DOSEN PENGAMPU
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Tentang
Pengawasan makanan dan minuman di industri ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak/Ibu selaku Dosen
pelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengawasan makanan dan minuman di
industri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................2
3. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
1. Pengertian Sanitasi Makanan dan Minuman.....................................................................3
A. KONTAMINASI MAKANAN........................................................................................4
A. Kontaminasi Makanan Oleh Faktor Fisik..............................................................................7
B. Kontaminasi Makanan Oleh Faktor Biologi.........................................................................7
C. Kontaminasi Makanan Oleh Faktor Kimia............................................................................9
D. Kontaminasi Silang.................................................................................................................10
E. Sumber Kontaminasi Makanan.............................................................................................10
2. HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN......................................................................12
1. Pemilihan Bahan Makanan.........................................................................................................12
2. Penyimpanan Bahan Makanan..................................................................................................13
3. Proses Pengolahan Makanan......................................................................................................16
4. Penyimpanan Makanan Jadi.......................................................................................................17
5. Pengangkutan Makanan.........................................................................................................18
6. Penyajian Makanan.................................................................................................................19
3. PENGARUH MAKANAN YANG TERKONTAMINASI TERHADAP KESEHATAN............22
A. UPAYA PENCEGAHAN KONTAMINASI MAKANAN.......................................................23
4. KERACUNAN MAKANAN.........................................................................................24
5. METODE PENGAWETAN MAKANAN.....................................................................27
6. SYARAT MINIMAL MAKANAN SEHAT..................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah
penduduk yang terus berkembang, jumalah produksi makanan pun terus bertambah
melebihi jumlah penduduk, apabila kecukupan pangan harus di capai. Permasalahan
yang timbul dapat di akibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Secara umum
makanan sehat adalah makanan yang higienis dan bergizi (mengandung zat hidrat
arang, protein, vitamin, dan mineral). Agar makanan sehat bagi konsumen di
perlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat,
cara penyimpanan yang tepat, dan pengangkutan yang sesuai dengan standar dan
ketentuan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan,
antara lain adalah higiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang
tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Salah satunya
penyebabnya adalah karena kurangnya pengetahuan dalam memperhatikan
kesehatan diri dan lingkungannya dalam proses pengolahan makanan yang baik dan
sehat (Zulaikah, 2012; Musfirah,2014). Para penjual makanan yang menjajakan
makanan umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup,
khususnya dalam hal higiene dan sanitasi pengolahan makanan. Pengetahuan
penjual makanan tentang higiene dan sanitasi pengolahan makanan akan sangat
mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan kepada masyarakat konsumen.
Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kejadian
luar biasa (KLB) keracunan makanan sepanjang 2001–2006 menunjukkan
peningkatan, baik dari jumlah kejadian maupun jumlah korban yang sakit dan
meninggal. Dengan kriteria industri jasa boga (katering) dan produk makanan rumah
tangga menjadi penyumbang terbanyak kasus keracunan makanan sepanjang empat
tahun terakhir yakni mencapai 31% daripada pangan olahan 20%, jajanan 13%
dan lain-lain 5%
1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain:
1. Apa saja contoh kontaminasi terhadap makanan?
2. Apa yang dimaksud dengan sanitasi makanan dan minuman?
3. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sanitasi makanan?
4. Apa saja faktor keracunan makanan?
5. Bagaimanakah metode pengewetan makanan?
6. Bagaimanakah syarat minimal makanan sehat?
3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam menuliskan makalah ini antara
lain:
1. Untuk memahmi apa saja jenis kontaminasi terharap makanan dan minuman
2. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan sanitasi makanan dan minuman.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sanitasi Makanan.
