KATA PENGANTAR
Kejadian keracunan makanan tidak jarang terjadi ditengah masyarakat.
Penyebab keracunan biasanya karena makanan atau minuman yang dikonsumsi
oleh seseorang telah tercemari atau terkontaminasi sesuatu yang berbahaya jika
masuk kedalam tubuh. Tipe kontaminan pun sangat beragam, mulai dari kontaminan
mikrobiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan cendawan, kontaminan fisik seperti
rambut, kontaminan kimia seperti zat aditif makanan, sampai kontaminan radioaktif
seperti buangan limbah pabrik.
Akibat keracunan beragam mulai dari hanya mual, muntah, dan diare biasa
dan bahkan ada yang berakibat fatal hingga terjadi kematian pada pasien
keracunan. Akibat dari keracunan yang sangat merugikan dan bahkan cenderung
berbahaya bagi kesehatan seseorang, oleh karena itu diperlukan pencegahan
terjadinya keracunan dengan cara mencegah tercemarnya makanan atau
minuman yang akan dikonsumsi seseorang oleh kontaminan. Hal ini dapat dilakukan
pertama kali oleh pihak-pihak yang melakukan kontak langsung dengan makanan
atau biasa disebut food handler pada sebuah tempat penyelenggaraan makanan.
Karena resiko terbesar terjadinya kontaminasi pada bahan makanan adalah saat
berkontak langsung dengan food handler.
Oleh karena itu, sangat penting bagi food handler untuk menerapkan
kebiasaan higiene dan sanitasi saat bekerja atau kontak langsung dengan makanan.
Mulai dari kondisi kesehatan saat kontak langsung dengan makanan, kebersihan diri,
sampai cara penerimaan, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan.
Dengan terjaganya higiene dan santasi dari food handler, maka akan menurunkan
resiko terjadinya kontaminasi makanan dan kejadian keracunan makanan.
Buku ini berisi mengenai cara-cara menerapkan hygiene dan sanitasi bagi
food handler saat bekerja supaya dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi
makanan dan kejadian keracunan makanan. Buku ini diharapkan dapat
memberikan tambahan wawasan para food handler mengenai higiene dan sanitasi
saat bekerja serta dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan kebiasaan higiene
dan sanitasi.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna. Pendapat
dan saran-saran dari pembaca, para ahli, dan rekan sejawat sangat diharapkan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan sejawat mahasiswa, kakak fasil,
serta dosen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang yang telah
membantu memberikan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan dalam
penyusunan buku ini, terutama kepada teman-teman kelompok lain PBL 2011, Kak
Lola, dan Ibu Titis selaku dosen pengajar.
ii
Daftar isi
Halaman Judul ............................................................................................. i
Kata Pengantar.......................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Daftar Gambar......................................................................................... iv
Daftar Tabel ............................................................................................... v
BAB 1: Pendahuluan ................................................................................... 1
BAB 2: Menjaga Higiene dan Sanitasi pada Proses
Penerimaan Bahan Makanan ......................................................... 4
BAB 3: Menjaga Higiene dan Sanitasi pada Proses
Penyimpanan Bahan Makanan ......................................................9
BAB 4: Menjaga Higiene dan Sanitasi pada Proses
Pengolahan Makanan ......................................................................... 15
BAB 5: Menjaga Higiene dan Sanitasi pada Proses
Holding Makanan ................................................................................... 20
BAB 6: Menjaga Higiene dan Sanitasi pada Proses
Distribusi Makanan ..............................................................................25
BAB 7: Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan ......... 28
Daftar Pustaka ....................................................................................... 34
Glosarium ....................................................................................................35
Tim Penyusun............................................................................................ 36
iii
DAFtar gambar
Gambar 1. Contoh pakaian yang tepat bagi penjamah makanan ................... 30
Gambar 2. Penjamah makanan menggunakan sarung tangan ......................... 30
Gambar 3. Cara cuci tangan yang benar .............................................................. 31
iv
Daftar tabel
Tabel 1. Contoh format kartu pengajuan permintaan pembelanjaan ................. 6
Tabel 2. Contoh lembar penerimaan bahan............................................................. 7
Tabel 3. Suhu penyimpanan sesuai jenis bahan makanan ................................... 12
Tabel 4. Suhu penyimpanan sesuai ketahanan makanan .................................... 13
v
BAB 1:
PENDAHULUAN
1
MENGAPA HIGIENE DAN SANITASI PENTING BAGI PENJAMAH MAKANAN?
2
Hasil pelatihan yang baik tidak hanya didapatkan dari praktik yang intensif,
tentunya juga berakar dari teori yang memadai. Modul ini dibuat sebagai acuan
untuk praktik pelaksanaan keamanan makanan di berbagai bisnis penyelenggaraan
makanan berdasarkan peninjauan dari beberapa kasus keracunan makanan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya. Diharapkan penjamah makanan dan
staff usaha penyelenggaraan makanan dapat mengetahui bagaimana mencegah
dan mengontrol kejadian kontaminasi pada makanan agar tidak menimbulkan
bahaya keracunan yang lebih besar yang nantinya akan berdampak buruk pada
keseluruhan sistem bisnis industri makanan.
TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan penjamah makanan terkait higienge dan sanitasi
dalam penanganan makanan pada sistem penyelenggaraan makanan
2. Meningkatkan tindak penanganan yang baik terhadap makanan oleh
penjamah makanan yang sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi yang tepat
3. Mencegah terjadinya food borne disease
3
BAB 2:
HIGIENE DAN SANITASI PADA PROSES
PENERIMAAN
BAHAN MAKAANAN
4
Penerimaan bahan makanan
Pengertian
Proses penerimaan bahan makanan merupakan salah satu hal pokok yang harus
disiapkan dan dikontrol dengan baik penyelenggaraan makanan. Tujuan
penerimaan adalah pengontrolan jumlah dan ukuran barang yang dikirim sesuai
dengan yang dipesan, misalnya besarnya buah, daging atau udang, mengecek
kualitas barang yang dikirim, cocok dengan spesifikasi yang ada dalam format
pembelian, dan mengecek barang yang dikirim cocok dengan harga yang ada
dalam format pembelian dan membuat catatan dan melaporkan barang-barang
yang diterima. Dengan demikian proses penerimaan berarti, proses kegiatan
penerimaan bahan mentah, setengah jadi atau barang jadi, dari supplier (vendor)
untuk pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan makanan melalui proses analisis
yang cermat sehingga pesanan sesuai dengan kebutuhan, baik jenis, jumlah
maupun mutunya.
5
Sayuran dan buah-buahan dapat diterima setelah ditimbang,
kemudian mengirimnya ke bagian gudang.
Ikan dan bahan makanan dari laut (sea food). Petugas meneliti
kesegaran insang, kekenyalan daging, sisik serta mata. Jika mutunya
sudah sesuai, ikan kemudian ditimbang, kemudian dikirim ke gudang .
Daging Segar, perlu diperiksa mutu daging, jika mutunya sudah sesuai,
kemudian dikirim untuk disimpan.
Karkas unggas segar; Untuk menentukan mutu daging dari unggas
segar harus diteliti apakah daging unggas dibalur dengan zat tertentu,
kekenyalan daging, panjang leher dan kaki, apakah sesuai dengan
ketentuan, karkas bersih dari bulu, dan tidak ada bunga es.
Telur; Ketika dikirim oleh rekanan, harus diteliti apakah mutu telur sesuai
dengan ketentuan (segar, bersih) dan telur ditimbang kemudian dikirim
ke bagian gudang.
3. Apabila ada bahan makanan yang dianggap tidak sesuai dengan pesanan,
maka pihak penerima dapat mengembalikan atau meminta ganti kepada
supplier (vendor), sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
4. Apabila bahan makanan dapat diterima sesuai dengan pesanan, maka pihak
penerima bisa menandatangani format pengiriman yang dijadikan bukti bagi
pihak pemasok barang untuk menagih pada bagian keuangan.
Teknik Pencatatan
Teknik pencatatan dalam proses penerimaan, sangat diperlukan untuk
ketertiban pengelolaan dan memudahkan pengontrolan pemasukan dan
pengeluaran bahan dan alat. Banyak kegiatan administrasi dan kegiatan mencatat
yang perlu dilakukan, misalnya laporan penerimaan barang, keadaan bahan,
pendistribusian dan lain-lain. Guna memudahkan administrasi tersebut perlu dibantu
dengan kartu-kartu sebagai alat pengontrol dan pengendali. Kartu-kartu yang
dibuat bisa dikreasikan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan setiap dapur.
Kartu-kartu yang dibutuhkan di dapur antara lain:
1. Kartu pengajuan permintaan pembelanjaan
Tabel 1. Contoh format kartu pengajuan permintaan pembelanjaan
No Nama Bahan Spesifikasi Banyaknya Harga per Jumlah
item
6
1 Kecap botol 1000 5 Rp Rp
ml, cap 20.000,00 100.000,00
bango
2 Keju Keju 10 Rp Rp
Cheddar 20.000,00 200.000,00
box merk
kraft,
berat 180
gram
dst..
Jumlah
Dibuat oleh:___________________
TTD: ______________
7
Dibuat Oleh : ________________
TTD: __________
8
BAB 3:
HIGIENE DAN SANITASI PADA PROSES
PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN
9
PeNYIMPANAN bahan makanan
Barang-barang yang telah diterima dapat langsung dikirim ke bagian yang
memesan atau disimpan di dalam gudang (Food Storage). penyimpanan bahan di
gudang harus disusun berdasarkan sistematika tertentu, misal mengelompokan
berdasarkan jenis bahan dan suhu penyimpanan. Pengelompokan tersebut
dilakukan karena setiap bahan makanan mempunyai karakteristik yang berbeda
dalam penangananya. Pengelompokan dilakukan sebagai berikut:
a) Daging, Ikan, dan Unggas
b) Telur dan produk susu
c) Minyak dan Lemak yang dapat dimakan (Hewani dan Nabati)
d) Serealia (Gandum, beras, jagung, dll), Buah, dan Sayuran,
e) Minuman
Fungsi Gudang
Sebagai tempat penerimaan, tempat penyimpanan, tempat pemeliharaan dan
tempat pengaman
Gudang merupakan tempat yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
itu harus dijaga agar barang-barang yang ada di dalamnya selalu dalam kondisi
baik, aman dan siap digunakan
Memperlancar produksi dan distribusi
Upaya memuaskan pelanggan dengan menyediakan persediaan yang terdiri
dari bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi
Jenis-Jenis Gudang
Gudang penyimpanan dibagi menjadi 2 jenis yaitu
a) Gudang Makanan Kering (Dry Food Storage)
Gudang ini tempat penyimpanan bahan makanan kering yang tidak mudah
rusak, seperti beras, gula, makanan dalam botol, makanan dalam kardus, dan
makanan kering lainnya. Gudang kering ini biasanya mempunyai suhu 200C (suhu
ruang). Persyaratan untuk gudang kering (dry storage) adalah sebagai berikut:
Memiliki ukuran luas area yang memadai
Berdekatan dengan area penerimaan dan pengolahan makanan
Aman dari berbagai kebocoran (security of contents)
10
Memiliki suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang memadai, yaitu suhu
ruang, kering dan tidak lembab.
Dilengkapi dengan rak kontainer yang memadai dengan penataan yang
baik dan rapi. Teknik penyimpanan bahan makanan dilakukan sebagai
berikut:
Groceries harus disimpan dalam rak, tidak menyentuh tanah, suhu dan
tingkat kelembaban gudang harus dijaga pada tingkat tertentu.
Tata letak bahan makanan harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
bahan makanan tersebut.
Bahan makanan dikeluarkan dari gudang berdasarkan teknik First In First
Out (FIFO)
b) Gudang penyimpanan basah
Gudang penyimpanan basah merupakan gudang untuk penyimpanan bahan
makanan yang tidak tahan lama dan mudah rusak, seperti sayuran segar, daging,
ikan, buah-buahan. Gudang penyimpanan basah terdiri atas:
1) Cool storage (4-10 oC)
2) Chiller (<3 oC)
3) Freezer (<-18 oC)
11
Tabel 3. Suhu penyimpanan sesuai jenis bahan makanan
No Jenis Bahan Digunakan dalam waktu
Makanan 3 hari atau 1 minggu 1 minggu
kurang atau atau lebih
kurang
1. Daging, ikan, -5o s/d 0o C -10o s/d -5o >-10o C
udang dan C
olahannya
2. Telor, susu dan 5o s/d 7o C -5o s/d 0o C >-5o C
olahannya
3 Sayur, buah dan 10o C 10oC 10oC
minuman
4 Tepung dan biji 25 o C atau 25 o C atau 25 o C atau
suhu ruang suhu ruang suhu ruang
12
5. Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu sebagai berikut:
Tabel 4. Suhu penyimpanan sesuai ketahanan makanan
No Jenis Makanan Suhu Penyimpanan
Disajikan Akan Belum
dalam waktu segera segera
lama Disajikan disajikan
1. Makanan kering 25o s/d 30o C
2. Makanan basah >60o C -10o C
(berkuah)
3 Makanan cepat ≥ 65,5oC -5o s/d -1o
basi (santan, telur, C
susu)
4 Makanan 5o s/d 10o C <10o C
disajikan dingin
13
e) Kegiatan inventaris dalam proses penyimpanan ini perlu dilakukan secara
periodik, bisa harian, mingguan atau bulanan. Inventaris dilakukan untuk
mengetahui secara pasti bahan makanan apa saja yang masih tersedia. Teknik
inventarisada 2 macam yaitu: Inventarisasi melalui buku atau catatan (book
inventory) dan intentarisasi fisik (physical Inventory). Inventarisasai melalui buku
atau catatan yaitu kontrol bahan makanan melalui catatan, sedang
inventarisasi fisik adalah kontrol yang dilakukan langsung dengan mendatangi
gudang, menghitung bahan makanan yang masih tersedia.
14
BAB 4:
HIGIENE DAN SANITASI PADA PROSES
PENGOLAHAN
BAHAN MAKANAN
15
PENGOLAHAN bahan makanan
Pengertian
Pengolahan bahan makanan merupakan tahapan mengubah makanan mentah
menjadi matang. Tahapan ini merupakan tahpaan yang cukup kritis, karena perlu
diperhatikan poin-poin penting seperti tingkat kematangan untuk mencegah
tumbuhnya kuman (bakeri, virus) pada makanan. Pengolahan makanan dimulai dari
membawa makanan dari tempat penyimpanan, persiapan bahan makanan, hingga
dimasak menjadi makanan matang.
Untuk mengurangi risiko kontaminasi, hal – hal yang perlu diperhatikan adalah:
Gunakan susu yang telah dipasteurisasi.
Gunkan daging matang yang telah dimasak dengan tepat.
Gunakan keju dan yogurt yang terbuat dari susu pasteurisasi .
Masak kecambah sebelum disajikan.
Masak ikan dan kerang dengan benar sebelum disajikan.
Hindari penggunaan telur mentah dalam makanan.
Gunakan air dari pasokan air bersih untuk minuman dan persiapan makanan .
Mendapatkan bahan makanan dari sumber yang terpercaya kebersihannya.
16
2. Melakukan thawing atau melunakkan bahan makanan yang disimpan pada
chiller atau freezer dengan baik
Rencanakan sebelumnya terkait bahan makanan yang akan dimasak,
sehingga makanan dari chiller atau freezer dapat di-thawing dengan
meletakkan bahan makanan di lemari pendingin cooler
Thawing dapat dilakukan dengan menggunakan microwave
Menjamin keseluruhan bagian makanan tertutup oleh cover atau wrap saat
thawing
Tidak diperbolehkan menyimpan ulang di dalam freezer makanan yang
sudah di-thawing
3. Hindari Kontaminasi Silang
Prinsipnya adalah menghindari kontaminasi silang atau pergerakan patogen
atau bakteri dari satu makanan ke makanan yang lain . Hal ini sangat penting
untuk diperhatikan ketika berhadapan dengan makanan yang siap saji. Cara
yang sangat baik untuk menghindari kontaminasi silang adalah selalu
menjaga dan memisahkan makanan yang telah dimasak maupun siap saji
dengan makanan mentah .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kontaminasi silang
antara lain :
Bersihkan alat – alat yang digunakan sebelum dan sesudah persiapan
makanan. Mencuci tangan, pisau, talenan dengan benar dan bersihkan
setelah kontak dengan unggas mentah, daging , seafood, atau makanan
lain yang berpotensi menimbulkan bahaya. Akhiri dengan pencucian
menggunkan pembersih.
Cuci meja dengan sabun dan air sebelum dan sesudah persiapan
makanan. Semprotan pemberih dan tisu berguna sebagai langkah
keamanan tambahan untuk membantu dalam membersihkan dapur.
Bilas semua buah-buahan segar dan sayuran dengan air mengalir sebelum
persiapan atau sebelum dikonsumsi. Mengupas kulit buah juga mengurangi
risiko kontaminasi karena patogen dapat pindah dari kulit buah ke daging
buah saat dipotong.
Saat memanggang di luar ruangan, selalu gunakan piring bersih untuk
daging yang telah dimasak.
17
Simpan daging mentah dan unggas dalam lemari es pada nampan atau
piring untuk mencegah cairan menetes ke makanan lain.
Jangan simpan daging mentah dan daging yang telah masak bercampur
dalam satu laci kulkas.
Jaga lap dapur dan spons cuci tetap bersih.
Pisahkan talenan untuk daging dan buah atau sayur. Sebaiknya memiliki 2
talenan, satu untuk daging mentah, ikan, dan unggas dan satu lagi untuk
makanan yang telah dimasak, salad, dan makanan siap saji. Pilih talenan
yang mudah untuk dibersihkan.
Untuk membersihkan talenan : Cuci talenan dengan air sabun panas. Bilas,
kemudian tiriskan. Untuk menghilangkan campuran bahan di talenan,
semprot talenan dengan pemberih dan tiriskan selama minimal 2 menit. Lalu
bilas dan keringkan dengan udara.
Untuk membersihkan piring dan peralatan dapur : Cuci , kemudian rendam
selama 10-15 detik dalam larutan antiseptik. Tiriskan dengan udara kering.
18
Masak ikan dan kerang hingga mencapai suhu 65°C dan penampakan fisiknya
telah kering dan tidak berwarna putih. Selain itu masak hingga cangkang
kerang terbuka.
d. Daging unggas
Masak daging unggas hingga 74°C.
e. Masakan sisa
Panaskan kembali makanan sisa atau makanan yang belum habis hingga suhu
74°C untuk membunuh bakteri patogen yang bertahan pada proses
pemasakan pertama kali atau yang bertahan pada saat proses holding.
19
BAB 5:
HIGIENE DAN SANITASI PADA PROSES
HOLDING
BAHAN MAKANAN
20
holding bahan makanan
Apa Pentingnya “Holding”?
“Holding” merupakan waktu ketika makanan harus dipertahankan pada suhu yang
tepat untuk memastikan bahwa makanan aman untuk dimakan. “Holding” pada
suhu yang tidak terstandar, dapat memicu perkembangbiakan bakteri yang mana
akan menyebabkan keracunan pada makanan. Penanganan makanan (holding)
yang tepat dapat membantu untuk mencegah pertumbuhan bakteri maupun
kontaminan yang dapat membahayakan makanan.
21
berlaku apabila makanan tersebut segera dikonsumsi tanpa harus disimpan
dahulu.
2. Gunakan thermometer untuk memastikan suhu pada saat pemanasan makanan
ulang mencapai 60oC dalam waktu 2 jam atau kurang
3. Pertahankan suhu pada saat pemanasan ulang mencapai 60oC
4. Aduklah makanan pada saat pemanasan ulang agar panas menyebar ke
seluruh permukaan makanan yang dipanaskan
5. Selalu gunakan peralatan yang bersih untuk pemanasan atau penanganan
makanan
6. Selalu gunakan peralatan yang bersih untuk mencicipi makanan dan jangan
gunakan secara berulang untuk menghindari kontaminasi bakteri
7. Peralatan untuk “holding” dalam kondisi panas seperti “Bain Marie“ jangan
digunakan untuk memanaskan ulang makanan. Usahakan makanan berada
dalam suhu 60oC sebelum ditempatkan di “Bain Marie“
8. Makanan yang mudah rusak seperti daging, unggas, buah, sayur, serealia, yang
telah matang dan didinginkan, hanya boleh dipanaskan ulang sebanyak satu
kali
9. Pastikan peralatan untuk “holding” dalam keadaan bersih sebelum digunakan
10. Pada saat menempatkan makanan untuk disajikan, jangan menempatkan
makanan yang baru dengan makanan yang lama dalam satu tempat
11. Pastikan peralatan makanan yang digunakan bebas dari benda asing yang
membahayakan
12. Selalu gunakan termometer untuk memastikan suhu makanan agar selalu
berada pada suhu 60oC
13. Jaga selalu makanan dalam keadaan tertutup
Tindakan Perbaikan yang Perlu Dilakukan Untuk Memastikan Makanan Masih Aman
Dikonsumsi
1. Tidak menyajikan makanan apabila suhunya tidak mencapai 60oC dalam waktu
2 jam atau kurang
2. Gunakan makanan yang berpotensi berbahaya sesegera mungkin dalam
jangka waktu 2 jam. Jangan gunakan makanan apabila telah melewati waktu
lebih dari 4 jam
22
3. Buang makanan sisa dan jangan digunakan kembali
4. Buanglah makanan yang sudah busuk/terkontaminasi
Penyajian
Penyajian makanan setelah waktu “holding” memerlukan perhatian khusus dari
petugas pengolah makanan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang.
Apabila penyajian makanan secara prasmanan, petugas pengawas perlu untuk
mengawasi bagaimana tamu/konsumen menggunakan peralatan prasmanan untuk
memastikan tidak terjadi kontaminasi.
23
5. Segera buang peralatan makan sekali pakai (sedotan, tisu, gelas plastik/kertas,
piring plastik/kertas) setelah digunakan
6. Saat makanan habis, segera ganti dengan makanan baru. Jangan mencampur
makanan yang sudah disajikan lebih awal dengan makanan baru.
7. Gunakan thermometer yang bersih dan sudah disanitasi untuk mengukur suhu
pada makanan yang disajikan (tidak perlu mengecek suhu semua makanan,
hanya beberapa makanan saja sebagai sampel)
8. Makanan panas dihidangkan pada suhu 60°C atau lebih. Pastikan bahwa
makanan yang berpotensi berbahaya sudah dibuang apabila berada pada
suhu antara 5°C dan 60°C selama empat jam atau lebih
9. Makanan dingin dihidangkan pada suhu 5°C atau kurang
10. Apabila menyajikan makanan beku, harus dipastikan dalam keadaan beku
sepenuhnya (tidak dalam keadaan hampir mencair)
11. Jangan gunakan kembali makanan sisa dari hari sebelumnya
Tindakan Perbaikan yang Perlu Dilakukan Untuk Memastikan Makanan Masih Aman
Dikonsumsi
1. Makanan berpotensi berbahaya yang disajikan dalam suhu 5°C hingga 60°C
kurang dari dua jam harus diletakkan di lemari pendingin atau segera digunakan
2. Makanan berpotensi berbahaya yang disajikan dalam suhu 5°C hingga 60°C
lebih dari dua jam, tetapi kurang dari empat jam harus segera digunakan
3. Makanan berpotensi berbahaya yang disajikan dalam suhu 5°C hingga 60°C
lebih dari empat jam harus segera dibuang
4. Buang makanan yang diduga telah terkontaminasi
5. Ganti peralatan saji dengan yang baru apabila diduga telah terkontaminasi
24
BAB 6:
HIGIENE DAN SANITASI PADA PROSES
DISTRIBUSI MAKANAN
25
DISTRIBUSI makanan
Pendistriusian dan penyajian makanan yang tepat menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene
sanitasi Jasaboga adalah sebagai berikut :
a. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun.
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan
harus selalu higienis.
3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah
makanan yang akan ditempatkan.
5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair
(kondensasi).
6) Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada suhu 400C
b. Prinsip penyajian
1) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah,
tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang
masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan
berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak dan basi.
3) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti
dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling
campur aduk.
4) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum
ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus
berada pada suhu > 60 0C.
5) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat
atau rusak.
26
6) Setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung
dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
7) Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat
dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.
8) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai
dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan
tepat volume (sesuai jumlah).
27
BAB 7:
HIGIENE DAN SANITASI PADA
PENJAMAH MAKANAN
28
HIGIENE DAN SANITASI
PENJAMAH MAKANAN
Semua orang, yang termasuk service staff / staf pelayanan / karyawan (misalnya
pelayan, koki, dan semua orang yang berinteraksi dengan makanan) pada sebuah
penyelenggaraan makanan harus memperhatikan kebersihan diri dan makanan
supaya memastikan makanan yang disajikan kepada pelanggan aman untuk
dikonsumsi.
Berikut ini adalah panduan praktik higiene dan sanitasi staf pelayanan ketika
berinteraksi dengan makanan :
1. Status kesehatan staf pelayan / karyawan
Karyawan yang sedang sakit sebaiknya libur untuk bekerja karena karyawan
yang sakit bisa mencemari makanan atau bahan makanan yang akan diolah
dan menyebarkan penyakit kepada pelanggan melalui kontak mereka dengan
makanan. Misalnya batuk atau bersin saat kontak dengan makanan yang diolah
atau disajikan.
Karyawan yang merasa tidak sehat harus memberitahu atasan / supervisi.
Supervisi harus meminta karyawan yang merasa tidak enak badan untuk
segera berobat ke dokter.
Supervisi dapat memperbolehkan karyawan yang sakit untuk kembali kerja 48
jam setelah penyakit sembuh.
Karyawan yang luka pada tangan atau bagian lain harus menutup luka
tersebut dengan benar menggunakan pembalut luka.
2. Kebersihan diri karyawan
Supervisi harus memastikan semua karyawan menggunakan pakaian yang bersih
dan melakukan higiene dan sanitasi yang baik untuk mencegah kontaminasi
makanan. Beberapa praktik higiene dan sanitasi yang harus dilakukanadalah:
a. Menggunakan pakaian bersih, layak, dan rapi ketika berada di tempat kerja.
Pakaian harus ganti setiap hari atau saat pakaian kotor serta menggunakan
sepatu kedap air dan sarung tangan plastik sekali pakai untuk menghindari
pencemaran terhadap makanan.
29
Gambar 1. Contoh pakaian yang tepat bagi penjamah makanan
30
terkena kotoran harus dicuci menggunakan sabun dan air mengalir sebelum
mulai bekerja, terutama saat :
1) Setelah dari toilet
2) Setelah istirahat
3) Setelah memeganguang
4) Sebelum dan setelah menyajikan makanan
5) Setelah batuk, bersin, makan atau minum
6) Setelah membuang atau memegang sampah
7) Setelah membersihkan sesuatu, misalnya mencuci piring, mengelap
meja, dan mencuci bahan makanan.
Berikut cara-cara cuci tangan yang benar:
31
f. Untuk mencegah kontaminasi makanan, saat bekerja karyawan tidak
diperbolehkan melakukan hal-hal berikut :
1) Merokok
2) Meludah
3) Mengupil
4) Membersihkan telinga dengan tangan
5) Meniup gelas atau alat makan lain untuk membersihkannya
6) Mengelap tangan pada lap kotor
7) Menyentuh atau menyisir rambut
8) Membersihkan keringat dengan tangan kosong
9) Makan atau mengunyah
10) Berbicara dan tidak menutup mulut ketika batuk atau bersin
3. Pengolahan dan penyajian makanan
Supervisi harus memastikan semua karyawan mengikuti tata cara pengolahan
dan penyajian makanan yang benar untuk mencegah terjadinya kontaminasi
makanan. Yaitu dengan :
a. Berpaling dari makanan atau menutupi hidung dan mulut dengan kertas tisu
saat bersin atau batuk. Cuci tangan setelah bersin atau batuk.
b. Jangan menyentuh makanan atau minuman dengan tangan kosong. Saat
menyajikan makanan atau minuman di gelas dan piring pastikan tangan
atau jari tidak menyentuh langsung makanan.
c. Selalu gunakan penjepit, sendok sayur, sendok, atau pisau untuk mengolah
atau menyajikan makanan. Bila perlu, gunakan sarung tangan sekali pakai
saat mengolah atau menyajikan makanan. Buang sarung tangan setelah
sekali pemakaian.
d. Jangan menyentuh bagian dalam dan tepi cangkir atau gelas. Gunakan
nampan makanan ketika menyajikan minuman ke konsumen.
e. Jangan mengunakan tangan kosong saat memasukkan es kedalam gelas.
Selalu gunakan penjepit, sendok, atau alat yang dapat digunakan untuk
memegang es lainya untuk memasukkan es ke dalam gelas.
f. Sediakan sendok untuk konsumen yang berbagi hidangan dengan
konsumen lain.
g. Jangan menggunakan makanan yang telah terjatuh ke lantai atau terkena
kontaminasi seperti bahan kimia pembersih, atau sesuatu yang kotor.
32
h. Menjaga lingkungan tempat kerja tetap bersih. Tidak menyapu atau
mengelap sisa-sisa bahan makanan ke lantai. Karyawan harus
membersihkan meja dengan kain bersih dan sanitizer.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ekawatiningsih, P. Komariah, K. Purwanti, S. 2008. Restoran. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ekawatiningsih, Prihastuti dkk. 2008. Restoran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional.
Food Standards Australia New Zealand. 2002. Food Safety: Temperature control of
potentially hazardous foods. Guidance on the temperature control requirements
of Standard 3.2.2 Food Safety Practices and General Requirements. Food
Standards Australia New Zealand.
Kementrian Kesehatan RI.2011. Permenkes RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011
Higiene sanitasi Jasaboga.
National Environment Agency. 2013. Guidelines on Good Hygiene Practices By
Service Staff At Food Establishments. Singapore: Environmental Health
Department.
Pacific Northwest Publication. 2009. You Can Prevent Foodborne Illness. Washington
State University.
Permenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MenKes/PER/VI/2011
tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.
Quensland Government. 2008. Tool for the development of a Food Safety Programfor
Catering and Retail premises. Food Safety Program. Quensland Government.
34
GLOSARIUM
Bain Marie: menempatkan suatu wadah (mangkuk, panci) berisi makanan di dalam
wadah yang lebih besar yang berisi air hangat. Proses tersebut dilakukan dalam
oven, bertujuan untuk menjaga makanan agar tetap hangat
FEFO (First Expired First Out): bahan makanan atau makanan yang tanggal
kadaluarsanya sudah lebih dekat, digunakan terlebih dahulu.
FIFO (First In First Out): teknik pengambilan makanan dari tempat penyimpanan
dengan mendahulukan penggunaan bahan makanan atau makanan yang masuk
terlebih dahulu, atau barang yang pertama masuk gudang, diprioritaskan untuk
digunakan terlebih dahulu.
Holding: titik kritis ketika proses pengolahan makanan selesai, suhu makanan
tersebut harus dijaga pada rentang yang tepat untuk memastikan makanan aman
dikonsumsi atau tidak
Thawing: proses melunakkan bahan makanan yang berasal dari penyimpanan chiller
atau freezer
35
TIM PENYUSUN
Ketua
Yani Rahmawati
Tim Penulis
Agnes Widyasari
Ananda Putri Wulandari
Ayu Kezia
Eryna Rahmania
Rifki Afif Tamimi
Rasidah Pratiwi
Dinni Yulia S.W
Dewi Nur Aini
Rizti Medisa Aqsari
Yani Rahmawati
Safira Ainun Ulumiyah
Lucky Astrida
Tim Editor
Tamida Adila Habsari
Karina Muthia Shanti
36