Anda di halaman 1dari 38

ANALISA BAKTERI COLIFROM PADA AIR CUCI PIRING DI RUMAH

MAKAN SEKITAR ISTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

PROPOSAL

Oleh

AHMAD ILHAM SUKRI


1981004

PROGRAM STUDI D-VI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal dengan judul “Analisa Bakteri Colifrom pada Air Cuci Piring di Rumah
makan Sekitar Institut Kesehatan medistra Lubuk Pakam” terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. Johannes Sembiring, M .Pd., M. Kes., selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep., M .Kep., selaku Rektor Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.
3. Dr. apt. Samran, S.Si., M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
4. Sa’adah Siregar, S.Si., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Teknologi
Laboratorium Medik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
5. apt. Suprianto, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada peneliti.
6. Seluruh Dosen dan Staf pegawai Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
yang telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan, dan arahan selama
mengikuti pendidikan.
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua. Kepada Ayah Mhd.Daim dan Ibu Nur aidah yang telah mencurahkan
kasih sayang nya, mendukung dalam suka maupun duka, dan selalu mendoakan
yang terbaik untuk putranya tercinta.. Terimakasih pula kepada saudara
kandung saya Muhammad Baharuddin SE, dan Ahmad Ginda Sakti Spd, dan
Rina Rizky Spd,i atas do’a dan dukungan yang telah diberikan.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan saya mahasiswa jurusan Teknologi
Laboratorium Medik yang dari awal kita bersama hingga saat ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan yang kalian
berikan.
Demikian, semoga proposal ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

i
Lubuk Pakam, Januari 2023

AHMAD ILHAM SUKRI


1981004

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................6
1.5 Kerangka Konsep..................................................................................6
1.7 Hipotesis................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................7


2.1 Air.........................................................................................................7
2.2 Bakteri Coluform...................................................................................8
2.4 Kuman Entrik.......................................................................................13
2.4 Hubungan Air dan Kuman...................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN............................................................26


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................................26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................26
3.2.1 Tempat Penelitian....................................................................26
3.2.2 Waktu Penelitian......................................................................26
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................26
3.3.1 Populasi...................................................................................26
3.3.2 Sample.....................................................................................26
3.4 Kriteria Restriksi..................................................................................27
3.5 Alat dan Bahan.....................................................................................27
3.6 Prosedur Pemerikaan............................................................................28
3.7 Skema Prosedur Pemerikaan................................................................30
3.8 Analisis Data........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Warung makan merupakan tempat untuk membantu masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat terpisahkan, disamping

memberikan pelayanan yang praktis dan cepat adalah salah satu alasan masyarkat

suka mengkonsumsi makanan yang siap saji yang disediakan oleh warung makan.

Keterbatasan waktu untuk mengolah makanan karena padatnya aktivitas sehari-

hari adalah alasan lain mengapa masyarakat lebih suka membeli makanan

diwarung makan. Akan tetapi warung makan yang menyediakan berbagai macam

makanan tidak menjamin kualitas makanan itu baik. Kontaminasi dapat terjadi

setiap saat, salah satunya yaitu proses pencucian alat makanan tersebut. Pada

proses pencucian alat-alat yang sudah ditampung dalam ember sehingga dapat

digunakan untuk beberapa kali proses pencucian (Depkes RI 2010).

Warung makan memerlukan air bersih, dimana air tersebut harus memenuhi

syarat kualitas dan kuantitas karena digunakan untuk kebutuhan minum, masak

dan mecuci alat makan. Jika air yang digunakan untuk mencuci peralatan makan

tidak memenuhi syarat dan terkontaminasi mikroorganisme, kemungkinan besar

akan mengkontaminasi peralatan makan dan dapat menyebabkan penyakit usus

seperti diare, thypoid dan cholera (Sunarti 2015).

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi derajat kesehatan masyarakat

adalah penyediaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan.

Makanan merupakan kebutuhan pokok untuk keberlangsungan hidup karenanya

makanan dan minuman harus aman, sehat dan bergizi. Keadaaan ini berkaitan

1
2

dengan makanan yang di sediakan oleh perusahaan atau perorangan, maupun

kepentingan umum seperti restoran, kantin dan lain-lain (Akili et al. 2018).

Semakin meningkatnya jumlah warung makan memberikan kemudahan bagi

masyarakat dalam memenuhhi kebutuhannya. Akan tetapi hal ini tidak dibarengi

oleh informasi tentang praktik kebersihan yang baik (Good Manufacturing

Practies). Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang dampak dari

kurangnya kebersihan yang baik terutama informasi tentang dampak dari

kurangnya kebersihan air terutama informasi praktik kebersihan yang baik

terutama informasi tentang dampak dari kurangnya kebersihan air yang digunakan

untuk mecuci peralatan makan yang dapat meningkatkan risiko makanan tersebut

terkontaminasi. Pengetahuan dari mayrakat tentang kebersihan praktik yang baik

perlu ditingkatkan, karena hal tersebut mempunyai peranan penting dalam

melindungi konsumen itu sendiri (Ester, Samampouw, and Umboh 2019).

Klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan

penyakit yaitu Water Washed Disease, adalah penyakit yang disebabkan oleh

kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi

kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya

kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit

tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara

penularan diantaranya penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit

infeksi saluran pencernaan adalah diare (Lado, Kristiani, and Febriani 2020)

Bakteri coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai

indikator penentu kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri sebenarnya

bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini mudah
3

untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indikator keberadaan

organisme pathogen seberti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak

merupakan parasite yang hidup dalam system pencernaan manusia serta

terkandung dalam feses (Annisa, Nike, and Iga 2018).

Penggunaan air yang tercemar oleh bakteri coliform tersebut dapat

menurunkan derajat kesehatan masyarakat pengguna dengan timbulnya penyakit,

salah satu nya adalah diare. Penyakit diare termasuk sepuluh besar penyakit yang

sering terjadi di Indonesia walaupun biasanya ada pada peringkat kesembilan

namun menjadi penyebab kematian yang cukup besar (Kusuma, Rasyid, and

Endrinaldi 2015).

Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui

air (Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (Water

washed). Contoh penyakit ini adalah Cholera, thypoid dan Dysentry basiller.

