DISUSUN OLEH :
LEWISKA SITUMORANG
1751083
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan
KaruniaNya. Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penelitian ini
dengan berjudul “Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun
Resam (Dicranopteris Linearis) Sebagai Kelembaban Kulit”. Penyusunan
proposal ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan jenjang strata-1 pada Program Studi Farmasi Institut
Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
Peneliti menyadari dalam menyusun proposal ini banyak mendapat
dukungan, bimbingan bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga
proposal ini dapat diselesaikan. Kepada Dosen Pembimbing saya yaitu ibu Cucu
Arum Dwi Cahya, S.Farm saya ucapkan terimakasih yang telah banyak
memberikan dukungan, pengarahan, saran, dan pengertian mulai dari awal
penyusunan penelitian ini sampai dengan terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyampaikan ucapakan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Johannes Sembiring, M.pd., M.Kes selaku Ketua Institut
Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
2. Bapak Ns. Rahmad Gurusinga, S.kep., M.Kep selaku Rektor Institut
Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
3. Ibu apt. Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si selaku Dekan
Fakultas farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
4. Bapak apt. Ahmad Syukur Hasibuan, S.Farm., M.Farm selaku Ketua
Program studi Farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA
Lubuk Pakam yang telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan,
dan arahan selama mengikuti pendidikan.
6. Ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas penulis sampaikan kepada
ayahanda tercinta Edison Situmorang dan Ibunda tercinta Alm. Dahlia
i
Sinaga atas segala kekuatan dan semangat yang diberikan baik dari doa,
dukungan moral serta materi yang diberikan kepada peneliti.
7. Terima kasih kepada kakak saya tercinta Kenti Nauli Situmorang Erni
Arta Situmorang dan Asnita Situmorang yang telah memberikan dukungan
terbaik untuk setiap langkah peneliti.
8. Terimakasih untuk sahabat saya yang selalu memberikan motivasi dan
waktu yang selalu ada untuk peneliti.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak ditemukan
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan peneliti. Akhir kata
penulis mengucapkan semoga penelitian ini berguna untuk kita semua.
LEWISKA SITUMORANG
1751083
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6
2.1 Daun Resam (Dicranopteris Linearis)................................................... 6
2.1.1 Morfologi..................................................................................... 6
2.1.2 Kandungan Kimia Tanaman........................................................ 8
2.1.3 Flavonoid..................................................................................... 9
2.2 Sabun...................................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Sabun......................................................................... 9
2.2.2 Jenis Jenis Sabun.......................................................................... 10
2.2.3 Mekanisme Kerja Sabun.............................................................. 11
2.2.4 Kegunaan Sabun.......................................................................... 12
2.2.5 Formula Sabun............................................................................. 12
2.2.6 Komponen Pembentukan Sabun Cair.......................................... 14
2.3 Kulit....................................................................................................... 16
2.3.1 Pengertian Kulit........................................................................... 16
2.3.2 Anatomi Kulit.............................................................................. 17
2.3.3 Fungsi Kulit................................................................................. 18
2.3.4 Struktur Kulit............................................................................... 20
2.3.5 Jenis Jenis Kulit........................................................................... 22
2.4 Evaluasi Fisik Sediaan .......................................................................... 23
2.5 Evaluasi Karakteristik Kimian pH......................................................... 24
2.6 Evaluasi Stabilitas Sediaan ................................................................... 24
iii
2.7 Uji Hedonik ( Aseptabilitas).................................................................. 25
2.8 Kerangka Teori...................................................................................... 26
2.9 Kerangka Konsep................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 27
3.1 Rancangan Penelitian............................................................................. 27
3.2 Tempat dan waktu Penelitian................................................................. 27
3.2.1 Tempat Penelitian........................................................................ 27
3.2.2 Waktu Penenlitian........................................................................ 28
3.3 Sampel Penelitian................................................................................... 28
3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................... 28
3.5 Prosedur Penelitian................................................................................ 29
3.6 Persiapan Bahan Uji............................................................................... 29
3.7 Pembuatan Pereaksian............................................................................ 30
3.8 Skrining Fitokimia Kandungan Metabolit sekunder ekstrak daun resam 31
3.9 Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair................................................... 33
3.10 Pemerikasaan Sediaan Sabun Mandi Cair........................................... 34
3.11 Analisa Data......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 37
LAMPIRAN ............................................................................................... 44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
hayati tumbuhan tertinggi di dunia. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak hidup
cormophyta berspora yang dapat hidup diberbagai habitat baik secara epifit,
terestrial, maupun aquatic, Ekoyani, 2007 dalam kutipan Julia Bety (2015)
memberikan peluang bagi para peneliti untuk mengetahui lebih lanjut tentang arti
vaskular. Jumlah jenis tumbuhan paku cukup tinggi yaitu sekitar 10.000
(Christenhusz et al. 2011) sampai 11.000 jenis (Jeffrey 2004) yang tersebar di
berbagi tipe habitat seperti terestrial, aquatik dan epifit. Kajian mengenai
Radikal bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron
biologi/sel. Radikal bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada
1
2
lain seperti enzim yang terdapat dalam tubuh (Droge, 2002 dikutip dalam Rosiana
Rizal 2017).
senyawa antioksidan seperti flavonoid yaitu kaempferol dan fenol (Adfa, 2005).
paku resam yang mempunyai aktifitas sebagai anti inflamasi, Jubahar, 2000 di
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat dan
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet
matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan
infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007 dalam kutipan Feegy Yustika
2019).
Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit adalah
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Infeksi kulit yang disebabkan oleh
diare pada manusia yang dapat ditularkan melalui air maupun tangan yang kotor
Sabun cair adalah jenis sabun yang berbentuk liquid (cairan) sehingga
mudah dituangkan dan menghasilkan busa yang lebih banyak dan tampak lebih
berbahaya pada kulit (Rachmawati dan Triyana, 2008 dalam kutipan Feegy
Yustika 2019).
keuntungannya yaitu sabun cair mudah digunakan, lebih higienis, mudah dibawa
dan disimpan serta tidak mudah rusak atau kotor (Watkinson,2000 dalam kutipan
nature, Dengan adanya pola hidup masyarakat yang cenderung “back to nature”,
flavonoid yaitu kaempferol dan fenol adalah daun resam (Dicranopteris Linearis)
TINJAUAN PUSTAKA
Kelas : Gleicheniopsida
Ordo : Gleicheniales
Famili : Gleicheniaceae
Genus : Gleichenia
2.1.1 Morfologi
1. Habitus:
6
7
Beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tersebut tumbuh sejajar
akar, maka batangnya sering disebut rhizoma, daun paku ada yang
tunggal, ada pula yang majemuk, malahan ada yang menyirip ganda
(Nelson, 2000).
2. Daun
sampai lama dalam kedaan kuncup. Beberapa di antaranya bersifat sebagai xerofit
daun berbentuk pita memanjang, panjangnya 18-75 mm, licin, tepinya rata,
ujungnya tumpul dan sedikit menggulung, pada tiap taju daun umumnya terdapat
sori lebih dari satu. Sorusnya terdapat pada setiap anak daun dan penyebarannya
terbatas di sepanjang tulang daunnya. Masing – masing sorus terdiri atas kira-kira
10-15 sporangia. Paku ini termasuk jenis paku yang tidak mempunyai indusial.
8
3. Batang
Beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tersebut tumbuh sejajar
akar, maka batangnya sering disebut rhizoma, daun paku ada yang
tunggal, ada pula yang majemuk, malahan ada yang menyirip ganda
4. Akar
akar rimpang yang disebut dengan nama rhizoma. Tunas tumbuh dari akar
rimpang ini berwarna hijau pucat yang ditutup oleh bulu-bulu berwarna
satu flavonoid yang paling penting dan paling luas (mengandung struktur C6 - C3
-sulfate-3-glucopyranoside.
a. Na -Kaempferol Sulfate
9
2.1.3 Flavonoid
tinggi, seperti di bunga, daun, biji buah, batang, kulit batang dan akar. Flavonoid
juga dapat efektif sebagai antibakteri. Senyawa ini bekerja dengan cara
2.2 Sabun
Sabun adalah kosmetika paling tua yang dikenal manusia, dan merupakan
bahan pembersih kulit yang dipakai selain untuk membersihkan juga untuk
pengharum kulit. Sabun merupakan istilah umum untuk garam asam lemak rantai
(Rismana dkk.,2014).
Nasional Indonesia (1996): keadaan (bentuk, bau dan warna), pH, bobot jenis, dan
ketinggian busa. Syarat menurut SNI 06-4085-1996 dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini.
Nasional Indonesia (2017), produk sabun harus syarat yaitu : pH, total bahan
a. Sabun cair
dapat ditambahkan gliserin atau alkohol. Keunggulan dari sabun cair yaitu
lebih praktis, mudah larut di air sehingga hemat air, mudah berbusa dengan
b. Sabun Padat
untuk mengubah lemak nabati atau hewani cair menjadi sabun keras melalui
proses hidrogenasi dan sukar larut dalam air. Keunggulan sabun padat
adalah lebih ekonomis, lebih cocok untuk kulit berminyak dan lebih mudah
ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun tidak sepenuhnya larut
dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel,
rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat nopolar, seperti tetesan-
tetesan minyak. Kemudian yang kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik
pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap tersuspensi (Fessenden dan
Fessenden, 1986).
dan hilang setelah dibilas dengan air. Berbagai macam zat kimia dicampurkan
12
1976).
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, seperti
tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion
tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat
kotoran yang bersifat sebagai lemak atau minyak karena sabun dapat
Secara garis besar, bahan-bahan penyusun sabun terdiri dari dua bagian
yakni bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar terdiri dari pelarut atau
tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang lebih besar
dari bahan lainnya. Bahan dasar memiliki fungsi utama untuk membersihkan dan
3. Bahan aditif yakni bahan tambahan yang dapat menunjang formula dan
konsumen pada saat ini tidak hanya menghendaki sabun yang cukup
14
Mg2+ pada saat pencucian dengan air sadah. Bahan pengkelat yang
Sodium lauryl ether sulfate adalah surfaktan ionik yang paling banyak
pH 7-9, mudah mengental dengan garam. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) lebih
mudah menyebabkan iritasi daripada lauril eter sulfat (SLES). SLS lebih baik sifat
b) Kokoamidopropil Betain
Betain memiliki efek iritasi yang rendah pada mata dan kulit, bahkan
c) Gliserin
dengan air dan dengan etanol 95% P, praktis tidak larut dalam kloroform
P, dalam eter P dan dalam minyak lemak (Ditjen POM, 1979). Gliserin
merupakan humektan (menarik uap air dari udara ke kulit) dan sering
16
cairan higroskopis serta rasa yang manis. Sebagai humektan dan emolien,
d) Na2EDTA
tidak berbau dan sedikit memilki rasa asam. Memilki kelarutan 1:11
dengan air, sedikit larut dalam etanol 95%, dan praktis tidak larut dalam
2.3 Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang
melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat
tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kirakira 15% dari berat tubuh
dan luas kulit orang dewasa 1,5 m2 . Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif,
serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya.
Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki
dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital dan
Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar (Sonny, 2013):
1. Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan
jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan sel-sel lemak pada
dermis. 3. Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot
polos, yaitu otot penegak rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh
darah, sedangkan jaringan otot bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah. 4.
Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa
18
ujung saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan
badan Pacini.
Sumber : Meschaer,2010
dengan
luar darikulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan
perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
adalah salahsatu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan.
Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat
6. Sebagai Ekskresi
disadari. Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+, diekskresi melalui
7. Penunjang Penampilan
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi
Stratumkorneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein
eleidin lapisan ini terdapat jelas di telapak tangan dan kaki. Stratum
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel diataranya. Butir
butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai
akanta) terdiri atas beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan ukuran
(melanosom).
Lapisan ini jauh lebih tebal dari pada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar dan
(matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hiauluronat dan
kondroitin sulfat dan sel-sel fibroblast. Kolagen muda bersifat lentur namun
3. Hipodermis
lemak, pembuluh darah dan limfa, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan
bantalan atau penyangga bagi organ-organ tubuh bagian dalam, dan sebagai
cadangan makanan.
23
1. Kulit berminyak
berminyak.
Ciri-ciri kulit kering seperti kulit terasa kasar dan kaku sekalipun
terasagatal.
3. Kulit kombinasi
Kulit kombinasi ini memiliki 2 jenis kulit yaitu kulit berminyak dan kulit
merata.
4. Kulit sensitif
5. Kulit normal
2.4.1 Organoleptis
24
tekstur. Tekstur yang diamati adalah konsistensi dari sediaan (kaku dan
lembut).
pada kaca transparan, gel yang diambil yaitu gel pada bagian atas, bawah, dan
terlihat dengan tidak adanya butiran besar atau adanya partikel yang tidak terlarut
dengan baik. Jika masih terlihat ada butiran-butiran, gerus kembali sampai
2007).
2.4.3 Viskositas
and bob. Pertama alat viskometer dinyalakan, kemudian sebanyak 100g peeloff
dan rotor dijalankan dengan kecepatan 30 rpm, lalu jarum penunjuk viskometer
dibaca. Jika telah konstan segera dicatat hasilnya kemudian dikalikan dengan
ditutup dengan kaca, bagian atas penutup diberi beban mulai dari beban terkecil
sampai terbesar 0g, 1g, 2g, 3g, 4g, 5g dan seterusnya. Kemudiaan setiap
diameter dicatat, dilanjutkan beban berikutnya sambil ditunggu sampai tiga beban
gram secara merata dengan cara pengolesan 7,5x7,5 cm di lengan tangan dan
diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering yaitu waktu dari saat
mulai dioleskan masker hingga terbentuk lapisan yang kering dan elastis yang
dapat dikelupas dari permukaan kulit tanpa meninggalkan massa gel. Dengan
ketentuan waktu sediaan mengering tidak lebih dari 30 menit (Vieira et al, 2009).
aquadest dalam beaker glass, ditambahkan aquadest hingga 100 ml. Lalu diaduk
Metode Freeze Thaw dengan cara sampel disimpan pada suhu 40C selama
24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam oven bersuhu 400C ± 2ºC selama 24 jam
26
(satu siklus). Uji dilakukan sebanyak 6 siklus, lalu diamati perubahan fisik yang
terjadi (apakah ada pemisahan atau tidak) selama 12 hari (Dewt et al., 2014).
sampling. Teknik ini memiliki keuntungan yaitu lebih praktis dan cepat dalam
skala 5 yaitu sangat tidak suka (1), tidak suka (2), netral (3), suka (4), dan sangat
suka (5). Jumlah responden yang digunakan sebanyak 20 orang (Sandi, 2012).
27
Konsentrasi Parameter
5% 10%.15%.dan 20% Homogenitas
pH
Viskositas
Kelembaban Kulit Ketinggian dan Ksetablilan
busa
Bobot jenis
Kontrol Positif
Dan
Kontrol Negatif
METODE PENELITIAN
untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari
laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group. Dengan rancangan
(X) Perlakuan
Lubuk Pakam.
27
29
Sampel pada penelitian ini adalah daun resam (Dicranopteris Linearis) dan
dengan cara observasi langsung. Observasi dilakukan sebelum perlakuan (pre test)
3.5.1 Alat
corong, gelas ukur, kertas saring, neraca analitik, beaker glass, spatula, tabung
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Resam, etanol 96%,
asam stearat, aquades, gliserin, minyak zaitun, NaOH 10%, texapon dan TEA.
daerah saja tanpa membandingkan dengan tanaman yang sama didaerah lain.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini daun resam (Dicranopteris linearis)
serbuk simplisia
1. Pencucian
air mengalir.
2. Pengeringan
diserbukkan.
a. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia daun resam direndam dengan etanol
ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya sambil diaduk beberapa
kali.
b. Kemudian dari hasil maserasi tersebut disaring dengan kain flannel dan
yang sama.
Sebanyak 16,67 ml asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga
Sebanyak 5,4 ml asam sulfat pekat dilarutkan dalam air suling hingga 100
ml.
32
Sebanyak 1,4 gram raksa (II) klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling.
Kemudian pada wadah lain sebanyak 5 gram kalium iodida dilarutkan dalam 10
ml air, lalu campurkan keduanya dan ditambahkan air suling hingga 100 ml.
100 ml asam asetat glasial ditambahkan 40 ml air suling. Kemudian pada wadah
lain ditimbang 8 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling, lalu
glasial dan diencerkan air suling hingga 100 ml. (Dewt et al., 2014).
suling, dipanaskan diatas penangas air selama kurang lebih 2 menit, di dinginkan
dan disaring. Filtrat dipakai untuk melakukan uji alkaloida sebagai berikut :
didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang diperoleh
HCl pekat dan 2 ml amil alcohol, kemudian dikocok dan dibiarkan memisah.
Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil
terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari
reaksi yang kering, lalu ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya larutan warna merah untuk pertama kali lalu
Sebanyak 0,5 gram sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu
filtrate diencerkan denga air suling sampia tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan
lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida maka terjadi perubahan
warna biru atau hijau kehitaman menunjukan adanya tannin. (Dewt et al., 2014).
NaOH 10%
As. Stearat 8 gr
Texapon 6 ml
Etanol 96%
Gliserin 10 ml
TEA 15 ml
Aquadest 100 ml
R/ Minyak zaitun 8 ml
N NaOH 10%
35
As.Stearat 8 gr
Texapon 6ml
Etanol 96%
Gliserin 10 ml
TEA 15 ml
Aquadest 100 ml
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan (as.strearat, minyak zaitu,
NaOH, Texapon, gliserin, TEA dan aquadest), dan bahan tambahan (ekstrak
3. Asam strearat dan NaOH dilebur terlebih dahuulu diatas penangas air.
6. Sediaan sabun mandi cair dituangkan kedalam cetakan sabun lalu dibiarkan
selama satu atau dua hari pada suhu ruang agar sabun menjadi sempurna.
organoleptis,uji Homogenesis, uji tinggi busa, uji Ph, dan uji kelembapan pada
sukarelawan.
1. Uji Organoleptis
Pengujian ini berfokus pada sediaan sabun Cair melihat secara langsung
2. Uji Homogenesis
Pengujian ini berfokus pada pengolesan sediaan pada kaca objek glass, lalu
atau tidak.
3. Uji pH
dicelupkan kedalam sampel sabun padat yang akan diperiksa pada suhu ruang.
Nilai ph yang muncul pada skala ph meter dibaca dan dicatat. (Naibaho, 2013).
Uji tinggi busa terhadap air suling bertujuan untuk mengukur kestabilan
sabun padat dalam bentuk busa. Uji tinggi busa dilakukan dengan cara
mengukur ketinggian busa yang berbentuk busa dalam gelas ukur. Sampel
sabun padat sebanyak 0,1% dalam air suling di masukkan dalam 50ml kedalam
37
gelas ukur tertutup 100ml dan diaduk selama 20detik dengan cara beraturan.
Ukur tinggi busa yang berbentuk. Kemudian didiamkan selama 5menit lalu
diukur kembali tinggi busa, tinggi busa sediaan harus berkisar 0-2cm. (Dewt et
al., 2014).
benar kering. Dicek persen kelembaban kulit sebelum dioleskan sediaan sabun,
dan dicatat persentase yng ditunjukkan pada alat. Sediaan sabun dioleskan
dengan rata pada punggung tangan. Dibiarkam hingga benar-benar merata pada
diperoleh.
Keterangan :
Hasil penelitian untuk uji mikrobiologi, uji Ph, uji tinggi busa dan uji kadar
air dianalisis menggunakan uji one way ANOVA dengan taraf signifikansi 95%
untuk F hitung > 0,05 dan t hitung < 0,05, sedangkan untuk uji organoleptis (uji
statistical producy and service solution (SPSS) 16 for windows (Budiarto, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Adfa, M., 2005, Survey Ebotani, Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp
Beberapa Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi
Bengkulu,http://gradienfmipaunib.Files.wordpress.com/2008/07/monna-
adfa.pdf., was accessedon 30 juni 2010.
Astutiningsih, C., Setyani, W., Hindratna, H., 2014. Uji Daya Antibakteri Dan
Identifikasi Isolat Senyawa Katekin Dari Daun Teh (Camellia Sinensis L.
Var Assamica). Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas. 11(2): Halaman
50-57.
Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok: Patent
Cooperation Treaty (PTC).
http:/freepatentsonline.com/WO2010101534.html. Diakses pada 11
November 2018 pukul 12.40 WIB.
Droge. W., 2002, Free Radicals in the Physiological Control of cell Function.
Physiol Rev; 82:47-95.
Ertel, K. 2006. Cosmetics Formulation of Skin Care Product. New York: Taylor
& Francis Group. Halaman 35-36.
37
40
Fessenden, R.J., Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid 2. Edisi Ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Halaman 312.
Feggy Yustika Sitinjak 2019, “ Formulasi Sediaan CSabun Cair ektrak the Hijau
(Camellia Sinensis L. Kuntze) Merek A dan Uji Aktivitasnya terhadap
bakteri Staphylococcus aurenus dan Escherichia coli
Ghaim, J.B., and Volz, E.D. 2001. Skin Cleansing Bars, in Barel, A.O., Paye, M.,
Maibach., H.I., 3rd, Handbook of Cosmetic Science and Technology,
Marcell Dekker, Inc. New York. Halaman 485-491.
Jeffrey, P., 2004, The Use Of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl(DPPH)
For Estimating Antioxidant Activity.J. Sci. Technol; 26(2): 211-219. Narins,
D.M.C. 1996. Vitamin Dalam Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy.
Mahlan, L.K, hal 110-114.
Jubahar, J., 2000, Isolasi Flavonoid dari Paku Resam Gleichenia linearis (Burm)
Clarke,Tesis,FMIPA Universitas Andalas, Padang.
Jubahar J., DachrIyanus, Arbain D., Bakhtiar A., Mukhtar MH., Sargent MV.
2006. A Flavonoid Sulfate from Gleichenia linearis (Burm; Clarke),
ACGC Chem. Res. Commun, 20: 6-7
Jubahar, J., 2000, Isolasi Flavonoid dari Paku Resam Gleichenia linearis (Burm)
Clarke,Tesis,FMIPA Universitas Andalas, Padang.
41
Naibaho. 2013. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Fenol dari Ekstrak Metanol Biji
Pepaya (Carica papaya Linn). (Skripsi). Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Nelson, Gil. 2000. The Ferns Of Florida. Florida : Pineapple Press. Inc Springer
Verlag Berlin Heidelberg
Pelczar, M., dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit
UI-Press. Halaman 117, 145-148.
Rachmawati, F.J., Triyana, S.Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci
Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di
Laboratorium Mikrrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. Jurnal Logika. 5(1): 2631.
Rieger, M.M. 2000. Harry’s Cosmetology, 8th Edition. New York: Chemical
Publishing Co. Halaman 641.
Rismana, E., Kusumaningrum, S., dan Bunga, O., 2014. Pengujian Aktivitas
Antiacne Nanopartikel Kitosan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana). Media Litbengkes. Vol 24(1): 19.
42
Rosiana Rizal, 2017 “ Uji Antioksidan daun paku resam (Gleichenia Linearis
(Brum.F.) S.W. Clarke) dengan Metode DPPH. Journal of
Pharmascientech, vol 01, No. 02
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Qiunn, M.E. 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Excipients, 6th Ed, The Pharmaceutical Press, London. Halaman 134-
135, 651-653
Shihabi, A., Li,WG., Miller.Jr.FG., Weintraub, NL., 2002, Antioxidant therapy for
atherosclerotic vascular disease: the promise and the pitfalls. Am J Physiol
Heart Circ Physiol; 282 (3): 797-802.
SNI. 1996. Standar Sabun Mandi Cair. SNI 06-4085-1996. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional. Halaman 2.
SNI. 2017. Standar Sabun Mandi Cair. SNI 40. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional. Halaman 2.
Sony. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair Dari Minyak Jarak. J Tek Kim.
2010;17(1):28–33.
Suryani, A., Hambali E., Rivai, M. (2002). Teknologi produksi Surfaktan. Bogor:
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Tranggono IR., & Latifah F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
43
Lampiran
1. Uji Organoleptis