Anda di halaman 1dari 7

JURNAL READING MODUL 6.

1
"Denture Stomatitis-Review"

Disusun Oleh :
Natasya Widistana Putri 22010216140001
Fadiah Annisa Safirah 22010216140002
Betari Ratih Aristyaputri 22010216140003
Winni Setiawati 22010216140004
Alfi Dian Uly Noor 22010216140005

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2019
Juring modul 6.1
DENTURE STOMATITIS - KAJIAN LITERATUR

Abstrak
Denture stomatitis suatu masalah yang paling umum dan bertahan pada pemakai gigi
tiruan. Etiopatogenesis denture stomatitis multifaktorial dan kompleks untuk dipahami.
penempatan gigi tiruan menghasilkan perubahan yang signifikan dalam lingkungan mulut dan
berdampak buruk pada jaringan mulut. Kombinasi sel jamur pada basis gigi tiruan yang ireguler
dan bahan relining gigi tiruan, kebersihan mulut yang buruk, dan beberapa faktor sistemik yang
paling mungkin menyebabkan timbulnya infeksi penyakit ini. Maka, kolonisasi dan pertumbuhan
Candida albicans pada protesa merupakan sesuatu yang penting secara klinis. Artikel ini
memberikan ulasan luas tentang etiopatogenesis, manajemen, dan tren saat ini dalam manajemen
denture stomatitis.
Kata kunci : denture stomatitis, penggunaaan gigi tiruan, Candida albicans.
Pendahuluan
Denture stomatitis adalah istilah yang digunakan terhadap respon inflamasi dari mukosa
yang berkenaan dengan gigi tiruan. Bisa juga dikenal sebagai denture sore mouth, stomatitis
yang disebabkan gigi tiruan, hiperplasia papilar inflamatoria, kandidiasis atrofik kronik. Hal ini
biasanya pada pasien dewasa dengan pemakaian gigi tiruan lengkap atau sebagian. Hal ini
biasanya terlihat pada mukosa palatal dan gingiva yang berkontak langsung dengan basis gigi
tiruan. Prevalensi denture stomatitis pada pasien edentulous telah dilaporkan sebanyak 62%,
39% dan 23% masing-masing dari peneliti yang berbeda. Tidak ada kecenderungan ras atau jenis
kelamin, meskipun beberapa penulis telah menjelaskan bahwa prevalensi denture stomatitis lebih
tinggi pada wanita. Denture stomatitis diketahui memiliki etiologi yang multifaktorial termasuk
seperti faktor penyebab: infeksi jamur Candida, infeksi bakteri, kebersihan mulut dan gigi tiruan
yang buruk, penggunaan gigi tiruan tanpa henti, trauma, reaksi alergi dari bahan gigi tiruan,
faktor imunologik, faktor diet, berbagai medikasi dan predisposisi penyakit sistemik.
Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi yang telah diusulkan, tetapi klasifikasi stomatitis gigi tiruan
disarankan oleh Newton di tahun 1962, berdasarkan secara khusus pada kriteria klinis.

 Tipe I : Peradangan lokal atau hiperemia


 Tipe II : Eritematosa atau eritema yang lebih menyebar yang
melibatkan sebagian/seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan.
 Tipe III : Tipe granular (Inflamasi hiperplasi papiler). Umumnya
melibatkan bagian tengah palatum keras dan alveolar ridge.
 Tipe III sering terkait dengan Tipe I/ Tipe II
 Denture Stomatitis tipe III melibatkan respon epitel terhadap stimulasi inflamasi kronis
sekunder akibat kolonisasi jamur yeast dan kemungkinan trauma lokal akibat gigi tiruan
yang tidak pas.

Etiopatogenesis

Candida albicans telah terbukti menjadi jenis jamur candida utama yang bertanggung
jawab untuk peradangan yang patologis, meskipun berbagai spesies seperti C. dubliniensis, C.
parapsilosis, C. krusei, C. tropicalis dan terutama C.glabarta yang telah diisolasi dari lesi
inflamasi.