Berjangkit nya penyakit ini erat kaitanya dengan ketersedian air untuk makan,

minum, memasak dan kebersihan alat-alat makan (Aswir and Misbah 2018).

Menurut WHO mengkonsumsi air yang terkontaminasi oleh

mikroorganisme patogen, baik air minum atau air yang ditambahkan ke dalam

makanan, dapat menimbulkan berbagai penyakit gastrointestinal. Berdasarkan

penelitian dari Epidemiologi Research Group (CHERG) yang dibuat oleh WHO

bahwa manusia sangat rentan terhadap makanan dan air yang terkontaminasi oleh

bakteri enteric patogen dimana satu dari enam orang (1,1 miliar orang) tidak

memiliki sumber air yang aman dan empat dari sepuluh (2,6 miliar orang)

kekurangan bahkan lubang kakus, angka diproyeksi mencapai 2,9 dan 4,2 miliar,

tahun 2025 yang akan menyebabkan peningkatan infeksi enteric yang semakin
4

memburuk dimana hal tersebut dapat memperburuk angka morbiditas akibat diare

(Akili et al. 2018).

Dinegara berkembang, diareinfeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta

penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap

tahunnya dibandingkan di Negara berkembang lainnya mengalami serangan diare

3 kali setiap tahun (Annisa, Nike, and Iga 2018).

Air merupakan sarana yang penting bagi warung makan yang selanjutnya

akan digunakan mencuci peralatan makan dan minum. Bahaya yang terbesar

sehubungan dengan air bersih yang digunakan untuk mencuci peralatan makan

dan minum adalah bila air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia dapat

menimbulkan penyakit, pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS

Persahabatan mendapatkan etiologi infeksi di sebabkan oleh E.coli 38.39%,

Vibrio cholera 18.29%, Shigella flexneri 6.29%, Sabmonella sp 5.71% (Prasetyo

2012).

Banyak factor yang dapat mengkontaminasi air dalam ember tersebut

dalam suatu proses pencucian, sebagai contoh adalah kontaminasi kuman dalam

air, dapat berasal dari Air itu sendiri, bila dari sumbernya sudah terdapat

pencemar,Tangan pencuci yang mengandung kuman karena kurangnya

kebersihan si pencuci, misalnya tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang

air, memegang uang, memegang bahan makanan mentah. Ember itu sendiri

Udara atau debu (Marissa and Arifin 2014).

Mengingat masih banyak nya warung makan yang menggunakan air yang

ditampung dalam ember yang digunakan pada proses pencucian alat makan yang

digunakan secara berulang-ulang, dimana ada kemungkinan kontaminasi kuman


5

dalam air akan menyebabkan kontaminasi pada alat makan. Apabila air tersebut

digunakan pada peralatan makan yang dicuci maka peralatan makanan tersebut

sudah mengandung bakteri dan tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan. Jika

peralatan makan yang digunakan telah terkontaminasi kuman maka sebagai akibat

nya manusia yang menggunakan alat makan yang telah terkontaminasi tersebut

dapat terinfeksi kuman yang menyebabkan sakit. Oleh karena itu penulis mencoba

melakukan penelitian dengan judul “Analisa Bakteri Colifrom Pada Air Cuci

Piring Di Rumah Makan Sekitar Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat Bakteri Coliform pada air sebelum dan sesudah


digunakan untuk mencuci alat makan pada warung makan sekitaran
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam?
2. Apakah terdapat perbedaan jumlah Coliform pada air sebelum dan
Sesudah digunakan untuk mencuci alat makan pada warung makan di
sekitar Institut Kesehatan Medistra lubuk pakam?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui adanya bakteri Coliform pada air cucian piring di

rumah makan sekitar Institut Kesehatan Medistra lubuk pakam

2. Mengetahui adanya perbedaan jumlah bakteri Coliform pada air sebelum

dan sesudah proses pencucian piring di rumah makan sekitar Institut

Kesehatan Medistra lubuk pakam?

3. Mengetahui adanya perbedaan jumlah bakteri pada air sebelum dan

sesudah proses pencucian piring pada rumah makan sekitar Institut

Kesehatan Medistra lubuk pakam?


6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini bisa menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti

selanjutnya dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan di

bidang bakteriologi.

2. Bagi masyarakat sebagai bahan masukkan untuk para pedagang tentang

pentingnya kebersihan khususnya air yang digunakan untuk mencuci

peralatan makan agar terhindar dari penyakit.

3. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman,

informasi, wawasan dan menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman

tentang identifikasi bakteri Coliform pada pencucian piring dirumah makan

sekitar Institut Kesehatan Medistra lubuk pakam.

1.5 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Air KontaminasiBakteriColiform

Skema 1.2 Kerangka Konsep

1.6 Hipotesis

1. Ditemukan bakteri coliform pada air yang digunakan untuk mencuci alat
makan.
2. Ditemukan perbedaan jumlah total coliform pada air yang sebelum dan
sesudah digunakan untuk mencuci.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIR

Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi

mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga

lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak

mengandung bahan beracun. Air bersih adalah air yang digunakan untuk

keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan

dapat diminum apabila telah dimasak (Depkes RI 2010).

Air bersih merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh

manusia sepanjang masa, baik langsung maupun tidak langsung. Sumber air yang

banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah permukaan, air tanah, dan air

hujan. Apabila tidak diperlihatkan maka air dari sumber di atas mungkin dapat

mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya gangguan penyakit

yang disebabkan atau ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan harus

memenuhi syarat bersih (Depkes RI 2010).

Air murni mudah berikatan dengan zat-zat atau unsur-unsur kimia baik

organik maupun anorganik sehingga pencernaan air sering terjadi baik di daerah

perkotaan maupun di daerah pedesaan. Umumnya pencemaran air merupakan

masalah yang cukup sulit untuk ditanggulangi. Indikator atau tanda bahwa air

telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati.

Pengamatan secara fisis yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

kejernihan air (kekeruhan). Perubahan suhu, warna dan adanya perubahan bau

dan rasa. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air

7
8

berdasarkan zat kimia yang terlarut perubahan pH. Pengamatan secara biologis

yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada didalam

air, terutama keberadaan bakteri patogen (Sunarti 2015).

