Anda di halaman 1dari 16

BIDANG ILMU PERIODONSIA

LAPORAN KASUS
GINGIVEKTOMI

Dosen Pembimbing:

drg. Rinawati Satrio, M.Si

Disusun Oleh:

Firda Aziza

G4B017004

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2019
PENDAHULUAN

Pembesaran gingiva merupakan tanda adanya kelainan pada gingiva berupa

peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh beberapa faktor baik lokal maupun

sistemik. Faktor yang paling sering yaitu adalah faktor lokal berupa plak bakteri.

Gingiva yang mengalami peradangan (gingivitis) apabila tidak dilakukan perawatan

maka akan berkembang menjadi periodontitis. Kondisi ini akan menyebabkan

kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah karena melibatkan kerusakan

ligamen periodontal dan tulang alveolar. Gingiva yang sehat memiliki ciri-ciri

berwarna coral-pink, bertekstur stippling, konsistensi kenyal, dan berbentuk tajam

seperti kerah baju. Sedangkan gingiva yang meradang memiliki tampilan klinis

peningkatan ukuran, halus, mengkilat, berwarna merah, konsistensi lunak, dan

tepinya membulat (Widagdo dkk., 2015).

Perawatan periodontal diawali dengan terapi fase pertama (non bedah) yang

meliputi pembersihan karang gigi (scaling) baik supra mupun subgingiva. Gingiva

yang hiperplasi dengan kondisi terjadi perubahan warna, edema, dan infiltrasi seluler

dapat dibersihkan deposit kalkulusnya terlebih dahulu dengan syarat hiperplasi tidak

mengganggu pembersihannya. Apabila hiperplasi gingiva terdiri dari jaringan

fibrotik dan tidak mengecil setelah dilakukan scaling atau pembesaran gingiva

menutupi deposit dan membuat keterbatasan akses pembersihannya dapat dilakukan

tindakan bedah yaitu gingivektomi. Gingivektomi merupakan pemotongan jaringan

gingiva pada sisi lateral poket untuk menghilangkan poket dan peradangan tersebut.

Harapannya dengan prosedur ini akan didapatkan kondisi gingiva yang sesuai

fisiologis, fungsional, dan estetis (Andriani, 2009).


TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Gingiva

Gingiva merupakan jaringan lunak pendukung gigi yang mengelilingi gigi dan

menutupi tulang alveolar. Gingiva berfungsi melindungi jaringan yang terdapat

dibawahnya terhadap pengaruh lingkungan ronga mulut. Gingiva yang normal dan

tidak ada kelainan akan tampak berwarna merah muda (coral-pink) akibat suplai

darah dan sel-sel epitel berkeratin dengan ketajaman warna yang bervariasi

behubungan dengan pigmentasi kulit. Bentuknya seperti kerah baju dengan kontur

bagian interdental yang lancip dan lebarnya tergantung dari kontak proksimal antar

gigi geligi. Memiliki konsistensi kenyal dan tidak dapat digerakkan, serta terdapat

tekstur stippling seperti kulit jeruk yang kasar dan terlihat jelas apabila gingiva

dikeringkan (Herijulianti, 2009).

Gingiva memiliki beberapa bagian anatomi diantaranya (Nield-Gehrig dkk.,

2011):

a. Interdental gingiva: merupakan gingiva yang terletak diantara gigi geligi

dengan bentuk cembung dan tajam pada ujungnya

b. Margin gingiva: merupakan batas tepi gingiva yang halus dan membentuk

lekukan sedalam 1-2 mm di sekeliling leher gigi. Gigiva ini tidak melekat

pada gigi

c. Attached gingiva: merupakan gingiva yang meluas dari margin gingiva

hingga mukogingiva. Permukaan gingiva ini yang memiliki tekstur

stippling seperti kulit jeruk dengan lebar bervariasi antara 0-9 mm.

d. Mucogingival junction: bagian gingiva yang memisahkan attached gingiva

dengan dengan mukosa alveolar


e. Mukosa alveolar: merupakan mukoperiosteum yang melekat dengan tulang

alveolar dibawahnya

E
D
C
B
A

Gambar 1. A) Interdental gingiva; B) Margin gingiva; C) Attached gingiva


D) Mucogingival junction; E) Mukosa alveolar

B. Pembesaran Gingiva

Salah satu kelainan pada jaringan periodontal yaitu berupa inflamasi pada

gingiva yang berujung pada pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva yang disebut

juga hiperplasi gingiva merupakan kondisi terjadinya pertumbuhan jaringan gingiva

yang berlebihan. Kondisi ini merupakan dampak dari beberapa penyakit gingiva

serta ada kemungkinan dari kondisi atau penyakit sistemik. Pembesaran gingiva

dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama jika sudah mempengaruhi fungsi

bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu estetik.

