Anda di halaman 1dari 9

Lesi Ulseratif

Ulserasi merupakan kondisi diskontinuitas jaringan epitel pada mukosa yang

meluas hingga lapisan subkutan. Penyebab dari lesi ulseratif bervariasi yang paling

umum yaitu karena faktor mekanik dan reaktif, dapat juga terjadi karena penyakit

infeksi, neoplasma, kelainan autoimun, dan kelaianan hematologi. Gambaran klinis

secara umum lesi yaitu berupa diskontinuitas jaringan akibat hilangnya semua lapisan

epitel. Lesi ulser dapat berupa primer ataupun sekunder. Berikut beberapa jenis lesi oral

ulseratif berdasarkan etiologinya

a. Ulkus Traumatikus

Lesi ini disebabkan karena trauma mekanik, kimia, perubahan termal, ataupun

radiasi sehingga menyebebkan kerusakan jaringan. Beberapa faktor predisposisi

yaitu protesa, peranti ortodonsi, terdapat gigi yang tajam, karena benda asing, atau

tergigit. Lesi ini dapat muncul pada mukosa bergerak dan tidak bergerak, lokasi

yang sering terjadi yaitu diantaranya pada lidah, bibir dan mukosa bukal dengan

persentase yaitu mukosa bukal (42%), lidah (25%), dan bibir bawah (9%). Secara

klinis memiliki permukaan berwarna putih kekuningan dan daerah kemerahan atau

eritema yang tipis dan keras pada tepi lesinya. Namun, kondisi lain juga dapat

ditemui pada tepi lesi berwarna putih karena adanya hyperkeratosis (Mortazavi

dkk., 2016; Angelia dkk., 2015).

Lesi akan terasa nyeri, terasa lunak saat dilakukan palpasi, rasa nyeri berkurang

setelah 3 hari dan perlahan akan sembuh dengan sendirinya ketika penyebab

dihilangkan tanpa adanya jaringan parut dalam waktu 6-10 hari. Diagnosis

ditentukan berdasarkan riwayat lesi dan gambaran klinis. Lesi yang menetap lebih

dari 10-12 hari perlu dilakukan biopsi untuk memastikan kemungkinan terjadinya

kanker. Diagnosis banding lesi ini yaitu ulkus raftosa rekuren, ulkus eosinofilik,
kasinoma sel skuamosa. Perawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi

inflamasinya yaitu steroid topikal dalam jangka waktu pendek, antiseptik dan

analgesik topikal (Mortazavi dkk., 2016; Ongole dan B N, 2013).

Ulkus Traumatikus

b. Stomatits Aftosa Rekuren

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS)

merupakan peradakan pada jaringan lunak rongga mulut yang ditandai dengan

ulkus yang rekuren dan tanpa disertai dengan gejala lain. Lesi ini sering terjadi

dengan prevalensi 10-25% pada populasi umum, dan paling sering terjadi yaitu

RAS tipe minor mencapai 80%. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun

diketahui terdapat hubungan dengan respon imun cell-mediated. Beberapa faktor

predisposisi yang terkait yaitu trauma, alergi, genetik, gangguan endokrin, stress

emosional, dan defisiensi hematologi (zat besi, vitamin B12, dan asam folat).

Gambaran klinisnya yaitu terdapat 3 tipe ulkus ini diantaranya (Thantawi dkk.,

2014).

1. Minor: ulkus yang terjadi pada mukosa bergerak dengan gejala nyeri dan

jumlah lesi dapat berupa single maupun multiple. Memiliki diameter < 0,5

cm dengan durasi nyeri 7-10 hari dan dapat menghilang tanpa meninggalkan

jaringan parut. Lesi tertutup lapisan berwarna kuning dengan tepi


eritematous biasanya berbentuk bulat atau oval dan muncul tanpa didahului

vesikel

2. Mayor: ulkus yang terjadi pada mukosa bergerak dengan gejala nyeri yang

lebih parah terkadang membentuk kawah (crateriform). Memiliki ukuran

yang lebih besar dibandingkan yang minor yaitu hingga mencapai 1 cm

namun memiliki bentuk yang sama. Durasi lesi 3-6 minggu dan dapat

terbentuk jaringan parut setelah sembuh, namun lesi muncul tanpa didahului

vesikel.

3. Hepetiform: ulkus yang berupa lei-lesi kecil bergerombol (pin head

size)yang berlokasi pada mukosa bergerak dan tidak bergerak. Durasi lesi

1-2 minggu dan muncul tanpa didahului vesikel. Lesi ini tidak disebabkan

oleh virus.

Stomatitis Aftosa Rekuran Minor

c. Primary Herpetic Gingivostomatitis

Primary herpetic gingivostomatitis ini disebabkan oleh virus herpes simplex 1/

HSV-1(double-strained DNA). Primary herpetic gingivostomatitis memiliki onset

yang cepat biasanya mengenai anak-anak di bawah usia 6 tahun tetapi dapat juga

mengenai orang dewasa dengan kondisi immune-compromised. Lesi akan muncul

pada rongga mulut terlebih dahulu selama 2-3 hari pertama lalu diikuti dengan

gejala prodromal seperti demam, malaise, dan myalgia serta terjadi limfadenopati

pada daerah servikal. Lesi dapat tersebar pada seluruh rongga mulut, lesi ulser
berupa multipel vesikel dan biasanya gingiva akan mengalami eritema secara

general. Pada anak-anak kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya (Ongole dan

B N, 2013).

Perawatan yang dapat dilakukan yang pertama untuk manajemen simtomatik

yaitu pemberian asupan cairan yang cukup untuk membantu meningkatkan hidrasi

secara sistemik, pemberian medikasi oral analgesik dan antipiretik, atau pemberian

obat anestesi kumur untuk meredakan nyeri seperti dyclonine hydrochloride 0,5%.