Kontaminasi terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan

berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Diketahui

bahwa makanan berperan penting di dalam peningkatan derajat kesehatan

manusia atau masyarakat. Akan tetapi tidak semua makanan tersebut

menguntungkan bagi tubuh, melainkan dapat pula membahayakan terhadap

kesehatan manusia. Hal itu disebabkan karena makanan juga dapat berperan

sebagai media penularan penyakit (Depkes RI 2010).

2.2 Bakteri Coliform

Gambar 2.1 Bakteri Coliform

Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai

indikator penentuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri

sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air. Namun

keberadaan bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat

digunakan sebagai indikator keberadaan organisme patogen lainnya seperti bakteri

lain, virus atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam system

pencernaan manusia serta terkandung dalam Feses. Organisme indikator

digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri oleh bakteri patogen,
9

orang tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan kali lebih banyak

dari pada organisme patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk

menyimpulkan bahwa apabila tingkat keberadaan organisme indikator rendah

maka organisme patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama

sekali (Jumriah, Laenggeng, and Budiman 2016).

Jenis bakteri ini berbentuk bulat, gram negatif, tidak berspora serta

memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas apabila di inkubasi

pada 35-37oC. Bakteri ini terdapat sangat banyak pada feses organisme berdarah

panas, dapat juga ditemukan di lingkungan perairan, dan ditanah. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa apabila terdapat bakteri coliform pada badan

air maka badan air tersebut sudah tercemar oleh feses. Genus yang termasuk

dalam kelompok bakteri coliform antara lain Citrobacter, Enterobacter,

Escherichia, Klebsiella, Serratia (Lado, Kristiani, and Febriani 2020).

a) Escherichia Coli

Gambar 2.2 Escherichia Coli

Escherichia Coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan didalam

usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat

menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers

diare, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan lain di luar

usus. Genus Escherichia terdiri dari 2 spesies yaitu Escherichia coli dan
10

Escherichia hermanii. Kuman berbentuk batang pendek, gram negative, ukuran

0,4-0,7 µm x14 µm, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai

kapsul (Prasetyo 2012).

Escherichia Coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai

di laboratorium Mikrobiologi. Pada media yang di pergunakan untuk isolasi

kuman enterik, sebagian besar strain E. coli tumbuh sebagai koloni yang meragi

laktosa. E. coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar

darah menunjukkan hemolisis tipe beta. Pada penanaman Endo. Escherichia Coli

akan terlihat berwarna merah kehijauan dan mengkilap. Untuk media Mc.

Conkey koloni berwarna merah muda karena memecah laktosa. Sedangkan pada

media EMB warna koloni hitam kehijauan dan menghilap. Penanaman pada

media gula-gula akan menghasilkan asam dan gas. Penanaman pada media untuk

reaksi indol dan merah methyl menghasilkan hasil yang positif, sedangkan untuk

media Voges preskauer dan media sitrat menunjukkan hasil negative. Ada tiga

struktur antigen dari E.coli yaitu antigen O (somatic antigen), antigen K (antigen

kapsul) dan antigen flagelair) (Kusuma, Rasyid, and Endrinaldi 2015).

Didalam usus umumnya E. coli tidak menyebabkan penyakit dan dapat

membantu fungsi normal dari nutrisi. Organisme patogen hanya bila mencapai

jaringan di luar saluran pencernaan. Khususnya saluran kemih. Saluran empedu,

paru-paru, peritoneum, atau selaput otak, menyebabkan peradangan pada tempat-

tempat tersebut (Ester, Samampouw, and Umboh 2019).

Sekarang ini telah ditemukan beberapa strain E. coli yang patogen yaitu

Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E .coli (EPEC),

Enteroadherent E .coli (EAEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), dan


11

Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC). ETEC merupakan penyebab untuk dehidrasi

karena diare pada anak balita dan orang dewasa di Negara berkembang karena

kemampuannya menempel pada reseptor enterosit usus halus dan enterotoksinnya.

Strain E. coli selain ETEC juga dapat menyebabkan diare tetapi mekanisme

terjadinya belum jelas (Depkes RI 2010).

Enteropathogenic E. coli menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak

– anak di Negara – Negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum

jelas diketahui, Kuman Enteroinvasive E. coli, dimana sel-sel Escherichia coli

mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitus (radang usus besar)

atau gejala seperti desentri. Waktu inkubasi 8-44 jam (rata-rata 26 jam) dengan

gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah (Marissa and Arifin

2014).

Penyakit- penyakit lain yang disebabkan oleh Escherichia coli adalah:

1. Infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielonefritis, E. coli merupakan

penyebab dari lebih dari 85% kasus.

2. Pneumonia, di rumah sakit E. coli menyebabkan 50% dari Primary Nosocomial

Pneumonia.

3. Meningitis pada bayi baru lahir

4. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen (Aswir and Misbah 2018).
12

b) Klebsiella

Gambar 2.3 Klebsiella

Merupaka bakteri gram (-), berbentuk pendek, memiliki ukuran 0,5-1,5 x

1,2µ. Bakteri ini memiliki kapsul, tetapi tidak membentuk spora. Klebsiella tidak

mampu bergerak karena tidak memiliki flage tetapi mampu memfermentasikan

karbohidrat membentuk asam dan gas, Spesies klebsiella menunjukan

pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil. Mereka

biasanya memberikan hasil tes yang positif untuk lisin dekarboksilase dan sitrat.

Klebsiella memberikan reaksi Voges-Proskauer yang positif. Sifat Biakan atau

kultur dari Kelbsiella sp tersebut pada media EMB dan Mc. Conkey koloni

menjadi merah. Kemudian pada media padat tumbuh koloni mukoid (24 jam).

Mudah dibiakkan di media sederhana (bouillon agar) dengan koloni putih keabuan

dan permukaan mengkilap (Sa’diyah et al. 2019).

