Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak setiap manusia, termasuk hak untuk mendapatkan

informasi dan edukasi tentang kesehatan. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan

pembangunan di bidang kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan masyarakat.

Untuk itu diperlukan perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan termasuk

pelayanan kefarmasian (Depkes RI, 2009)

Tuntunan pasien dan masyarakat dan masyarakat pada mutu pelayanan

kefarmasian mengharuskan adanya perkembangan pelayan kefarmasian dari

paradigma lama (Drug Oriented) menjadi paradigma baru ( Patient Oriented)

dengan asuhan kefarmasian ( Pharmaceutical Care). Pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan

terjangkau bagi semua lapisaan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinis

(Depkes RI, 2009)

Visite adallah kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter

dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan visite adalah menilai rasionalitas obat

dengan cara pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan

farmakologi teraupetik, menilai kemajuan pasien dan bekerjasama dengan tenaga

kesehatan lainnya. Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi


penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat –

obat yang digunakan sesuai idikasi, efektif, aman, terjangkau oleh pasien (Depkes

RI, 2009)

Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di rumah sakit, maka

Mahasisawa Calon Apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktek kerja

profesi apoteker (PKPA) di Rumah Sakit. PKPA di Rumah Sakit menerapkan

salah satu praktik pelayanan kefarmasian yang bertujaun untuk mengidentifikasi,

mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang

berhubungan dengan kesehatan pasien. Studi kasus pada dasarnya bertujuan untuk

menigkatkan keahlian diri dalam pembelajaran, berpikir, mengidentifikasi

permasalahan dan mengambil keputusan. Adapun studi pengkajian penggunaan

obat secara rasional (PPOSR) dilaksanakan pada bagian penyakit dalam. Studi

kasus yang diambil adalah Ulkus Diabetic Foot (Dipiro, 2009)

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah tentang

bagaimana pengkajian penggunaan obat secara rasional (PPOSR) pada ulkus

diabetic foot.

1.3 Tujuan Studi Kasus

Adapun tujuan dilakukan studi kasus ini adalah :

1. Memantau penggunaan obat pada pasien dengan diagnose ulkus diabetic

foot.

2. Memantau pemilihan obat pada pasien dengan diagosa ulkus diabetic foot.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Adapun manfaat dilakukan studi kasus ini adalah :


1. Dapat memonitoring penggunaan obat pada pasien dengan diagnose ulkus

diabetic foot

2. Dapat memantau pemilihan obat pada pasien dengan diagnose ulkus

diabetic foot.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh penurunan

kadar hormone insulin yang diproduksi oleh kalenjar pankreas sehingga

menimbulkan peningkatan kadar gula darah. Diabetes Melitus adalah suatu

penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin. Diabetes Melitus merupakan kelompok penyakit tidak

menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia (Batubara,dkk. 2010).

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai dengan

ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein sehingga meningkatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia).

Diabetes Melitus ini sangat mempengaruhi kehidupan penderita , dan mengancam

jiwa jika tidak ditangani secara baik. Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan

gejala yang timbul yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah

karena kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Batubara, dkk. 2010)

2.1.2 Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada

metabolisme,karbohidrat, lemak, dan protein karena insulin tidak dapat bekerja

secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.

Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena

kerusakan pada sel- sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia,
virus, dan bakteri. Penyebab yang kedua yaitu penurunan reseptor glukosa pada

kalenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin si jaringan

perifer (Fatimah, 2013).

Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur

kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan

menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresikan insulin. Sel beta pankreas

yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada kurangnya sekresi

insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel

beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idipatik

(Niddk, 2014).

Gangguan respon metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi

insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan

post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk

mempertahankan kadar glukosa darah gar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk

menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di

jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun.

Penurunan sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga

kadar glukosa dalam darah tinggi (Prabawati, 2012).

Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi

yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam

darah masuk ke urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotic yang ditandai

dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang

keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui

urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah
menjadi energy sehingga menimbulkan raa lapar yang meningkat (polifagia)

sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energy. Penderita akan merasa mudah

lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi

tersebut ( Hanum, 2011)

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan etiologic menurut Perkeni (2015)

adalah sebagai berikut :

1. Diabetes Melitus (DM) tipe 1

Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta

di pankreas kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang

terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun

danidiopatik.

2. Diabetes Melitus (DM) tipe 2

Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang diketahui adalah

resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat

bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi

didalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada

penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin

absolut.

3. Diabetes Melitus (DM) tipe lain

Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan

oleh efek genetic fungsi sel beta, efek genetic kerja insulin, penyakit

eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan

imunologi, dan sindrom genetic lan yang berkaitan dengan DM.


4. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa

kehamilan, dan hanya berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini

dapat terjadi di usia kehamilan berapa pun, namun lazimnya berlangsung di

minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan. Sama dengan diabetes yang biasa,

diabetes gestasional terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin

untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada masa kehamilan.

Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat ditekan

bila ditangani dengan cepat dan tepat.

2.1.4 Faktor – faktor Diabetes Melitus

Menurut (Hanum,2013), faktor – faktor yang dipengaruhi Diabetes Melitus

adalah :

1. Gaya

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Obesitas (kegemukan)

5. Ras dan suku bangsa

6. Riwayat Keluarga

2.1.5 Gejala Diabetes Melitus

Gejala akut DM pada permulaan perkembangan yang muncul adalah banyak

makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia) dan banyak kencing (poliuria).

