GEOGRAPHIC TONGUE
(LIDAH GEOGRAFIK)
Disusun oleh:
Joseph Gunawan
160112160515
Pembimbing:
drg. Wahyu Hidayat, Sp.PM
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
3.5.1 Candidiasis....................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................17
Lidah merupakan organ muskular padat yang dilapisi oleh epitel squamous
berlapis. Fungsi utama lidah yaitu untuk fungsi penelanan, pengecapan dan bicara.
Lidah memiliki 2 bagian yaitu dorsum dan ventral. Dorsum lidah memilki banyak
penonjolan pada mukosanya yang merupakan suatu papilla, yaitu papila filiformis,
fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Lidah dapat terlibat dalam berbagai macam
penyakit pada mukosa rongga mulut. Kebanyakan dari kelainan pada lidah
bergantung pada perubahan epitel yang melapisi lidah, terutama papilla filiformis
(Langlais dan Miller, 1994; Field dan Longmann, 2003).
Lesi lidah yang merupakan lesi lokal dapat dikelompokkan menjadi
kongenital / developmental, trauma, infeksi, neoplastik, atau idiopatik. Lesi yang
berasal dari kondisi sistemik dapat dikelompokkan berkaitan dengan infeksi, blood
dyscrasias, penyakit metabolik, dan gangguan imunologi (Cawson dan Odell, 2002;
Greenberg dan Glick, 2003).
Lidah geografik merupakan kondisi jinak umum yang terjadi terutama pada
permukaan dorsum lidah dan merujuk pada beberapa istilah seperti exfoliation
areata linguae, glossitis exfoliativa marginata, lingua geographica, benign
migratory glossitis, erythema migrans, annulus migrans, wandering rash of the
tongue. Etiologi kondisi ini belum sepenuhnya diketahui, namun ada beberapa
faktor pemicu seperti keterkaitan gen, imunologi, dan hormonal (Assimakopoulos,
et al., 2002; Jainkittivong dan Langlais, 2005). Lidah geografik bisa terjadi juga
pada lokasi mukosa mulut lainnya seperti bukal, bibir, gingiva, uvula, dasar mulut,
palatum molle, dan tonsil. Apabila lesi ini terjadi di bagian lain dari mukosa mulut,
istilahnya dapat disebut sebagai migratory stomatitis (Marks dan Simons, 1979;
Scully dan Crispian, 2004).
Laporan kasus ini akan membahas mengenai kasus pasien seorang pasien
pria berusia 21 tahun yang datang ke Instalasi Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada 14 Juni 2017
dengan keluhan traumatic ulcer namun ditemukan pula lidah geografik.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis
Pasien pria berusia 21 tahun datang dengan keluhan gusi kanan atas
belakang terasa perih sejak 3 hari yang lalu. Rasa perih semakin terasa apabila
tertekan atau makan makanan pedas dan panas. Pasien mengaku bahwa rasa
perihnya muncul saat pasien menyikat gigi dan sikat tertekan keras pada gusi
bagian kanan atas belakang. Pasien terakhir ke dokter gigi 1 tahun yang lalu dan
belum pernah ke dokter gigi serta mendapat perawatan atas keluhannya ini.
Pasien ingi keluhannya segera diobati.
2
3
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Penyakit Hepar : YA/TIDAK
Kelainan GIT : YA/TIDAK
Penyakit Ginjal : YA/TIDAK
Kelainan Darah : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK
Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik Tensi : 110/70 mmHg
Kesadaran : Compos Mentis Pernafasan : 18 x / menit
Suhu : 36,2oC(Afebris) Nadi : 90 x / menit
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi tdl
Darah tdl
Patologi Anatomi tdl
Mikrobiologi tdl
Anamnesis
Pasien datang kembali setelah 1 minggu yang lalu mengeluhkan adanya gusi
kanan atas yang perih untuk dilakukan kontrol. Pasien mengaku telah
melaksanakan instruksi yang diberikan untuk menggunakan obat, oral hygiene
instruction, dan konsupsi cairan dan nutrisi bergizi. Saat ini pasien merasa rasa
perihnya sudah hilang.
Diagnosis
D/ Cheek Biting et regio bukal 27,28,46,47 (K13.1)
DD/ Linea Alba (K13.18)
D/ Geographic Tongue (K14.1)
DD/ Candidiasis Oral (B37.0)
D/ Pigmentasi Fisiologis Gingiva et regio anterior RA&RB (K13.6)
DD/ Smokers Melanosis (K13.7)
Rencana Perawatan
Pro/ OHI & menghilangkan kebiasaan buruk
Pro/ perbanyak konsumsi asupan cairan dan nutrisi
8
Gambar 2.2 Pulau berpindah tempat ke lateral knana dan 1/3 ujung lidah
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Lidah geografik (glossitis migrasi jinak) adalah kondisi jinak yang terjadi
pada kurang lebih 3% populasi dunia. Pasien seringkali merasa asimtomatik, dan
pasien lainnya merasa adanya peningkatan sensitivitas pada makanan panas dan
pedas. Etiologi dan patogenesis geographic tongue masih kurang diketahui.
Prevalensi geographic tongue adalah perempuan 2 kali lebih banyak dari laki-laki
yang disebabkan oleh factor hormonal, namun lebih banyak terjadi pada orang
dewasa daripada anak-anak (Assimakopoulos et al., 2002; Field & Longman,
2003).
Menurut Reiter (1831), lidah geografik adalah lesi oral inflamasi yang
kronis, imunnology-meditated, dengan etiologi yang tidak diketahui. Lidah
geografik terlihat sebagai mukosa yang terdepapilasi dengan daerah putih
serpiginous di sekitarnya yang berotasi, remisi, dan reaktivasi pada lokasi yang
berbeda. Batas putih yang terlihat merupakan papilla filiform yang sedang
regenerasi dan campuran antara keratin dan neutrophil, sedangkan daerah eritema
merupakan hasil dari hilangnya papilla di bagian tersebut. Lesi bermigrasi
dikarenakan deskuamasi epithelial pada satu lokasi dan secara bersamaan terjadi
proliferasi di bagian lain dengan periode eksaserbasi dan remisi.
3.2 Etiologi
Etiologi lidah geografik masih tidak diketahui. Beberapa faktor etiologi
yang berhubungan telah dikemukakan, tetapi, tidak ada penyebab yang ditunjukkan
memberikan bukti yang jelas dari hubungan sebab akibat. Beberapa peneliti
mengklasifikasikan kondisi ini sebagai anomali konginetal; peneliti lain membahas
peran herediter pada perkembangannya (Danser, et al. 2003). Eidelman dkk.,
melaporkan prevalensi geographic tongue pada kombinasi orang tua dan saudara
kandung adalah lebih tinggi secara signifikan daripada pada populasi umum dan
9
10
3.5.1 Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi jamur oral yang paling umum. Etiologi penyakit
ini biasanya disebabkan oleh Candida albicans, dan jarang olehspesies jamur
lainnya (C. glabrata, C. krusei, C. tropicalis, C. parapsilosis).Faktor predisposisi
lokal (kebersihan mulut yang buruk, xerostomia, mukosa yang terluka, pemakaian
gigi palsu, obat kumur antibiotik) dan sistemik (antibiotik spektrum luas, steroid,
obat imunosupresif, radiasi, infeksi HIV, penyakit hematologi yang ganas, anemia
neutropenia, kekurangan zat besi, gangguan endokrin) (Cawson & Odell, 2002;
Field & Longman, 2003).
kronis dari penyakit ini; tampak secara klinissebagai putih, tegas, dan plak yang
timbul serta biasanya tidak terlepas. Kandidiasis mucocutaneous adalah kelompok
heterogen dan langka klinissindrom, ditandai dengan lesi kronis pada kulit, kuku,
dan mukosa,dan biasanya berhubungan dengan cacat imunologi. Secara klinis,lesi
oral muncul sebagai plak putih dan biasanya beberapa ada yang tidak bisa dihapus
(Laskaris, 2006). Diagnosis banding dari geographic tongue adalah kandidiasis
pseudomembran akut yang mana memperlihatkan penampilan klinis yang sama
berupa batas-batas putih yang mengelilingi lidah.
Pasien yang dating dengan keluhan awal rasa nyeri yang disebabkan oleh
traumatic ulcer setelah diberikan pengobatan berupa kortikosteroid topikal pada
kontrol selanjutnya sudah memperlihatkan perbaikan. Sedangkan pada makalah ini,
pembahasan lebih ditujukan terhadap kasus pada lidahnya yang memperlihatkan lesi
yang berpindah dari saat kunjungan pertama dan kunjungan kontrol berikutnya.
Pada kunjungan pertama terlihat lidah lesi berbentuk pulau-pulau berjumlah
3 berwarna merah terang dikelilingi batas berwarna putih di 1/3 dorsum lidah lateral
kiri, 1/3 media ke kanan dari garis media, dan ujung anterior kanan dekat gigi 43.