Bakteri ini sering menimbulkan berbagai penyakit pada traktus urinarius

karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada penderita diabetes

mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia yang disebabkan oleh abkteri

ini berupa gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering, kemudian

batuknya menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent

(nanah). Bila penyakitnya berlanjut akan terjadi abses nekrosis jaringan paru,

bronchiectasi dan vibrosis paru-paru (Lado, Kristiani, and Febriani 2020).


13

Bakteri Coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak patogen,

mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat bertahan lebih lama

dari pada bakteri patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Hawa,

Susilo, and Jayasari 2011).

2.3 Kuman Enterik

1. Enterobacteriaciae

Gambar 2.4Enterobacteriaciae

Enterobacteriaciae merupakan kelompok batang gram negatif yang besar

dan heterogen dengan habitat alaminya di saluran cerna manusia dan hewan.

Familinya memiliki banyak genus (Escherichia, Shigella, Salmonella,

Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain.).Enterobacteriaciae

adalah suatu family kuman yang terdiri dari sejumlah besar spesies bakteri yang

sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Hidup di usus besar manusia dan

hewan, tanah, air. Karena hidupnya yang pada keadaan normal di dalam usus

besar manusia, kuman ini sering enterik tidak menimbulkan penyakit pada host

bila kuman tetap berada di dalam uusus besar, tetapi pada kesempatan memasuki

bagian tubuh lain, banyak diantara kuman enterik ini mampu menimbulkan

penyakit pada tiap jaringan di tubuh manusia (Akili et al. 2018).

Beberapa organisme enterik misalnya Escherichia coli merupakan bagian

dari flora normal dan kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit, sedangkan


14

lainnya Salmonella dan Shigela biasanya bersifat patogen untuk manusia. Infeksi

di luar usus. Penyebab tersering dari infeksi pada usus adalah kuman-kuman yang

termasuk dalam genus Escherichia, Salmonella, Shigella dan Yersinia. Penyakit

yang ditimbulkan antara lain: enteritis, gastroenteristis, colitis hemorrhegie,

disentri basiller, demam enteric, dan sebagainya dengan gejala yang menonjol

adalah diare. Infeksi diluar usus yang paling sering dijumpai adalah sistitis dan

infeksi saluran kemih lainnya (Lado, Kristiani, and Febriani 2020).

a) Shigella

Gambar 2.5 Shigella

Habitat asli Shigella terbatas pada saluran cerna manusia. Shigella adalah

batang gram negative yang ramping. Tidak berkumpul, tidak berspora. Tidak

bergerak. Koloni berbentuk bulat, konveks, transparan dengan pinggiran yang

utuh. Kuman ini sering ditemukan pada pembenihan diferensial karena ketidak

mampuannya meragi laktosa, jadi tepat tidak berwarna sedangkan peragi laktosa

membentuk koloni- koloni yang berwarna. Semua Shigella meragikan glukosa

kecuali Shigella sonnei meragikan salisin. Shigella membentuk asam dari

karbohidrat kecuali Shigella Newcastle dan Shigella Manchester, dan tidak

menghasilkan gas. Oraganisme ini juga dapat dibagi menjadi organisme yang
15

memfrementasikan manitol (Shigella sannei dan shigella flexneri) dan yang tidak

memfrementasikan manitol (shigella Dyssentriase) (Sa’diyah et al. 2019).

Kuman ini berukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm. sifat kuman Shigella adalah

sebagai berikut: Kecil, Halus, dan Tidak Berwarna

Shigella spesies adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenal sebagai

agen penyebab disentri basiler. Berada dalam tribe Escherichia karena sifat

genetic yang saling berhubungan. Tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri

karena gejala klinik yang disebabkan bersifat khas, Sampai saat ini terdapat 4

Spesies Shigella yakni:

1. Shigella Dysentriae

2. ShigellaFlexneri

3. Shigella Boydi

4. Shigella Sanne (Sa’diyah et al. 2019).

Shigella memiliki struktur antigen yang kompleks. Terdapat banyak

tumpang tindih pada sifat serologic berbagai spesies, dan sebagian besar

organisme memiliki antigen O yang sama dengan basil entrik lain. Antigen O

somatic shigella adalah lipopolisakarida. Spesifitas serologinya bergantung pada

polisakarida. Ada lebih dari 40 seroptip (Sari et al. 2019).

b) Salmonella

Organisme yang berasal dari genus Salmonella adalah agen penyebab

bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai dengan

demam tifoid yang berat di sertai bakteremia.

Salmonella adalah kuman berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarna

gram bersifat negative, ukuran 1-3,5 µm x 0,5 – 0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4
16

mm. pada umumnya isolasi kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat Gerak

positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitoldan memberikan hasil

negative pada reaksi indol. DNA se, fenilalanin, deaminase, urease, Voges

proskauer, reaksi fermentasi terhadap suerose, lactose, adonitol (Aswir and

Misbah 2018).

Sebagian besar isolate Salmonella yang berasal dari bahan klinik

menghasilkan H2S. pembentukan H2S ini bervariasi misalnya hanya 50%

Salmonella choleraesuis dan H2S. Salmonella typhi hanya membentuk sedikit H2S

dan tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa. Pada agar SS. Endo, EMB dan

Mc. Conkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwarna. Pada agar

Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam. Terdapat tigas spesies utama

yaitu :Salmonella typhi, Salmonella choleraesius, dan Salmonella enteritidis,

Salmonella mempunya beberapa antigen: O, H dan Vi. Antigen somatic serupa

dengan antigen somatic O kuman Enterobacteriaceae lainnya. Antigen ini tahan

terhadap pemanasan 100oC, alcohol dan asam. Antibodi yang berbentuk terutama

lgM. Antigen H rusak pada pemanasan di atas 60 oC, alcohol dan asam. Antibodi

yang dibentuk lgG. Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat

asam, terdapat pada bagian yang luar dari badan kuman. Dapat dirusak dengan

pemanasan 60oC selama 1 jam, pada penambahan fenol dan asam (Aswir and

Misbah 2018).

Beberapa spesies Salmonella menghasilkan enterotoksin yang serupa

dengan enterotoksin yang dihasilkan oleh kuman Enterotoxigenic E. coli baik

yang termolabil maupun yang termostabil. Salmonella typhimurium, Salmonella


17

enteriditis menghasilkan enterotoksin yang termolabil. Toksin diduga berasal dari

dinding sel atau membran luar (Balaram Naik, P Karunakar,1 M Jayadev 2013).

