B. PRINSIP ASEPSIS
Pada prosedur radiografi berisiko terkena kontaminasi silang yang berasal dari
peralatan permukaan lingkungan yang terkena darah atau saliva pasien. Oleh karena itu
penting untuk menjaga agar alat-alat tetap steril. Pengendalian infeksi untuk dental
radiografi hampir sama dengan yang digunakan dalam operasi. Berdasarkan standar
precautions yang bertujuan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien ke tenaga
kesehatan gigi dari tenaga kesehatan gigi ke pasien, dari pasien ke pasien, dan dari tempat
praktik ke area lokal di sekitarnya (White dan Pharoah, 2014).
Menurut White dan Pharoah, 2014, standar precautions yang dapat dilakukan untuk
mengontrol infeksi yang bertujuan agar menjaga kondisi tetap steril
a. Menggunakan Sarung Tangan (gloves)
Sarung tangan penting untuk mencegah kontaminasi antara pasien dan tenaga
kesehatan gigi. Setelah pasien siap, operator harus mencuci tangannya dan memakai
sarung tangan sekali pakai (dispossable). Selain itu operator harus selalu mengenakan
sarung tangan saat mengambil foto radiografi, memegang film, film holder yang
terkontaminasi saliva, serta saat melepas barrier protection dari permukaan dan peralatan
radiografi. Operator juga harus mengenakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker,
atau face shield untuk mengantisipasi kontaminasi dari cairan tubuh pasien, terlebih
untuk pasien yang memiliki riwayat penyakit menular.
b. Membersihkan dan Menutupi Permukaan Alat
Menutupi permukaan beberapa alat yang mungkin disentuh oleh sarung tangan atau
instrumen yang digunakan dalam rongga mulut sehingga terkontaminasi. Beberapa alat
tersebut misalnya mesin x-ray dan panel kontrol, komputer, dental chair dan headrest,
apron timbal, thyroid collar, dan permukaan tempat film ditempatkan. Desinfeksi
permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan barrier yang terbuat dari plastic wrap
bening yang harus diganti apabila rusak dan secara rutin setelah digunakan setiap pasien.
Selain itu dapat juga dilakukan penyemprotan alkohohol pada alat-alat tersebut setelah
digunakan.
c. Mensterilkan Nondisposable Instrument
Beberapa alat yang bukan sekali pakai seperti film holder, support arm, dan bite
blocks sebaiknya disterilkan dengan panas. Setiap instrumen harus dibersihkan dengan air
panas dan sabun untuk menghilangkan saliva dan kotoran. Komponen yang dibersihkan
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik atau kertas dan disterilkan pada
(autoclave). Pastikan alat – alat tetap dalam kantong penyimpanan sampai segera
sebelum digunakan.
1) Posisikan pasien duduk dengan kepala tegak dan bidang oklusal sejajar dengan
lantai
2) Film diletakkan pada oklusal gigi rahang bawah, mulai dari gigi anterior ke gigi
posterior. Pastikan bagian posterior film menyentuh ramus mandibula
3) Pasien diinstruksikan untuk menggigit film secara perlahan untuk fiksasi film
4) Cone beam diposisikan di tengah-tengah hidung dengan arah sinar sentral
membentuk sudut 65 o -70o terhadap film.
c. Vertex occlusal
Teknik ini diindikasikan untuk menentukan posisi bukal palatal gigi uneruption,
dengan cara sebagai berikut.
1) Posisikan pasien duduk tegak dengan kepala tegak dan bidang oklusal sejajar
dengan lantai
2) Film diletakkan pada oklusal gigi rahang bawah anterior hingga posterior
3) Pasien diinstruksikan untuk menggigit film secara perlahan dan dengan tekanan
ringan untuk fiksasi film
4) Tubehead sinar-X diposisikan di atas kepala pasien mengarah ke pada sudut 75°
dengan film.
Gambar 3. Vertex occlusal
Komponen lain yang dapat dijadikan penilaian kualitas sebuah gambar adalah
(White dan Paroah, 2009):
1. Densitas: tingkat kegelapan foto, idealnya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu
gelap. Hal ini dipengaruhi oleh voltage dan waktu paparan
2. Kontras : suatu perbedaan yang jelas antara radiopak dan radiolusen. Terdiri
dari
a. High contrast: gambar yang jelas daerah gelap dan terangnya, disebut juga
short gray scale of contrast karena foto memiliki warna abu – abu diantara
gelap dan terang
b. Low contrast : disebut juga long gray scale of contrast karena hanya
memiliki warna abu – abu terang dan dan abu – abu gelap
3. Detail : menggambarkan anatomi secara detail yang dapat dibedakan satu
sama lain
4. Ketajaman : kemampuan suatu foto untuk menampilkan gambar yang jelas
dan tidak berbayang
5. Resolusi : kemampuan suatu foto untuk menampilkan gambar yang jelas pada
struktur yang berdekatan
Pada kasus yang ditampilkan pada jurnal terlihat gambaran radiografi oklusal
berupa lower 45o (anterior occlusal ) dan lower 90o (true occlusal) dengan interpretasi
sebagai berkut:
1. Lower 45o (anterior occlusal )
a. Gambaran radiografi mencakup gigi 36, 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44,
45, dan 46 serta daerah korpus mandibula
b. 1) Gigi 36, 35, 34, 44, 45, dan 46 tidak dapat diinterpretasi karena hanya
tampak sebagian sisi dan bukan menjadi fokus pengamatan
2) Gigi 33, 32, 31, 41, 42, dn 43 terdapat gambaran radiolusan pada daerah
interproksimal mulai dari cementoenamel junction hingga 1/3 apikal
menandakan resorbsi tulang. Tidak tampak radiopak pada sekitar akar
yang menunjukkan lamina dura terputus.
c. Deskripsi lesi: gambaran radiolusen pada korpus mandibula unilateral
bagian kiri dengan ukuran kurang lebih 4 cm meluas dari daerah apeks
gigi 32 hingga 34 dengan batas jelas dikelilingi massa radiopak bentuk
bulat sedikit konus monolokuler. Lesi tidak berhubungan dengan dengan
kar gigi terdekat. Lesi tampak seperti campuran radiopak dan radolusen
dan lesi tidak mengekspansi tulang.
d. Radiodiagnogsis : kista tulang soliter
e. Kesalahan radiografi:
1) Distorsi ukuran berupa elongasi : gigi terlihat lebih panjang terjadi
akibat conebeam terlalu mendekati apikal gigi
2) Blurred image : gambaran kabur akibat saat penyinaran pasien bergerak
atau film bergeser
3) Black line : terjadi karena pembengkokan filam yang terlalu berlebihan,
bisa terjadi karena pasien menggigit film teralu kencang
2. Lower 90o (true occlusal)
a. Gambar radiografi mencakup area gigi 37 hingga 47, lidah, dasar mulut
dan korpus mandibular
b. Gigi 37, 36, 36, dan 47 tidak dapat diinterpretasi karena terpotong
c. Terdapat gambaran radiopak yang menunjukkan mahkota gigi geligi
dalam batas normal. Gambaran radiopak lengkung rahang juga dalam
batas normal. Terdapat gambaran radiolusen pada korpus mandibula
sebelah kiri bagian bukal
d. Deskripsi lesi: gambaran radiolusen pada korpus mandibula unilateral
bagian kiri sisi bukal yang meluas mulai dari regio apeks gigi 32 hingga
33 dengan berbatas jelas dengan bentuk bulat pipih. Lesi tidak
berhubungan dengan akar gigi terdekat. Lesi tidak mengekspansi tulang
e. Radiodiagnosis : kista tulang soliter
f. Kesalahan radiografi:
1) Blurred image : gambaran kabur akibat saat penyinaran pasien bergerak
atau film bergeser
2) Dot artifact : tampak adanya gambaran dot pada hasil akhir radiografi,
terjadi karena salah dalam penempatan film
I. DIFFERENSIAL RADIODIAGNOSIS
Diagnosa banding pada kasus ini yaitu
1. Kista tulang soliter
2. Ameloblastoma
3. Osteomyelitis
DAFTAR PUSTAKA
White, S.C., Pharoah, M.J., 2009, Oral Radiology Principle and Interpretation, 5th ed.,
Mosby Inc, Los Angeles.