Keadaan DM pada permulaan yang tidak segera diobati akan menimbulkan gejala

akut yaitu banyak minum, banyak kencing dan mudah lelah (Fitriani, 2012).
Gejala kronik DM adalah kulit erasa panas, kebas, seperti tertusuk – tusuk

jarum, rasa tebal pada kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, penglihatan

memburuk (buram) yang ditandai dengan sering berganti lensa kcamata, gigi,

mudah goyah dan mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan

dengan berat bayi yang lebih dari 4 kilogram (Fitriyani,2015)

2.1.6 Kriteria Diabetes Melitus

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Sari (2012), adapun

patokan kadar gula darah dalam mendiagnosis Diabetes Melitus dengan cara

berikut ini :

Tabel 2.1 Kadar Glukosa darah dalam mendiagnosis DM


Kadar Glukosa Darah Bukan DM Belum pasti DM DM
Sewaktu
Plasma Vena < 100mg/dl 100 -200mg/dl ≥ 200mg/dl
Darah Kapiler < 80mg/dl 80 -200mg/dl >200mg/dl
Puasa
Plasma Vena < 110 mg/dl 110 – 120 mg/dl > 126 mg/dl
Darah Kapiler < 90 mg/dl 90 - 110 mg/ dl > 110 mg/dl
2.1.7 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan menurut Black & Hawks (2005)

Meliputi 4 hal yaitu:

1. Postprandial

Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl

mengindikasikan diabetes.

2. Hemoglobin glikosilat

Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama

140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral

Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75grgula,


dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah.
2.1 Ulkus Diabetik Foot

2.2.1 Pengertian Ulkus Diabetik Foot

Ulkus kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronis dari penyakit

diabetes melitus berupa luka pada permukaan kulit kaki penderita diabetes disertai

dengan kerusakan jaringan bagian dalam atau kematian jaringan, baik dengan

ataupun tanpa infeksi, yang berhubungan dengan adanya neuropati dan atau

penyakit arteri perifer pada penderita diabetes melitus (Alexiadoudan Doupis,

2012).

2.2.2 Patofisiologi Ulkus Diabetik Foot

Ulkus kaki diabetik terbentuk dari berbagai mekanisme patofisiologi

dan neuropati diabetika merupakan salah satu faktor yang paling berperan.

Menurunnya input sensorik pada ekstremitas bawah menyebabkan kaki

mudah mengalami perlukaan dan cenderung berulang. Selain neuropati,

komplikasi diabetes yang lain adalah vaskulopati baik pada mikrovasular

maupun makrovasular. Hal ini menyebabkan aliran darah ke ekstremitas

bawah berkurang dan terhambatnya tekanan oksigen gradien di jaringan.

Keadaan hipoksia dan trauma berulang ini menyebabkan ulkus

berkembang menjadi luka kronis (Heynemanet al., 2016).

Neuropati perifer merupakan faktor predisposisi yang paling awal

muncul meliputi disfungsi sensoris, autonom dan neuropati motorik.

Gangguan serabut sensoris menyebabkan menurunnya sensasi nyeri

sehingga kaki penderita diabetik dapat dengan mudah mengalami


perlukaan tanpa disadari. Disfungsi autonom menyebabkan perubahan

aliran mikrovaskuler dan terjadi arteri-vena shuntingsehingga mengganggu

perfusi ke jaringan,meningkatkan temperatur kulitdan terjadi edema.

Selain itu, kaki penderita menjadi keringdanmudah timbul fisura karena

menurunnya fungsi kelenjar keringat sehingga cenderung menjadi

hiperkeratosis dan mudah timbul ulkus. Neuropati motorik menyebabkan

kelemahan otot sehingga terjadi biomekanik abnormal pada kaki dan

menimbulkan deformitas seperti Hammer toes, claw toes, dan Charcot.

Bersama dengan adanya neuropati memudahkan terbentuknya kalus

(Hobizal, K.B., 2012; Clayton, 2009).

Di samping neuropati perifer, angiopati diabetika merupakan faktor

yang paling sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada penderita.

Manifestasi 15makro angiopati tampak sebagai obstruksi pada pembeuluh

darah besar yaitu arteri infrapopliteal dan terganggunya sirkulasi darah

kolateral. Hal ini menimbulkan penyakit arteri perifer atau peripheral

arterial disease(PAD) pada ekstremitas bawah. PAD sendiri merupakan

faktor resiko yang meningkatkan kejadian ulkus diabetik terinfeksi

(diabetik foot infection). Sedangkan akibat dari mikroangiopati adalah

penebalan membrane basal kapiler dan disfungsi endotel yang

mengganggu pertukaran nutrien dan oksigen sehingga terjadi iskemia di

jaringan (Ho, T.Ket al., 2012).

2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi ulkus diabetic foot


Healthy Enthusia (2014) menyatakan bahwa faktor- faktor resiko

yang menyebabkan ulkus kaki diabetik yang lebih lanjut disebabkan oleh

umur lebih dari 60 tahun, diabetes mellitus yang sudah lebih dari 10 tahun,

obesitas, hypertensi, neuropati, glikolisasi hemoglobin, kolesterol total,

kebiasaan merokok, ketidakpatuhan.