Berdasarkan etiologinya pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi (Andriani,

2009):

1. Pembesaran gingiva karena inflamasi baik akut maupun kronik


2. Pembesaran gingiva karena obat-obatan (phenythoin cyclosporine,
calcium chanel blokers)
3. Pembesaran gingiva karena kondisional (kehamilan dan pubertas)
4. Pembesaran gingiva karena defisiensi vitamin C
5. Pembesaran gingiva hiperplastik idiopatik/ non spesifik (pyogenic
granuloma)
6. Pembesaran gingiva karena penyakit sistemik
7. Pembesaran gingiva neoplastik
8. Pembesaran gingiva berupa false enlargement

Penyakit yang menyebabkan kondisi pembesaran gingiva secara umum dapat

bersifat inflamasi atau non inflamasi dan kombinasi keduanya. Inflamasi yang

mengenai jaringan gingiva disebut gingivitis. Gingivitis ini disebabkan oleh faktor

primer dan sekunder. Faktor primernya berupa plak, sedangkan faktor sekundernya

dibagi menjadi 2 yaitu faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal tersebu merupakan

predisposisi akumulasi plak seperti, restorasi yang tidak rata, karies, peranti

ortodonsia, peranti gigi tiruan lepasan yang tidak baik, susunan gigi geligi yang

berjejal, kebersihan rongga mulut yang kurang, sisa makanan yang tertinggal, dan

mikroorganisme. Selanjutnya untuk faktor sistemik meliputi faktor genetik, asupan

nutrisi, haormonal, dan hematologi (Manson dan Eley, 2004).

Tanda klinis pembesaran gingiva karena proses inflamasi, akan tampak adanya

perubahan pada kontur gingiva menjadi membengkak dan tumpul di daerah

interdental serta margin gingiva dengan warna kemerahan. Tekstur gingiva menjadi

halus dan licin mengkilat dengan konsistensi lunak, edema, fibrotik, biasanya

disertai perdarahan, terbentuknya poket. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi

biasanya terdapat rasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis tidak ada (Newman dkk.,

2012).

Berdasarkan keparahannya klasifikasi gingivitis dibagi menjadi 2 yaitu (Rosad,

2008):

a. Gingivitis akut

Pembesaran gingiva berasal dari peradangan akut dengan konsistensi

gingiva yang lunak. Selain itu akan tampak debris berwarna keabuan, serta
terjadi pembentukan membran yang terdiri dari bakteri, leukosit

polimorfonuklear, dan degenerasi epitel fibrous.

b. Gingivitis kronis

Peradangan kronis dengan pembesaran gingiva lunak dan dapat

membentuk cekungan ketika ditekan lalu mengeluarkan cairan dan eksudat

pada peradangan. Terjadi perdarahan saat probing dan tampak kemerahan

pada permukaannya. Konsistesi gingiva kaku dan kasar serta terlihat

adanya fibrosis dan proliferasi epitel pada pemeriksaan mikroskopik.

Berdasarkan lokasinya, pembesaran gingiva dibagi menjadi enam jenis, yaitu

(Newman dkk., 2012). :

1. Lokal, yaitu pembesaran gingiva yang terbatas pada satu gigi atau

sekelompok gigi

2. General, yaitu pembesaran gingiva yang meliputi seluruh rongga mulut

3. Marginal, yaitu pembesaran gingiva pada tepi gingiva

4. Papillary, yaitu pembesaran gingiva pada papilla interdental

5. Diffuse, meliputi bagian tepi gingiva, gingiva cekat dan papilla interdental

6. Diskret, pembesaran gingiva seperti tumor, bisa bertangkai atau tidak

bertangkai

C. Gingivektomi

Gingivektomi merupakan prosedur bedah periodontal dengan memotong

jaringan gingiva untuk menghilangkan poket dan peradangan gingiva sehingga

menghasilkan gingiva normal baik fungsi, kesehatan, dan estetika. Keuntungan

prosedur ini yaitu tekniknya sederhana, dapat menghilangkan poket secara

sempurna, menjadikan lapang pandang area kerja lebih luas untuk pembersihan
deposit kalkulus, dan dapat memperbaiki anatomi gingiva dengan baik (Ruhadi dan

Aini, 2005).

Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, dan laser, namun

metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel (Newman dkk., 2012).

Menurut Reddy (2008), indikasi gingivektomi yaitu.

1. Pembesaran gingiva yang tumbuh berlebih

2. Jaringan yang fibrosis dan poket supraboni

3. Pembesaran gingiva yang tidak mengecil sesudah dilakukan scaling, curettage,

dan root planning.