Selanjutnya untuk manajemen lesinya dapat dilakukan pemberian terapi antivirus

baik secara oral maupun topikal seperti acyclovir atau valacyclovir (Ongole dan B

N, 2013).

Primary Herpetic Gingivostomatitis

d. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)

Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) merupakan suatu infeksi

bakteri anaerob yang menyerang gingiva. Beberapa bakteri anaerob tersebut

diantaranya yaitu Fusobacterium necrophorum, Prevotella intermedia, dan

Treponema sp. Terdapat beberapa faktor predisposisi antara lain imunitas yang

turun, malnutrisi, stress psikologi, kebersihan rongga mulut yang buruk, merokok,

serta trauma lokal. Karakteristik lesi ini yaitu ulserasi yang berkembang secara

progresif dimulai dari ujung gingiva papillaris interdental hingga meluas ke gingiva
marginalis. Apabila tidak ditangani ulserasi dapat meluas hingga jaringan

periodontal (Ongole dan B N, 2013).

Gambaran klinisnya yaitu gingiva akan mengalami pedarahan spontan, gingiva

interdental dan marginal akan mengalami edema dan eritema, ujung dari papilla

interdental berbentuk membulat atau tumpul lalu terjadi pengelupasan sehingga

membentuk lesi beupa kawah (punched-out crater like). Ulserasi tersebut dilapisi

oleh pseudomembran berwarna putih keabuan dan terasa sangat sakit. Pasien akan

mengalami bau mulut dan juga mengalami kondisi sistemik demam, malaise, dan

limfadenopati (Ongole dan B N, 2013).

Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis


Laporan Kasus

Pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke RSGMP Unsoed untuk memeriksakan

keadaan rongga mulutnya. Pasien merasakan adanya luka kecil di bagian bibir kanan

bawah dan tidak mengeluhkan adanya rasa sakit. Luka tersebut muncul 1 minggu yang

lalu dan pasien juga telah mengonsumsi vitamin. Terdapat lesi ulserasi pada mukosa

labialis dekstra berukuran ± 1 cm, lesi berbentuk tak beraturan tertutup membran berwarna

putih dengan tepi kemerahan. Pasien sudah pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi

untuk menumpat gigi dan membersihkan karang gigi. Pasien seorang mahasiswa dan tidak

memiliki keluarga degan riwayat penyakit sistemik.

A. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain : Pasien ingin memeriksakan kondisi rongga mulutnya yang
terdapat luka pada bibir bagian kanan bawah
2. Present Illness : Pasien tidak mengalami rasa sakit, luka timbul 1 minggu yang
lalu, dan pasien telah mengonsumsi vitamin
3. Post Medical History : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
4. Post Dental History : Pasien pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi untuk
membersihkan menumpat gigi dan karang gigi
5. Social History : Pasien adalah seorang mahasiswa
6. Family History : Kakek pasien menderita penyakit sistemik

B. Pemeriksaan Obyektif
1. Ekstraoral
a. Wajah : Simetris
b. Warna : Cokelat
2. Mata : Sejajar
a. Warna sclera : Putih
b. Warna kulit sekitar: cokelat
c. Warna kelopak mata bagian dalam : merah (tidak pucat)
3. Limfonodi : Tidak ada kelainan
4. Kulit sekitar mulut : normal
C. Intraoral

1. Deskripsi lesi/ kelainan yang ditemukan:


1 : Terdapat lesi berupa ulserasi berbentuk ireguler berwarna putih kekuningan
dengan tepi kemerahan dengan konsistensi lunak dengan diameter ±1 cm
berjumlah 1 buah pada susdut bibir kanan.
43 : Terdapat lesi berupa ulserasi berbentuk ireguler berwarna putih kekuningan
dengan tepi kemerahan dengan konsistensi lunak dengan diameter ±0,5cm
berjumlah 1 buah pada bibir kiri
2. Foto lesi

D. Diagnosis Banding
Carcinomatous ulcer, primary herpetic gingivostomatitis, dan Reccrurent Aphtous
Stomatitis (RAS)
E. Diagnosis
Ulkus traumatikus
F. Rencana Perawatan
Edukasi untuk menghilangkan penyebab dan pemberian kortikosteroid topikal
KESIMPULAN

Lesi ulkus traumatikus merupakan kondisi ulserasi akibat adanya trauma lokal

yang dapat mengenai mukosa bergerak atau tak bergerak. Lesi ini cenderung

memiliki bentuk yang tidak beraturan, berwarna putih kekuningan dengan tepi

kemerahan. Lesi ini dapat sembuh dengan sendirinya apabila penyebab trauma

dihilangkan. Apabila perlu dapat diberikan terpi kortikosteroid topikal untuk

mempercepat penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, L., Pangemanan, D.H.C., Mintjelungan C.N., 2015, Gambaran Lesi Traumatik
Mukosa Mulut pada Lansia Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di
Panti Wreda Kabupaten Minahasa, Jurnal E-Gigi, 3(2):1-8.

Mortazavi, H., Safi, Y., Baharvand, M., Rahmani, S., 2016, Diagnostic Features of
Common Oral Ulcerative Lesions: an Updated Decision Tree,
International Journal of Dentistry, 2016: 1-14.
Ongole, R., B N, P., 2013, Oral Medicine, Oral Diagnosis, and Oral Radiology,
Elseiver, New Delhi.

Thantawi, A., Khairiati, Nova, M.M., Maritsa, S., Bakar, A., 2014, Stomatitis Apthosa
Rekuren (SAR) Minor Multiple Pre Menstruasi (Laporan Kasus), Odonto
Dental Journal, 1(2):57-62.

Anda mungkin juga menyukai