2.2.4 Tanda dan Gejala Ulkus Diabetic Foot

Ulkus kaki baru menampakkan gejala apabila sudah melebar dan

semakin dalam. Pada tahap ini, tendon dan tulang dapat terlihat. Selain itu,

luka pasien juga dapat mengeluarkan nanah. Sementara gejala lainnya

adalah:

1. Kesulitan berjalan

2. Perubahan warna kaki

3. Kulit kemerahan

4. Pembengkakan

5. Demam

6. Keluarnya cairan berbau busuk

7. Nyeri

8. Bisul

2.2.5 Penyebab Ulkus Diabetik Foot

Diabetes dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang

meningkatkan risiko berkembangnya ulkus kaki. Komplikasi yang

dimaksud seperti kerusakan saraf (neuropati periferal) dan gangguan

sirkulasi. Saat saraf pada anggota gerak bawah rusak, maka bagian

tersebut akan mati rasa. Pasien tidak merasakan nyeri atau sensasi apapun
bahkan saat menginjak benda tajam atau saat kakinya terluka. Kecuali

pasien memeriksa telapak dan kaki setiap hari, mereka tidak akan

mengetahui keberadaan ulkus hingga infeksi telah menyebar. Sementara,

masalah sirkulasi adalah keadaan di mana beberapa bagian tubuh tidak

menerima pasokan darah yang mencukup, sehingga sel kekurangan

oksigen. Keadaan ini dapat menyebabkan ulkus kaki diabetik karena

sirkulasi yang buruk pada arteri kaki membuatnya lebih rentan terhadap

cedera. Selain kedua faktor yang telah dijelaskan, ada juga faktor lain

seperti:

1. Tekanan darah dan kadar kolesterol yang tinggi

2. Obesitas - Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada kaki saat

seseorang berdiri atau berjalan

3. Gaya hidup sedentari

4. Merokok - Kegiatan ini mengganggu kemampuan tubuh untuk sembuh

karena memengaruhi sirkulasi darah

5. Sepatu yang tidak pas

6. Tidak menjaga kebersihan

7. Deformitas pada kaki

8. Tidak memakai sepatu

2.2.6 Tinjauan Obat

1. Ceftriaxon

Ceftriaxone adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki

aktivitas bakteri yang luas dengan cara menghambat sintesa dinding sel, dan

mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in vivo memiliki aktivitas luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi

terhadap β-laktamase baik penisilase maupun sefalosporin yang dihasilkan

bakteri gram positif dan gram negatif.

Ceftriaxone diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

bakteri yang sensitive terhadap ceftriaxone antara lain : infeksi saluran

pernapasan bawah (pneumonia), infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang

dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih dan meningitis.

Dosis : Ringan hingga sedang 1-2 g/hari IV dalam dosis harian tunggal atau

dibagi 12 jam selama 4-7 hari (pionas, 2014)

2. Ketorolak

Adalah obat golongan non narkotik yang mempunyai efek antiinflamasi dan

antipiretik. Ketorolk bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandian yang

merupakan mediator yang berperan pada inflamasi, nyeri , demam, dan sebagai

penghilang rasa nyeri perifer. Ketorolak merupakan obat penghambat

prostaglandin dan menghambat aksi prostaglandin pada organ target. Durasi

terapi ketorolac tidak boleh melebihi 5 hari. Dosis : 10 mg terapi IV atau IM

selama 4-6 jam, Dosis maksimum : 40mg sehari (Pionas, 2014)

3. Dexametason

Dexamethasone adalah salah satu obat generik yang di produksi banyak

perusahan farmasi. Dexamethasone di gunakan untuk mengobati peradangan,

dan menekan kerja sistem imun. Dexamethasone bekerja dengan cara

mencegah aktivasi pelepasan zat-zat tertentu di dalam tubuh yang dapat

menyebabkan reaksi peradangan.

Dosis: 0,5–9 mg per hari. Dosis maksimal 1,5 mg per hari.


4. Furosemid

Furosemid adalah untuk mengurangi cairan berlebih dalam tubuh (edema)

yang disebabkan oleh kondisi seperti gagal jantung, penyakit hati, dan ginjal.

Obat ini juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Furosemide

adalah obat diuretik yang menyebabkan Anda menjadi lebih sering buang air

kecil untuk membantu membuang air dan garam yang berlebihan dari tubuh.

Dosis : Dewasa: 20–50 mg suntikan IM/IV atau tablet 40 mg per hari. Dosis

maksimal 1.500 mg suntikan IM/IV per hari atau tablet 80 mg per hari. Anak:

0,5–1,5 mg/kgBB suntikan IM/IV per hari.

5. Omeprazole

Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum yang

terkait dengan AINS, lesi labung dan duodenum, regimen eradikasi H.pylori

pada tukak peptic, refluks esophagitis,sindrom zollinger Ellison. Efek samping

dilaporkan paraesthesia, vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis,

ensefalopati, pada penyakit hati yang parah, hiponatremia, , bingung

(sementara), agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan

dilaporkan pada pemberian injeksi dosis tinggi.

Dosis : tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi

terapi AINS), .20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum

atau 8 minggu pada tukak lambung, pada kasus yang berat atau kambuh

tingkatkan menjadi 40 mg sehari, pemeliharaan untuk tukak duodenum yang

kambuh, 20 mg sehari, pencegahan kambuh tukak duodenum, 10 mg sehari dan

tingkatkan sampai 20 mg seharri bila gejala muncul kembali. Anak – anak :


injeksi intravena selama 5 menit atau dengan intravena. Usia 1 bulan 12 tahun

dosis awal 500 mikrogram/kg bb ( maks. 20 mg) satu kali sehari, ditingkatkan

menjadi 2 mg/kg/bb ( maks 40 mg) jika diperlukan, Usia 12-18 tahun, 40 mg

satu kali sehari (Pionas, 2014).

