Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

BIDANG ILMU RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


PERIAPIKAL BISECTING

Disusun Oleh:
Eka Dhamma Dina Anjasrini
G4B017033

Dosen Pembimbing :
drg. Jatu Rachel K., Sp. RKG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI PURWOKERTO
2020
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prinsip Asepsis
Asepsis merupakan tindakan preventif terhadap kontaminasi mikroorganisme.
Tindakan asepsis bertujuan untuk melakukan kontrol infeksi agar tidak terjadi penularan
dari praktisi ke pasien, antar pasien, maupun sebaliknya (Mardiyantoro, 2019).
Tindakan aseptis diperoleh dengan melakukan sterilisasi dan desinfeksi. Sterilisasi
adalah upaya untuk membebaskan suatu permukaan dari seluruh mikroorganisme
bahkan dalam bentuk spora sehingga secara teoritis apabila dilakukan dengan benar,
sterilisasi akan menghilangkan kemungkinan infeksi. Sedangkan desinfeksi adalah
prosedur untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen. Tindakan asepsis menurut
Adler dan Carlton (2016) dilakukan dengan 2 metode, antara lain:
1. Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disebut
desinfektan. Desinfektan dapat bersifat bakterisid (membunuh sel mikroba) atau
bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan mikroba). Bahan desinfektan
yang sering dipakai pada radiologi yaitu iodin dan klorin yang bersifat bakterisid,
alkohol, hidrogen peroksida 3% yang sangat efektif untuk antiseptik luka dalam,
deterjen dengan kandungan amonium digunakan untuk desinfeksi rumah sakit, dan
etilen oksida digunakan sebagai bahan sterilisasi gas untuk peralatan eletronik atau
plastik yang dapat rusak karena panas. Efektivitas bahan desinfeksi dipengaruhi oleh
konsentrasi, suhu, waktu eksposur, tipe dan jumlah mikroba, dan lingkungan dari
objek atau pasien.
2. Metode Fisika
Metode ini menggunakan panas sebagai media sterilisasi. Metode moist heat
(uap panas) lebih efektif dibanding dry heat (panas kering). Alat sterilisasi dengan
moist heat yaitu autoklaf yang efektif membunuh sel dan endospora pada suhu
121oC (250oF) dan tekanan 15 lb/in2 selama 15 menit. Sedangkan alat sterilisasi
dengan panas kering yaitu oven. Oven membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan
waktu yang lebih lama untuk efektif membunuh mikroba pada suhu 160oC (250oF)
selama 120 menit.
Metode paling sederhana untuk kontrol infeksi adalah penggunaan alat
pelindung diri seperti gloves, gowns, masker, pelindung mata, dan face shield serta
melakukan cuci tangan sesuai anjuran WHO (Adler dan Carlton, 2016). Menurut
Whaites dan Drage (2020) cuci tangan dan teknik asepsis yang optimal akan
melindungi pasien, operator, dan staf lainnya. Tindakan ini harus dilakukan sebelum
memakai dan setelah melepas gloves serta setelah kontak dengan cairan tubuh
maupun lingkungan yang terkontaminasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
sebelum dan sesudah pemeriksaan radiologi antara lain.
1. Sebelum Pemeriksaan
a. Jika memiliki luka pada tangan atau lengan harus tertutupi dengan bahan
waterproof.
b. Cuci tangan merupakan hal wajib sebelum memakai gloves. Gloves dipakai
oleh seluruh staf termasuk asisten untuk seluruh prosedur radiografi dan
diganti baru setiap pasien dan ketika robek.
c. Memakai pelindung area wajah seperti googles, face shields dan masker
untuk melindungi dari percikan dan pernapasan.
d. Menggunakan disposable atau reusable tray untuk menyimpan film dan
holder.
e. Film dan sensor radiografi digital diberi pelindung seperti plastik atau
pelindung lainnya.
f. Dokumen seperti rekam medis dijauhkan dari area kerja untuk mencegah
kontaminasi.
2. Setelah Pemeriksaan
a. Sensor dan film harus dilepaskan dari holder menggunakan bahan penyerap
seperti tisu.
b. Setelah digunakan dari rongga mulut, sensor dan film harus dikeluarkan dari
plastik wrap/ amplop pelindung dan dipindahkan ke permukaan yang bersih
sehingga bisa dilakukan Pemrosesan dengan aman. Plastik wrap dibuang
sebagai sampah medis.
c. Bahan sekali pakai seperti gloves, masker dibuang sebagai sampah medis.
Bahan reusable di dekontaminasi seperti googles, face shields, apron,
holder.
d. Peralatan X-ray seperti tubehead, control panel, timer switch, head rest, chin
ret, earposts dan kaset yang disentuh selama proses pengambilan foto harus
di desinfeksi.

B. Prinsip KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)


Komunikasi, informasi, dan edukasi adalah kemampuan interpersonal yang
dibutuhkan untuk menciptakan hubungan baik antara operator dengan pasien sehingga
memperoleh kepercayaan pasien. Hal yang perlu diperhatikan oleh radiografer dalam
melakukan komunikasi adalah:
1. Menjelaskan teknis tindakan yang akan dilakukan dengan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh pasien.
2. Bicara secara tenang dengan nada yang lembut dan tidak terlalu cepat.
3. Operator mampu memfasilitasi pasien dengan informasi yang memadai dan
mampu menjawab keingintahuan pasien terhadap prosedur radografi yang akan
dilakukan
Menurut Ghom dan Ghom (2016) edukasi pada pasien yang perlu diinformasikan
antara lain.
1. Kepentingan pemeriksaan radiografi sebagai pemeriksaan penunjang yang tidak
bisa dilakukan secara klinis dalam menentukan diagnosis suatu penyakit.
2. Efek radiasi yang dapat diterima dan pencegahannya menggunakan apron
sebagai alat pelindung dan mengonsumsi makanan/minuman tinggi protein
setelah terpapar radiasi.
3. Apabila pasien seorang perempuan, operator perlu memastikan pasien tidak
dalam kondisi hamil. Pasien perempuan yang menggunakan perhiasan juga
diberitahu agar melepas perhiasan sementara saat dilakukan pemeriksaan
radiografi. Selain itu, operator juga perlu mendapat persetujuan dari pasien
sebelum melakukan pemeriksaan radiografi.

C. Prinsip Proteksi Radiasi


Prinsip proteksi radiasi menurut Whites dan Pharoah (2019) sebagai berikut
1. Justifikasi
Prinsip justifikasi berarti dokter gigi harus dapat mengidentifikasi situasi yang
akan memberikan manfaat bagi pasien dari paparan diagnostik dan kemungkinan
risiko bahaya. Prinsip ini mempertimbangkan pasien mana yang perlu dilakukan
pemeriksaan radiografi dan jenis pemeriksaan apa yang dipilih. Pemeriksaan
radiografi dilakukan setelah mengevaluasi kebutuhan pasien termasuk riwayat
kesehatan pasien dan riwayat pemeriksaan oral pasien.
2. Optimisasi
Prinsip optimisasi berarti dokter gigi harus mempertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan radiografi dengan paparan seminimal mungkin bagi pasien,
staf dan diri sendiri. Prinsip ini disebut ALARA (As Low As Reasonably
Achieveable) dengan mempertimbangkan juga faktor ekonomi dan sosial.
3. Limitasi dosis
Pemeriksaan radiografi harus berdasar pada batas dosis maksimal untuk
menghindari efek biologis yang dapat terjadi. Berdasarkan International
Commission on Radiological Protection, dosis efektif yang diperlukan untuk satu
kali paparan radiografi panoramik adalah 0,0027-0,038 μSv, radiografi sefalometri
adalah 0,00022-0,0056 μSv, radiografi bitewing/periapikal adalah 0,0003-0,022
μSv, dan radiografi oklusal adalah 0,008 μSv. Dosis radiasi maksimal per tahun
yang dapat diterima orang dewasa adalah 1 μSv (Whaites dan Drage, 2020).
Prinsip proteksi radiasi terhadap pasien, sebagai berikut:
1. Waktu
Salah satu aturan utama untuk proteksi radiasi yaitu meminimalisir lama waktu
pasien berada di sumber radiasi untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima
pasien. Hal ini bisa dilakukan ketika radiografer menerapkan aturan teknik radiologi
yang dipakai dengan baik dan akurat, sehingga dapat mencegah paparan yang
berulang kali (Whites dan Drage 2019).
2. Jarak
Upaya lain untuk mengurangi dosis paparan pada pasien yaitu memaksimalkan
jarak antara sumber radiasi dengan pasien. Semakin jauh jarak akan mengurangi
dosis yang terserap tubuh pasien, namun hal ini perlu disesuaikan dengan faktor
teknikal untuk menciptakan foto yang baik. Menurut Whites dan Drage (2020) jarak
antara beam dengan kulit pasien sekitar 200 mm.
3. Pelindung
Gunakan pelindung yang sesuai untuk melindungi bagian tubuh yang berdekatan
dengan sumber radiasi seperti tiroid collar, dan lead apron dengan ketebalan
minimal 0,25 mm dan tidak boleh terlipat ketika penyimpanan (Whites dan Drage,
2020).

D. Teknik Radiografi Intraoral Periapikal


Radiografi periapikal merupakan salah satu teknik radiografi intraoral. Radiografi
periapikal bertujuan untuk melihat satu atau beberapa gigi, tulang alveolar yang
menyelubunginya, serta jaringan disekitar gigi. Berdasarkan namanya, teknik periapikal
dapat menunjukkan seluruh bagian gigi mulai dari mahkota hingga ujung akar serta
jaringan di sekitar akar (Ghom dan Ghom, 2016). Indikasi radiografi periapikal sebagai
berikut.
1. Melihat lesi pada periapikal
2. Melihat atau mengevaluasi karies
3. Melihat benih gigi pada periode mix dentition
4. Melihat status jaringan periodontal
5. Melihat morfologi akar gigi sebelum melakukan ekstraksi
6. Mengukur panjang kerja dan mengevaluasi hasil perawatan endodontic
7. Melihat adanya patologi pada pulpa seperti kalsifikasi pulpa dan pulp stones
8. Melihat adanya trauma pada gigi atau tulang
9. Mengevaluasi pasca pemasangan implant
Foto periapikal memiliki keterbatasan yaitu tidak bisa diaplikasikan pada pasien
yang mengalami trismus, pasien dengan gagging reflex pada saat melakukan foto bagian
gigi posterior, dan tidak bisa digunakan untuk melihat kista atau tumor yang besar
(Ghom dan Ghom, 2016).
Menurut Whites (2002), teknik pengambilan radiografi periapikal terdiri dari 2 yaitu
teknik parallel dan teknik bisecting.
1. Teknik bisecting
Teknik bisecting atau disebut juga dengan teknik short cone merupakan teknik
pengambilan foto periapikal dengan cara film diposisikan sedekat mungkin dengan
gigi sehingga membentuk sudut antara sumbu gigi dengan sumbu kemiringan posisi
film. Posisi film saat mengambil foto gigi anterior yaitu vertikal, sedangkan gigi
posterior yaitu horizontal, dengan dot berada pada mahkota gigi dan menghadap ke
arah tubehead. Tubehead diposisikan pada sudut yang tepat dari garis imajiner
bisector dengan arah sinar x-ray. Sehingga arah sinar pada tubehead harus tegak
lurus dengan garis imajiner bisector untuk menghasilkan gambaran gigi yang akurat
(Whaites, 2002).

Gambar 1.2 Teknik bisecting


Sumber: (Whaites, 2002)
Posisi tubehead dipengaruhi oleh sudut vertikal dan sudut horizontal. Sudut
vertikal adalah sudut yang terbentuk dari arah sinar/tubehead dengan bidang
oklusal. Sudut vertikal yang tepat akan menghasilkan gambaran gigi dengan ukuran
yang tepat. Sudut horizontal adalah arah sinar dari arah horizontal yang harus di
arahkan melalui area kontak interproksimal gigi agar tidak terjadi overlap (Whaites,
2021).
Menurut Whaites (2021), radiografi periapical bisecting memiliki kelebihan dan
kekurangan, antara lain.
Kelebihan:
a. Posisi film nyaman bagi pasien
b. Mudah dilakukan untuk pasien yang tidak kooperatif karena hanya
membutuhkan waktu eksposur yang cepat
c. Teknik yang simpel dan cepat karena tidak membutuhkan film holder
d. Mudah diadaptasikan sesuai lengkung gigi
Kekurangan:
a. Resiko terjadi distorsi karena penempatan film yang tidak paralel dengan
gigi
b. Angulasi vertikal yang salah dapat menyebabkan foreshortening dan
elongasi pada gambar
c. Terjadi overlap antara akar gigi molar dengan bayangan tulang zygomatic.

E. Pemrosesan Film
Pemrosesan film merupakan prosedur untuk mengubah gambar laten (invisible)
pada film menjadi gambar yang terlihat dan permanen. Pada saat pengambilan
radiografi radiasi akan diserap oleh perak halida pada emulsi film dan disimpan menjadi
energi radiasi. Energi yang tersimpan akan membentuk pola dan menghasilkan gambar
laten yang tidak terlihat pada film. Gambar laten akan dapat terlihat ketika adanya
reaksi kimia saat pemrosesan yang akan mereduksi perak halida dan menghasilkan
endapan perak logam hitam. Pemrosesan film dapat dilakukan menggunakan alat
prosesor secara otomatis maupun manual diruangan gelap (Iannucci dan Howerton,
2017).
Prosedur pemrosesan film secara manual atau disebut juga hand proscessing atau
tank processing terdiri dari 5 tahap yaitu (Iannuci dan Howerton, 2017; White dan
Pharoah, 2019).
1. Development
Tahap pertama dalam prosesing adalah development. Larutan kimia yang
digunakan disebut developer fungsinya adalah mengubah perak halida yang telah
terekspos dan menyerap energi radiasi menjadi perak logam hitam. Larutan
developer akan melunakkan emulsi film ketika prosesing.
2. Rinsing
Tahap selanjutnya adalah mencuci atau membilas film dengan air selama 30
detik untuk menghilangkan cairan developer dan menghentikan proses development.
3. Fixing
Larutan kimia yang digunakan disebut fixer untuk menghilangkan perak halida
yang tidak terekspos dan tidak menyerap energi radiasi dari emulsi film. Emulsi film
akan mengeras ketika terkena larutan fixer. Jika kristal perak halida tidak hilang,
gambar yang dihasilkan akan menjadi gelap. Larutan fixer yang terkontaminasi
dapat menghasilkan diskolorasi dan stain pada film.
4. Washing
Tahap ini dilakukan dengan membilas film di air mengalir untuk menghilangkan
semua sisa zat kimia pada emulsi film.
5. Drying
Tahap akhir prosesing film adalah mengeringkan film yang dapat dilakukan
dengan udara pada suhu ruang dan area bebas debu atau ditempatkan di lemari
pengering.

