgor kulit meningkat membaik 2. Jumlah urin membaik
5. Output urine meningkat SIKI : Regulasi temperatur 3. Mengantuk menurun
(I.14578) SIKI: Fototerapi Neonatus(I.03091) 4. Pusing menurun
SIKI : Manajemen hipovolemia Observasi Observasi 5. Lelah/ lesu menurun
(1.03114) 1. Monitor suhu bayi sampai stabil 1. Monitor ikterik pada sklera dan
Observasi (36,5 C - 37,5 C) kulit bayi SIKI : Manajemen Hipoglikemia
2. Monitor tekanan darah, frekuensi 2. Identifikasi kebutuhan cairan (I.14578)
1. Periksa tanda dan gejala
pernapasan dan nadi sesuai dengan usia gestasi dan BB
hipovolemia Observasi
3. Monitor warna dan suhu kulit 3. Monitor suhu dan tanda vital setiap
Teraupetik 4 jam sekali 1. Monitor tanda dan gejala
2. Monitor intake dan output cairan
4. Tingkatkan asupan cairan dan 4. Monitor efek samping fototerapi hipoglikemia
Teraupetik nutrisi yang adekuat Teraupetik 2. Identifikasi kemungkinan
5. Bedong bayi segera setelah lahir 5. Siapkan lampu fototerapi dan penyebab hipoglikemia
3. Hitung kebutuhan cairan
untuk mencegah kehilangan panas inkubator atau kotak bayi Teraupetik
4. Berikan posisi modified 6. Masukkan bayi BBLR ke dalam 3. Berikan karbohidrat kompleks dan
6. Lepaskan pakaian kecuali popok
trendelenburg plastik segera setelah lahir 7. Berikan penutup mata protein sesuai diet
7. Pertahankan kelembaban inkubator 8. Ukur jarak antara lampu dan 4. Pertahankan akses IV, jika perlu
5. Berikan asupan cairan oral 50% atau lebih untuk mengurangi Edukasi
permukaan kulit bayi
Edukasi kehilangan panas karena evaporasi 9. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar 5. Anjurkan memonitor kadar
8. Atur suhu inkubator sesuai fototerpi secara berkelanjutan glukosa darah
6. Anjurkan memperbanyak asupan kebutuhan 6. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
10. Ganti segera alas dan popok bayi
9. Sesuaikan suhu lingkungan dengan jika BAK/ BAB 7. Ajarkan perawatan mandiri untuk
oral
dengan kebutuhan pasien Edukasi mencegah hipoglikemia
7. Anjurkan menghindari perubahan Edukasi 11. Anjurkan ibu menyusui sekitar Kolaborasi
10. Jelaskan cara pencegahan 20-30 menit 8. Kolaborasi pemberian dextrose,
posisi mendadak
hipotermi karena terpapar udara 12. Anjurkan ibu menyusui sesering jika perlu
Kolaborasi dingin mungkin 9. Kolaborasi pemberian glukagon,
11. Demonstrasikan teknik perawatan Kolaborasi jika perlu
8. Kolaborasi pemberian cairan IV
metode kanguru untuk BBLR 13. Kolaborasi pemeriksaan darah
Kolaborasi vena bilirubin direk dan indirek
12. Kolaborasi pemberian antipiretik
Risiko defisit nutrisi (D.0032) Risiko infeksi (D.0142)
Kategori : Fisiologis Kategori : Lingkungan
Subkategori : Nutrisi dan cairan Subkategori : Keamanan dan proteksi

SLKI: Status nutrisi (L.03030)


Kriteria hasil: SLKI: Tingkat infeksi (L.14137)
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat Kriteria hasil:
2. Nfrekuensi makan membaik 1. Demam menurun
3. Nafsu makan membaik 2. Kemerahan menurun
4. Berat badan membaik 3. Nyeri menurun
5. Indeks massa tubuh (IMT) membaik 4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih menurun
SIKI: Manajemen nutrisi (1.03119)
Observasi SIKI: Pencegahan infeksi (1.14539)
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan Observasi
3. Identifikasi makanan yang disukai 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang Terapeutik
nasogastrik 2. Batasi jumlah pengunjung
6. Monitor berat badan
7. Monitor hadil pemeriksaan laboratorium 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Terapeutik pasien dan lingkungan pasien
8. Fasilitasi menentukan pedoman diet
9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
konstipasi tingi
10. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
11. Hentikan pemberian makan melalui selang Edukasi
nasogastrik jika asupan oral da[at ditoleransi 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 6. Ajarkan cara mencucu tangan yang benar
13. Ajarkan diet yang diprogramkan 7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
14. Kolabirasi pemberian medikasi sebelum 8. Anjurkan meningkatkan aupan cairan
makan, jika perlu Kolaborasi
15. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutriemn yang 9. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
dibutuhkan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai