PENDAHULUAN
informasi dan edukasi tentang kesehatan. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan masyarakat.
Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan
Visite adallah kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter
dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan visite adalah menilai rasionalitas obat
obat yang digunakan sesuai idikasi, efektif, aman, terjangkau oleh pasien (Depkes
RI, 2009)
Mahasisawa Calon Apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktek kerja
berhubungan dengan kesehatan pasien. Studi kasus pada dasarnya bertujuan untuk
obat secara rasional (PPOSR) dilaksanakan pada bagian penyakit dalam. Studi
diabetic foot.
foot.
2. Memantau pemilihan obat pada pasien dengan diagosa ulkus diabetic foot.
diabetic foot
diabetic foot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jiwa jika tidak ditangani secara baik. Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah
karena kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Batubara, dkk. 2010)
secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.
Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena
kerusakan pada sel- sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia,
virus, dan bakteri. Penyebab yang kedua yaitu penurunan reseptor glukosa pada
kalenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin si jaringan
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur
kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresikan insulin. Sel beta pankreas
yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada kurangnya sekresi
insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel
beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idipatik
(Niddk, 2014).
insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan
post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk
mempertahankan kadar glukosa darah gar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk
jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun.
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi
darah masuk ke urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotic yang ditandai
keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui
urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah
menjadi energy sehingga menimbulkan raa lapar yang meningkat (polifagia)
lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi
Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta
terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun
danidiopatik.
resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
didalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
absolut.
oleh efek genetic fungsi sel beta, efek genetic kerja insulin, penyakit
minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan. Sama dengan diabetes yang biasa,
untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada masa kehamilan.
Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat ditekan
adalah :
1. Gaya
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Obesitas (kegemukan)
6. Riwayat Keluarga
Keadaan DM pada permulaan yang tidak segera diobati akan menimbulkan gejala
akut yaitu banyak minum, banyak kencing dan mudah lelah (Fitriani, 2012).
Gejala kronik DM adalah kulit erasa panas, kebas, seperti tertusuk – tusuk
jarum, rasa tebal pada kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, penglihatan
memburuk (buram) yang ditandai dengan sering berganti lensa kcamata, gigi,
mudah goyah dan mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan
patokan kadar gula darah dalam mendiagnosis Diabetes Melitus dengan cara
berikut ini :
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama
140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Ulkus kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronis dari penyakit
diabetes melitus berupa luka pada permukaan kulit kaki penderita diabetes disertai
dengan kerusakan jaringan bagian dalam atau kematian jaringan, baik dengan
ataupun tanpa infeksi, yang berhubungan dengan adanya neuropati dan atau
2012).
dan neuropati diabetika merupakan salah satu faktor yang paling berperan.
yang menyebabkan ulkus kaki diabetik yang lebih lanjut disebabkan oleh
umur lebih dari 60 tahun, diabetes mellitus yang sudah lebih dari 10 tahun,
semakin dalam. Pada tahap ini, tendon dan tulang dapat terlihat. Selain itu,
adalah:
1. Kesulitan berjalan
3. Kulit kemerahan
4. Pembengkakan
5. Demam
7. Nyeri
8. Bisul
sirkulasi. Saat saraf pada anggota gerak bawah rusak, maka bagian
tersebut akan mati rasa. Pasien tidak merasakan nyeri atau sensasi apapun
bahkan saat menginjak benda tajam atau saat kakinya terluka. Kecuali
pasien memeriksa telapak dan kaki setiap hari, mereka tidak akan
sirkulasi yang buruk pada arteri kaki membuatnya lebih rentan terhadap
cedera. Selain kedua faktor yang telah dijelaskan, ada juga faktor lain
seperti:
1. Ceftriaxon
aktivitas bakteri yang luas dengan cara menghambat sintesa dinding sel, dan
mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in vivo memiliki aktivitas luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi
pernapasan bawah (pneumonia), infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang
Dosis : Ringan hingga sedang 1-2 g/hari IV dalam dosis harian tunggal atau
2. Ketorolak
Adalah obat golongan non narkotik yang mempunyai efek antiinflamasi dan
merupakan mediator yang berperan pada inflamasi, nyeri , demam, dan sebagai
3. Dexametason
yang disebabkan oleh kondisi seperti gagal jantung, penyakit hati, dan ginjal.