Patogenesis denture stomatitis yang melibatkan jamur Candida rumit dan multifaktorial.
C. Albicans adalah mikroorganisme oral normal, dan hingga 67% orang memiliki organisme ini
dalam tubuhnya tanpa tanda klinis infeksi. Faktor lokal dan sistemik dapat menentukan
transformasi C.albicans dari organisme komensal ke organisme patogen. Batasan antara
statusnya sebagai jamur yeast dan hifa sangat tipis dan seiring dengun perubahan imun host yang
menjadi immunocpmpromised, jamur menjadi aktif dan mulai menyekresikan beberapa enzim
hidrolitik seperti proteinase dan fosfolipase yang membantu perlekatannya ke sel inang dan
mencerna dinding sel inang untuk suplai nutrisi yang membantu invasi lebih lanjut.

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi stomatitis yang diinduksi gigi tiruan meliputi faktor sistemik dan
lokal seperti faktor mikroba, metode pembersihan gigi tiruan, pemakaian gigi tiruan sepanjang
malam, gigi tiruan yang tidak pas, kebersihan mulut yang buruk dan kebersihan gigi tiruan,
xerostomia, merokok, kualitas dan kuantitas air liur, oklusi, kebiasaan parafungsional dan diet
kaya karbohidrat, usia gigi tiruan dan mungkin terdapat defek pada mekanisme pertahanan tubuh
host.
Faktor Lokal
a) Mikroorganisme
Keberadaan gigi tiruan pada mukosa rongga mulut saja berperan sebagai katalis
dari permulaan denture stomatitis dengan mengubah lingkungan mikrobiologis lokal
yang disebabkan oleh penurunan pH, laju aliran saliva, dan cleansing secara mekanis,
berperan sebagai tempat kumpulan mikroorganisme. Dari mikroorganisme-
mikroorganisme ini, biasanya dihubungkan dengan spesies Candida, terutama Candida
albicans, adalah salah satu dari agen penyebab denture stomatitis paling umum. Bahkan,
sekitar 80 persen mikroorganisme yang diambil dari mukosa rongga mulut pengguna gigi
tiruan adalah C. albicans. Spesies bakteri tertentu seperti Staphylococcus sp.,
Streptococcus sp., Fusobacterium sp. atau Bacteroides sp. telah ditemukan pada pasien
dengan denture stomatitis.
b) Trauma
Trauma gigi tiruan akibat gigi tiruan yang tidak pas dipercaya sebagai salah satu
faktor etiologi dari denture stomatitis. Nyquist mempertimbangkan bahwa trauma yang
disebabkan oleh gigi tiruan adalah faktor dominan dari terjadinya denture stomatitis.
Cawson menyimpulkan bahwa trauma dari infeksi jamur Candida adalah penyebab
signifikan denture stomatitis. Trauma menyebabkan dimensi vertikal oklusi yang tidak
benar, gigi tiruan yang tidak stabil, perubahan oklusal. Penggunaan gigi tiruan di malam
hari juga dipertimbangkan sebagai faktor risiko dari denture stomatitis.
c) Material Lining gigi tiruan
Material lining gigi tiruan yang mengikutsertakan tissue conditioners dan soft
denture liners, digunakan secara meluas sebagai tambahan pada perawatan prosthodontik
dan manajemen dari mukosa rongga mulut yang terkena trauma, dan paling sering
digunakan pada kasus yang berhubungan dengan gigi tiruan mandibula. Akhir-akhir ini,
material yang tersedia adalah antara elastomer silikon, polimer methacrylate yang plastis,
hydrophilic polymethacrylate atau fluoropolymers. Walaupun material-material ini
menunjukkan toleransi pada jaringan yang sangat baik, salah satu masalah yang
ditimbulkan adalah kolonisasi dari Candida sp. pada permukaan dan di dalam bahannya.
Pertumbuhan jamur diketahui dapat menghancurkan sifat-sifat permukaan dari liner dan
dapat menimbulkan iritasi pada jaringan rongga mulut. Hal ini disebabkan oleh
kombinasi dari peningkatan kekasaran permukaan dan tingginya konsentrasi dari
eksotoksin dan prodak metabolik yang diproduksi koloni jamur.
d) Plak pada gigi tiruan
Kebersihan gigi tiruan yang buruk dipertimbangkan sebagai salah satu faktor
etiologi denture stomatitis. Berbagai faktor menstimulasi proliferasi jamur yeast seperti
oral hygiene yang buruk, diet tinggi karbohidrat, penurunan laju saliva, komposisi saliva,
desain protesa dan penggunaan gigi tiruan yang terus menerus juga dapat meningkatkan
patogenisitas dan plak gigi tiruan.
e) Permukaan dan Permeabilitas Basis Gigi Tiruan
Tissue surface gigi tiruan biasanya menunjukkan cekungan mikro (micropits) dan
mikroporositas. Bentuk permukaan yang ireguler memungkinkan jamur untuk bersarang
dan menyulitkan untuk eliminasi bakteri dengan cara mekanis dan kimia. Maka dari itu,
pada kondisi kebersihan rongga mulut yang buruk, Candida dapat masuk, menempel dan
beragregasi dengan koloni bakteri lain. Sifat permukaan substrat, muatan permukaan,
energi bebas dari permukaan, hidrofobisitas, dan kekasaran telah dilaporkan dapat
mempengaruhi adesi awal dari mikroorganisme.
f) Saliva
Peran saliva dalam kolonisasi C. albicans masih kontroversi. beberapa studi telah
menunjukkan bahwa saliva mengurangi adhesi dari C. albicans. Bahkan, saliva
mengandung molekul seperti lysozyme, lactoferrine, calprotectin, IgA yang mengurangi
adhesi Candida pada permukaan rongga mulut. Penurunan atau hilangnya keberadaan
saliva pada mulut seseorang dengan xerostomia menimbulkan perubahan dan
ketidakseimbangan dari komunitas mikroba normal dengan proliferasi bakteri
Staphylococcus aureus yang menghambat adaptasi normal dari mikroba komensal.
Faktor Sistemik