4. Adanya kerusakan furkasi tanpa disertai cacat tulang di mana terdapat daerah

perlekatan gingiva yang cukup lebar

5. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak

6. Flap perikoronal.

Sedangkan kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi dkk. (2004) adalah:

1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari pertautan

mukogingiva.

2. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosaa alveolar.

3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah.

4. Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni.

5. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik.

6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia (sehingga jika

gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari mukosa alveolar).

Prosedur gingivektomi selalu diikuti dengan gingivoplasti untuk mendapatkan

kontur dan bentuk tepi gingiva yang normal baik secara anatomis maupun
fisiologis. Adapun prosedur gingivektomi menurut Fedi dkk. (2004), adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan asepsis lalu anestesi lokal dengan teknik blok atau infiltrasi

Gambar 2. Anestesi lokal

2. Mengukur kedalaman poket pada area kerja menggunakan probe. Selanjutnya

menandai dinding luar jaringan gingiva dengan pocket marker untuk membuat

titik-titik perdarahan sehingga akan membentuk outline eksisi yang harus

dilakukan.

Gambar 3. Menandai dengan pocket marker

3. Membuat eksisi yang dilakukan sedikit lebih ke apikal dari titik-titik tersebut

dengan pisau bermata lebar seperti kirkland atau blade No. 15. Eksisi membentuk

sudut kurang lebih 450 terhadap akar gigi dan dilakukan dari daerah

interproksimal.
Gambar 4. Eksisi gingiva

4. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang menggunakan pinset

Gambar 5. Pengambilan jaringan gingiva

5. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan scaling dan

root planing. Pembuangan dinding jaringan lunak poket periodontal membuat

permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas lapang pandang operator

dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan permukaan akar pada tahap ini

menentukan keberhasilan seluruh prosedur bedah.

Gambar 6. Scaling dan root planning

6. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur diamond

atau pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan


7. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk

membersihkan sisa jaringan.

8. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau

larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.

9. Memasang dressing periodontal, dimulai dengan yang berukuran kecil,

menyudut di daerah interproksimal menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya

ditambah dengan dressing periodontal yang lebih panjang di bagian fasial,

lingual, dan palatal serta hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di

daerah interproksimal. Seluruh daerah luka ditutup dengan dresing dengan tanpa

mengganggu oklusi atau daerah perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi

adalah dressing yang dipasang terlalu lebar sehingga terasa mengganggu

Gambar 6. Pemasangan periodontal dressing

10. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai

jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel

akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya

aktivitas mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.

11. Setelah dressing terakhir dilepas, bersihkan gigi dengan brush dan instruksikan

pasien untuk melakukan mengontrol plak dengan baik.


Gambar 7. Dressing dilepas dan gigi dipoles

Gambar 8. Penampakan klinis gingiva pasca gingivektomi


Terdapat beberapa instruksi pasca bedah periodontal yang perlu diberikan
kepada pasien, antara lain (Alibasyah, 2009):
1. Makan dan minum setelah 1 jam
2. Menghindari makan dan minum panas selama 24 jam pertama pasca operasi
3. Dilarang berkumur-kumur terlalu keras
4. Dilarang makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan mengunyah
makanan pada sisi yang tidak dibedah
5. Sikat gigi secara perlahan
6. Kontrol setelah 1 minggu
D. Penyembuhan Jaringan

Prosedur bedah akan menyebabkan terputusnya kontinuitas sel-sel dan jaringan

tubuh. Secara umum, penyembuhan jaringan pasca bedah meliputi pembentukan

bekuan darah, pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, pembentukan kolagen,

regenerasi dan maturasi (Fedi dkk, 2004). Penyembuhan dimulai dari setelah 12-24

jam, sel epitel penyembuhan luka mulai migrasi ke arah atas jaringan granulasi.

Epitelisasi permukaan umumnya selesai setelah 5-14 hari. Setelah gingivektomi,

selama 4 minggu pertama proses keratinisasi akan berkurang, dan akan tidak tampak

pada hari ke 28-42 setelah operasi (Ruhadi dan Aini, 2005).


LAPORAN KASUS

A. Identitas
1. Nama : Ny. Turisem

2. Usia : 38 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

B. Pemerikasaan Subjektif
1. Chief complain: Pasien datang ingin memeriksakan gusinya yang bengkak dibagian

depan bawah

2. Present Ilness: Gusi pasien bengkak sudah lama karena banyaknya karang gigi

3. Past dental history: Pasien telah dilakukan perawatan scaling

4. Past medical history: Pasien pernah melakukan operasi pengangkatan tumor parotis

5. Family history: Tidak ada kelainan.

6. Social history: Pasien seorang pembantu rumah tangga

C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan ekstraoral: Tidak ada kelainan.