6. Atorvastatin

Atorvastatin adalah obat yang digunakan sebagai terapi tambahan untuk

membantu menurunkan kadar kolesterol dan lemak jahat dalam tubuh.

Atorvastatin bekerja dengan menurunkan jumlah kolesterol yang dibuat oleh

organ hati. Dengan menurunkan kadar kolesterol dan lemak jahat dalam darah

dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan untuk terserang penyakit

jantung dan stroke. Untuk lebih memaksimalkan kerja Atorvastatin, selain

dengan diet yang tepat, Anda juga dianjurkan untuk berhenti merokok bila

Anda merokok, teratur berolahraga, perubahan gaya hidup dan menurunkan

berat badan bila over weight (kelebihan berat badan). Atorvastatin merupakan

obat generik yang diproduksi oleh banyak perusahaan farmasi, tersedia dalam

dosis 10 mg, 20 mg dan 40 mg.

Dosis : awal: 10–20 mg 1 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan

respons tubuh pasien terhadap pengobatan dalam 2–4 minggu. Dosis lanjutan:

dosis dapat ditambah menjadi 40 mg 1 kali sehari. Dosis maksimal: 80 mg per

hari.

7. Spironoklaton

Spironolactone merupakan obat generik yang di produksi oleh Dexa.

Spironolactone adalah obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah

tinggi. Spironolactone bekerja dengan cara menghambat penyerapan garam


(natrium) berlebih dalam tubuh dan menjaga kadar kalium dalam darah agar

tidak terlalu rendah, sehingga tekanan darah dapat ditekan. Dengan

menurunkan tekanan darah, spironolactone bermanfaat untuk mencegah stroke,

serangan jantung, dan gagal ginjal, yang merupakan komplikasi dari hipertensi.

Obat ini adalah obat keras yang penggunaanya harus dengan resep Dokter

dengan di konsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu.

Dosis : Dewasa: Dosis awal 25 mg, sekali sehari, dengan dosis maksimal

50 mg per hari. Lansia: Diawali dengan dosis terendah, kemudian dosis dapat

ditambah jika diperlukan. Anak-anak: 3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi

ke dalam beberapa jadwal konsumsi. Dosis akan disesuaikan dengan respons

pasien.

8. Allopurinol

Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk membantu mengobati asam

urat dan batu ginjal (gumpalan kecil dalam ginjal yang merupakan

penumpukan dari mineral dan asam urat). Allopurinol juga digunakan untuk

mencegah peningkatan kadar asam urat pada pasien yang menerima

kemoterapi kanker. Pasien-pasien ini dapat mengalami peningkatan kadar asam

urat akibat pelepasan asam urat dari sel-sel kanker mati. Allopurinol bekerja

dengan mengurangi jumlah asam urat yang dibuat oleh tubuh sehingga

mengurangi kemungkinan batu ginjal. Allopurinol generik diproduksi oleh

banyak perusahaan farmasi, tersedia dalam 2 macam dosis yaitu 100 mg dan

300 mg.

Dosis : Dosis konsumsi allopurinol disesuaikan berdasarkan tujuan

penggunaannya. Dosis allopurinol bisa berubah, sesuai dengan kondisi pasien,


dan respons tubuh terhadap obat. Untuk dewasa, dosis adalah 100-600 mg

dikonsumsi sebanyak 1-2 kali per hari. Dosis maksimal 900 mg per hari.

9. Candesartan

Candesartan adalah obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah

tinggi (hipertensi) pada orang dewasa maupun anak-anak. Obat Candesartan

adalah obat yang termasuk dalam kelas obat angiotensin receptor blockers

(ARBs). Obat tersebut bekerja dengan cara memblokir reseptor angiotensin,

yang melemaskan pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah.

Selain itu, obat Candesartan adalah obat yang juga biasa dipakai untuk

melindungi ginjal dari kerusakan karena diabetes, dan mengobati gagal

jantung.

Dosis : Dewasa: 4 mg per hari sebagai dosis awal. Dosis dapat digandakan/

tiap 2 minggu. Dosis maksimal adalah 32 mg per hari.

10. Cilostazol

Cilostazol adalah sediaan berbentuk tablet yang diproduksi oleh PT.

Bernofarm. Cilostazol bermanfaat untuk mengobati klaudikasio intermiten,

seperti kelelahan otot, sakit atau kram pada saat aktivitas yang disebabkan

karena adanya penyumbatan aliran darah ke tungkai. Cilostazol bekerja dengan

cara menghambat fosfodiesterase-III (PDE-III), sehingga menekan degradasi

siklik adenosin monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP dalam trombosit dan

pembuluh darah menyebabkan penghambatan agregasi trombosit, vasodilatasi

dan penghambatan proliferasi sel otot polos pembuluh darah.

Dosis : Dewasa: diminum 2 kali sehari 1 tablet. Kaji ulang terapi setelah 3

bulan.
11. Natrium Diklofenak

Natrium Diklofenak adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri,

seperti nyeri perut saat haid, nyeri yang berkaitan dengan operasi gigi, nyeri

yang berkaitan dengan operasi kecil, mengatasi pembengkakan (inflamasi),

kekakuan sendi yang disebabkan oleh peradangan sendi. Natrium Diklofenak

juga dapat digunakan untuk menurunkan demam yang berhubungan dengan

infeksi telinga, hidung atau tenggorokan (THT). Natrium Diklofenak bekerja

dengan menurunkan produksi prostaglandin yang menyebabkan peradangan,

demam, dan nyeri.