Kondisi sistemik tertentu seperti diabetes mellitus, defisiensi nutrisi (zat besi, folat atau
vitamin B12), hipotiroid, kondisi immunocompromised (infeksi HIV), keganasan (leukemia akut,
agranulocytosis), penggunaan obat immunosupresan secara iatrogenik, seperti kortikosteroid
dapat juga menjadi faktor predisposisi denture stomatitis yang disebabkan oleh Candida.
Pencegahan

Pencegahan denture stomatitis merupakan hal yang wajib untuk dimasukkan ke dalam
program kesehatan gigi. Para dokter gigi yang menangani pasien geriatri harus mempromosikan
program pencegahan ini kepada semua tenaga kesehatan, para pengasuh, keluarga pasien dan
pasien sendiri. Program pencegahan ini termasuk:

Pemeriksaan rutin yang mendasar pada rongga mulut untuk screening bila terdapat
gangguan, walaupun lesinya asimptomatik. Sanitasi gigi tiruan yang tepat dan menjaga
kebersihan mulut yang baik. Kebiasaan penggunaan gigi tiruan yang tepat, menginstruksikan
pasien untuk melepas gigi tiruannya selama 6-8 jam per hari. Pasien dengan gigi tiruan sebagian
harus menjalani prosedur kontol plak secara berkala.