4. Untuk mengetahui faktor keracunan makanan.
5. Untuk memahami metode pengewetan makanan.
6. Untuk mengetahui syarat minimal makanan sehat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. KONTAMINASI MAKANAN
4
Media Pangan
a. Persyaratan kesehatan berhubungandengan penyelenggara pangan dan
penjamah pangan
1) Penyelenggara Pangan
a) Tersedia kebijakan setempat untuk memastikan tiga hal penting
diterapkan dalam pengamanan pangan, yaitu tenaga yang professional,
pengendalian waktu dan suhu dalam penanganan pangan dan
pencegahan kontaminasi silang
b) Melakukan pencegahan kontaminasi silang agar tidak terjadi
pencemaran oleh mikroorganisme dan cemaran lain di setiap tahap
penanganan pangan melalui tiga jalur pangan ke pangan, tangan ke
pangan, dan atau peralatan ke pangan
c) Sanitasi tempat penerimaan, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian
pangan dikakukan secara rutin bukan hanya mengenai kebersihan tetapi
juga ketepatan penggunaan disinfektan untuk kebersihan
d) Menjamin semua penjamah pangan mempunyai kemampuan dan
keahlian dalam menangani pangan, higiene dan keamanan pangan yang
dapat diperoleh melalui pelatihan formal atau pemagangan.
e) Menunjuk seorang penyelia penjamah pangan untuk mengawasi kinerja
penjamah pangan
f) Memastikan bahwa penjamah pangan tidak menjamah pangan jika
terdapat kemungkinan kontaminasi pangan
g) Menjaga teredianya sarana cuci tangan yang dapat diakses dengan
mudah oleh penjamah pangan yang dilengkapi dengan air hangat yang
mengalir dan sabun dan mengeringkannya dengan lap kertas sekali
pakai
a. Penjamah Makanan
a) Bertanggungjawab terhadap keamanan pangan dengan cara menjaga
pangan sedemikian rupa agar pangan tersebut tetap aman dan layak
dikonsumsi
b) Harus dalam keadaan sehat dan bebas dari penyakit menular yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter secara berkala
c) Jika merasakan gejala sakit dan atau didiagnosa menderita suatu
penyakit, maka harus melaporkan kepada penyelianya/penyelenggara
5
d) Jika dalam keadaan sakit dan kemungkinan dapat menyebabkan
kontaminasi pangan, maka penjamah pangan tidak diperbolehkan
menangani pangan sampai sembuh kembali
e) Melaporkan kepada penyelianya jika merasa melakukan sesuatu yang
dapat menyebabkan kontaminasi pangan
f) Selalu mencuci tangan dengan air hangat yang mengalir dan sabun dan
mengeringkannya dengan lap kertas sekali pakai
g) Selalu mencuci tangan jika akan menjamah pangan setelah dari toilet,
merokok, batuk dan bersin, memegang saputangan, makan, minum dan
memegang rambut atau bagian tubuh lainnya
h) Selalu mencuci tangan sebelum menangani pangan siap saji dan setelah
memegang pangan mentah
i) Tidak makan, bersin, meniup, batuk, meludah atau merokok di dekat
pangan atau tempatnya
j) Tidak menyentuh pangan siap saji secara langsung
k) Mencegah terjadinya kontaminasi pangan dengan rambut dengan cara
mengikat atau memakai tutup rambut
6
A. Kontaminasi Makanan Oleh Faktor Fisik
B. Escherichia coli: Hal ini paling sering ditemukan dalam daging merah
matang dan susu yang tidak dipasteurisasi. Gejala meliputi sakit perut, muntah,
dan diare. Untuk menghindari kontaminasi coli, makanan harus dimasak secara
menyeluruh, terutama daging giling, dan praktik kebersihan pribadi dan sanitasi
yang baik (Morgan, 2006). Organisme ini juga terdapat di dapur dan tempat-
tempat persiapan bahan pangan melalui bahan baku dan selanjutnya masuk
makanan melalui tangan, permukaan alat, tempat masakan, dll. Masa inkubasi 1-
3 hari (Buckle et al., 2009).
7
C. Salmonella: paling sering ditemukan dalam pangan daging, telur, unggas,
dan kotoran dari tangan kotor pekerja. Bakteri ini sangat umum, sebagian besar
ayam membawa salmonella. Gejalanya termasuk mual, demam, kram, dan diare
(Morgan, 2006). Gejala biasanya nampak 12-36 jam setelah bahan pangan
tercemar. Gejala lainnya adalah diarrhea, sakit kepala, dan demam. Biasanya
berakhir selama 1-7 hari. Penyakityang berkaitan dengan gastroentritis biasanya
disebabkan oleh species salmonella typhirium, S. Agona, S. Panama. Sedangkan
untuk penyebab tiphus adalah salmonella typhi dan paratyphi yang biasanya
hanya terdapat pada manusia dan tak dijumpai pada hewan (Buckle, et al., 2009)
Untuk menghindari penyebaran salmonella, lakukan praktik kebersihan pribadi
dan sanitasi yang baik, serta menyimpan dan memasak makanan (terutama ayam
dan telur) dengan benar (Morgan, 2006).
8
pangan yang tercemar dan ditandai oleh sakit perut, diare, pusing, tetapi jarang
terjadi muntah-muntah. Gejala dapat berlangsung 12-24 jam (Buckle et al.,
2009).
Kontaminasi kimia terjadi karena adanya zat beracun dari bahan kimia
atau logam beracun di dapur yang dapat masuk ke makanan seperti (Morgan,
2006):
A. Produk pestisida, pelumas, dan pembersih yang masuk ke dalam makanan,
sehingga makanan tersebut terkontaminasi dan dapat membahayakan konsumen
apabila dikonsumsi. Untuk menghindari kontaminasi, gunakan produk-produk
tersebut sesuai dengan petunjuk produsen dan menyimpannya jauh dari
makanan. Khusus pestisida Sanitasi Industri dan K3 137 harus digunakan
hanya oleh agen pengendalian hama profesional, bukan personil dapur.
B. Racun logam : ditemukan dalam peralatan yang digunakan di dapur. Logam
beracun umum termasuk timbal, seng, antimon, dan tembaga. Untuk
menghindari kontaminasi, gunakan peralatan yang tidak mengandung unsur-
unsur logam tersebut, atau gunakan peralatan yang telah memiliki standar food
grade.
9
D. Kontaminasi Silang
10
Mikroorganisme dapat ditemukan di berbagai tempat yaitu tanah, udara
dan air. Hal ini menyebabkan makanan sulit dihindarkan dari dan kontaminasi
mikroorganisme, bahkan sejak dipanen, diolah, disimpan dan didistribusikan
makanan akan selalu berisiko untuk terkontaminasi oleh mikroorganisme (Rauf,
R. 2013).
11
2. HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN
Makanan tergolong pada produk yang perishable atau mudah membusuk. Daya
tahan makanan akan sangat ditentukan oleh jenis makanan serta penanganan makanan
mulai dari sumber bahan makan sampai penyajian makanan ke konsumen, secara rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
12
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung digunakan atau dikonsumsi
oleh masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah perlu dilakukan
penyimpanan yang baik. Cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut hygiene
dan sanitasi makanan adalah:
a) Suhu penyimpanan yang baik. Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam
penyimpanan tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat
penyimpanan. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi:
1) Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya: menyimpan sampai 3 hari (-
5°C - 0°C), penyimpanan untuk satu minggu (-190°C - -5°C), penyimpanan
lebih dari 1 minggu (<-10°C)
2) Makanan jenis telur, susu dan olahannya: penyimpanan sampai 3 hari (-5°-7°C),
penyimpanan untuk satu minggu (<-5°C)
3) Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama
satu minggu yaitu 7° sampai 10°C.
4) Tepung, biji-bijian dan umbi kering penyimpanan suhu kamar 25° C.
b) Cara penyimpanan, bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap, makanan
yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan dipisahkan
dari makanan lain, kalau mungkin dalam lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya
harus berjauhan. Makanan yang disimpan tidak lebih dari dua atau tiga hari harus
sudah digunakan. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkan lemari
untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan
makanan.
13
1. Daging, ikan,udang -5° s/d 0°C -10° s/d - < -10°C
dan Olahannya 5°C
2. Telor, susu dan 5° s/d 7°C -5° s/d 0°C < -5°C
olahannya
3. Sayur, buah dan 10° 10° 10°
minuman
4. Tepung dan biji 25°C atau 25°C atau 25°C atau
suhu ruang suhu ruang suhu ruang
14
b) Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 10°-15°c untuk
penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan
makanan dan minuman dingin.
c) Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 1°-4°c dalam keadaan isi
bisa digunakan untuk minuman, makanan siap santap dan telor
d) Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -5°c, dapat digunakan
untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3
hari.
e) Penyimpanan suhu kamar
15
Setelah proses persiapan selesai, langkah selanjutnya adalah pengolahan makanan.
kegiatan mengolah dan memasak makanan merupakan kegiatan terpenting dalam proses
penyelenggaraan makanan karena cita rasa dan tekstur makanan yang dihasilkan
tergantung pada proses pengolahan ini. Dalam kegiatan pengolahan makanan,
diperlukan adanya standar khusus untuk resep, bumbu, waktu pemasakan dan besar
potongan bahan agar kualitas makanan yang dihasilkan tetap terjaga (Kemenkes RI,
2004).
Pada proses atau cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu:
a. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,
tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting
dalam proses pengolahan makanan, karena itu, kebersihan dapur dan lingkungan
sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan (Sumantri A. 2015).
b. Tenaga pengolah makanan atau penjamah makanan
Penjamah makan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran
penjamah makanan sangatlah besar. Penjamah makanan memiliki peluang untuk
menularkan penyakit (Sumantri A., 2015).
Peran penyimpanan makanan jadi atau makanan yang telah dimasak sangat
penting karena untuk menjaga kondisi makanan tetap baik pada waktu disajikan ke
konsumen. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah temperature makanan pada
waktu disajikan dan kondisi disekitar tempat penyimpanan makanan apakah berisiko
untuk terjadinya pencemaran terhadap makanan atau tidak (Kemenkes RI, 2004).
Penyimpanan makanan jadi atau makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
16
tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu
dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu
b. Teknik penyimpanan makanan Dalam penympanan makanan jadi, ada beberapa hal
yang harus diperhaikan, yaitu:
1) Wadah, setiap jenis makanan terpisah, wadah tertutup, pemisahan antara
makanan basah dan kering.
2) Suhu, pengaturan suhu pada suhu bakteri tidak bisa tumbuh.
3) Penyimpanan dingin, seperti penyimpanan sejuk antara 15- 25°C, untuk
minuman keras pendinginan pada suhu 5,6°C, karena dapat menghambat pertumbuhan
mikroba pathogen. Untuk penyimpanan beku dengan menyelupkan bahan kedalam
refrigerant dengan menggunakan udara dingin – 17,8°C sampai dengan – 34,4°C.
4) Penyimpanan makanan jadi harus diperhatikan:
a) Makanan yang disimpan diberi tutup
b) Lantai/meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus bersih
c) Makanan tidak boleh disimpan dekat sumber pencemar
d) Makanan yang disajikan sebelum diolah harus dicuci dulu
e) Makanan yang dipak dengan karton tidak disimpan pada tempat yang basah
17
5. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan atau distribusi makanan adalah kegiatan untuk
mengantarkan makanan matang kepada konsumen. Banyak cara yang dapat dilakukan
oleh industri penyedia makanan dalam mengantarkan makanan, salah satunya adalah
dengan menggunakan truk. Kondisi kebersihan truk, suhu dan hal-hal lain yang dapat
mengurangi kualitas makanan wajib diperhatikan untuk menjaga agar makanan tetap
berkualitas.
Pengangkutan makanan dari tempat pengolahan ke tempat peyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari
serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, dan tidak
berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam
keadaan panas 60°C atau tetap dingin 4°C. Untuk pengangkutan makanan dan minuman
harus memperhatikan 2 aspek (Sumantri A. 2015),yaitu:
A. Prinsip Pengangkutan Makanan Prinsip pengangkutan makanan yang harus
diperhatikan :
18
3) Tekanik pengangkutan makanan dan minuman, pada prinsipnya tidak membahayakan
terhadap tenaga pengangkut dan makaan dan minuman yang diangkut.
6. Penyajian Makanan
Ada beberapa cara penyajian makanan dalam penyelenggaraan makanan industri
jasa boga yaitu penyajian makanan diatas meja makan, penyajian dengan prasmanan,
penyajian dengan sistem kafetaria dan penyajian dengan kemasan. Masing-masing cara
penyajian ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masingnya (Kemenkes RI.
2004)
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut
terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih,
petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan
kebersihan pakaiannya (Mundiatun D. 2015). Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah
sebagai berikut :
a) Tempat Penyajian, haruslah bersih dan jauh dari tempat penimbunan sampah.
b) Alat-alat Penyajain, harus yang aman dan bersih.
c) Tenaga Penyaji, harus memperhatikan hygieneperorangan dan pola PHBS
d) Prinsip wadah artinya setiap jenis makananditempatkan dalam wadah terpisah
dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah.
e) Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan.
f) Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
g) Prinsip kadar airatinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam
kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi).
h) Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makananyang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.
i) Prinsip Pemisahan artinya makananyang tidak ditempatkan dalam wadah seperti
makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan
agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi.
j) Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap
dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanansebelum ditempatkan dalam food warmer harus
masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian
adalah dengan bean merry (bak penyaji panas).
19
k) Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik.
Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak
rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan
penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
l) Prinsip handling artinya setiap penanganan makananmaupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya
adalah:
m) Mencegah pencemaran dari tubuh
Standar Baku Mutu Biologi Standar baku mutu (SMB) biologi pangan siap saji
terdiri dari parameter wajib yang harus diperiksa untuk semua - 122 - pangan siap
saji dari berbagai kategori industri, sedangkan parameter tambahan bakteri pathogen
hanya diwajibkan untuk industri besar. Rincian parameter terdapat pada Tabel
Organisme Indikator
Enterobacteriaceae( <100 <104 ≥104
a)
20
Escherichia coli <10 <100 ≥100 Lihat
Verocytotoxi
n producing
Escherichia
coli (VTEC)
di bawah
Tambahan
Patogen
Salmonellaspp Tidak Terdeteksi
terdeteksi
pada 25g
Campylobacterspp. Tidak Terdeteksi
terdeteksi
pada 25g
E.coliO157:H7&VT Tidak Terdeteksi
EC terdeteksi
pada 25g
Listeriamonocytoge Tidak Terdeteksi ≥100(a)
nes terdeteksi tetapi<100©
pada 25g
V.parahaemolyticus Tidak Terdeteksi <1000 ≥1000
(b)
terdeteksi tetapi <100
pada 25g
Clostridiumperfring <10* <103 <104 ≥104
ens
Coagulasepositi <50* <103 <104 ≥104
vestaphylococci
Bacilluscereusa <50* <103 <104 ≥104
ndotherpathoge
nicBacillusspp.
21
Food and Milk Borne Disease (penyakit bawaan makanan dan susu). Penyakit tersebut
dapat disebabkan oleh:
1. Parasit, misalnya: Taenia saginata, Taenia solium, dan sebagainya. Parasit tersebut
masuk ke dalam tubuh melalui daging sapi, daging babi, atau ikan yang terinfeksi
dan dikonsumsi manusia.
2. Mikroorganisme, misalnya: Salmonella thypii, Richettsia, dan virus hepatitis yang
menggunakan makanan sebagai media perantaranya.
3. Toksin, misalnya bakteri stafilokokkus memproduksi Enterotoksin, Clostridium
memproduksi Eksotoksin. Disini, makanan berfungsi sebagai media pembiakan
4. Zat-zat yang membahayakan kesehatan yang secara sengaja (karena ketidaktahuan)
dimasukkan kedalam makanan, misalnya zat pengawet dan pewarna, ataupun yang
secara tidak sengaja, misalnya insektisida (suatu bahan yang beracun yang sering
dikira gula atau tepung).
5. Penggunaan makanan yang sudah beracun, misalnya jamur, singkong, tempe
bongkrek, dan jengkol. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
makanan baik secara langsung maupun tida langsung, antara lain:
6. Air, air sangat erat hubungannya mulai dari sumber pengelolaan
7. Air kotor, air kotor dapat menjadi sumber kuman patogen terutama dari saluran
pencernaan
8. Tanah, tanah yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen
9. Udara, mikroorganisme patogen yanag berbentuk partikel bercampur debu dapat
mengontaminasi makanan, demikian juga percikan ludah akibat bersin. Kontaminasi
yang terjadi biasanya tergantung pada musim, lokasi, dan pergerakan udara.
10. Manusia, manusia merupakan sumber paten bakteri Salmonella, Clostridium
perfringensdan Enterokokus.
11. Hewan atau ternak peliharaan, mikroorganisme semacam Clostridium perfringens
atau dari golongan Salmonella dapat terbawa dalam hewan atau ternak
12. Binatang pengerat, binatang pengerat beresiko mengontaminasi nasi, sayur, dan
buah-buahan, selain menjadi media pembawa Salmonella dan Enterokokus.
22
1) Harus ada pemisahan letak penyimpanan bahan baku baru dengan produk
yang selesai diolah.
2) Kamar kecil harus dibangun jauh dari tempat pengelolaan bahan pangan dan
harus dilengkapi dengan alat-alat pencuci tangan dengan sabun disinfektan.
3) Lantai, dinding, meja harus dari bahan yang mudah dibersihkan, berventilasi,
penerangan baik, atap dan dinding yang bersih.
4) Tempat pembuangan sampah jauh dari pabrik.
5) Menjaga kebersihan tempat pengelolaan dan kebersihan alat-alat.
6) Suhu penyimpanan bahan makananyang baik adalah di bawah 4 derajat
Celsius atau di atas 60 derajat Celsius.
7) Bahan pangan yang mudah rusak, seperti buah, sayur, dan bahan pangan
segar harus dimasukkan ke dalam lemari es. Bahan pangan segar (daging,
ayam, dan lain-lain) harus ditaruh di-freezer. Sayur dan buah cukup di dalam
kulkas.
8) Makanan yang telah diolah sebaiknya langsung dimakan dalam waktu 1-2
jam setelah dimasak.
9) Bahan-bahan yang telah dibekukan harus segera dimasak setelah dicairkan
(thawing) dan jangan dibiarkan dalam keadaan cair untuk jangka waktu yang
lama.
10) Jangan beli makananatau minuman kemasan yang kemasan sudah agak
bonyok, bengkak atau sekedar terbuka
11) Konsep first in first out harus diterapkan dalam penyimpanan berdasarkan
tanggal kadaluarsa dan keperluan dalam penggunaan proses pengolahan.
12) Menerapkan prinsip HACCP
4. KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan berdasarkan penyebabnya terbagi atas 3 jenis anatara
lain:
1. Bacterial food poisoning
Akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri hidup atau
terkontaminasi oleh toksin yang di hasilkan bakteri tersebut, Bacterial food
poisoning terbagi atas 4 jenis yaitu:
a. Salmonella food poisoning (infectio type)
23
Salmonella food poisoning merupakan penyakit zoonotik yang dapat di
hasilkan dimana-mana. Kontaminasinya melalui hewan ternak, contohnya
daging, susu atau, telur.
b. Staphylococcus food poisoning (toxin type)
Staphylococcus food poisoning di sebabkan oleh eterotoxin yang di
hasilkan oleh Staphylococcus aureus. Kuman tersebut akan mati sewaktu di
masak, tetapi enterotoksin yang di hasilkan memiliki sifat yang tahan panas
(tahan 100oC) selama beberapa menit. Stapylococus biasa di temukan di hidung,
tenggorokan dan kulit manusia.
c. Botulism
Botulism merupakan penyakit gastroenteritis akut yang di sebabkan oleh
endotoksin yang di produksi Clostridium butulism. Biasanya di temukan di
tanah, debu, dan saluran usus hewan.
d. Clostridium perferinges food poisoning
Clostridium perferinges food poisoning dapat di temukan dalam kotoran
manusia, dalam tanah, air dan, udara, keracunan akibat mengkonsumsi makanan
berupa daging ternak yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Dimana gejala
keracunannya adalah mual, muntah, lesu, dan diare.
2. Non bacterial food poisoning
a. Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan. Contoh: keracunan singkok,
jengkol, jamur dll.
b. Keracunan akibat kerang dan ikan laut.
c. Keracunan akibat bahan-bahan kimia.
Berikut ini tabel dampak penyakit yang disebabkan perantara makanan:
24
Sumber: Baharuddin, Alfina (2016)
25
5. METODE PENGAWETAN MAKANAN
Metode pengawetan makanan agar bertahan lama dapat di lakukan antara
lain:
1. Pengalengan
Sebelum dilakukan pengalengan, makanan terlebih dahulu harus di masak
untuk untuk membunuh mikroorganisme kemudian dilakukan sterilisasi serta
penutupan kaleng. Bahaya pengalengan yang tidak sempurna akan mengganggu
kuman anaerobic yang menghasilkan toksin botulisme.
2. Pengeringan
Cara sederhana dan murah dapat dilakukan dengan menjemur di bawah sinar
matahari atau dengan cara pemanasan dengan menggunakan alat pengering. Cara
modern yang di pakai untuk mengeringkan makanan adalah “spray drying, freeze
drying, vacum drying dan hot air drying.
3. Pengawetan
Pengawetan merupakan salah satu cara di lakukan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme. Untuk mengawetkan daging atau
pun ikan biasanya di pakai bahan alami misalnya garam maupun gula.
4. Pendinginan
Penyimpanan dalam keadaan beku akan menyebabkan bakteri tidak mampu
berkembang biak dengan baik.
5. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan cara yang baik untuk mengawetkan makanan dalam
jangka pendek. Makanan yang mengalami pasteurisasi dan di masukan ke dalam
kulkas akan lebih awet. Pasteurisasi susu di lakukan dengan pemanasan 63o selama
30 menit atau pada suhu 72o selama 15 detik akan membunuh mikroorganisme
patogen.
26
6. SYARAT MINIMAL MAKANAN SEHAT
Makanan sehat harus memenuhi persyaratan minimal seperti yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan . Persyaratan agar makanan sehat dikonsumsi oleh
masyarakat adalah: Bahan Makanan yang akan di olah terutama yang mengandung
protein hewani seperti, daging, susu, ikan/udang dan telur harus dalam keadaan baik
dan segar. Demikian pula bahan sayur harus dalam keadaan segar dan tidak rusak.
Dengan demikian agar makanan yang akan diolah memenuhi syarat, maka bahan
tersebut harus tidak berubah bentuk, warna dan rasa, demikian pula asal dari bahan
tersebut harus dari daerah/tempat yang di awasi. Demikian pula bahan makanan
terolah yang di kemas, bahan tambahan dan bahan penolong harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Adapun persyaratan makanan yang sudah terolah dapat di
bagi menjadi 2 yaitu:
27
apron/celemek, penututup rambut dan mulut. Salah satu cara menerapkan
perilaku sehat pada karyawan/tenaga bekerja antara lain, tidak merokok, tidak
memakai perhiasan, selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja, memakai
pakaian kerja yang bersih dan pakaian pelindung dengan benar.
28