Dosis : oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan.

Injeksi intramuskular dalam ke dalam otot panggul, untuk nyeri pascabedah

dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali sehari (pada kasus berat dua kali sehari)

untuk pemakaian maksimum 2 hari.

12. Sulcrafat Sirup

Sucralfat merupakan obat generik bermerek dengan bentuk sediaan

suspensi. Sucralfat adalah obat yang digunakan untuk mengobati tukak

lambung dan menyembuhkan tukak atau luka pada lambung. Sucralfate bekerja

dengan cara melindungi lapisan saluran cerna terhadap asam peptik, pepsin,

dan garam empedu dengan mengikat protein bermuatan positif dalam eksudat

membentuk zat perekat seperti pasta kental, sehingga membentuk lapisan

pelindung.

Dosis : 1 gram, 4 kali sehari, atau 2 gram, 2 kali sehari, selama 4–

12minggu. Dosis pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan adalah 1 gram, 2


kali sehari. Dosis maksimal adalah 8 gram per hari. 1 gram, 4 kali sehari, atau

2 gram, 2 kali sehari, selama 4–12 minggu.

13. Insulin Apidra

Apidra adalah obat yang diperuntukkan bagi pasien dengan diabetes

mellitus, baik tipe 1 maupun tipe 2. Pengobatan ini mengandung insulin

glulisine yang termasuk ke dalam golongan insulin long acting atau rapid

acting insulin. Injeksi insulin ini dilakukan pada 15 menit sebelum makan atau

20 menit setelah makan.

Dosis : Total kebutuhan setiap orang terhadap insulin ini dapat berbeda-

beda. Biasanya dosisnya berada pada kisaran 0,5 sampai 1 unit/mL per

kilogram berat badan per hari. Untuk penggunaan intravena biasanya

membutuhkan 0,05 unit hingga 1 unit/mL per kilogram berat badan per hari.

14. Insulin Lantus

Lantus Solostar adalah preparat insulin yang diproduksi oleh Aventis

Indonesia Pharma. Lantus Solostar mengandung Insulin Glargine yang

digunakan untuk mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.

Lantus termasuk dalam Long-Acting Insulin (mencapai aliran darah beberapa

jam setelah injeksi dan cenderung menurunkan kadar glukosa hingga 24 jam

atau lebih). Selama penggunaan Lantus Solostar, pasien dianjurkan untuk

melakukan pola diet yang tepat dan latihan fisik agar kadar gula darah dapat

terkontrol dengan baik. Dosis : Dosis awal: 0.2 – 0.4 unit/kg. Mulai dengan 1/3

total insulin harian, sementara 2/3 dosis sisanya gabungkan dengan insulin

short acting. Titrasi insulin glargine sesuai dengan yang diinstruksikan oleh

dokter.
BAB III

PENATALAKSANAAN UMUM

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. Masdalena Purba
No. RM : 27. 84.30
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
BB : 50 kg
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun I Desa Silinda
Ruangan : Seroja 3.3
Masuk Rs : 24 Maret 2021
Keluar Rs : 29 Maret 2021
3.2 Ilustrasi Kasus
Seorang pasien perempuan (Ny. Masdalena Purba) berumur 51 tahun
dengan berat badan 50 kg masuk Rumah Sakit Umum Deli Serdang
Lubuk Pakam pada tanggal 24 Maret 2021 pukul 13.20 wib melalui
Instalasi Gawat Darurat dengan nyeri, tekanan darah tinggi, luka pada
bagian kaki , gula darah tinggi. Pasien menerima penangan awal dari
tenaga medis dan mendapat obat dari IGD yaitu :
 Nacl
 Ceftriaxone 1 gr
 Ketorolac
3.3. Riwayat Penyakit dan Pengobatan
3.3.1 Keluhan Utama :
 Adanya luka di telapak kaki kiri
3.3.2 Riwayat Penyakit Sekarang
 Ulkus Diabetik Foot
3.3.3 Penyakit Dahulu
 Tidak ada
3.4 Hasil Pemeriksaan

Selama di rawat di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam ,

pasien telah menjalani pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium patologi klinik yang meliputi pemeriksaan

darah lengkap, pemeriksaan kimia klinik.

3.4.1 Pemeriksaan Fisik

Tanggal Sensorium TD HR RR T (℃)


Pemeriksaan (mmHg) (x/menit) (x/menit)
24/03/2021 Compos Mentis 120/80 80 20 36,7
25/03/2021 Compos Mentis 120/80 80 20 36,7
26/03/2021 Compos Mentis 160/96 96 20 36,5
27/03/2021 Compos Mentis 145/80 89 20 37
28/03/2021 Compos Mentis 145/84 103 20 37
29/03/2021 Compos Mentis 160/90 90 20 37