F. Evaluasi Mutu Radiografi Periapikal


Menurut White dan Pharoah (2019) serta Whaites dan Drage (2020) prinsip dalam
evaluasi mutu radiografi periapikal harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Gambar yang dihasilkan tidak distorsi atau buram
2. Mencakup area anatomis yang tepat dan bagian apikal gigi dengan minimal 3-4
mm tulang di sekitarnya
3. Permukaan proksimal gigi tidak terjadi overlap
4. Densitas dan kontras yang baik untuk melihat karies, restorasi dan jaringan
periapikal sehingga dapat dibedakan antara enamel dan dentin serta antara ruang
ligamen periodontal, lamina dura dan tulang trabekular. Densitas dan kontras
dipengaruhi oleh faktor pemaparan seperti puncak kilovoltage (kV),
miliamperage (mA), dan waktu eksposur (s) serta proses pencucian film
5. Tidak ada coning off atau cutting dan kegagalan lain.
Kriteria kualitas gambar radiografi menurut Whaites dan Drage (2020) digolongkan
menjadi 3 yaitu.
1. Excellent: tidak terdapat kesalahan dalam teknik radiografi
2. Diagnostically accepted: terdapat beberapa kesalahan teknik radiografi namun
tidak mengurangi fungsi sebagai pemeriksaan penunjang untuk menentukan
diagnosis.
3. Unacceptable: terdapat kesalahan radiografi yang menyebabkan gambar tidak
dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang

G. Interpretasi Radiografi Periapikal


Interpretasi radiografi atau visual diagnosis merupakan proses identifikasi gambaran
normal struktur anatomis dan abnormalitas pada gambar. Pada radiografi periapikal
yang dapat dilihat seperti mahkota gigi, struktur akar, kamar dan saluran pulpa, ruang
ligamen periodontal, dan lamina dura (White dan Pharoah, 2019). Menurut Iannucci dan
Howerton (2017) struktur anatomi yang dapat dilihat pada radiografi periapikal antara
lain.
1. Maksila
• Foramen insisivus: • Median sutura palatina:
Gambaran radiolusen berbentuk Gambaran garis tipis radiolusen
ovoid atau bulat diantara akar gigi diantara akar gigi insisiv sentral
insisiv sentral maksila. maksila.

• Nasal cavity: • Dasar nasal cavity:


Gambaran area radiolusen yang Gambaran garis tebal radiopak
besar di atas gigi insisif maksila. pada tulang di atas insisif maksila.

• Nasal septum: • Fossa kanina:


Gambaran sekat radiopak yang Gambaran area radiolusen
membagi nasal cavity. diantara gigi insisiv lateral dan
kaninus.

• Sinus maksila: • Tuberositas maksila:


Gambaran area radiolusen di atas Gambaran tonjolan radiopak di
gigi posterior maksila. Dasar area distal molar ketiga.
dinding sinus maksila terdiri dari
tulang kortikal dan tampak
radiopak.

• Hamulus: • Zygoma:
Gambaran radiopak seperti kait di Gambaran pita radiopak difus
distal tuberositas maksila. yang meluas dari distal prosesus
zygoma.

2 Mandibula

• Foramen lingual: • Mental ridge:


Gambaran titik radiolusen di Gambaran pita radiopak tebal
inferior apikal insisiv mandibula. yang meluas dari regio premolar
Foramen lingual dikelilingi oleh hingga insisiv, biasanya
genial tubercle yang tampak cincin superimposed dengan gigi anterior
radiopak. mandibula.
• Mental fossa: • Mental foramen:
Gambaran area radiolusen di atas Gambaran radiolusen berbentuk
mental ridge. Gambaran mental ovoid atau bulat kecil di area
fossa bervariasi sesuai dengan apikal gigi premolar. Mental
ketebalan tulang mandibula foramen sering disalah artikan
anterior. sebagai lesi periapikal karena
lokasinya.

• Kanalis mandibula: • Mylohyoid ridge:


Gambaran radiolusen yang dibatasi Gambaran garis radiopak tebal di
dengan dua garis radiopak tipis di regio molar mandibula.
bawah atau superimposed dengan apikal
gigi posterior mandibula.
1. Struktur gigi dan jaringan sekitar

F E
G
Keterangan gambar:
a. Enamel
b. Dentin
c. Dentino enamel junction
d. Ruang pulpa
e. Puncak tulang alveolar
f. Ligamen periodontal
g. Lamina dura
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Data dan Indikasi Pasien


Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun datang ke RSGMP UNSOED. Pasien
ingin mencabut gigi belakang bawah kiri yang berlubang besar.
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Chief complaint: sisa akar gigi belakang bawah kiri, sering sakit namun saat
kunjungan ke RSGM UNSOED sedang tidak sakit.
b. Present Illness: tidak ada rasa sakit
c. Past dental history: 2 tahun lalu pernah ke dokter gigi untuk dilakukan
penambalan gigi
d. Past medical history: tidak ada kelainan
e. Family history: tidak ada kelainan
f. Social history: tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan Objektif
a. Ekstraoral: tidak ada kelainan
b. Intraoral: gigi 36 terdapat sisa akar namun memiliki sisa sedikit mahkota,
terdapat polip pulpa berukuran kecil dibagian bifurkasi. Pemeriksaan perkusi
(+), palpasi (+), vitalitas (-), mobilitas (-).

B. Prosedur Pengambilan Radiografi Periapikal Bisecting


Langkah-langkah yang dilakukan saat pengambilan gambar radiografi periapikal
bisecting menurut Whaites dan Pharaoh (2019) adalah:
1. Operator melakukan KIE mengenai keperluan pemeriksaan radiografi, efek
radiasi yang dapat terjadi, upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek, serta
prosedur pengambilan foto kepada pasien.
2. Selanjutnya operator meminta persetujuan inform consent pasien menggunakan
surat inform consent.
3. Operator melakukan tindakan kontrol infeksi seperti cuci tangan dan memakai
APD lengkap serta mempersiapkan area kerja dan alat yang steril.
4. Persiapan awal pasien:
a. Instruksikan pasien untuk melepas perhiasan dan objek apapun di sekitar
wajah dan leher yang dapat mengganggu proses pengambilan radiografi.
b. Pasien memakai apron dan tiroid collar.
c. Pasien duduk di kursi dan atur posisi dengan ketinggian yang nyaman bagi
operator untuk melakukan pengambilan radiografi.
d. Posisi kepala pasien:
1) Bidang sagital: tegak lurus dengan lantai
2) Bidang oklusal: sejajar dengan lantai. Untuk mandibula bidang oklusal
dapat dilihat dari sudut mulut-tragus.

Gambar 2.1 Ilustrasi posisi kepala dan tubehead untuk pengambilan radiografi mandibula
Sumber: (Whaites dan Drage, 2021)
5. Atur faktor pemaparan pada kontrol panel, untuk teknik radiografi intraoral yang
sering dipakai adalah 65 kVp, 10 mA, 0,8-1 s.
6. Pemasangan film:
a. Film dimasukkan ke dalam rongga mulut di area lingual gigi 36 dengan
bagian film dengan permukaan halus dan putih menghadap arah tubehead x-
ray dengan dot berada di oklusal.
b. Posisi film horizontal untuk gigi posterior.
c. Sekitar 2 mm paket film harus berada di atas puncak oklusal untuk
memastikan seluruh bagian gigi muncul di film.
d. Pasien di instruksikan untuk menahan film dengan jari di permukaan lingual
gigi secara mantap namun lembut agar film tidak tertekuk dan tidak
bergeser.
7. Posisikan tubehead x-ray yang disesuaikan dengan sudut vertikal dan horizontal.
Untuk pengambilan radiografi teknik bisecting gigi molar mandibula
menggunakan sudut vertikal -5o.
8. Teknik Bisecting dipengaruhi penentuan sudut vertikal dan sudut horisontal .
Sudut vertikal: Sudut yang dibentuk Sinar-X yang tegak lurus bisecting line dan
mengarah ke apikal gigi dengan bidang oklusi / lantai. Dengan prinsip segitiga
sama kaki, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama panjangnya pada
film.
Sudut horisontal: ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi.dalam
bidang horisontal titik pusat sinar-X diarahkan melalui interproksimal.
penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan sebesar: kV = 65 ; mA = 10;
( Sec : 0,3 – 0,5 det.)
9. Penentuan Titik Penetrasi
Titik penetrasi adalah suatu titik yang merupakan proyeksi dari apeks gigi yang
berguna untuk mengarahkan pusat sinar x pada apeks gigi. Penentuan titik
penetrasi ini diawali dengan pembuatan garis khayal, untuk rahang atas ditarik
garis dari fosa nasalis ke tragus telinga, lalu dibuat garis tegak lurus untuk
masin-masing jenis gigi yaitu:
Titik penetrasi molar pertama berada pada perpotongan garis dari sudut terluar
mata. Titik penetrasi molar ke dua ditemukan 1 cm ke distal dari titik penetrasi
molar pertama. Titik penetrasi molar ke tiga 2 cm ke distal dari titik penetrasi
molar pertama.
10. Lakukan pemaparan/exposure. Setelah selesai film dikeluarkan dari rongga
mulut pasien dan keringkan dengan tisu atau paper towel disimpan di tempat
aman. Instruksikan pasien keluar ruangan dan melepas apron.
11. Lakukan desinfeksi ruangan dan alat yang tersentuh selama proses pemaparan,
serta membuang gloves dan masker pada tempat sampah medis.

C. Pemrosesan Film
Prosedur prosesing film dilakukan secara manual diruang gelap. Sebelum
mengeluarkan film dari pembungkusnya pastikan ruangan sudah gelap, lalu dilakukan
prosesing film sebagai berikut:
1. Development: film dimasukkan ke dalam larutan developer dan digerakkan
selama 10 detik.
2. Rinsing: film dikeluarkan dari larutan developer dan dibilas dengan air selama
30 detik.
3. Fixing: film dimasukkan ke dalam larutan fixer dan di cek berkala hingga
terlihat gambaran pada film.
4. Washing: film dibilas di air mengalir untuk menghilangkan semua sisa zat
kimia pada emulsi film.
5. Drying: film dikeringkan
D. Evaluasi Mutu Radiografi Periapikal Bisecting

Analisis radiografi:
1. Densitas: tingkat keterangan foto radiografi yang dihasilkan cukup.
2. Kontras: kontras foto tersebut cukup baik.
3. Struktur anatomi: Foto radiografi ini kurang mencakup seluruh struktur gigi 36
dan jaringan di sekitarnya. Namun cukup memperlihatkan sebanyak 3-4 mm
tulang alveolar di bawah gigi.
4. Kesalahan radiografi: terdapat beberapa kesalahan radiografi pada gambar di
atas yaitu gambar gigi 36 kurang terambil secara sempurna, sehingga yang lebih
terlihat adalah gigi 37 yang kondisinya masih bagus.
Berdasarkan hal tersebut, kualitas foto radiografi ini digolongkan ke dalam
golongan diagnostically accepted.
E. Interpretasi Radioanatomi Periapikal Bisecting

1
2
5
3
6 4

Radiografi periapikal bisecting gigi 36


Anatomical Landmarks:
1. Sisa dentin
2. Polip pulpa
3. Saluran akar
4. Ligament periodontal
5. Alveolar crest
6. Lamina dura
7. Tulang periodontal
Interpretasi:
1. Gigi 36
Terdapat gambaran radiopak pada daerah sisa akar gigi, menunjukkan bentuk
sisa mahkota gigi 36 yang tidak utuh diakibatkan oleh karies yang parah.
Terdapat gambaran radiolusen pada daerah bifurkasi yang menunjukkan
terbentuknya polip pulpa. Terlihat kondisi akar gigi dengan gambaran radiopak
dengan akar yang masih utuh.
G. Radiodiagnosis
Elemen 36
Diagnosis: Retained Dental Root (K04.1)
Diferensial diagnosis:
1. Pulpa polip
2. Nekrosis pulpa
LEMBAR INTERPRETASI HASIL FOTO RONTGEN
Kepada Yth. : : drg. X, sp. RKG Tanggal : 12/15/22
T.S.
No. : 001 Umur : 35 Tahun
Pendaftaran
Nama Pasien : Ny. AK Jenis : Perempuan
kelamin
Diagnosa : Retained dental root Alamat : Jl. Ovis
Klinis with Pulp Polip Purwokerto

Jenis Radiografi Intra Oral: Periapikal Teknik Bisektris


Elemen Gigi : 35, 36, 37, 38
Interpretasi :

Elemen 35, 36, 37, 38


Mahkota 35: Terdapat sebagian gambaran radiopak pada oklusal
36: Terdapat gambaran radiolusen pada sisa mahkota
37: Terdapat gambaran radiopak pada oklusal
38: Terdapat gambaran radiopak pada mesial
Akar Jumlah akar gigi 36, 37 adalah 2 masing-masing pada
bagian distal dan mesial
Membran 36: Menghilang
37: Menghilang
Laminadura 36: Masih utuh pada akar distal, sedangkan pada akar
mesial menghilang
37: Terputus
Alv Crest 36: Bagian distal mengalami penurunan secara vertical
37: dalam batas normal
Furkasi 36: Terdapat furkasi
Periapikal 36: Terlihat adanya lesi radiolusen berbatas difuse
37: Dalam batas normal
Kesan Terdapat gambaran lesi berbatas difuse pada bifurkasi,
adanya kelainan pada membrane periodontal, kelainan
pada lamina dura dan alveolar crest pada gigi 36.

Suspek Radiodiagnosis: retained dental root with pulpa polip

Terimakasih atas kepercayaan sejawat.


Salam,

Jatu Rachel Keshena, drg., Sp.RKG


DAFTAR PUSTAKA

Adler, A.M., Carlton, R.R., 2016, Introduction to Radiologic & Imaging Sciences &
Patient Care, Elsevier, Canada.
Bird, D. L., Robinson, D. S., 2015, Modern Dental Assisting, Eleventh Edition,
Elsevier, Missouri.
Ghom, A. G., Ghom, S. A., 2016, Textbook of Oral Radiology, 2nd Edition, Elsevier,
New Delhi.
Iannucci, J.M., Howerton, L.J., 2017, Dental Radiography: Principles and Technique,
Elsevier, Canada.
Mardiyantoro dkk., 2019, Dasar-Dasar Keselamatan Pasien Pada Praktik Dokter Gigi,
UB Press, Malang.
Whaites. E., Drage, N, 2002, Essentials of Dental Radiography and Radiology, Third
Edition, Elsevier, London.
Whaites. E., Drage, N, 2021, Essentials of Dental Radiography and Radiology, Sixth
Edition, Elsevier, London.
White, S.C., Pharoah, M.J., 2019, Oral Radiology: Principles and Interpretation, 6th
Edition, Elsevier, Canada.
D-Dental Clinic
Jl. Dr. Soeparno, Karangwangkal, Grendeng, Purwokerto Utara
Banyumas, Jawa Tengah. Telp 021 – 88878978

Surat Rujukan

Kepada Yth. Lab Prodia


di Purwokerto

Mohon dilakukan pemeriksaan radiografi periapikal rahang bawah terhadap


pasien:
Nama : Ibu. X
Jenis kelamin : P
Tanggal lahir/usia : 22-08-1985 /35th
Alamat : Purwokerto

Anamnesis : Nyeri dan bengkak di gigi rahang bawah


belakang sebelah kiri
Diagnosis sementara : Retained Dental Root
Elemen/Regio : 36

Demikian surat rujukan ini kami kirim. Atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

*Hasil rontgen diserahkan ke pasien

Hormat kami,

(drg. Eka Dhamma)

Anda mungkin juga menyukai