Obat ini juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Furosemide
adalah obat diuretik yang menyebabkan Anda menjadi lebih sering buang air
kecil untuk membantu membuang air dan garam yang berlebihan dari tubuh.
Dosis : Dewasa: 20–50 mg suntikan IM/IV atau tablet 40 mg per hari. Dosis
maksimal 1.500 mg suntikan IM/IV per hari atau tablet 80 mg per hari. Anak:
5. Omeprazole
Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum yang
terkait dengan AINS, lesi labung dan duodenum, regimen eradikasi H.pylori
(sementara), agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan
terapi AINS), .20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum
atau 8 minggu pada tukak lambung, pada kasus yang berat atau kambuh
dosis awal 500 mikrogram/kg bb ( maks. 20 mg) satu kali sehari, ditingkatkan
6. Atorvastatin
organ hati. Dengan menurunkan kadar kolesterol dan lemak jahat dalam darah
dengan diet yang tepat, Anda juga dianjurkan untuk berhenti merokok bila
berat badan bila over weight (kelebihan berat badan). Atorvastatin merupakan
obat generik yang diproduksi oleh banyak perusahaan farmasi, tersedia dalam
respons tubuh pasien terhadap pengobatan dalam 2–4 minggu. Dosis lanjutan:
hari.
7. Spironoklaton
serangan jantung, dan gagal ginjal, yang merupakan komplikasi dari hipertensi.
Obat ini adalah obat keras yang penggunaanya harus dengan resep Dokter
Dosis : Dewasa: Dosis awal 25 mg, sekali sehari, dengan dosis maksimal
50 mg per hari. Lansia: Diawali dengan dosis terendah, kemudian dosis dapat
ditambah jika diperlukan. Anak-anak: 3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi
pasien.
8. Allopurinol
urat dan batu ginjal (gumpalan kecil dalam ginjal yang merupakan
penumpukan dari mineral dan asam urat). Allopurinol juga digunakan untuk
urat akibat pelepasan asam urat dari sel-sel kanker mati. Allopurinol bekerja
dengan mengurangi jumlah asam urat yang dibuat oleh tubuh sehingga
banyak perusahaan farmasi, tersedia dalam 2 macam dosis yaitu 100 mg dan
300 mg.
dikonsumsi sebanyak 1-2 kali per hari. Dosis maksimal 900 mg per hari.
9. Candesartan
adalah obat yang termasuk dalam kelas obat angiotensin receptor blockers
yang melemaskan pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah.
Selain itu, obat Candesartan adalah obat yang juga biasa dipakai untuk
jantung.
Dosis : Dewasa: 4 mg per hari sebagai dosis awal. Dosis dapat digandakan/
10. Cilostazol
seperti kelelahan otot, sakit atau kram pada saat aktivitas yang disebabkan
bulan.
11. Natrium Diklofenak
seperti nyeri perut saat haid, nyeri yang berkaitan dengan operasi gigi, nyeri
Dosis : oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan.
dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali sehari (pada kasus berat dua kali sehari)
lambung dan menyembuhkan tukak atau luka pada lambung. Sucralfate bekerja
dengan cara melindungi lapisan saluran cerna terhadap asam peptik, pepsin,
dan garam empedu dengan mengikat protein bermuatan positif dalam eksudat
pelindung.
glulisine yang termasuk ke dalam golongan insulin long acting atau rapid
acting insulin. Injeksi insulin ini dilakukan pada 15 menit sebelum makan atau
Dosis : Total kebutuhan setiap orang terhadap insulin ini dapat berbeda-
beda. Biasanya dosisnya berada pada kisaran 0,5 sampai 1 unit/mL per
membutuhkan 0,05 unit hingga 1 unit/mL per kilogram berat badan per hari.
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.
jam setelah injeksi dan cenderung menurunkan kadar glukosa hingga 24 jam
melakukan pola diet yang tepat dan latihan fisik agar kadar gula darah dapat
terkontrol dengan baik. Dosis : Dosis awal: 0.2 – 0.4 unit/kg. Mulai dengan 1/3
total insulin harian, sementara 2/3 dosis sisanya gabungkan dengan insulin
short acting. Titrasi insulin glargine sesuai dengan yang diinstruksikan oleh
dokter.
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
Hari/ Profesi
Subjective Objective Assessment
Plan(P)
(S) (O) (A)
Tanggal
Terapi
24 Perawat Pasien TD : Ulkus ditindak
Maret mengataka 120/80 Diabetic lanjutan
2021 n nyeri mmHg Nyeri - Injeksi
pada Ketorolak 30
bagian kaki HR : 80x/i mg
kanan
RR : 20 x/i Pemberian
Pasien Insulin Lantus
mengataka Temp 36,7 1x 20 unit
n gula ℃
tinggi
Skala nyeri
:5
KGDS :
200mg/dl
Terapi tindak
25 Perawat Pasien Sens : cm Nyeri di lanjutan
Maret mengataka telapak kaki - Inj. Ketorolac
2021 n lemas TD : 30 mg
dan nyeri 165/75 Pasien - Ceftriaxone 1
luka di pucat gr/12j
telapak HR : 80 dengan - Inf. Nacl
kaki x/menit pemeriksaa 0,9% 20x/i
n darah
Pasien RR : 20 rutin yang Pasien disaran
tampak x/menit menunjukka kan untuk
pucat n nilai pemberian
o
T: 39,4 C hemoglobin vitamin
dan leukosit tambah darah
Skala dibawah Transfusi
Nyeri : 5 normal PRC 3 Bag
Ulkus
HB : 7.21 Diabetikum
Leukosit :
7.63
Tidak Terapi tindak
26 Perawat Pasien TD : Ada lanjut :
interaksi Inj. Ketorolac
Maret mengataka 150/80 obat 30 mg
2021 n nyeri mmhg Inj.
pada Ceftriaxone 1
bagian luka HR : 76 x/i gr/12 j
operasi dan
keadaan RR : 20 x/i
pasien
lemas Temp :
36,8℃
Skala
nyeri : 6
Disarankan
27 Perawat Pasien TD : Terdapat pemberian
Maret mengataka 150/80 interaksi natrium
n pusing mmhg obat antara diklofenak
2021 dan nyeri Natrium dan
pada HR : 76 x/i Dklofenak, candesartan
bagian dan pada waktu
kanan RR : 20 x/i Candesartan yang berbeda
Pantau
Temp : tekanan darah
36,8℃
Skala nyeri
: 5
Disarankan
28 Apoteker Pasen TD: 125/72 Terdapat pemberian
Maret masih mmhg interaksi obat natrium
2021 mengataka antara obat diklofenak
n masih HR : 79 X/i natrium dan cilostazol
nyeri pada Diklofenak pada waktu
bagian luka RR : 20x/i dan yang berbeda
operasi dan Dexametaso Pantau
pasien Temp : n tekanan darah
mengataka 36,5℃ pasien
n sedikit
gatal di Skala nyeri
sekitaran :4
mulut
pasien
Intervensi
29 maret Perawat Pasien TD : Nyeri teratasi
2021 mengataka 130/80 teratasi sebagian
n nyeri mmHg sebagian Pasien PBJ
dikaki
berkurang HR : 80x/i
RR : 20x/i
Temp :
36,7℃
Skala nyeri
:3
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk di RSUD Deli Serdang pada tanggal 24 Maret 221 pukul
13.20 wib melalui Instalasi Gawat Darurat. Pasien datang dengan keluhan adanya
luka dibagian telapak kaki kanan, pasien lemas, pucat. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik :
Pernafasan : 20 x/ menit
Temperatur : 36,7℃
Diagnosa awal pasien yaitu Ulkus Diabetik selama dirawat di RSUD Deli
pada tnggal 24 Mret 2021. Pemerikaan darah rutin menunjukkan adanya nilai
yangb tidak normal yaitu pada nilai Hemoglobin : 7.21 g/dl , Leukosit : 7.63µl.
Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan nilai diatas normal yaitu glukosa : 140,
obat, tepat dosis, waspada efek samping obat. Pemantauan terapi obat dilakukan
setiap hari sesuai dengan obat yang diberikan. Penyampaian informasi obat
telah sesuai dengan nama, tanggal lahir, serta nomor Rekam Medis (RM) pasien.
Obat yang diberikan kepada pasien juga sesuai dengan nama dan nomor Rekam
Medis yang tertera pada etiket, serta pasien telah diidentifikasi dengan cara
pemberian injeksi seftriakson juga sudah tepat indikasi untuk mengatasi berbagai
darah pada pasien diabetes, pemberian insulin apidra 3x 14 unit sudah tepat
Pemberian obat untuk PBJ (Pasien Berobat Jalan) yaitu Sukralfat untuk
saluran cerna sudah tepat indikasi, pemberian natrium diklofenak sudah tepat
indikasi untuk mengatasi nyeri dan pemberian cefixime juga sudah tepat indikasi
(antibiotik dengan spektrum luas) untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri
(ISO, 2017).
cairan dan elektrolit serta terapi pemulihan untuk mengganti jumlah cairan yang
hilang akibat kehilangan banyak darah atau karena penyakit tertentu. Pemberian
Injeksi ketorolak sudah tepat indikasi untuk mengurangi atau mengatasi nyeri
(BNF, 2009).
berbagai infeksi bakteri dan pemberian injeksi metronidazol sudah tepat indikasi
protoza dan bakteri anaerob. Antibiotik ini juga bisa digunakan sebagai kombinasi
(Medscape, 2019).
darah pada pasien diabetes, pemberian insulin apidra 3x 14 unit sudah tepat
Pemberian obat untuk PBJ (Pasien Berobat Jalan) yaitu Sukralfat untuk
saluran cerna sudah tepat indikasi, pemberian natrium diklofenak sudah tepat
indikasi untuk mengatasi nyeri dan pemberian cefixime juga sudah tepat indikasi
(antibiotik dengan spektrum luas) untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri
(ISO, 2017).
Pengkajian tepat indikasi dan tepat obat secara ringkas dapat dilihat pada
Injeksi ketorolac,
natrium
Penghilang rasa nyeri
diklofenak, oral
dan mengatasi terjadi -
dan Sukralfat
nya maag
DM Tipe II Lantus
-
Keterangan: (tepat)
Injeksi 0,1-0,2
0-0- 10 unit/
lantus Insulin unit/kg/har Dosis sesuai -
10iu Hari
100 iu i
Gangguan pencernaan
3. Seftriakson dan reaksi Tidak terjadi -
-
Tidak terdapat interaksi hipersensitifitas
Meningkatkan LDL
Furosemide kolesterol dan
4. Tidak terjadi -
- menurunkan HDL,
Hipotensi
- Berat badan bertambah,
7. dexametason meningkat, sakit kepala - -
dan pusing
8. Sukralfat Konstipasi, mulut kering, - -
- diare, mual
9. omeprazole Konstipasi, mual, - -
- muntah, kembung, nyeri
abdomen
10 atorvastatin - Nyeri sendi, sakit - -
tenggorokkan, kembung,
diare
11. spironoklaton - Pusing, sakit kepala, - -
mual
12. allopurinol - Mengantuk, mual,sakit - -
perut, diare
13. candesartan - Alergi, gatal – - -
gatalpembengkakan pada
wajah, bibir, lidah
9. Natrium Diklofenak - Radang lambung, nyeri - -
dada, tukak lambung
16. Cilostazol - Sakit perut, kepala, - -
pusing, kaki dan tangan
bengkak
17. cefixime - Gangguan pencernaan, - -
diare, mual, sakit perut
18. lantus - Hipoglikemia Tidak terjadi Kontrol kadar
gula darah
19. apidra - Penglihatan kabur, Tidak terjadi kontrol kadar gula
keringat di ngin,sakit darah
kepala, sesak napas, rasa
cemas
4.6 Rekomendasi Untuk Dokter
Rekomendasi untuk perawat adalah memberi obat dengan tepat baik jenis obat
maupun waktu pemberiannya kepada pasien, mengisi lembar pemberian tepat waktu,
menempatkan obat di lemari obat yang sesuai dengan barcode pasien untuk mencegah
salah pemberian obat dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari
wadah/sisa obat-obatan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Penggunaan obat pada pasien M.p dengan diagnosa Ulkus Diabetik Foot
pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat
pada pasien.
b. Pemilihan pada pasien M.P dengan diafgnosa Ulkus Diabetik Foot sudah
5.2 Saran
yang diberikan kepada pasien serta melakukan visite bersama dokter dan perawat
Batubara (2010). Sari Pediatri, volume 12 No 1 bulan Juni 2010. Jakarta: Pusat
Penerbitasn Departemen Ilmu kesehatan Anak. FK-UI.
Dipiro (2009). Pharmacoteraphy Handbook 7TH, edition, Mc.Graw Hill, New York
National Institute for Diabetes and Diagestive and Kidney Disease (NIDDK), (2014).
Cause of diabetes. NH Publication
Prabawati, (2012). Mekanisme Seluler dan Molekur Resistensi Insulin. Malang :
Universitas Brawijaya