2. Vibrionaceae

Gambar 2.6 Vibrionaceae

Vibrio adalah salah satu genus dari family Vibrionaceae. Kuman ini

berbentuk batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 µm, gerak sangat aktif

dengan adanya flagel. Kuman ini tidak membentuk spora. Pada biakan yang lama

Vibro dapat menjadi batang lurus mirip kuman enterik gran negative lainnya. Pada

biakan Vibrio membentuk koloni cembung atau konveks, bulat, Vibrio tumbuh

dengan baik pada suhu 37oC (18-37oC). pH optimum 8.5-9,5. Tidak tahan

terhadap asam. Bila dalam pembenihan terdapat karbohidrat yang dapat diragi,

kuman dapat mati. Tumbuh baik pada medium yang mengandung garam mineral

dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Meragi sukrosa dan manosa

tanpa menghasilkan gas, tidak meragi arabinosa, meragi nitrat. Pada medium

pepion (banyak mengandung triptofan dan nitrat) akan membentuk indol, yang

dengan asalm sulfat akan membentuk warna merah (tes indol positif) (Fernandes

2014).

Dalam keadaan normal hanya patogen untuk manusia. Tidak bersifat

invasive, kuman tidak pernah masuk dalam sirkulasi darah, tetapi menetap atau

terlokalisasi dalam usus. Menghasilkan toksin cholera (enterotoksin), musine dan


18

endotoksin. Toksin cholera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan

merangsang hipersekresi air dan klorida serta menghambat absorpsi natrium.

Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit dapat menyebabkan terjadinya

dehidrasi, asidosis, syok dan kematian. Gejala klinis dari penyakit akibat Vibrio

cholera adalah mual, muntah, kejang perut, gejala kehilangan cairan dan

elektrolit, dehidrasi, kolaps sikulasi dan anuria. Angka kematian tanpa pengobatan

antara 25-50% (Sari et al. 2019).

Vibrio cholera menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan panas dan asam.

Dapat mengakibatkan diare massif dengan kehilangan cairan sampai20 liter

perhari. Tinja menyerupai air beras dan mengandung lender, sel-sel epitel dan

Vibrio dalam jumlah banyak (Sunarti 2015).

3. Pseudomonadaceae

Gambar 2.7 Pseudomonadacae

Genus Pseudomonadaceae dari sejumlah kuman batang negatif gram yang

tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air. Dalam habitat alam

tersebat luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organic.

Bergerak dengan flagel beberapa diantaranya dapat memakai H2S dan CO sebagai

sumber karbon. Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang

patogen bagi keduanya. Kebanyakan spesies Pseudomonas tidak menyebabkan

infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen,
19

dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh menurun.

Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi

nosokomial. Genus Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-20 yang

penting dalam klinik (Hawa, Susilo, and Jayasari 2011).

Grub Pseudomonas adalahbakteri gram negatif yang berbentuk batang,

motil, dan bersifat aerob. Beberpa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut

dalam air. Klasifikasi Pseudomonas didasarkan pada homologi RNA/DNA dan

ciri khas biakannya yang lazim (Hawa, Susilo, and Jayasari 2011).

a) Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, motil dan berukuran sekitar 0,6

x 2 mm. bakteri ini gram negative dan dapat muncul dalam bentuk tunggal,

berpasangan atau kadang – kadang dalam bentuk rantai pendek. Pseudomonas

aeruginosa adalah bakteri obligat aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada

jenis medium biakan, kadang menghasilkan bau manis, membentuk koloni bulat

halus dengan fluoresensi kehijauan. Bakteri ini juga sering menghasilkan

piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tidak berfluoresensi yang berdifusi ke

dalam agar agar (Prasetyo 2012).

Pseudomonas aeruginosa lebih resisten terhadap desinfektan dari pada

kuman lain. Kuman ini menyenangi hidup suasana lembab seperti pada peralatan

pernafasan, air dingin, lantai, kamar mandi, tempat air dan lain-lainnya. Infeksi

oleh Pseudomonas aeruginosa terjadi pada orang yang mempunyai ketahanan

tubuh yang menurun, yaitu penderita luka bakar, orang yang sakit berat atau

dengan penyakit metabolic atau mereka yang sebelumnya memakai atau

mempergunakan alat-alat bantu kedokteran. (Hawa, Susilo, and Jayasari 2011).


20

Pseudomonas aeruginosa bersifat patogenik hanya bila terpanjan pada

daerah yang tidak terdapat pertahanan tubuh nominal, misalnya apabila membrane

mukosa dan kulit rusak akibat kerusakan jaringan langsung.

Pseudomonas aeruginosatidak hanya terdapat dalamtanah dan air tapu kira-

kira 10% terdapat dalam tinja dan kulit individu normal. Hamper ditiap bagian

dan lingkungan sekitar rumah sakit dapat dihuni oleh organism ini, seperti pada

kateter, instrument-instrumen dan cairan intraven. Pemindahan dari penderita

kependerita melalui pegawai rumah sakit lebih menentukan penyebaran

organisme ini dari pada penyebaran melalui udara (Prasetyo 2012).

b) Burkholderia pseudomallei

Burkholderia pseudomallei adalah basil yang kecil, motil dan bersifat gram

negatif aerob. Tumbuh pada suhu 42oC dan mengoksidasi laktosa, glukosa dan

berbagai macam karbohidrat lainnya. Bakteri ini dapat tumbuh pada medium

bakteriologi standar, membentuk koloni yang bervariasi dari mukoid dan halus

sampai kasar serta berkerut dan berwarna sampai jingga(Aswir and Misbah 2018).

c) Burkholderia mallei

Burkholderia mallei adalah bakteri yang kecil, non motil, tidak berpigmen

berbentuk batang dan bersifat gram negative aerob yang tumbuh dengan mudah

pada berbagai medium bakteriologik.

d) Burkholderia cepacia

Burkholderia cepaciaadalah organism lingkungan yang dapat tumbuh di air,

tanah, tanaman, dan binatang. Dirumah sakit Burkholderia cepacia telah di

isiolasi dari berbagai sumber air dan lingkungan tempat bakteri tersebut dapat di

tularkan ke pasien. Burkholderia cepacia dapat tumbuh hamper sebagian besar


21

medium yang digunakan dalam membiakkan spesimen pasien untuk bakteri gram

negative (Prasetyo 2012).

2.4 Hubungan Air dengan Kuman

Air mempunyai hubungan erat dengan kesehatan. Apabila tidak

diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu

kesehatan manusia (Marissa and Arifin 2014).

Idealnya air bersih tidak mengandung organisme patogen, harus juga bebas

dari bakteri yang menunjukkan indikasi pengotoran tinja. Bakteri colifom pada

umumnya mempunyai jumlah yang besar dalam tinja manusia. Bakteri tersebut

pada air menunjukkan bahwa air tersebut pernah mengalami kontakdengan feses

yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri

patogen lain yang berbahaya (Jumriah, Laenggeng, and Budiman 2016)

Ada 5 macam klasifikasi penyakit yang berhubungadnegan air sebagai

media penularan penyakit yaitu:

1. Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang

terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier, bila air yang

mengandung kuman patogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan pada

orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri

Basiler.Patogen yang ditularkan melalui air secara umum dikenal, termasuk

beberapa kelompok bakteri enterik dan akuatik, virus enterik, dan protozoa.

Rotavirus, Astrovirus, Adenovirus, virus Norwalk, Picobirnavirus, dan

Enterovirus adalah virus enterik yang berhubungan dengan diare. Diare akan

menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan yang bila semakin parah akan

menyebab kan kematian. Orang yang terkena diare akan kekurangan cairan dan
22

mengalami dehidrasi, maka diperlukan penangan yang tepat cepat dan tepat.

Air yang terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan merupakan cara

penting penularan Cryptosporidium spp., Blastocystis hominis, Dientamoeba

fragilis, Giardia duodenalis dan Entamoeba histolytica. Pada abad ke-19,

Vibrio cholerae dan Salmonella enterica serovar Typhi (sekarang dikenal

sebagai S. typhi) adalah patogen yang terbawa air pertama yang dikenali, dan

mereka bertanggung jawab atas morbiditas dan mortalitas yang luar biasa di

seluruh dunia. Campylobacter dan Salmonella sp. ditemukan di saluran usus

banyak hewan domestik dan liar. Oleh karena itu, pencemaran air oleh kotoran

hewan juga menimbulkan resiko kesehatan manusia. Di Amerika Serikat.,

wabah terkait air minum terjadi karena bakteri patogen, terutama oleh Shigella

sp. diikuti oleh Camplylobacter dan Pseudomonas. Beberapa serotipe

Escherichia coli berhubungan dengan infeksi tertentu pada manusia dan hewan

(Sari et al. 2019).

Tabel 1 Bakteri Water Borne Disease dengan Penyebab dan Gejala


NoNama Penyakit Penyebab Gejala Penyerta
Penyakit gastrointestinal
Enterohemorrhagic E. coli
1 Diare Berdarah dan sinrom uremik
(EHEC) serotype O157:H7
hemolitik
v.cholerae of serogrup O1 dan
2 Kolera Diare berair dan muntah
O139
3 Diare Enteropathogenic E.coli (EPEC) Penyakit Gastrointestinal
4 Diare Enteropathogenic E.coli (EPEC) Penyakit Gastrointestinal
5 Diare Enteropathogenic E.coli (EPEC) Penyakit Gastrointestinal
Shigella sp.
6 Shigelosis (S.dysenteriae.,S.flexneri, S. boydii Disentri Basiler
and S. sonnie
Demam Tifoid Salmonella Typhi dan Salmonella
7 Demam Enterik
dan paratifoid Paratyhi
8 Diare Berair Enteroaggregative E. coli (EAEC) Gastrointestinal
23

2. Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya

Schistosomiasis.

3. Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air

untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat

terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit indeksi saluran pencernaan. Salah

satu penyakitindeksi saluran pencernaan adalah diare.

4. Water Related, Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu

penyakit yang cektornya berkembang biak dalam air, misalnya Malaria.

5. Water dispersed

Peralatan makan yang dicuci dengan menggunakan air yang terkontaminasi

dapat menyebabkan alat makan tersebut terkontaminasi yang berakibat

terkontaminasinya bahan makanan yang diletakkan pada alat makan tersebut.

Selain mengkontaminasi air bakteri enterik nuga dapat mengkontaminasi alat-alat

makan yang dicuci dengan air yang tercemat. Meskipun telah digunakan sabun

yang dapat membunuh bakteri namun jika alat makan tersebut dibilas dengan air

yang telah terkontaminasi, bakterinya tetap bias masuk ke tubuh manusia dan

dapat menyebabkan penyakit (Depkes RI 2010).

Menurut Anwar 1990 Three Compartment Sink yaitu suatu alat pencuci

yang terdiri atas 3 bak, masing-masing bak mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Bak I : disebut bak pencuci (wash)

Dalam bak ini terdapat air hangat (+65oC) dan sabun atau detergen

2. Bak II: disebut bak pembilas (rinse)

Dalam bak ini piring atau gelas dibilas dengan air panas (70o-76o C)
24

3. Bak III: disebut bak pembilas terakhir (final rinse atau disebut desinfeksan)

(Fernandes 2014).

Menurut depkes RI, 2010 teknik pencucian yang benar akan memberikan

hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang perlu di

ikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut:

1. Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan sisa kotoran dan sisa-

sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa

makanan diatas piring, gelas, sendok dan lain-lain.

2. Flusing (merendam dalam air), yaitu mengguyur air ke dalam peralatan yang

akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan. Sebelum

peralatan yang akan dicuci telah dibersihkan dari sisa makanan dan

ditempatkan dalam bak yang tersedia sehingga perendaman dapat berlangsung

sempurna.

3. Washing (Mencuci dengan detergen) yaitu mencuci peralatan dengan cara

menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau detergen.

Detergen yang baik yaitu terdiri dari detergen cair atau bubuk, karena detergen

sangat mudah larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada

alat yang dicuci. Pada tahap ini digunakan sabun, zat pembuang bau (abu

gosok, arang atau air jeruk nipis).