3.4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik


N Parameter Rentang Hasil Pemeriksaan
o Normal 24/03/2021 26/03/2021
Darah Rutin
1 MCV 80- 100 96.5 fl 95.1 fl
2 MCH 26-34 31.6 pg 31.6 pg
3 MCHC 32-36 32.8 g/dl 33.3 g/dl
4 RDW 11.5-14.5 14.8 % 14.4 %
5 MPV 7.0-11.0 8.2 fl 8.3 fl
6. hemoglobi 11.7 – 7.21 g/dl 10.06 g/dl
n 15.5
7. Hemetokrit 35-47 22.0 % 30.2 %
8. Eritrosit 3.8 -5.2 2.28 µl 3.18 µl
9. Leukosit 2.6-11.0 7.63 µl 8.06 µl
10 Trombosit 150 -440 7.63 µl 363.9 µl
Kimia Klinik
1. Glukosa 100-140 140 mg/dl 140 mg/dl
2. Ureum 20 -40 73 mg/dl
3 Creatinin 0.45 3.0 mg/dl
-0.75
4 As.Urat 2.5 -6.0 5.2 mg/dl
5 Natrium 135-147 147 mg/dl
6 Kalium 3.5 – 5.0 5.8 mg/dl
7 Chloride 95 – 105 105 mg/dl
3.5 Riwayat Pemakaian Obat
No Umur : 51 Sign Rute Tanggal & Jam Waktu pemberian (WIB)
tahun
Berat Badan : 50kg
Nama Obat Mulai Stop 25/03/2021 26/03/2021 27/03/2021
1. ceftriaxon 1gr/12jam Iv 26/03/2021 18.00 06.00
2. ketorolak 1 amp/ 8 jam 26/03/2021 19.00 03.11
3 dexametason 1amp/premed
4 furosemid 1 amp/ premed
5 Ins.lantus 1x20 unit 25/03/2021 22.10
6 Ins. apidra 3x14 unit 26/03/2021 06.30 06.30

No Umur : 51 Sign Rute Tanggal & Jam Waktu pemberian (WIB)


tahun
Berat Badan : 50kg
Nama Obat Mulai Stop 25/03/2021 26/03/2021 27/03/2021
1. ceftriaxon 1gr/12jam Iv 26/03/2021 18.00 06.00
2. ketorolak 1 amp/ 8 jam 26/03/2021 19.00 03.11
3 dexametason 1amp/premed
4 furosemid 1 amp/ premed
5 Ins.lantus 1x20 unit 25/03/2021 22.10
6 Ins. apidra 3x14 unit 26/03/2021 17.30 11.30
3.6 Pencatatan dan Pemantauan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Pencatatan dan Pemantauan SOAP pada tanggal 25 -29 Maret 2021
SOAP FARMASI

Hari/ Profesi
Subjective Objective Assessment
Plan(P)
(S) (O) (A)
Tanggal
 Terapi
24 Perawat Pasien TD :  Ulkus ditindak
Maret mengataka 120/80 Diabetic lanjutan
2021 n nyeri mmHg  Nyeri - Injeksi
pada Ketorolak 30
bagian kaki HR : 80x/i mg
kanan
RR : 20 x/i  Pemberian
Pasien Insulin Lantus
mengataka Temp 36,7 1x 20 unit
n gula ℃
tinggi
Skala nyeri
:5

KGDS :
200mg/dl
Terapi tindak
25 Perawat Pasien Sens : cm Nyeri di lanjutan
Maret mengataka telapak kaki - Inj. Ketorolac
2021 n lemas TD : 30 mg
dan nyeri 165/75  Pasien - Ceftriaxone 1
luka di pucat gr/12j
telapak HR : 80 dengan - Inf. Nacl
kaki x/menit pemeriksaa 0,9% 20x/i
n darah
Pasien RR : 20 rutin yang  Pasien disaran
tampak x/menit menunjukka kan untuk
pucat n nilai pemberian
o
T: 39,4 C hemoglobin vitamin
dan leukosit tambah darah
Skala dibawah  Transfusi
Nyeri : 5 normal PRC 3 Bag
 Ulkus
HB : 7.21 Diabetikum

Leukosit :
7.63
 Tidak  Terapi tindak
26 Perawat Pasien TD : Ada lanjut :
interaksi  Inj. Ketorolac
Maret mengataka 150/80 obat 30 mg
2021 n nyeri mmhg  Inj.
pada Ceftriaxone 1
bagian luka HR : 76 x/i gr/12 j
operasi dan
keadaan RR : 20 x/i
pasien
lemas Temp :
36,8℃

 Skala
nyeri : 6
 Disarankan
27 Perawat Pasien TD : Terdapat pemberian
Maret mengataka 150/80 interaksi natrium
n pusing mmhg obat antara diklofenak
2021 dan nyeri Natrium dan
pada HR : 76 x/i Dklofenak, candesartan
bagian dan pada waktu
kanan RR : 20 x/i Candesartan yang berbeda
 Pantau
Temp : tekanan darah
36,8℃

Skala nyeri
: 5
 Disarankan
28 Apoteker Pasen TD: 125/72 Terdapat pemberian
Maret masih mmhg interaksi obat natrium
2021 mengataka antara obat diklofenak
n masih HR : 79 X/i natrium dan cilostazol
nyeri pada Diklofenak pada waktu
bagian luka RR : 20x/i dan yang berbeda
operasi dan Dexametaso  Pantau
pasien Temp : n tekanan darah
mengataka 36,5℃ pasien
n sedikit
gatal di Skala nyeri
sekitaran :4
mulut
pasien
 Intervensi
29 maret Perawat Pasien TD : Nyeri teratasi
2021 mengataka 130/80 teratasi sebagian
n nyeri mmHg sebagian  Pasien PBJ
dikaki
berkurang HR : 80x/i

RR : 20x/i

Temp :
36,7℃

Skala nyeri
:3
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien masuk di RSUD Deli Serdang pada tanggal 24 Maret 221 pukul

13.20 wib melalui Instalasi Gawat Darurat. Pasien datang dengan keluhan adanya

luka dibagian telapak kaki kanan, pasien lemas, pucat. Kemudian dilakukan

pemeriksaan fisik :

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/80mmHg

Heart RHYthm : 80 x/ menit

Pernafasan : 20 x/ menit

Temperatur : 36,7℃

Diagnosa awal pasien yaitu Ulkus Diabetik selama dirawat di RSUD Deli

Serdang pasien telah menjalanin beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik

dan pemerikssan laboratorim patologi klini. Pemeriksaan awal laboratorium

meliputi pemeriksaan hematologic (darah rutin) dan pemeriksaan kimia klinik

pada tnggal 24 Mret 2021. Pemerikaan darah rutin menunjukkan adanya nilai

yangb tidak normal yaitu pada nilai Hemoglobin : 7.21 g/dl , Leukosit : 7.63µl.

Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan nilai diatas normal yaitu glukosa : 140,

Ureum: 73, Kreatinin : 3.0 mg/dl.

Penulis melakukan pemantauan terapi obat pasien mulai dari tanggal 24

Maret–29 Maret 2021.Pemantauan terapi obat dilakukan untuk melihat apakah

penggunaan obat untuk terapi pasien diberikan secara rasional.

Rasionalitas penggunaan obat meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat

obat, tepat dosis, waspada efek samping obat. Pemantauan terapi obat dilakukan
setiap hari sesuai dengan obat yang diberikan. Penyampaian informasi obat

disampaikan secara langsung kepada pasien atau keluarganya untuk meningkatkan

pemahaman pasien mengenai obat.

4.1 Pengkajian Tepat Pasien

Pasien masuk ke RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dengan rencana

perbaikan kondisi pasien. Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien

telah sesuai dengan nama, tanggal lahir, serta nomor Rekam Medis (RM) pasien.

Obat yang diberikan kepada pasien juga sesuai dengan nama dan nomor Rekam

Medis yang tertera pada etiket, serta pasien telah diidentifikasi dengan cara

meminta menyebutkan nama dan tanggal lahirnya.

4.2 Pengkajian Tepat Indikasi

Pemberian Nacl ditujukan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang

akibat kehilangan banyak darah atau karena penyakit tertentu.

Pemberian Injeksi ketorolac sudah tepat indikasi untuk mengurangi atau

mencegah perdarahan (BNF, 2009).

Pemberian injeksi dexametason dan furosemide untuk transfuse darah,

pemberian injeksi seftriakson juga sudah tepat indikasi untuk mengatasi berbagai

infeksi bakteri (Medscape, 2019).

Pemberian Lantus 1x 20unit sudah tepat indikasi untuk mengontrol gula

darah pada pasien diabetes, pemberian insulin apidra 3x 14 unit sudah tepat

indikasi untuk menurunkan gula darah pada pasien diabetes(Medscape, 2019).

Pemberian obat untuk PBJ (Pasien Berobat Jalan) yaitu Sukralfat untuk

mengatasi peradangan pada lambung (gastritis) dan mencegah perdarahan pada

saluran cerna sudah tepat indikasi, pemberian natrium diklofenak sudah tepat
indikasi untuk mengatasi nyeri dan pemberian cefixime juga sudah tepat indikasi

(antibiotik dengan spektrum luas) untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri

(ISO, 2017).

4.3 Pengkajian Tepat Obat

Pemberian IVFD NacL sudah tepatuntuk memperbaiki keseimbangan

cairan dan elektrolit serta terapi pemulihan untuk mengganti jumlah cairan yang

hilang akibat kehilangan banyak darah atau karena penyakit tertentu. Pemberian

Injeksi ketorolak sudah tepat indikasi untuk mengurangi atau mengatasi nyeri

(BNF, 2009).

Pemberian injeksi seftriakson juga sudah tepat indikasi untuk mengatasi

berbagai infeksi bakteri dan pemberian injeksi metronidazol sudah tepat indikasi

untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

protoza dan bakteri anaerob. Antibiotik ini juga bisa digunakan sebagai kombinasi

dengan obat anti-ulcer untuk mengobati jenis penyakit lambung tertentu

(Medscape, 2019).

Pemberian Lantus 1x 20unit sudah tepat indikasi untuk mengontrol gula

darah pada pasien diabetes, pemberian insulin apidra 3x 14 unit sudah tepat

indikasi untuk menurunkan gula darah pada pasien diabetes(Medscape, 2019).

Pemberian obat untuk PBJ (Pasien Berobat Jalan) yaitu Sukralfat untuk

mengatasi peradangan pada lambung (gastritis) dan mencegah perdarahan pada

saluran cerna sudah tepat indikasi, pemberian natrium diklofenak sudah tepat

indikasi untuk mengatasi nyeri dan pemberian cefixime juga sudah tepat indikasi

(antibiotik dengan spektrum luas) untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri

(ISO, 2017).
Pengkajian tepat indikasi dan tepat obat secara ringkas dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Pengkajian tepat indikasi dan tepat obat


Pengkajian
Anamnesa/ Obat yang Anjuran/
Pasien Tepat Tepat
Diagnosa Diberikan intervensi
Indikasi Obat
M.P Lemas dan pucat Nacl
  -
(Perempuan)
27.84.30
Perlindungan
lambung dari Efek
samping obat dan Injeksi ketorolak
  -
mengatasi nyeri pada
perut

Injeksi ketorolac,
natrium
Penghilang rasa nyeri
diklofenak, oral
dan mengatasi terjadi   -
dan Sukralfat
nya maag

DM Tipe II Lantus
  -

Keterangan: (tepat)