Perawatan
Kebersihan rongga mulut adalah wajib. Rongga mulut harus dijaga sebersih mungkin dan
berkumur setelah makan harus dilakukan. Faktor lokal yang dapat meningkatkan pertumbuhan
jamur, seperti merokok atau menggunakan gigi tiruan sepanjang malam, harus dikurangi.
Penggunaan gigi tiruan harus dikurangi selama mungkin dan tidak menggunakan gigi tiruan saat
tidur. Koreksi pada gigi tiruan yang longgar merupakan hal yang penting dalam penanganan
denture stomatitis. Pemasangan gigi tiruan dan keseimbangan oklusi harus diperiksa untuk
menghindari trauma. Pembuatan protesa baru dapat dilakukan jika dibutuhkan. Gigi tiruan harus
dibersihkan dalam air sabun hangat dan direndam semalam dalam larutan antiseptik. Obat-obatan
antifungal direkomendasikan saat jamur telah terisolasi atau saat lesi tidak hilang dengan
instruksi membersihkan mulut. Pilihan pertama dalam perawatan ini adalah aplikasi topikal.
Produk topikal tersedia dalam banyak bentuk seperti pastilles, troches, krim, ointment dan
suspensi oral. Perawatan antifungal yang sering digunakan adalah suspensi antifungal nystatin,
amphotericin B, miconazole dan fluconazole. Di sisi lain, clotrimazole dalam bentuk krim atau
larutan, yang mana bentuk krim memiliki aktivitas antistaphylococcal. Hampir semua obat-
obatan menurunkan gejala dalam 12-14 hari. Clotrimazole (krim 1%) biasanya hanya digunakan
secara topikal karena bersifat toksik terhadap sistem pencernaan dan saraf; miconazole (krim 2-
4%) dapat digunakan secara topikal. Agen antifungal sistemik direkomendasikan kepada pasien
dengan kepatuhan yang rendah, seperti pasien berkebutuhan khusus, selain itu agen antifungal
sistemik juga direkomendasikan kepada pasien immunocompromised. Dari kelompok obat
antifungal sistemik, fluconazole dan itraconazole adalah obat-obatan yang paling luas
penelitiannya dan terbukti efisiensinya. Fluconazole biasanya digunakan dalam bentuk kapsul
dengan ukuran 50-100 mg dan itraconazole dalam bentuk kapsul 100 mg. Ketoconazole 200-400
mg diberikan peroral satu kali dalam sehari. Hasil yang lebih meyakinkan diperoleh saat gigi
tiruan direndam dalam klorheksidin 2% membantu perawatan topikal. Bahan antiseptic lain yang
dapat digunakan adalah sodium hipoklorit. Telah terbukti bahwa merendam gigi tiruan dalam
larutan sodium hipoklorit 0,02% secara efektif menurunkan jumlah kandida dan bakteri yang ada
pada permukaan gigi tiruan. Sayangnya, sodium hipoklorit tidak dapat digunakan dalam jangka
waktu yang panjang karena dapat merusak protesa. Radiasi dengan gelombang mikro diusulkan
sebagai metode desinfeksi gigi tiruan yang efektif dan murah. Radiasi dengan gelombang mikro
dapat mematikan kandida albikans. Terapi fotodinamik (Photodynamic Therapy/PDT) tampak
seperti metode yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan agen antifungal. Sebuah penelitian
dengan PDT menunjukkan bahwa metode tersebut dapat menjadi alternatif dalam perawatan
denture stomatitis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan prevalensi denture
stomatitis pada gigi tiruan mandibula yang distabilkan dengan implan dan disimpulkan bahwa
implan pada gigi tiruan dapat mengontrol denture stomatitis yang efektif dengan mencegah
trauma pada mukosa rongga mulut pada pasien lansia yang edentulous. Kesehatan mukosa oral
maksila yang lebih baik didapatkan saat gigi tiruan mandibula didukung oleh minimal dua
implan.

Kesimpulan

Artikel ini mengkaji etiopatogenesis dan berbagai pendekatan preventif dan aspek
manajemen dari denture stomatitis. Walaupun Candida albicans dianggap sebagai penyebab
utama di etiologi denture stomatitis, Candida albicans mungkin tidak muncul untuk semua
kasus. Maka dari itu, penting untuk tidak meresepkan obat antifungal tanpa pemeriksaan
mycologi. Karena denture stomatitis biasanya asimptomatik; pasien yang menggunakan gigi
tiruan harus diperiksa secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai