Anda di halaman 1dari 25

Tugas Ilmu Kesehatan Lingkungan

ANALISIS JURNAL MENGENAI RADIASI DAN KEBISINGAN


Disusun oleh Zevhinny Umbu Roga
NIM 2011080030
Pascasarjana IKM Universitas Nusa Cendana
Kupang 2021

ANALISIS JURNAL/ARTIKEL PERTAMA (INTERNASIONAL)


JUDUL AWARENESS ABOUT RADIATION HAZARDS AND KNOWLEDGE
ABOUT RADIATION PROTECTION AMONG HEALTHCARE
PERSONNEL: A QUATERNARY CARE ACADEMIC CENTER–
BASED STUDY
(KESADARAN TENTANG BAHAYA RADIASI DAN
PENGETAHUAN TENTANG PROTEKSI RADIASI DIANTARA
TENAGA KESEHATAN: SEUATU STUDI BERBASIS PUSAT
AKADEMIK PERAWATAN KUATERNER)
JURNAL SAGE Open Medicine Journal
VOL. & HAL. Volume 8, Halaman 1-8
TAHUN 2020
PENULIS Chaowanan Khamtuikrua dan Sirilak Suksompong
TANGGAL 2 Juni 2020
TUJUAN Mayoritas penelitian sebelumnya berfokus pada berbagai
PENELITIAN subspesialisasi, terutama radiologi. Namun, hanya sedikit penelitian
yang dilakukan di antara personel anestesi dan subspesialis bedah,
meskipun mereka sering terpapar radiasi. Oleh karena itu, tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk menguji pengetahuan dan
kesadaran tentang bahaya radiasi dan pengetahuan tentang proteksi
radiasi di antara penyedia layanan anestesi dan subspesialis bedah.
SUBJEK Partisipan adalah tenaga kesehatan yang bekerja di bagian spesialisasi
PENELITIAN anestesi dan bedah di kamar operasi. Para peserta penelitian ini
termasuk yang berikut, ahli anestesi dan perawat anestesi (baik staf
maupun peserta pelatihan); ahli bedah dan peserta pelatihan dari unit
berikut: bedah kardiotoraks, bedah saraf, bedah ortopedi, urologi, dan
bedah umum.
METODE Cross Sectional
PENELITIAN
TINJAUAN Prinsip umum proteksi radiasi, yang telah diusulkan oleh ICRP,
LITERATUR menyatakan bahwa proteksi radiasi didasarkan pada tiga prinsip:
justifikasi, optimasi (menggunakan dosis radiasi serendah mungkin
yang dapat dicapai (ALARA)), dan pembatasan dosis. Hal ini adalah
dasar dari strategi proteksi radiasi. Ahli radiologi Nigeria, radioterapis,
dan dokter gigi telah menunjukkan tingkat pengetahuan yang
memuaskan tentang bahaya radiasi dan penggunaan alat pelindung diri
sedangkan di Italia secara khusus, hanya 27% peserta yang menjawab
dengan benar pertanyaan yang menilai pengetahuan tentang proteksi
radiasi (ALARA). Temuan yang kontras ini mungkin disebabkan oleh
perbedaan antara dua sampel penelitian. Dengan kata lain, sebagian
besar peserta penelitian di Nigeria bekerja di departemen radiologi,
sedangkan pada penelitian di Italia dilakukan pada rekan-rekan di
departemen pediatrik.
CARA DAN Studi ini menggunakan alat kuesioner ini dilakukan di antara personel
ALAT anestesi dan subspesialis bedah dari pusat akademik perawatan
MENGUKUR kuartener di Bangkok, Thailand. Studi ini telah disetujui oleh dewan
peninjau institusional (persetujuan no. Si150/2018) dan terdaftar di
ClinicalTrials.gov (ID: NCT03475927). Kuesioner dikembangkan
oleh dua penulis artikel ini dan divalidasi oleh enam ahli: tiga ahli
radiologi, dua ahli bedah saraf yang bekerja di suite neuroradiologi,
dan satu ahli anestesi yang juga seorang pendidik medis. Validitas
kuesioner diperiksa dengan menghitung indeks kesesuaian item-
objektif (IOC);9,10 skor IOC > 0,6 dianggap indikasi validitas isi yang
memadai. Skor IOC dari semua item kuesioner ini adalah >0,6.
Kuesioner terdiri dari tiga bagian: informasi demografis, kesadaran
tentang praktik proteksi radiasi, dan pengetahuan tentang bahaya
radiasi. Bagian pertama mengharuskan peserta untuk memberikan
informasi demografis berikut: usia, jenis kelamin, posisi pekerjaan
(staf, residen, rekan, atau perawat), pengalaman kerja (tahun),
departemen, persentase total jam kerja di mana responden terpapar
radiasi di seluruh 12 bulan terakhir, dan partisipasi sebelumnya dalam
bahaya radiasi dan kelas proteksi. Bagian kedua, yang terdiri dari
pertanyaan tentang kesadaran tentang bahaya radiasi dan praktik
proteksi, menilai kesadaran tentang bahaya radiasi dan kebiasaan
penggunaan pelindung diri, yaitu celemek timah, kacamata mata, dan
pelindung tiroid, ketika bekerja di lingkungan yang melibatkan
paparan radiasi.
Bagian ketiga, yang menilai pengetahuan tentang bahaya dan proteksi
radiasi, berfokus pada hal-hal berikut:

Prinsip Proteksi Radiasi (ALARA);


1. Dosis radiasi maksimum yang diizinkan per tahun untuk
pekerja pada umumnya dan wanita hamil pada khususnya;
2. Sumber utama paparan radiasi di ruang intervensi;
3. Organ yang rentan terhadap penyakit terkait radiasi;
4. Celemek timah dan ketebalan standar timah dalam celemek
timah;
5. Kacamata timah;
6. Hubungan terbalik antara jarak antara diri dan mesin radiasi
dan dosis radiasi;
7. Informasi tentang dosimeter;
8. Dosis radiasi fluoroskop yang digunakan dalam prosedur
medis.
Bagian ini terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Setiap pertanyaan
memiliki empat pilihan jawaban, salah satunya adalah jawaban yang
benar. Satu poin diberikan untuk setiap jawaban yang benar, dan nol
poin diberikan untuk setiap jawaban yang salah atau hilang. Kuesioner
versi online dibuat menggunakan Google Forms karena metode ini
memungkinkan peserta untuk menyelesaikan kuesioner dengan mudah
dan peneliti dapat segera dan otomatis mengumpulkan data tanpa
membiaskan proses pengumpulan data. Calon peserta dikirimi email
tautan yang harus mereka akses untuk menyelesaikan kuesioner antara
1 April dan 30 Juni 2018. Peserta jelas diinstruksikan untuk
menyelesaikan kuesioner dalam waktu 30 menit. Pada 2 minggu
setelah email pertama dikirim ke peserta, email lain dikirim untuk
mendorong lebih banyak peserta untuk menanggapi survei. Untuk
mencegah duplikasi, peserta diinstruksikan dengan tegas untuk tidak
menanggapi kuesioner lagi, jika sebelumnya mereka telah
menyelesaikannya. Para peserta diberitahu bahwa partisipasi mereka
dalam penelitian ini sepenuhnya atas dasar sukarela sebelum mereka
menanggapi kuesioner.
HASIL 1. Sebanyak 270 calon peserta diundang untuk menanggapi
PENELITIAN kuesioner, dan tingkat tanggapan adalah 79,3% (N = 214). Rata-
rata usia partisipan adalah 34,8 ± 8,6 tahun (25-66 tahun).
Sebagian besar peserta adalah perempuan (69,2%) dan bekerja di
Departemen Anestesiologi (77,6%). Pengalaman kerja mereka
berkisar dari 6 bulan hingga 40 tahun. Perkiraan persentase rata-
rata waktu peserta bekerja di lingkungan yang mengandung
paparan radiasi selama jam kerja normal dalam 12 bulan terakhir
adalah 30,5% ± 21,8% (0%-100%). Sebagian besar peserta (65%)
belum pernah mendapatkan pelatihan tentang bahaya radiasi.
2. Mayoritas peserta (63,1%) menganggap radiasi medis sangat
berbahaya bagi manusia. Namun, sepertiga dari mereka percaya
bahwa itu tidak terlalu berbahaya, dan sebagian kecil dari mereka
menganggapnya tidak berbahaya. Selanjutnya, 86,4% dan 78,5%
dari mereka melaporkan bahwa mereka selalu mengenakan
celemek timbal dan pelindung tiroid ketika bekerja di lingkungan
yang mengandung paparan radiasi. Namun, hanya 31,3% dari
mereka yang melaporkan bahwa mereka mengenakan kacamata
timbal di lingkungan kerja seperti itu.
3. Sebagian besar responden (85,5%) dengan benar mengidentifikasi
ALARA sebagai prinsip umum proteksi radiasi yang telah
diusulkan oleh ICRP.
KESIMPULAN Kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya radiasi mungkin berbeda
berdasarkan peran pekerjaan, tingkat pelatihan, dan bahkan
kebangsaan profesional kesehatan. Temuan ini mengungkapkan
bahwa secara umum, ada tingkat kesadaran yang tinggi tentang bahaya
radiasi di antara sampel ini. Sebagian besar peserta melaporkan bahwa
mereka menggunakan peralatan pelindung (kecuali kacamata timbal)
ketika mereka bekerja di lingkungan yang memerlukan paparan
radiasi. Namun, jumlah personel anestesi dan subspesialis bedah yang
sangat tinggi menunjukkan pengetahuan yang tidak memadai tentang
bahaya radiasi. Temuan ini menggarisbawahi kebutuhan untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya radiasi di
antara personel anestesi dan subspesialis bedah.
KELEBIHAN 1. Telah banyak penelitian yang menggambarkan mengenai
pengetahuan bahaya radiasi di kalangan profesional kesehatan,
namun jurnal ini selain menunjukkan gambaran pengetahuan,
melainkan juga mengamati secara konsisten pengetahuan bahaya
radiasi secara lebih khusus di kalangan spesialisasi (dokter
spesialis bedah dan anestesi).
2. Menggunakan kuesioner online sehingga memudahkan
pengumpulan data.
3. Hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan untuk diadakannya
pelatihan formal tentang proteksi dari bahaya radiasi secara khusus
kepada dokter dan paramedis pada bidang-bidang spesialis dan
subspesialis.
4. Menyebutkan dengan jelas alat pelindung diri yang dapat
digunakan untuk mencegah paparan terhadap radiasi.
5. Menambah khasanah pengetahuan pembaca mengenai bahaya
radiasi.
KEKURANGAN 1. Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional
sehingga hanya menggambarkan pengetahuan tentang bahaya
radiasi pada saat itu saja.
2. Tidak menyebutkan dengan jelas faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan mengenai bahaya radiasi di kalangan
spesialis dan subspesialis.
3. Tidak menjelaskan secara spesifik dosis dan batasan paparan
terhadap radiasi yang harus diwaspadai.
4. Tidak menjelaskan secara spesifik dampak radiasi terhadap tubuh
manusia, hanya menyebutkan sebagian kecil penyakit yang dapat
diakibatkan oleh paparan radiasi.
WEBSITE https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6977219/pdf/10.1177
_2050312120901733.pdf
ANALISIS JURNAL/ARTIKEL KEDUA (INTERNASIONAL)
JUDUL RADIATION HAZARD, SAFETY, CONTROL AND
PROTECTION
(Bahaya Radiasi, Keamanan, Kontrol, dan Perlindungan)