4. Rinsing (membilas dengan air bersih), yaitu mencuci peralatan yang telah

digosok detergen sampai bersih dengan cara dibilas dnegan air bersih. Pada

tahap ini penggunaan air harus banyak, mengalir dan selalu diganti.

5. Sanitizing disinfection (membebas hamakan), yaitu tidak untuk membebas

hamakan perlatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci


25

diperlu dijamin aman dari mikroba dengan cara sanitasi atau yang dikenal

dengan istilah desinfeksi.

6. Toweling (mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau mengeringkan

dengan menggunakan kain, atau handuk dengan maksud untuk memghilangkan

sisa-sisa kotoran yang mungkin menempel sebagai akibat proses pencucian

seperti noda detergen, noda klor dan sebagainya. Toweling ini dapat dilakukan

dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus bersih serta diganti.

Penggunaan lap yang paling baik adalah yang sekali pakai (single use).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah laboratoric experimental dengan metode pre and

post only designdengan pendekatan cross sectional dimana data yang

menyangkut variabel bebas (faktor resiko) dan variable tergantung (efek)

diobservasi hanya sekali dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2010).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Institut Kesehatan Medistra

lubuk pakam.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2023

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini yakni air cucian piring pada warung makan

yang berada di sekitar lubuk pakam

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah air cucian alat makan pada 10 warung

makan sekitar Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam (10 sampel air sebelum

digunakan dan 10 sampel air setelah digunakan untuk mencuci). Pengambilan

sampel populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai

sampel (Notoatmodjo 2010).

26
27

3.4 Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi:

a. Menggunakan Air sumur

b. Menggunakan Air yang ditampung dalam ember

2. Kriteria Ekslusi:

a. Menggunakan Air PAM

b. Menggunakan Air Sungai

3.5 Alat Dan Bahan

1. Pada penelitian ini Alatyang digunakan yakni sebagai berikut :


a) Botol steril untuk mengambil air
b) Incubator suhu 37oC/44oC
c) Lampu spritus

d) Pipet steril 10 ml

e) Rak tabung

f) Tabel MPN Coliform porsi 3-3-3

g) Table uji biokimia

h) Tabung reaksi

i) Tabung durham

2. Berikut Bahan yang di perlukan pada penelitian yakni sebagai berikut:

a) Air cucian alat makan

b) Brillian Green Lactosa Broth (BGLB)

c) Lactosa Broth Single Konsentrasi (LB)

d) Lactosa Broth Triple Konsentrasi (LB)

e) Media Mc. Conkey


28

f) Media Simon Citrate (SC)

g) Media Sulfide Citrate (SC)

h) Media Methy Red/Voges Proskauer (MR/VP)

3.6 Prosedur Pemeriksaan

Prosedur Pemeriksaan pada penelitian ini di gunakan yakni 3 Test sebagai

berikut:

A. Test Perkiraan/Presumtive Test

Merupakan test yang dilakukan untuk menegaskan hasil positif

1. Disiapkan 3 media Lactosa Broth Triple Konsentrasi pada rak tabung dan

disusun berderet dari kiri ke kanan

2. Disiapkan 3 media Lactosa Broth Single Konsentrasi dideret belakangnya atau

disamping kanannya

3. Disiapkan 3 media Lactosa Broth Single Konsentrasi dideret berikutnya

4. Kedalam 3 media Lactosa Broth Triple Konsentrasidimasukkan masing-masing

10ml sampel air bersih dengan pipet steril 10ml (Sebelumnya sampel dikocok

terlebih dahulu)

5. Kedalam 3 media Lactosa Broth Singlle Konsentrasi deret kedua di masukkan

masing-masing 1 ml sampel air bersih

6. Kedalam 3 media Lactosa Broth Single Konsentrasi deret ketiga dimasukkan

masing-masing 0,1 ml sampel air berish

7. Media yang ada sampelnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 – 48 jam

8. Hasilnya diamati setelah masa inkubasi 24 jam


29

9. Hasil positif jika terbentuk asam dan gas (asam positif ditandai terbentuknya

warna kuning, gaspositif ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung

durham)

10. Jika hasil negative, inkubasi dilanjutkan lagi selama 24 jam.

B. Test Penegasan/ Convir,atedTest

Merupakan test yang dilakukan dengan bertujuan untuk lebih memastikan

kembali adanya bakteri coliform

1. Media BGLB (Brilian Green Lactosa Borth) disiapkan sebanyak tabung

Lactose Broth yang positif (positif asam dan gas)

2. Media BGLB diatur sesuai dengan urutan positif positif

3. Cairan media Lactosa Broth positif masing-masing dipindahkan kedalam

media BGLB yang disiapkan sebanyak 1 ose.

4. Media BGLB diinkubasi pada suhhu 37 oC, untuk pemeriksaan MPN coli tinja

diinkubasi pada suhu 44oC masing-masing selama 24 jam. Jika gas belum

keluar inkubasi dilanjutkan lagi selama 48 jam.

5. Hasilnya diamati setelah selesai masa inkubasi

6. Hasil positif jika terbentuk gas pada tabung durham, hasil negative jika tidak

terbentuk gas pada tabung durham.

7. Hasil positif ditentukan nilai MPNnya pada table MPN porsi 3-3-3 yang

tersedia jika sampel dikerjakn dengan pengenceran 10 kali maka hasilMPN

akhrit perlu di kalikan 10

C. Test Pelengkap/Completed Test

Merupakan uji test penegasan guna memastikan bakteri yang terkandung pada

bahan penelitian.
30

1. Dari tabung yang positif dipindah ke media Endo Agar / Mc. Conkey

2. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24jam/48 jam

3. Koloni yang tersangka dipindahkan ke media biokimia, inkubasi dilanjutkan

pada suhu 37 oC selama 24 jam/ 48 jam

4. Hasil test biokimia dibandingkan dengan tebel biokimia.

3.7 Skema Prosedur Pemeriksaan

Pada tahap pemeriksaan ini dilakukan pada sampel air sebelum proses

pencucian dimana terdapat 10 sampel berserta sampel air setelah proses pencucian

piring yang disiapkan sebanyak 10 sampel dimana setiap sampel dibagi menjadi 9

tabung dalam media Lactosa Borth yakni 3 tabung 10 ml, 3 tabung 1 ml dan 3

tabung 0,1 ml, kemudian pada inkubasi dimana shubu yang di gunakan sebesar 37
o
C selama 24 jam/ 48 jam yang diamati proses pembentukan asam dan gas, setelah

itu bakteridi biakkan dalam media BGBL sebanyak tabung Lactosa Borth yang

positif. Pada tahap inkubasi suhu 37oC selama 24 jam / 48 jam dari tabung yang

positif di pindahkan ke media Mc. Conkey, setealah itu koloni dipindahkan ke

media biokimia, kemudian di ikubasi kemabli dengan suhu 37oC selama 24 jam /

48 jam setelah itu peneliti melihat hasil test biokimia dan dibandingkan dengan

tabel biokimia (Permenkes No. 416,1990).


31

Sampel air Sebelum Proses Sampel air setelah proses


Pencucian pencucian

10 sampel 10 Sampel

Setiapsampeldibagi 9 tabung media LactosaBorth:


3 tabung 10 ml, 3 tabung 1 ml dan 3 tabung 0,1 ml

Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam / 48 jam


amatipembentukanasam dan gas

Dibiakkandalam media BGLB sebanyaktabungLactosa Broth yang


positif

Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam / 48 jam


amatipembentukanasam dan gas

Dari tabung yang positifdipindahke media Mc. Conkey

Inkubasi 37oC selama 24 jam / 48 jam

Kolonidipindahkanke media biokimia

Inkubasi 37oC selama 24 jam / 48 jam

Hasil test biokimiadibandingkandengan table biokimia


Skema 3.8 Skema prosedur pemeriksaan
32

3.8 Analisis Data

Data yang diperoleh di uji dengan menggunakan uji Chi – Square.Jika tidak

memenuhi syarat maka dilakukan uji Fischer.


DAFTAR PUSTAKA

Akili, "Teknik Pencucian Alat Makan, Personal HygieneTerhadap Kontaminasi


Bakteri Pada Alat Makan. STIKES Harapan Ibu Jambi.Jurnal
Endurance. 2018. Vol.2. No.3 : 376-382.

Annisa,Pemeriksaan Escherichia Coli Pada Usapan Peralatan Makan


YangDigunakan Oleh Pedagang Makanan Di Pasar Petisah Medan.
Skripsi.Medan: Universitas Sumatera Utara. 2018
Aswir, Hubungan Higiene Sanitasi DenganKualitas Bakteriologis Pada Alat
Makan Pedagang Di Wilayah Sekitar Kampus UndipTembalang.
Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal).
2018. Vol.3No.3 (ISSN:2356-3346)

Balaram Naik,Analisis Bakteri Coliform (Fekal dan Non Fekal) Sebagai Indikator
Kualitas PerairanSungai Gajah Wong, Daerah Istimewa Yogyakarta.
[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Sunan Kali
Jaga, Yogyakarta. 2013

Depkes RI. 2010. “Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun2010-2014.”


Development: 1–145.

Ester, Sangian, Oksfriani Jufri Samampouw, and Jootje Umboh. 2019.


“Kandungan Escherichia Coli & Coliform Dan Kualitas Fisik Air
Sumur Gali Di Jalan Sea Lingkungan II Kelurahan Malalayang 1
Barat Kota Manado.” E-Journal Universitas Sam Ratulangi: 1–13.

Bambang Susilo, and Natalia Eka Jayasari. 2011. “STUDI KOMPARASI


INAKTIVASI Escherichia Coli DAN PERUBAHAN SIFAT FISIK
PADA PASTEURISASI SUSU SAPI PEMANASAN DENGAN
KEJUT MEDAN LISTRIK Comparison Study on E . Coli
Inactivation and Physical Changes of Thermal and Non Thermal
Processing Using PEF ( Pulsed.” Teknologi Pertanian 12(1): 31–39.

Jumriah, Abdul Hakim Laenggeng, and Budiman. 2016. “Uji Kandungan Bakteri
Koliform Pada AMI Di DAMIU.” : 452–64.

Kusuma, Ervan Arditya, Roslaili Rasyid, and Endrinaldi Endrinaldi. 2015.


“Identifikasi Bakteri Coliform Pada Air Kobokan Di Rumah Makan
Kelurahan Andalas Kecamatan Padang Timur.” Jurnal Kesehatan
Andalas 4(3): 845–49.

Lado, Ronaldo Yunus, Eva Runi Kristiani, and Heni Febriani. 2020. “Analisis
Higiene Sanitasi Dan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada
Peralatan Makan (Piring) Di Warung Lesehan Pada Wilayah
Babarsari.” Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati 5(1): 20.

Marissa, Nelly, and Aya Yuriestia Arifin. 2014. “Higienitas Peralatan Makan

35
8

Berdasarkan Keberadaan Salmonella Sp. Di Warung Makan Kota


Banda Aceh.” Journal of Biological Sciences 1(1): 9–16.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/sel/article/view/4683/41
79.

Notoatmodjo, S. 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan.” Rineka Cipta.

Prasetyo, Irwan. 2012. “Deteksi Bakteri Coliform Pada Minuman Susu Yang
Dijual Pedagang Kaki Lima Di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan
Patrang Kabupaten Jember.”
http://wdwisuryanto.staff.ipb.ac.id/2010/06/22/123-kata-.

Sa’diyah, Aminatus et al. 2019. Dasar-Dasar Mikrobiologi Dan Penerapannya.

Sari, Made Ayu Purnama, Tri Umiana Soleha, Novita Carolia, and Khairun Nisa.
2019. “Identifikasi Bakteri Coliform Dan Escherichia Coli Pada Depot
Air Minum Isi Ulang Di Kota Bandar Lampung.” Medula 9.1.1(1):
107–14.

Sunarti, RN. 2015. “Uji Kualitas Air Sumur Dengan Menggunakan Metode
MPN.” Jurnal Bioilmi 1(978-60251349-1–3): 342.

Anda mungkin juga menyukai