4.4 Pengkajian Tepat Dosis

Tabel 4.2 Pengkajian tepat dosis


Bentuk Dosis Dosis Intervens
Nama Obat Signa Keterangan
Sediaan Lazim Pasien i
20 20-30
30 mg/ml
Nacl Infus tetes/ mg/ml -
per 4-6 Dosis sesuai
menit per 8
jam
jam
Vial 1
1 vial / 1-2 gram
Seftriakson (1gram/1 gram/1 Dosis sesuai -
12 jam per 24 jam
0 ml) 2 jam

Injeksi 0,1-0,2
0-0- 10 unit/
lantus Insulin unit/kg/har Dosis sesuai -
10iu Hari
100 iu i

Sukralfat Sirup 3×1 1 gram/5 1 Dosis sesuai -


sirup (500 ml per 6 gram/5
mg/5 ml) jam ml per
8 jam
ketorolak Ampul 1×1 10 gram/4- 1 × 10 Dosis sesuai -
(10 6 jam mg/ ml
mg/ml

cefixime Tablet 2×1 200- 400 1x 200- Dosis sesuai -


(100 mg) mg 400mg
perhari
4.5 Pengkajian Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat

Tabel 4.3 Efek Samping dan Interaksi Obat


Manifestasi Efek Samping
No. Nama Obat Interaksi Obat Efek Samping Umum Anjuran
Klinik Pada pasien
1. Nacl - - - -
Paling umum terjadi
2. Ketorolac - yaitu nyeri,perdarahan, Tidak terjadi -
sakit kepala, pusing

Gangguan pencernaan
3. Seftriakson dan reaksi Tidak terjadi -
-
Tidak terdapat interaksi hipersensitifitas

Meningkatkan LDL
Furosemide kolesterol dan
4. Tidak terjadi -
- menurunkan HDL,
Hipotensi
- Berat badan bertambah,
7. dexametason meningkat, sakit kepala - -
dan pusing
8. Sukralfat Konstipasi, mulut kering, - -
- diare, mual
9. omeprazole Konstipasi, mual, - -
- muntah, kembung, nyeri
abdomen
10 atorvastatin - Nyeri sendi, sakit - -
tenggorokkan, kembung,
diare
11. spironoklaton - Pusing, sakit kepala, - -
mual
12. allopurinol - Mengantuk, mual,sakit - -
perut, diare
13. candesartan - Alergi, gatal – - -
gatalpembengkakan pada
wajah, bibir, lidah
9. Natrium Diklofenak - Radang lambung, nyeri - -
dada, tukak lambung
16. Cilostazol - Sakit perut, kepala, - -
pusing, kaki dan tangan
bengkak
17. cefixime - Gangguan pencernaan, - -
diare, mual, sakit perut
18. lantus - Hipoglikemia Tidak terjadi Kontrol kadar
gula darah
19. apidra - Penglihatan kabur, Tidak terjadi kontrol kadar gula
keringat di ngin,sakit darah
kepala, sesak napas, rasa
cemas
4.6 Rekomendasi Untuk Dokter

Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yaitu menyarankan kepada

dokter untuk memberikan terapi antidiabetik oral terlebih dahulu sebelum

memberikan terapi insulin.

4.7 Rekomendasi Untuk Perawat

Rekomendasi untuk perawat adalah memberi obat dengan tepat baik jenis obat

maupun waktu pemberiannya kepada pasien, mengisi lembar pemberian tepat waktu,

menempatkan obat di lemari obat yang sesuai dengan barcode pasien untuk mencegah

salah pemberian obat dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari

wadah/sisa obat-obatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Penggunaan obat pada pasien M.p dengan diagnosa Ulkus Diabetik Foot

sudah dilakukan secara tepat dengan memperhatikan kesesuaian meliputi tepat

pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat

pada pasien.

b. Pemilihan pada pasien M.P dengan diafgnosa Ulkus Diabetik Foot sudah

tepat yaitu terapi dengan pemberian: ketorolak, seftriakson, , lantus, sukralfat,

cilostazol dan cefixime.

5.2 Saran

Sebaiknya mengikut sertakan apoteker dalam mempertimbangkan obat-obat

yang diberikan kepada pasien serta melakukan visite bersama dokter dan perawat

untuk memberikan konseling kepada pasien/keluarga pasien sehingga tercapai

penggunaan obat yang rasional dan efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Alexadoudan, (2012). Pengertian Ulkus Diabetk. Bandung : Gramedia

Batubara (2010). Sari Pediatri, volume 12 No 1 bulan Juni 2010. Jakarta: Pusat
Penerbitasn Departemen Ilmu kesehatan Anak. FK-UI.

Depkes RI (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Gramedia

Dipiro (2009). Pharmacoteraphy Handbook 7TH, edition, Mc.Graw Hill, New York

Hanum, (2013).Hubungan Kadar Glukosa Darah sewaktu. Jakarta : Universitas Islam


Negeri
Healthy, (2019). Patofisiologi Ulkus Diabetik. Yogyakarta : Erlannga

Hobizal, (2012). Neuropati perifer. Jakarta : Gramedia

Heynenmanet, (2016). Perjalanan terjadinya Ulkus Diabetik. Bandung : Gramedia

Fatimah, (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta : Universitas Pancasila

National Institute for Diabetes and Diagestive and Kidney Disease (NIDDK), (2014).
Cause of diabetes. NH Publication
Prabawati, (2012). Mekanisme Seluler dan Molekur Resistensi Insulin. Malang :
Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai