Anda di halaman 1dari 5

SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

ABSTRAK

PENDAHULUAN
Sanitasi lingkungan dan personal hygiene merupakan faktor yang memengaruhi hasil
dari suatu percobaan di laboratorium. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada kesehatan lingkungan hidup sekitar manusia (Putri, 2013). Sanitasi
lingkungan adalah upaya pengendalian faktor-faktor lingkungan sekitar manusia yang dapat
berpengaruh buruk terhadap manusia (Ali dkk., 2016). Sanitasi lingkungan termasuk pada
status kesehatan suatu lingkungan (Sajida dkk., 2013).
Personal hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang yang bertujuan untuk memelihara kesehatan diri sendiri dan mencegah timbulnya
penyakit (Azizah dan Setiyowati, 2011). Personal hygiene sangat tergantung pada pribadi
masing-masing karena kebiasaan masing-masing dalam mengembangkan nilai personal
hygiene (Pidenendi dkk., 2016).
Tujuan dari percobaan sanitasi lingkungan dan personal hygiene adalah untuk
mengetahui metode sanitasi, baik lingkungan maupun personal hygiene dalam laboratorium
dan mengamati serta menghitung jumlah koloni bakteri dari lingkungan laboratorium dan
bagian tubuh praktikan.
MATERI DAN METODE
Materi dan metode pada percobaan sanitasi lingkungan dan personal hygiene adalah
bahan-bahan yang diperlukan dalam teknik personal hygiene adalah sampel kuku dan rambut
dari praktikan, sementara bahan-bahan yang diperlukan dalam teknik swab test adalah debu
dari meja praktikum dan handle pintu kamar mandi.
Teknik personal hygiene dilakukan dengan cara medium PCA steril disiapkan dan
dituangkan sebanyak 15ml kedalam cawan dan biarkan hingga mengeras. 3 jari tangan
ditempelkan pada medium tersebut (jari tangan yang disterilkan dengan alkohol dan tanpa
disterilkan). Sampel kuku dan rambut disiapkan dan dimasukkan ke dalam aquadest. Sampel
dipipet menggunakan mikropipet (EPPENDORF, Jerman) sebanyak 1ml kedalam cawan petri
dan medium PCA cair dituangkan. Cawan diinkubasi dengan posisi terbalik pada 37 C
selama 24 jam. Perubahan yang ada diamati dan dicatat.
Teknik swab test dilakukan dengan cara sampel diambil dengan cara permukaan alat
diusap dengan swab stick, luas permukaan meja dan handle pintu diukur. Swab stick steril
dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga bagian kapasnya tenggelam di dalam larutan
dilusi. Larutan dipipet sebanyak 1ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri. Media PCA cair
dituang ke dalam cawan petri dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. Pertumbuhan
koloni bakteri diamati.
Metode Direct Air Contact dilakukan dengan cara medium PCA disiapkan. Medium
PCA steril dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15ml (1 cawan didekatkan bunsen dan 1
cawan tanpa didekatkan bunsen saat medium dituangkan), kemudian dibiarkan hingga
mengeras. Cawan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam dan perbedaan masing-masing
cawan diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan sanitasi lingkungan dan personal hygiene yang telah
dilakukan diperoleh hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene
Teknik/Metode Sampel Jumlah Koloni
Meja Laboratorium 27
Swab Test
Handle pintu kamar mandi 65
Dekat dengan bunsen 0
Direct Air Contact
Jauh dengan bunsen 16
Rambut 23
Kuku TBUD
Personal Hygiene Jari bersih (disterilkan 15
alkohol
Jari kotor 16
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi Pangan, 2017.
Berdasarkan hasil dalam tabel dapat diketahui bahwa pada teknik swab test sampel
meja laboratorium memiliki jumlah koloni 27 dan handle pintu kamar mandi sebanyak 65
koloni. Sampel pada metode Direct Air Contact yaitu medium PCA yang dekat dengan
bunsen tidak memiliki koloni bakteri sementara yang jauh dengan bunsen memiliki koloni
sebanyak 16 koloni. Sampel pada teknik personal hygiene yaitu rambut memiliki 23 koloni,
kuku dengan jumlah koloni TBUD, jari bersih yang disterilkan alkohol sebanyak 16 koloni,
dan jari kotor sebanyak 15 koloni. Metode Swab Test adalah metode uji bakteriologis dengan
menggunakan swab stick yang steril. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulia (2017) yang
menyatakan bahwa test kebersihan sifat bakteriologis dapat dilakukan dengan metode usap
kapas steril (swab). Meja laboratorium memiliki koloni 27 CFU/ml karena terjadi
kontaminasi bakteri dari tangan praktikan yang menyentuh meja. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arifin, dkk (2016) yang menyatakan bahwa sentuhan tangan pada benda-benda di
laboratorium seperti meja akan menjadi transmisi menyebarnya bakteri. Handle pintu kamar
mandi memiliki jumlah koloni yang lebih tinggi dari meja laboraorium yaitu 65 CFU/ml
karena handle pintu mandi terkontaminasi bakteri akibat tingginya aktivitas manusia pada
handle pintu kamar mandi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartika, dkk. (2017) yang
menyatakan bahwa aktvitas manusia yang tinggi dapat membuat tangan terkontaminasi
bakteri dan menyebarkannya ke objek lain.
Metode Direct Air Contact menghasilkan bahwa sampel dekat dengan bunsen
memiliki koloni 0 CFU/ml. Koloni 0 CFU/ml berarti steril dari kontaminasi bakteri akibat
bunsen yang memiliki fungsi meminimalisir kontaminasi bakteri. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wulandari dan Hadisaputri (2017) yang menyatakan bahwa bunsen adalah alat yang
dinyalakan akan membentuk api yang bisa meminimalisir kontaminasi bakteri karena panas
yang tinggi dari api memaksa mikroorganisme menjauh dari area. Sampel yang jauh dari
bunsen memiliki koloni 16 CFU/ml karena udara sekitar yang terkontaminasi bakteri akibat
adanya debu dan uap air. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusup dan Sulistyorini (2005) yang
menyatakan bahwa adanya debu dan uap air pada udara menyebabkan adanya bakteri pada
udara.
Teknik Personal Hygiene diperoleh hasil bahwa sampel rambut memiliki jumlah
koloni 23 CFU/ml. Rambut yang memiliki koloni bakteri berarti rambut terkontaminasi
bakteri sehingga perlu perawatan yaitu menggunakan shampo. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purnamasari dan Megatsari (2016) yang menyatakan bahwa rambut bisa dilakukan
perawatan menggunakan shampo minimal satu atau dua kali seminggu. Sampel kuku
memiliki koloni bakteri TBUD karena kuku merupakan sumber adanya bakteri dan
kontaminasi dan kuku memiliki bentuk yang bercelah yang memudahkan bakteri masuk. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rifta, dkk (2016) yang menyatakan bahwa kuku merupakan
sumber bakteri dan penyebab kontaminasi silang dan celah pada kuku memudahkan
masuknya bakteri. Jari yang disterilkan dengan alkohol lebih rendah koloni bakteri nya
daripada jari kotor karena peran alkohol sebagai antiseptik yang membunuh bakteri. Hal ini
sesuai dengan pendapat Evangeline, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa alkohol merupakan
suatu cairan yang berperan sebagai antiseptik dan merupakan bakterisida kuat.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R.U., Zulkarnaini, dan D. Affandi. 2016. Hubungan personal hygiene dan sanitasi
lingkungan dengan angka kejadian kecacingan (soil transmitted helminth) pada petani
sayur di kelurahan maharatu kecamatan marpoyan damai kota pekanbaru. J.
Lingkungan Indonesia. 3(1) : 24-32.
Arifin, A., Z. Hayati, dan K. F. Jamil. 2016. Isolasi dan identifikasi bakteri di lingkungan
laboratorium mikrobiologi klinik rsudza banda aceh. J. Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Komunitas. 1(4) : 1-8.
Azizah, I.N., dan W. Setiyowati. 2011. Hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang
personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat pembuangan akhir kota
semarang. J. Dinamika Kebidanan. 1(1) : 44-53.
Evangeline, H., D. Supriadi, dan W. Sunarya. Perbedaan kompres nacl 0,9% dengan kompres
alkohol 70%terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien flebitis. J. Kedokteran dan
Kesehatan. 2(3) : 245-251.
Kartika, D., Rahmawati, dan D.W.Rousdy. 2017. Studi analisis perilaku mencuci tangan
terhadap kepadatan koloni bakteri sebelum dan setelah mencuci tangan pada
mahasiswa. 6(2) : 1-7.
Pinedendi, N., J.V. Rottie, dan F. Wowiling. 2016. Pengaruh penerapan asuhan keperawatan
defisit perawatan diri terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien di rsj. prof. v.
l. ratumbuysang manado tahun 2016. J. Keperawatan. 4(2) : 1-7.
Purnamasari, P.M., dan H. Megatsari. 2015. Determinan yang berhubungan dengan tindakan
kebersihan diri santriwati di pondok pesantren x jombang. J. Promkes. 3(2) : 146-158.
Putri, E.D.H. 2013. Pentingnya menjaga higiene dan sanitasi di lingkungan the sahid rich
hotel yogyakarta. J. Khasanah Ilmu. 4(2) : 31-37.
Rifta, R., Budiyono, dan Y.H. Darundiati. 2016. Studi identifikasi keberadaan escherichia
coli pada es batu yang digunakan oleh pedagang warung makan di tembalang. J.
Kesehatan Masyarakat. 4(2) : 176-185.
Sajida, A., D.N. Santi, dan E. Naria. 2013. Hubungan personal hygiene dan sanitasi
lingkungan dengan keluhan penyakit kulit di kelurahan denai kecamatan medan denai
kota medan tahun 2012. J. Lingkungan dan Kesehatan Kerja. 2(2) : 1-8.
Wulandari, M.I. dan Y.E. Hadisaputri. 2016. Studi pustaka peralatan yang digunakan untuk
kultur sel. J. Farmaka. 4(4) : 209-222.
Yulia, Y. 2017. Higiene sanitasi makanan, minuman dan sarana sanitasi terhadap angka
kuman peralatan makan dan minum pada kantin. J. Vokasi Kesehatan. 2(1) : 55-61.
Yusup, N.A., dan L. Sulistyorini. 2005. Hubungan sanitasi rumah secara fisik dengan
kejadian ispa pada balita. J. Kesehatan Lingkungan. 1(2) : 110-119.

Anda mungkin juga menyukai