2. Pemeriksaan intraoral: Terlihat adanya pembesaran gingiva pada gigi kaninus anterior

rahang bawah hingga kaninus gigi 33-32-31-41-42-43. BOP negatif. Kedalaman poket

pada gigi adalah rata-rata sekitar 2-3 mm.


Gambar 9. Klinis Intraoral

D. Diagnosis
Gingival enlargement et causa gingivitis kronis

E. Rencana Perawatan
Gingivektomi pada gingiva gigi 33-32-31-41-42-43

F. Prognosis Perawatan
Baik

G. Prosedur Perawatan
1. Menyiapkan alat dan bahan

a. Alat

1) Diagnostic set

2) Spuit

3) Gunting mukosa

4) Pinset anatomis

5) Pinset chirurgis

6) Periodontal probe

7) Scalpel dan blade no.15

8) Spatula stainless
b. Bahan

1) Tampon steril

2) Kasa

3) Cotton roll

4) Povidone Iodine

5) Aquades steril atau salin

6) Pehacaine

7) Syiringe

8) Periodontal dressing atau coe-pack.

2. Melakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif

3. Melakukan asepsis mengggunakan povidone iodine sebelum dilakukan tindakan

anastesi infiltrasi pada gingiva gigi 33-32-31-41-42-43 bagian bukal dan gingiva

bagian lingual. Tunggu sampai bahan anestesi bekerja. Cek kerja obat anestesi dengan

sonde.

4. Menandai daerah yang akan dieksisi menggunakan poket marker dengan menekan

bagian runcing dari alat tersebut ke gingiva agar didapatkan bleeding point. Dapat

juga dilakukan menggunakan probe untuk mengetahui kedalaman gingiva kemudian

menandainya dengan sonde.

5. Melakukan prosedur gingivektomi dengan memotong gingiva menggunakan blade

nomor 15 dengan posisi bevel mengahadap ke jaringan 45o. Pemotongan dimulai dari

interdental bagian distal gigi 43 lalu meluas hingga margin gingiva mengarah ke

apikal pada bleeding point mengikuti kontur gingiva. Selanjutnya eksisi diteruskan

hingga interdental gigi kaninus regio yang lain dengan eksisi secara continue (tidak

putus-putus).
6. Melakukan deep dengan kassa steril untuk mengontrol perdarahan agar tidak

menghalangi area kerja saat prosedur operasi

7. Melakukan gingivoplasti yaitu merapikan hasil eksisi gingiva dan membentuk tepi

gingiva supaya tepi gingiva sesuai dengan fisiologis gingiva normal

8. Melakukan spooling dengan larutan povidone iodine pada area kerja lalu menekan

daerah kerja menggunakan kassa steril yang telah dibasahi selama 2-3 menit untuk

mengontrol perdarahan lalu dikeringkan menggunakan kassa steril kemudian ditutup

dengan periodontal pack.

9. Medikasi

a. Antibiotik berupa amoxicillin 500 mg untuk 5 hari

b. Antiinflamasi berupa ibuprofen 500 mg untuk 3 hari

10. Edukasi pasien untuk melakukan beberapa hal berikut

a. Tidak makan dan minum atau berkumur selama 1 jam paska pembedahan

b. Tidak makan dan minum yang panas ataupun merokok selama 24 jam

c. Mengunyah menggunakan sisi yang lain yang tidak dilakukan pembedahan

d. Menggunakan obat kumur untuk membantu pembersihan rongga mulut

terutama pada daerah paska pembedahan

11. Instruksi pasien untuk kontrol 7 hari kemudian


DAFTAR PUSTAKA

Andriani, I., 2019, Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi, Mutiara Medika,
9(1): 69-73.

Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, diterjemahkan oleh Lilian
Juwono, EGC, Jakarta.

Herijulianti, 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung
Gigi, EGC, Jakarta.

Manson, J.D., Eley, B.M., 2004, Periodontics, Wright, New Delhi.

Newman M.G., Takei H.H., Carranza F.A., Clinical Periodontology 11th Edition,
Philadelphia, WB Saunders Co. 2012; 74- 94.

Nield-Gehrig, Jill S., Willman, Donald E., 2011, Foundation of Periodontics for the Dental
Hygienist Third Edition, Amerika Serikat, Wolters Kluwer Health.

Rosad, 2008, Gingivitis Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut, Puspa Swara, Jakarta.

Ruhadi, I., Aini, I., 2005, Kekambuhan Gingivitis setelah Gingivektomi, Dent. J, 38(3): 108-
111.

Widagdo, A.K., Murdiastuti, K., 2015, Gingivektomi Menggunakan Scalpel dan


Electrocautery pada Perawatan Gingival Enlargement Wanita Pubertas, MKGK,
1(1): 1-4.

Anda mungkin juga menyukai