Pada kunjungan kontrol 1 minggu, ketiga lesi tersebut sudah menghilang, namun
terdapat lesi baru yang timbul berwarna kemerahan pada lateral kanan lidah dan 1/3
ujung lidah sebelah kanan garis media. Hal ini menunjukkan adanya perpindahan lesi
dari satu posisi ke posisi lain yamg biasa disebut dengan istilah migratory lesion
(Jainkittivong&Langlais, 2005; Goregen et al, 2003).
Pada permukaan lidah terdapat struktur yang disebut papilla. Terdapat 4 jenis
papilla, yaitu sirkumvalata, fungiform, filiform, dan foliata. Papila filiform adalah
papila yang paling banyak terdapat di lidah dan paling mudah untuk mengalami
kerusakan seperti radang, atrofi, atau hipertrofi. Hal ini disebabkan karena papilla
filiform terbentuk dari jaringan ikat ireguler dengan keratin dan membentuk suatu
bentuk panjang (Marks & Simons, 1979; Scully & Crispian, 2004).
Pada kasus lidah geografik, penampakkan klinis memperlihatkan adanya
bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih. Bercak merah pada kasus tersebut
menunjukkan atrofi papilla filiform dan batas putih terdiri dari papilla filiform yang
beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil. Keratin pada permukaan
dorsal lidah dapat mengalami deskuamasi selama fungsi. Dalam keadaan normal
lidah mengalami keratinisasi yang akan berdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan
makanan, palatum, dan gigi geligi anterior rahang atas. Lapisan ini akan diganti
dengan sel epithelial yang baru dari bawahnya. Akan tetapi keseimbangan ini
seringkali terganggu ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau
17
18
kondisi rongga mulut yang tidak seimbang, keratin pada lidah tidak terdeskuamasi
dan terakumulasi di papila filiformis serta terjadi penumpukkan bakteri yang
menyebabkan warna keputihan di batas lesi tersebut (Field & Longman, 2003;
Laskaris, 2006).
Penampakkan klinis ldiah geografik seringkali disamakan dengan beberapa
lesi yang serupa yang berada di lidah antara lain kandidiasis, oral lichen planus, dna
oral psoriasis. Oral lichen planus dan oral psoriasis memang memiliki patofoisiologi
yang mirip dengan lidah geografik, yaitu adanya atrofi papila filiformis. Namun ada
perbedaan yang signifikan, oral lichen planus memperlihatkan adanya erosi juga
pada daerah lesi dan OLP biasanya disertai dengan lichen planus pada daerah lainnya
karena berhubungan dengan sistem imunologi. Selain itu, OLP memiliki faktor
etiologi yang lebih jelas sehingga medikamentosa dan rencana perawatan lebih jelas
dan pasien dapat sembuh.
Di sisi lain, psoriasi oral merupakan manifestasi klinis dari psoriasis sistemik
yang berada di bagian tubuh yang lain. Penampakan psoriasis sangat mirip dengan
lidah geografik, namun ada 2 cara penegakkan diagnosis antara lain penampakan
klinis psoriasis pada daerah lain dan pemeriksaan histologis. Kandidiasis yang juga
merupakan diagnosis banding lidah geografik memiliki perbedaan pada histologis
dan faktor etiologi utamanya adalah jamur Candidiasis sp..
Faktor etiologi yang masih belum jelas pada penyakit lidah geografik
menyebabkan rencana perawatan yang masih rancu juga. Pada beberapa literatur,
dikatakan bahwa lidah geografik merupakan glossitis yang berulang, sehingga yang
perlu dilakukan pada pasien dengan lidah geografik adalah antisipasi agar lidah tidak
mengalami atrofi papila dan degenerasi yang terlalu cepat. Hal yang dapat dilakukan
antara lain edukasi pasien untuk tidak melakukan hal-hal yang memicu kejadin
tersebut (merokok, makan makanan yang terlalu panas dan pedas) (Greenberg &
Click, 2003; Jainkittivong & Langlais, 2005).
Pada beberapa pasien yang mengeluhkan adanya rasa sakit atau tidak nyaman
pada penyakit ini, mungkin saja diberikan obat kumur dengan anestetikum.
Sedangkan pada kasus ini, pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit atau tidak
nyaman pada lidahnya dan hanya sekedar temuan klinis oleh dokter gigi, sehingga
19
perawatan untuk kasus lidah geografik pada pasien atas nama Novri Firmansyah
adalah edukasi pasien.
BAB V
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21