JURNAL Fadripur Medical College Journal


VOL. & HAL. Volume 14, Nomor 2, Halaman 100-103
TAHUN 2020
PENULIS Dr. Md. Hafizur Rahman, MBBS, M.Phil
TANGGAL 14 Juli 2020
TUJUAN Bidang Radiologi dan Kedokteran Nuklir telah berkembang dari era
PENULISAN sinar-X ke teknik pencitraan modern saat ini yang sebagian besar
menggunakan radiasi pengion. Dengan manfaat diagnosis dan
pengobatan yang lebih baik, telah menyebabkan peningkatan berlipat
ganda dalam paparan radiasi pada pasien dan personel radiologi dan
kedokteran nuklir. Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas
mengenai pengetahuan dan kesadaran yang tepat mengenai bahaya
radiasi dan proteksi radiasi wajib dimiliki oleh tenaga kesehatan,
khususnya tenaga kedokteran nuklir dan radiologi. International
Commission on Radiological Protection (ICRP) telah
merekomendasikan dua prinsip dasar proteksi radiasi, pembenaran
praktik dan optimalisasi proteksi.
Radiasi pengion adalah jenis energi yang dilepaskan oleh atom yang
SUBJEK
bergerak dalam bentuk gelombang elektromagnetik (gamma atau
PENELITIAN
sinar-X) atau partikel (neutron, beta, alfa). Disintegrasi spontan atom
disebut radioaktivitas, dan kelebihan energi yang dipancarkan dalam
bentuk radiasi pengion. Unsur-unsur tidak stabil yang hancur dan
memancarkan radiasi pengion disebut radionuklida. Bahan radioaktif
harus ditangani dengan hati-hati karena paparan radiasi dapat
meningkatkan risiko kanker dan memiliki efek berbahaya lainnya. Di
departemen kedokteran nuklir dan radiologi, staf akan terpapar radiasi
dari radiofarmasi, rontgen pasien, sumber kalibrasi, dan limbah
radioaktif. Paparan staf tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan
secara hukum untuk pekerja radiasi. Selain itu, paparan staf harus As
Low as Reasonably Achievable (ALARA). Ini adalah prinsip ALARA
yang penting. Di departemen yang dikelola dengan baik yang
menerapkan prinsip ALARA dengan serius, staf hanya akan terkena
sebagian kecil dari batas hukum. Paparan radiasi dapat bersifat
eksternal, dari radioaktif bahan di luar tubuh, atau internal jika bahan
masuk ke dalam tubuh. Staf harus memahami bagaimana mereka
terpapar radiasi eksternal dari sumber radioaktif, dan bagaimana
menghindari kontaminasi radioaktif pada diri mereka sendiri atau
pakaian pribadi mereka, atau pada permukaan kerja seperti bangku
dan peralatan penghitungan.
HASIL 1. Sumber Radiasi
PENELITIAN Radiasi alam berasal dari banyak sumber termasuk lebih dari

BERUPA 60 bahan radioaktif alami yang ditemukan di tanah, air dan


udara. Radon, gas yang terjadi secara alami, berasal dari
PEMBAHASAN
batuan dan tanah dan merupakan sumber utama radiasi alam.
DARI
Setiap hari, orang menghirup dan menelan radionuklida dari
LITERATUR
udara, makanan, dan air. Rata-rata, 80% dari dosis tahunan
radiasi latar yang diterima seseorang disebabkan oleh sumber
radiasi terestrial dan kosmik yang terjadi secara alami.
Paparan radiasi manusia juga berasal dari sumber buatan
manusia mulai dari pembangkit listrik tenaga nuklir hingga
penggunaan radiasi medis untuk diagnosis atau pengobatan.
Saat ini, sumber radiasi pengion buatan manusia yang paling
umum adalah perangkat medis, termasuk mesin sinar-X.
2. Paparan radiasi
Paparan radiasi mungkin internal atau eksternal. Paparan
internal terjadi ketika radionuklida terhirup, tertelan atau
masuk ke aliran darah. Jenis bahan radioaktif ini seringkali
dapat dikeluarkan dari tubuh dengan mencuci. Paparan radiasi
juga dapat diakibatkan oleh radiasi dari sumber eksternal,
seperti paparan radiasi medis dari sinar-X, CT scan. Pertama,
situasi paparan yang direncanakan, dari pengenalan dan
pengoperasian sumber radiasi yang disengaja dengan tujuan
tertentu, seperti halnya penggunaan radiasi medis untuk
diagnosis atau pengobatan pasien atau penggunaan radiasi
dalam industri atau penelitian.
3. Efek Biologis Radiasi
Efek biologis radiasi adalah semua efek kerusakan biologis
dimulai dengan konsekuensi interaksi radiasi dengan atom
yang membentuk sel. Ada dua mekanisme dimana radiasi
pada akhirnya mempengaruhi sel. Jika radiasi berinteraksi
dengan atom-atom molekul DNA atau beberapa komponen
seluler lain yang penting bagi kelangsungan hidup sel, hal itu
disebut sebagai efek langsung. Jika sel terkena radiasi,
kemungkinan radiasi berinteraksi dengan molekul DNA
sangat kecil karena komponen penting ini merupakan bagian
kecil dari sel. Ketika radiasi berinteraksi dengan air, itu dapat
memutuskan ikatan yang menahan molekul air bersama-sama,
menghasilkan fragmen seperti hidrogen dan hidroksil. Tidak
semua sel hidup sama sensitifnya terhadap radiasi. Interaksi
langsung radiasi dengan sel aktif dapat mengakibatkan
kematian atau mutasi sel, sedangkan interaksi langsung
dengan DNA sel yang tidak aktif akan kurang berpengaruh.
Efek biologis pada seluruh tubuh dari paparan radiasi akan
tergantung pada dosis total, jenis sel, jenis radiasi, usia
individu, tahap pembelahan sel, bagian tubuh yang terpapar,
keadaan kesehatan umum, volume jaringan yang terpapar dan
interval waktu. atas dosis mana yang diterima. Efek biologis
radiasi biasanya dibagi menjadi dua kategori yakni; yang
pertama terdiri dari paparan radiasi dosis tinggi selama
periode waktu yang singkat menghasilkan efek akut atau
jangka pendek dan yang kedua mewakili paparan radiasi dosis
rendah selama periode waktu yang lama yang menghasilkan
efek kronis atau jangka panjang. Hal ini pada gilirannya dapat
menyebabkan respons seluruh tubuh yang cepat yang sering
disebut sindrom radiasi akut. Tanda dan gejala awal sindrom
ini adalah mual, muntah, kelelahan dan kehilangan nafsu
makan. Di bawah sekitar 150 rad, gejala-gejala ini, yang tidak
berbeda dari yang dihasilkan oleh infeksi virus umum,
mungkin satu-satunya indikasi luar dari paparan radiasi.
Efek radiasi dosis rendah terjadi pada tingkat sel, dan hasilnya
mungkin tidak diamati selama bertahun-tahun. Ada tiga
kategori umum efek yang dihasilkan dari paparan radiasi dosis
rendah. Di dalam rahim beberapa orang secara keliru
menganggap ini sebagai konsekuensi genetik dari paparan
radiasi, karena efeknya, yang diderita oleh embrio/janin yang
sedang berkembang, terlihat setelah lahir. Namun, ini
sebenarnya merupakan kasus khusus dari efek somatik, karena
embrio/janin yang terkena radiasi.
Paparan radiasi prenatal dapat menyebabkan kerusakan otak
pada janin setelah dosis akut melebihi 100 mSv antara minggu
8-15 kehamilan dan 200 mSv antara minggu 16-25 kehamilan.
Sebelum minggu ke-8 atau setelah minggu ke-25 kehamilan,
penelitian pada manusia tidak menunjukkan risiko radiasi
terhadap perkembangan otak janin. Risiko kanker setelah
paparan radiasi janin serupa dengan risiko setelah paparan
pada anak usia dini.
METODE Review Literatur
PENULISAN
KESIMPULAN Keselamatan radiasi merupakan perhatian utama di era modern ini
dalam bidang radiologi diagnostik dan terapeutik serta Kedokteran
Nuklir. Proteksi radiasi merupakan komponen integral dari
infrastruktur kerja setiap departemen radiologi dan kedokteran nuklir.
Prinsip utama proteksi radiasi adalah memberikan perlindungan yang
memadai dari paparan radiasi yang tidak semestinya kepada personel
yang terlibat langsung atau tidak langsung dengan radiasi, tanpa
terlalu membatasi manfaat paparan radiasi. Komponen proteksi
radiasi meliputi pembenaran prosedur yang melibatkan paparan
radiasi, penggunaan paparan radiasi minimum yang sesuai dengan
prosedur dengan menyediakan informasi diagnostik yang memadai,
melindungi personel dan pasien dari paparan radiasi yang tidak
diinginkan dan pemantauan paparan radiasi pada pekerja kerja dan
lingkungan kerja. Pengawasan rutin dari departemen terkait untuk
tingkat radiasi dan pemantauan programer proteksi radiasi dan
kegiatan pendidikan reguler merupakan bagian integral dari tanggung
jawab RCO dan otoritas administratif lainnya dari departemen/rumah
sakit.
KELEBIHAN 1. Menjelaskan secara ringkas dan mudah dipahami mengenai
sumber radiasi, paparan radiasi, proteksi terhadap radiasi, dan
efek biologis radiasi atau efek paparan radiasi terhadap
keberlangsungan sel tubuh manusia;
2. Menekankan pentingnya melakukan proteksi radiasi dan
menjelaskan prinsip-prinsip proteksi terhadap radiasi.
KEKURANGAN 1. Pembahasan hanya didasarkan pada review jurnal;
2. Jenis penyakit yang dapat disebabkan oleh paparan radiasi
tidak dijelaskan secara detail;
3. Dampak radiasi terhadap lingkungan tidak digambarkan
dalam pembahasan.
WEBSITE/DOI https://doi.org/10.3329/fmcj.v14i2.48188
ANALISIS JURNAL/ARTIKEL KETIGA (NASIONAL)
Judul FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN KESELAMATAN
RADIASI SINAR-X DI UNIT RADIOLOGI RUMAH SAKIT PUTRI
HIJAU MEDAN
Jurnal Journal of Borneo Holistic Health
Vol. & Hal. Volume 1, Nomor 2, Halaman 264-270
Tahun 2018
Penulis Agnes Ferusge dan Anjelina Berutu
Tanggal 2 Desember 2018
Abstrak Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai tindakan
keselamatan radiasi sinar-x di unit radiologi Rumah Sakit Putri Hijau
Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mepengaruhi
tindakan keselamatan pekerja di unit radiologi Rumah Sakit Putri Hijau
Medan. Jenis penelitian menggunakan cross sectional study. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di unit radiologi
Rumah Sakit Putri Hijau Medan yang berjumlah 30 orang sebagai pekerja
radiologi. Sampel penelitian menggunakan total population sebanyak 30
orang. Analisa data menggunakan analisa regresi logistic berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin (p=0,032),
pengetahuan (p=0,049) dan sikap kerja (0,019) terhadap tindakan
keselamtan dan kesehatan kerja pekerja di Unit Radiologi rumah sakit Putri
Hijau Medan. Disarankan kepada tempat penelitian untuk untuk rutin
membuat pelatihan mengenai keselamatan kerja radiasi sinar-X dan
memantau pekerja khususnya unit radiologi agar selalu bertindak sesuai
aturan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012
tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan. Kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk menekan
atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja. Cedera jaringan bisa
terjadi akibat pemaparan singkat radiasi tingkat tinggi atau pemaparan
jangka panjang radiasi tingkat rendah. Beberapa efek yang merugikan dari
radiasi hanya berlangsung singkat, sedangkan efek lainnya bisa
menyebabkan penyakit menahun. Efek dini dari radiasi dosis tinggi akan
tampak jelas dalam waktu beberapa menit atau beberapa hari. Efek lanjut
mungkin baru tampak beberapa minggu, bulan atau bahkan bertahun-tahun
kemudian. 
Dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 165
(pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan,peningkatan, pengobatan dan pemulihan
kerja). Berdasarkan pasal di atas maka pihak pengelola rumah sakit sangat
perlu menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah
sakit, untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Tinjauan Sinar X banyak digunakan dalam praktek kedokteran karena sifat-sifatnya


Literatur yang begitu banyak, baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi. Sinar-X
termasuk sinar radiasi ionisasi, yaitu radiasi yang ketika melewati matter
membentuk partikel bermuatan positif dan negatif. Beberapa efek
merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapar oleh sinar-X
segera teramati tidak berselang lama dari penemuan sinar-X. Efek
merugikan itu berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Cedera
Akibat Radiasi adalah kerusakan jaringan akibat radiasi (penyinaran).
Radiasi adalah gelombang atau partikel berenergi tinggi yang berasal dari
sumber alami atau sumber yang sengaja dibuat oleh manusia. Cedera
jaringan bisa terjadi akibat pemaparan singkat radiasi tingkat tinggi atau
pemaparan jangka panjang radiasi tingkat rendah. Beberapa efek yang
merugikan dari radiasi hanya berlangsung singkat, sedangkan efek lainnya
bisa menyebabkan penyakit menahun. Efek dini dari radiasi dosis tinggi
akan tampak jelas dalam waktu beberapa menit atau beberapa hari. Efek
lanjut mungkin baru tampak beberapa minggu, bulan atau bahkan bertahun-
tahun kemudian. Mutasi (pergeseran) bahan genetik dari sel-sel organ
kelamin akan tampak jelas hanya jika korban pemaparan radiasi memiliki
anak, dimana anaknya mungkin terlahir dengan kelainan genetik.
Metode Cross sectional
Hasil 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap kerja terhadap tindakan keselamtan dan
kesehatan kerja pekerja di Unit Radiologi rumah sakit Putri Hijau
Medan. Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik personal
yang mempengaruhi tindakan aman saat bekerja. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Winarsunu 2008 yang menyatakan Karakteristik
individu dapat mempengaruhi perilakunya dalam
bekerja. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan
pekerja terhadap tindakan keselamatan di unit radiologi Rumah
Sakit Putri Hijau Medan. Standard Operational Procedure (SOP)
adalah cara kerja/operasional dari suatu aktivitas tertentu yang di
tetapkan secara formal dan legal. SOP berfungsi untuk
mempertahankan hasil kerja dengan kualitas yang dikehendaki dan
dapat dilakukan pula oleh orang lain. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilkaukan oleh Maulidhasari menyatakan
ada hubungan antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku
berbahaya. Hasil tersebut juga sesuai dengan pernyataan bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
3. Selain faktor tersebut pengetahuan pekerja terhadap tindakan
keselamatan pekerja juga dipengaruhi oleh sikap pekerja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh sikap pekerja terhadap
tindakan keselamatan kerja di unit radiologi Rumah Sakit Putri
Hijau Medan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maulidhasari yang menytaakan ada hubungan antara
sikap terhadap APD dengan perilaku berbahaya. Sikap belum
berupa tindakan,  sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferusgel
mennyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan,sikap, ketersedian
APD,  dukungan rekan kerja dan pengawasan dengan penggunaan
APD.
Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keselamatan di unit radiologi
Rumah Sakit Putri Hijau Meda. Saran kepada pekerja diharapkan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai radiasi sinar X dan tindakan aman
selama bekerja guna mencegah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
akibat radiasi sinar X dengan cara mengikuti pelatihan yang dibuat oleh
pihak rumah sakit serta mampu menerapkan pelatihan itu selama bekerja.
Saran kepada Rumah Sakit Putri Hijau Medan disarankan kepada tempat
penelitian Rumah Sakit Putri Hijau Medan Medan untuk rutin membuat
pelatihan mengenai keselamatan kerja radiasi sinar X dan memantau
pekerja khususnya unit radiologi agar selalu bertindak sesuai aturan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Kelebihan 1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan keselamatan
dari radiasi sinar X.

2. Dapat menjadi bahan pertimbangan di Unit Radiologi RS lainnya agar


dapat memaksimalkan tindakan keselamatan kerja selama bertugas
serta memberikan pelatihan kepada petugas yang terkait.

3. Dampak radiasi terhadap kesehatan dijelaskan cukup rinci.

Kekurangan Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional sehingga


hanya menggambarkan kondisi sesaat penelitian saja.
Website/DOI https://doi.org/10.3329/fmcj.v14i2.48188
ANALISIS JURNAL/ARTIKEL KEEMPAT (NASIONAL)

JUDUL KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA: KERENTANAN


KESEHATAN PADA PEKERJA INDUSTRI TEKSTIL

NOISE INDUSTRIAL POLLUTION: HEALTH


VULNERABILITIES ON TEXTILE INDUSTRY WORKERS
JURNAL Jurnal Kesehatan Lingkungan
VOL. & NO. Vol. 11, No. 4
TAHUN 2019
PENULIS Sumardiyono, Reni Wijayanti, Hartonp, Adi Heru Sutomo
TANGGAL 31 Oktober 2019
TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan bising di
PENELITIAN lingkungan kerja dengan kadar kortisol, dan menganalisis hubungan
kadar kortisol darah dengan kadar gula darah pekerja industri tekstil.
Dengan demikian akan dapat dijelaskan hubungan tidak langsung
antara bising di lingkungan kerja dan kadar gula darah melalui
mekanisme stres kerja. Dalam penelitian ini, stres kerja diukur
menggunakan indikator biologis yaitu kadar kortisol darah. Penelitian
ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang banyak meneliti tentang
hubungan stres dengan kadar gula darah, dengan alat ukur stres yang
digunakan adalah kuesioner tentang stres. Pada penelitian ini stres
kerja diukur menggunakan indikator kadar kortisol darah.
SUBJEK Populasi penelitian adalah semua pekerja di industri tekstil PT.
PENELITIAN Iskandar Indah Printing Tekstil di Surakarta.
METODE Cross Sectional
PENELITIAN
TINJAUAN Lingkungan industri merupakan bagian dari 14 (empat belas) azas ilmu
LITERATUR lingkungan. Pada azas ilmu lingkungan ke-10 berhubungan dengan
kestabilan lingkungan, yang berarti keanekara- gaman dapat
berkembang dengan baik; tetapi jika energi pada lingkungan tidak
terkontrol sehingga kadarnya melebihi nilai ambang batas dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran pada lingkungan
industri atau tempat kerja berdampak negatif terhadap kesehatan para
pekerja (Fauziyah, dkk, 2018). Salah satu faktor bahaya lingkungan
kerja adalah kebisingan industri (Feder, dkk, 2017). Nilai ambang batas
kebisingan industri berdasarkan Permenker RI Nomor 5 Tahun 2018
nilainya adalah 85dBA untuk lama pemaparan selama 8 jam kerja
perhari Tingkat stres kerja di berbagai industri tekstil menunjukkan
75% ketegori sangat tinggi dan 25% kategori tinggi (Fithri & Anisa,
2017), stres kerja kategori tinggi 53,3% dan kategori sedang 40%
(Ratih, 2012), dan stres kerja kategori sedang sebanyak 30,5%
(Andarini & Prasetya, 2017).

Tingkat stres kerja yang persentasenya cukup tinggi di perusahaan


tekstil tersebut akan berdampak pada gangguan kesehatan baik
fisiologis maupun psikologis. Gangguan kesehatan akibat stres kerja
merupakan masalah yang penting karena dapat menimbulkan berbagai
penyakit yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja,
antara lain meningkatnya tekanan darah sebagai penyebab hipertensi
dan meningkatnya kadar gula darah sebagai penyebab diabetes melitus
(Harrianto, 2011). Stres yang terjadi pada seseorang juga dapat
berdampak pada spiritual, sosial, intelektual, psikologis, dan fisik.
Stres dan DM berkorelasi sangat erat khususnya pada penduduk di
wilayah kota. Gaya hidup kurang sehat dan tekanan hidup ditambah
pula dengan kemajuan teknologi serta berbagai penyakit menjadikan
penurunan kondisi fisik seseorang yang berdampak pada terjadinya
stres (Farhud, 2015).

Permasalahan paparan bising industri sangat penting karena 600 juta


orang lebih di dunia diperkirakan terekspos kebisingan lingkungan
kerja (Buksh, 2018). Bising direspon sebagai stres yang berdampak
pada kesehatan seseorang, karena gangguan akibat bising dapat berupa
perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat psikis. Gangguan
tidak menyenangkan ini merupakan respon terhadap stres yang
berdampak pada gejala dan dapat berkembang menjadi penyakit
(Hartono, 2014). Untuk mengetahui stres secara fisiologis, maka dapat
digunakan indikator kadar hormon kortisol. Kadar kortisol merupakan
indikator stres untuk mendiagnosis stres di tempat kerj
CARA DAN Penelitian ini menggunakan jenis observasional yang bersifat analitik
ALAT dengan menggunakan desain Cross-Sectional. Penelitian dilaksanakan
MENGUKUR pada industri tekstil PT. Iskandar Indah Printing Tekstil di Surakarta.
Populasi penelitian adalah semua pekerja di industri tekstil PT.
Iskandar Indah Printing Tekstil di Surakarta. Teknik sampling untuk
mementukan jumlah responden penelitian menggunakan stratified
random sampling. Kriteria subjek penelitian adalah pekerja
perempuan, dengan stratifikasi kelompok paparan yang berbeda yaitu
kelompok paparan bising dengan kategori resiko rendah (< 70 dBA),
risiko sedang (>70 – 85 dBA), dan risiko tinggi (> 85 dBA).

Perhitungan jumlah responden berdasarkan rumus perbedaan rerata


(mean difference) dengan perkiraan perbedaan antar mean (α=0.05,
CI=95% two-sides, Power=80, ratio of sample size=1). Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya di perusahaan tekstil, rerata kadar kortisol
kelompok pekerja terpapar bising melebihi NAB adalah 14.25+2.1
μg/dl dan di bawah NAB adalah 12.68+1.1 μg/dl, diperoleh jumlah
subjek per kelompok sebanyak 18 orang (Risdiana, dkk, 2016).
Penelitian ini menggunakan jumlah subjek per kelompok sebanyak 25
orang, sehingga total responden adalah 75 orang, yang terbagi dalam 3
kelompok, berdasarkan risiko paparan kebisingan di tempat kerja,
masing-masing adalah terpapar kebisingan < 70 dBA, > 70 sampai
dengan 85 dBA, dan > 85 dBA.

Sound Level Meter (SLM) yang digunakan dalam pengambilan data


merupakan SLM tipe Sanfix GM1356, dan pada pengukuran digunakan
bobot A (dBA). Sound level meter ditempatkan pada posisi
microphone sejajar dengan telinga tenaga kerja. Tenaga kerja terpapar
kebisingan selama 8 jam per hari. Sebelum dilakukan penelitian,
peneliti menjelaskan tata cara pemeriksaan kepada calon responden
yang dipandu dengan kuesioner. Responden yang setuju selanjutnya
mengisi informed consent. Selanjutnya data yang berkaitan dengan
karakteristik responden didokumentasikan (nama, umur, jenis kelamin,
masa kerja, dan lain-lain).

Pemeriksaan kadar kortisol darah dilakukan melalui pengambilan


sampel darah pada subjek penelitian oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dilakukan pada jam 06.00-07.00 WIB. Kadar kortisol darah
diukur melalui metode ELISA (Enzym-linked immunosorbent assay)
menggunakan satuan μg/dL, dan kadar gula darah diukur berdasarkan
kadar HbA1c dengan metode Ion Exchange Chromatography for
Quantitative Analysis dengan satuan μg/dl. Pemeriksaan kadar kortisol
darah dan kadar gula darah dilakukan oleh laboratorium medis “Sarana
Medika” Surakarta, dengan ijin usaha nomor: 449/001/LAB/2017.

Untuk mengetahui perbedaan rerata kadar kortisol darah antar


kelompok dilakukan uji Anova. Untuk memenuhi persyaratan uji
anova, maka dilakukan uji normalitas masing-masing kelompok data
kadar kortisol darah menggunakan Shapiro- Wilk dan Levene Test
untuk uji homogenitas, yang hasilnya telah memenuhi persyaratan uji
Anova.
HASIL 1. Semakin usia bertambah menua, maka risiko penyakit tidak
PENELITIAN menular akan muncul di antaranya hipertensi dan diabetes
mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pada penelitian ini
rerata usia responden penelitian adalah 43,5 tahun. Pada usia ini
seseorang memasuki masa dewasa akhir, dan sebelum
memasuki masa lansia awal (Departemen Kesehatan RI, 2009),
sehingga responden penelitian secara alamiah belum berisiko
mengalami gangguan penyakit diabetes melitus.

2. Penelitian ini menemukan paparan bising melebihi nilai


ambang batas menyebabkan rerata kadar kortisol darah lebih
tinggi dibanding paparan di bawah nilai ambang batas (p<0,05).
Dengan demikian bising memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kortisol darah.

3. Penelitian ini juga menemukan ada korelasi positif, signifikan


dan termasuk kategori tinggi antara kadar kortisol darah dengan
kadar gula darah (r=0,898; p=0,000), maka peningkatan kadar
kortisol darah merupakan faktor risiko meningkatnya kadar

gula darah sebesar 81% (r2=0,81).

KESIMPULAN Pemaparan kebisingan melebihi nilai ambang batas (>85 dBA per hari)
DAN SARAN merupakan faktor risiko peningkatan kadar kortisol dalam darah
(F=58,722; p=0,000), yang merupakan gambaran meningkatnya tingkat
stres kerja. Meningkatnya stres kerja berdampak pada peningkatan
kadar gula darah (r=0,898; p=0,000). Dengan demikian ada korelasi
antara paparan kebisingan di tempat kerja dengan meningkatnya kadar
gula darah melalui mekanisme stres kerja. Saran untuk pekerja
sebaiknya disiplin memakai alat pelindung pendengaran yang standar
selama bekerja untuk mereduksi intensitas kebisingan lingkungan
kerja. (r=0,898; p=0,000).
KELEBIHAN 1. Memberikan gambaran adanya hubungan antara kebisingan
dengan status kesehatan pekerja yang terpapar.
2. Menjelaskan dengan rinci kebisingan yang dapat terjadi di
tempat kerja.
3. Dapat menjadi pertimbangan agar tempat kerja dengan paparan
bising yang tinggi mereduksi kebisingan yang ada demi
kepentingan kesehatan karyawan/pekerja.
KEKURANGA 1. Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional
N sehingga hanya menggambarkan status kesehatan pekerja saaat
itu.
2. Jenis gangguan kesehatan yang diteliti hanya Diabetes Mellitus
dan Stress, sedangka masih banyak gangguan kesehatan lainnya
yang dapat disebebkan oleh kebisingan yang mungkin lebih
berkaitan dengan pendengaran.
WEBSITE https://e-journal.unair.ac.id/JKL
ANALISIS JURNAL/ARTIKEL KELIMA (INTERNASIONAL)

JUDUL EVIDENCE OF THE ENVIRONMENTAL IMPACT OF NOISE


POLLUTION ON BIODIVERSITY: A SYSTEMATIC MAP
PROTOCOL

(BUKTI DAMPAK LINGKUNGAN DARI POLUSI SUARA


TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI: PROTOKOL
PETA YANG SISTEMATIS)
JURNAL BMC Part of Springer Nature (Environmental Evidence)
VOL. & HAL. Vol. 8, Hal. 8
TAHUN 2019
PENULIS Romain Sordello, Frédérique Flamerie De Lachapelle, Barbara
Livoreil, dan Sylvie Vanpeene
TANGGAL 12 Februari 2019
TUJUAN Banyak penelitian telah menunjukkan dampak kebisingan antropogenik
PENELITIAN dan menyimpulkan bahwa itu berpotensi menjadi ancaman bagi
kehidupan di Bumi. Studi ini akan menjelaskan sebuah protokol untuk
secara sistematis memetakan bukti dampak lingkungan dari polusi
suara terhadap keanekaragaman hayati. Peta yang dihasilkan akan
menginformasikan spesies yang paling banyak dipelajari dan dampak
yang ditunjukkan. Hal ini akan berguna untuk penelitian primer lebih
lanjut dengan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan dan dalam
pandangan analisis lebih lanjut, seperti tinjauan sistematis.

Tujuan dari peta sistematis adalah untuk menilai dampak biologis dan
ekologis dari polusi suara. Polusi suara di sini dianggap sebagai
kebisingan antropogenik. Ini tidak termasuk kebisingan yang dibuat
oleh hewan lain (misalnya katak paduan suara) atau peristiwa alam
(misalnya guntur, air terjun). Peta sistematis akan mengatasi semua
kebisingan buatan manusia apa pun asalnya (lalu lintas jalan raya,
mesin industri, kapal, pesawat terbang, dll.), Lingkungan atau
medianya (terestrial, akuatik, udara) atau jenisnya (infrasonik,
ultrasound, white noise, dll.). Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran yang komprehensif dari pengetahuan yang tersedia tentang
topik ini dan untuk mengukur literatur dengan kelompok taksonomi,
jenis dampak dan bahkan jenis studi. Untuk alasan ini, peta sistematis
akan mencakup semua spesies. Ini akan menangani semua jenis
dampak, dari biologis hingga ekologis (penggunaan ruang, reproduksi,
komunikasi, kelimpahan, dll.). Ini akan mencakup studi in situ serta
studi ex situ (akuarium, laboratorium, kandang, dll.).
METODE Review Literatur;
PENELITIAN Pencarian literatur dilakukan hanya pada satu database dan review
tidak termasuk literatur abu-abu. Peta sistematis akan memberikan
informasi lebih lanjut tentang pengetahuan yang saat ini tersedia
tentang masalah ini.
LATAR Semua hal di atas disebabkan oleh aktivitas manusia dan para ilmuwan
BELAKANG secara teratur memperingatkan komunitas internasional tentang
tanggung jawab kita. Secara khusus, pertumbuhan perkotaan adalah
salah satu alasan utama hilangnya keanekaragaman hayati karena
menghancurkan habitat alami, memecah ekosistem yang tersisa dan
juga memiliki dampak lain, seperti polusi. Misalnya, kota
menghasilkan cahaya buatan di malam hari yang mengganggu ritme
sirkadian, memengaruhi tanaman dan hewan. Demikian pula, banyak
suara buatan manusia yang dihasilkan di kota-kota, oleh lalu lintas dan
berbagai aktivitas manusia .

Faktanya, kebisingan antropogenik ada di mana-mana dan berkisar di


luar kota. Semua aktivitas manusia menghasilkan kebisingan, bahkan
jauh dari kota dan suara-suara itu dapat mencapai tempat-tempat yang
liar dan tidak berpenghuni. Masalah ini mempengaruhi banyak
kelompok biologis seperti burung, amfibi, reptil, ikan, mamalia dan
invertebrata. Ini mencakup beberapa jenis ekosistem termasuk
ekosistem darat, perairan dan pesisir.

Banyak jenis suara yang dihasilkan oleh aktivitas manusia tampaknya


merupakan bentuk polusi suara yang mempengaruhi keanekaragaman
hayati, termasuk lalu lintas, kapal, pesawat terbang, dan aktivitas
industri. Polusi suara juga dapat bersinergi dengan gangguan lain,
misalnya polusi cahaya . Selama beberapa dekade, peraturan
kebisingan telah berfokus pada gangguan manusia tetapi baru-baru ini,
kebijakan publik dalam konservasi keanekaragaman hayati mulai lebih
memperhatikan polusi suara. Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya,
Kertas Hijau Komisi Eropa tentang Kebijakan Pengendalian
Kebisingan Masa Depan membahas polusi suara dari sudut pandang
perlindungan lingkungan.

Untuk lebih mengurangi dampak polusi suara terhadap


keanekaragaman hayati, Kementerian Ekologi Prancis ingin
memperoleh lebih banyak informasi tentang dampak kebisingan
terhadap keanekaragaman hayati untuk memulai kebijakan yang
berfokus pada spesies yang diketahui sangat terpapar. Kami
mengusulkan untuk menghasilkan peta sistematis literatur yang
berhubungan dengan masalah ini untuk memberikan laporan kepada
Kementerian tentang pengetahuan saat ini dan untuk mengidentifikasi
sektor-sektor di mana penelitian diperlukan untuk mengisi kesenjangan
pengetahuan. Pencarian awal tidak mengidentifikasi peta atau ulasan
sistematis yang ada, namun beberapa ulasan literatur telah diterbitkan.
pada tahun 2016 lebih umum dan mendekati peta sistematis, tetapi
strategi pencarian tampaknya tidak lengkap.
CARA DAN Suatu pencarian dilakukan pada database Web of Science Core
ALAT Collection (WOS CC). Istilah yang menjelaskan efek tidak disertakan
MENGUKUR karena tujuan peta adalah untuk mendokumentasikan literatur yang
tersedia tanpa batasan penyelidikan pada jenis efek yang diukur dalam
artikel. Daftar uji dari 65 artikel ilmiah dibuat dan digunakan untuk
menilai kelengkapan pencarian. Keterbatasan sumber daya yang
membebani tidak memungkinkan kami untuk mencakup lebih dari dua
basis data mengingat jumlah artikel yang diperoleh selama latihan
pelingkupan. Nilai kelengkapan pencarian adalah 92%. Ini
mengembalikan 11.186 artikel. Nilai kelengkapan adalah 92%.

Sekitar 6000 artikel terdaftar di kedua database. Salah satu artikel yang
tidak terindeks di WOS CC diindeks di Scopus dan diambil saat
pencarian. Nilai kelengkapan global adalah 93%.

Beberapa pencarian juga dilakukan menggunakan internet. Untuk


meminimalkan bias dalam mendukung literatur yang diterbitkan dalam
hasil pencarian yang disediakan oleh Google, pencarian akan dilakukan
pada judul saja dan 300 jurnal pertama akan disaring.
HASIL Basis data akan bersifat akses terbuka dan dimasukkan sebagai
PENELITIAN lampiran pada publikasi peta yang sistematis. Untuk memastikan
penggunaan kembali dan pelestarian jangka panjang, database akan,
jika memungkinkan, disimpan sebagai file a.csv dalam repositori data
seperti Zenodo.
KESIMPULAN Peta sistematis akhir akan mencakup ringkasan angka dan tabel
DAN SARAN karakteristik studi. Kesenjangan pengetahuan yang mungkin (subtopik
yang tidak atau kurang terwakili yang memerlukan penelitian utama
lebih lanjut) dan kelompok pengetahuan (subtopik yang terwakili
dengan baik yang dapat menerima sintesis penuh dengan tinjauan
sistematis) akan diidentifikasi mis. dengan tabulasi silang variabel
meta-data kunci dalam peta panas (misalnya kelompok biologis dan
hasil). Berdasarkan hasil ini, rekomendasi akan dibuat pada prioritas
untuk penelitian masa depan dan mitigasi polusi suara.
KELEBIHAN Memberikan peta sistematis dampak biologis dan ekologis dari polusi
suara.
KEKURANGA Hanya merupakan review jurnal/
N
WEBSITE https://doi.org/10.1186/s13750-019-0146-6

Anda mungkin juga menyukai