Radiology installation services are an integral part of medical support services in hospitals that provide
diagnostic services. The use of ionizing and non-ionizing radiation is deemed to need special attention because
radiology services have a very large role in supporting the diagnosis of a disease. Occupational safety in radiology
has risks, both directly and indirectly, these risks can occur if negligence and other causes are beyond human
capabilities. This study aims to summarize the results of research related to OHS in radiology (diagnostic and
interventional). This study reviews 10 research journals on OHS in the Radiology section of the Hospital,
published from 2013 to 2021. The results discussed are grouped on research topics. There are three major topics,
namely supervision, human resources and the impact of radiation associated with the use of PPE. The results
presented are a table of journal characteristics and a summary table of research results. There are 2 articles
each year published in 2013, 2016, 2017 and 2018. While those published in 2020 and 2021 each have one article.
Of the 10 articles, eight articles discuss OHS management, one article discusses the impact of radiation and one
article discusses pocket dosimetry (as PPE). There is only one study which states that the application of K3 in
radiology services is of quality. The rest consider that the application of K3 in the radiology department is still
lacking. Two articles discuss the limitations of human resources, namely the lack of medical physicists and
administrative staff, one discusses the lack of training and the lack of human resources. Supervision there are four
articles that discuss it. Meanwhile, one article discusses the impact of radiation on workers.
1
Validator Afismi Sekretariat KTKI, Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes
2
Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Persada Husada Indonesia
Pendahuluan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun pelayanan diagnostic imaging yaitu
2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan ultrasonografi (USG). Pemanfaatan radiasi
Keamanan Sumber Radioaktif. Berdasarkan pengion dan non-pengion ini dipandang perlu
peraturan tersebut setiap instansi yang mendapatkan perhatian khusus oleh karena
menggunakan radiasi pengion wajib pelayanan radiologi memiliki peranan yang
menerapkan keselamatan radiasi sabagai usaha sangat besar dalam menunjang diagnosa suatu
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan penyakit. Selain dirasakan manfaatnya dalam
radiasi. Peraturan Kepala BAPETEN No.8 pengoperasian peralatan radiologi menggunakan
Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam zat radioaktif atau sumber radiasi pengion
Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi lainnya memiliki resiko yang cukup berbahaya
Diagnostik dan Intervensi untuk keselamatan baik terhadap pekerja yang ada di radiologi yang
radiasi pada inslatasi radiologi yang mencakup kontak langsung dengan sumber radiasi, pasien,
persyaratan manajemen, persyaratan proteksi maupun lingkungan dengan demikian pelayanan
radiasi, persyaratan teknik, dan persyaratan radiologi harus dikelola oleh tenaga radiografer
verifikasi keselamatan (Simanjuntak, 2013). yang profesional dalam bidang radiologi demi
Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas menjaga dari efek radiasi dalam upaya
pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia sangat peningkatan pelayanan penunjang diagnosa
pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan penyakit.
teknologi kedokteran. Rumah sakit sebagai Keselamatan kerja dalam radiologi
fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mempunyai risiko baik secara langsung maupun
mengupayakan Keselamatan dan Kesehatan tidak langsung, risiko tersebut dapat terjadi bila
Kerja (K3) bagi seluruh pekerja rumah sakit kelalaian dan sebab-sebab lain di luar
(Kemenkes, 2010; Ristiono dan Nizwardi, kemampuan manusia. Menjadi tanggung jawab
2010). bagi manusia untuk mempelajari kemungkinan
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan adanya bahaya dalam pekerjaan agar mampu
kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik mengendalikan bahaya serta mengurangi risiko
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan sekecil–sekecilnya melalui pemahaman
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan mengenai berbagai aspek bahaya dalam
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi lingkungan radiologi, mengarahkan para pekerja
masyarakat yang harus tetap mampu dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu kerja (Imam Khasani, 1990).
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. atau peralatan proteksi radiasi dan personal
Selain dituntut mampu memberikan pelayanan monitor radiasi Thermoluminisence Dosemeter
dan pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga (TLD) Badge untuk mencatat besarnya dosis
dituntut harus melaksanakan dan radiasi yang diterima pekerja radiasi di rumah
mengembangkan program K3 di Rumah Sakit sakit. Dari hasil catatan dosis tersebut maka
(K3RS) seperti yang tercantum dalam buku bahaya radiasi baik efek genetik, efek stokastik
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat maupun non-stokastik dapat ditelusuri jika
dalam instrumen akreditasi rumah sakit. (Japeri). terjadi sesuatu pada kesehatan pekerja radiasi
Pelayanan instalasi radiologi merupakan tsb. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun
bagian integral dari pelayanan penunjang medik 2003 Pasal 87 tentang Keselamatan dan
di rumah sakit yang menyelenggarakan Kesehatan Kerja, setiap perusahaan wajib
pelayanan diagnostik meliputi pelayanan x-ray menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
konvensional, penggunaan computer radiografi kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
(CR), mammografi, panoramic, dental, serta manajemen perusahaan. Jika memperhatikan isi
dari pasal tersebut maka jelaslah bahwa rumah tahun 2015 saja. Terlihat dari ketiga fasilitas di
sakit termasuk dalam kriteria tempat kerja bagian radiologi diagnostik masih sangat
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat memprihatinkan. Penelitian ini bertujuan
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya merangkum hasil-hasil penelitian yang berkaitan
terhadap pelaku langsung yang bekerja di rumah dengan K3 di bagian radiologi (diagnostik dan
sakit tapi juga terhadap pasien maupun intervensional).
penunjang rumah sakit, sudah seharusnya pihak
pengelola rumah sakit menerapkan upaya Metode
kesehatan kerja di rumah sakit (Leni). Penelitian ini mereview 10 jurnal
Laporan Keselamatan Nuklir Tahun 2015 penelitian tentang K3 di bagian Radiologi RS
menyebutkan bahwa dari 266 fasilitas radiologi terbitan tahun 2013 s.d tahun 2021. Hasil yang
diagnostik dan intervensional kategori sangat dibahas dikelompokkan pada topik penelitian.
baik (15%), baik (13%), cukup (22%), kurang Ada tiga topik besar yaitu pengawasan, SDM
(19%) dan buruk (31%). Pada fasilitas dan dampak radiasi yang dikaitkan dengan
radioterapi sangat baik (19%), baik (44%), pemakaian APD. Hasil yang dipaparkan adalah
cukup (37%). Sedangkan pada instalasi tabel karakteristik jurnal dan tabel rangkuman
kedokteran nuklir hasilnya adalah sangat baik hasil penelitian.
(14%), baik (57%), cukup (29%) (Bapeten,
2015). Pada web Bapeten hanya tersedia data Hasil dan Pembahasan
Dari tabel 1 terlihat bahwa sebanyak Organization (ILO) kesehatan keselamatan kerja
masing-masing 2 artikel terbitan tahun 2013, atau Occupational Health and Safety (OHS)
2016, 2017 dan 2018. Sedangkan yang terbitan adalah meningkatkan dan memelihara derajat
tahun 2020 dan 2021 masing-masing satu artikel. tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental,
Dari 10 artikel tersebut, delapan artikel dan kesejahteraan sosial di semua jenis
membahas tentang manajemen K3, satu artikel pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan
membahas tentang dampak radiasi dan satu kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan,
artikel membahas tentang pocket dosimetri melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari
(sebagai APD). risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mengganggu kesehatan, menempatkan dan
merupakan kepanjangan dari K3 adalah segala memelihara pekerja di lingkungan kerja yang
kegiatan untuk menjamin dan melindungi sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap
penyakit akibat kerja (PP 50 Tahun 2012). orang dengan tugasnya.
Sebuah perusahaan atau pengelola suatu usaha Sedangkan sesuai dengan perka Bapeten
harus memiliki unsur K3 yang terdiri dari setiap pekerja radiasi, termasuk karyawan yang
kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja. bekerja di bagian radiologi wajib menerapkan
kebakaran, peledakan dan pencemaran keselamatan kerja dengan radiasi. Merujuk pada
lingkungan. Sementara menurut WHO (World Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2007
Health Organization), definisi Keselamatan dan tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya yang Keamanan Sumber Radioaktif. Berdasarkan
bertujuan untuk meningkatkan dan peraturan tersebut setiap instansi yang
mempertahankan tingkat tertinggi kesehatan menggunakan radiasi pengion wajib
fisik, mental dan sosial bagi pekerja di semua menerapkan keselamatan radiasi sabagai usaha
jenis pekerjaan; pencegahan masalah kesehatan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
yang disebabkan oleh kondisi kerja; serta radiasi. Peraturan Kepala BAPETEN No.8
perlindungan pekerja dari risiko pekerjaannya Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam
karena faktor-faktor yang merugikan kesehatan. Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi
Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Diagnostik dan intervensi untuk keselamatan
tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari radiasi pada instalasi radiologi yang salah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah satunya persyaratan mencakup manajemen.
untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat Oleh karena itu tidak heran jika 80% artikel yang
kerja. Menurut International Labour direview membahas tentang manajemen K3.
5 variabel dengan 16 komponen terdiri dari 48 poin. Sebanyak 29 poin Hanya 60 % terpenuhi
(60,42%) terpenuhi dan sesuai dengan standar/ peraturan. Sebanyak 10 butir-butir standar (ada
poin (20,83%) terpenuhi tetapi belum sesuai dengan standar/peraturan. 48 poin).
Sebanyak 9 poin (18,75%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi.
Kualitas pelayanan kesehatan di Instalasi Radiologi diukur dari kelima Pelayanan radiologi
dimensi yaitu realibility (keandalan) dengan rerata 4,6 responsiveness berkualitas.
(daya tanggap) rerata 4,52, assurance (jaminan) dengan rerata 4,53,
empathy (empati) dengan retata 4,43, tangibles (bukti fisik) dengan rerata
4,65.
Terdapat keterbatasan sumber daya manusia pelatihan, sarana dan Ada keterbatasan SDM
prasarana, realisasi anggaran dan koordinasi. dan koordinasi.
Instalasi radiologi memiliki 4 dokter spesialis radiologi, 1 staf PPR dan 5 SDM
radiografer, tetapi tidak ada Fisikawan medis dan staf administrasi (SDM)
Faktor yang paling berpengaruh adalah pengawasan dengan nilai nilai Odd Pengawasan
Ratio (OR) menunjukkan angka 14,571 yang berarti petugas radiologi yang
mendapat pengawasan rendah maka 14,57 kali akan tidak patuh memakai
APD.
Variabel pengetahuan nilai p value = ,018. Sikap nilai p value = ,038. Pengawasan
Ketersediaan alat nilai p value = ,004. Kenyamanan nilai p value = ,010 .
Pelatihan nilai p value = ,021 . Pengawasan nilai p value = ,003. Analisis
multivariat didapat nilai p value = ,003 variabel pengawasan merupakan
variabel yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan pocket
dosemeter.
Dari 39 responden pada pekerja radiasi didapatkan hasil paparan dosis Dampak radiasi dan
radiasi dalam kategori normal seluruhnya yaitu berjumlah 39 orang (100%) APD.
dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Dari 39 responden pada pekerja radiasi
didapatkan hasil kadar leukosit pekerja radiasi dalam batas normal yaitu
pada periode tahun 2008 sebanyak 36 orang (92,7%), tahun 2009
sebanyak 38 orang (97,4%), tahun 2010 sebanyak 38 orang (97,4%), dan
tahun 2011 sebanyak 35 orang (89,7%) dan hanya 4 orang yang tidak
normal, dan diketahui keempat pekerja radiasi tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD)
Pada tabel 2 terlihat bahwa hanya ada satu membahasnya (Japeri), (Juliana), (Leni) dan
penelitian yang merilis bahwa penerapan K3 (Ehlis). Sedangkan dampak radiasi pada pekerja
pada pelayanan radiologi berkualitas satu yang membahas yaitu Mayerni.
(Hasmawati, 2018). Selebihnya menilai bahwa Jika mengacu pada laporan Bapeten 2015
penerapan K3 di bagian radiologi masih kurang. hasil-hasil penelitian ini tampak sesuai karena
Hanya 25% persyaratan yang terpenuhi hampir 50% laporan tentang radiologi diagnostik
(Erlangga) dan ada yang menilai hanya 60% masih dinilai kurang dan buruk. Jika dilihat dari
yang dinilai baik (Tri Dianasari). Dua artikel hasil-hasil penelitian ini tampaknya mayoritas
membahas keterbatasan SDM (Nabilah 2016) penelitian dilakukan di bagian Radiologi
yaitu ketiadaan tenaga fisikawan medis dan staf Diagnostik. Hasil ini juga menjawab laporan
administrasi, yang satu membahas tidak adanya keselamatan nuklir bahwa baru 8% yang
pelatihan dan kurangnya SDM (Akbar dilakukan inspeksi di bagian radiologi
Kurniawan). Pengawasan ada empat artikel yang diagnostik. Tidak heran maka faktor
pengawasan menjadi kata kunci yang sangat Ada satu jurnal yang membahas tentang
urgent dari hasil-hasil penelitian ini. APD dan dampak radiasi. Pengaruh radiasi pada
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di organ tubuh manusia dapat bermacam–macam
rumah sakit mempunyai karakteristik dan bergantung kepada jumlah dosis dan luas
organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis lapangan radiasi yang diterima. Radiasi dalam
tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya jumlah tertentu dapat menyebabkan ionisasi
masingmasing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pada sel–sel tubuh manusia. Sifat dan tingkat
pengetahuan dan teknologi kedokteran yang kegawatan pengaruh radiasi ini tergantung pada
berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh dosis yang diterima sel jaringan tersebut. Ukuran
tenaga kesehatan dalam rangka pemberian satuan dosis untuk manusia disebut Rem (1 Rem
pelayanan yang bermutu (Kemenkumham, = 1000 mRem). Efek biologi dari radiasi dapat
2012). Banyaknya unit yang dimiliki oleh rumah digolongkan menjadi 2 macam yaitu efek
sakit menjadikan rumah sakit memiliki standar deterministik dan efek genetik (Rasad et al,
pelayanan minimal yang mengacu pada 1999). Hazard radiasi merupakan suatu bahaya
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. yang ditimbulkan oleh radiasi dari dari benda
Salah satunya mengenai Standar Palayanan yang menghasilkan radiasi yang dapat
Minimal (SPM) di instalasi radiologi. Hal ini menembus objek termasuk tubuh manusia yang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dapat membahayakan tubuh, namun tergantung
Amanah (2010) yang mengatakan bahwa tingkat dengan jenis dan intensitas pemaparan radiasi
pengetahuan dari SDM yang baik diiringi tersebut. Mengingat potensi bahaya radiasi yang
dengan keikutsertaan dari SDM dalam besar dalam pemanfaatan sinar X, faktor
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keselamatan merupakan hal yang penting
melalui seminar, workshop dan symposium. sehingga dapat memperkecil risiko akibat kerja
(Hantari, 2021). Sumber daya manusia (SDM) di instalasi radiologi dan dampak radiasi
merupakan aset bagi RS yang berperan besar terhadap pekerja radiasi. Untuk mencegah hal
pada proses pelayanan RS yang dibutuhkan bagi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan
masyarakat sehingga menjamin pelayanan yang aspek manajemen keselamatan radiasi dimana
bermutu. Hasil penelitian Rahmadian et al keselamatan radiasi merupakan tindakan yang
(2019) juga menjelaskan bahwa kebutuhan dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, dan
tenaga dan fasilitas rumah sakit yang memadai anggota masyarakat dari bahaya radiasi. Upaya
akan menunjang kinerja rumah sakit. Jumlah yang dapat dilakukan dalam pencegahan hazard
SDM yang memadai ditunjang dengan kinerja radiasi yaitu menempatkan sumber radiasi secara
dan motivasi radiografer yang baik maka benar (misalnya: ruang isolasi) dan pemakaian
berimbas pada tercapainya tujuan rumah sakit. alat pelindung diri (APD) untuk hazard
Kekurangan SDM RS terutama radiografer dan lingkungan kerja, selain itu juga pengendalian
dokter spesialis radiologi di pelayanan radiologi berupa substitusi, eliminasi dan administrasi
maka menyebabkan rendahnya pencapaian (hirarkhi pengendalian risiko) (Hutabarat).
standar pada implementasi SPM radiologi RS Efek biologis radiasi pada manusia dapat
(Dewi Wulandari, 2021). Keterbatasan SDM di terjadi pada individu yang terkena radiasi
bagian radiologi telah menarik minat untuk tersebut (efek somatik) ataupun keturunannnya
diteliti sehingga ada dua jurnal yang (efek herediter/genetik). Efek somatik dibagi
membahasnya. SDM di bagian radiologi menjadi efek deterministik dan efek stokastik.
memang masih dibutuhkan apalagi lulusan sedangkan efek genetik semuanya bersifat
fisikawan medis yang menjamin QA dan QC stokastik. Efek deterministik dapat berupa
peralatan radiologi jumlahnya masih terbatas kerusakan kulit, kerusakan sistem hematopoietik
sekali sehingga distribusinya juga belum sumsum tulang, dan lensa mata serta sindrom
optimal. radiasi. Terdapat hubungan jelas antara derajat
keparahan penyakit dan dosis, sehingga dapat masih kurang. Dua artikel membahas
diatur dosis radiasi yang aman dari efek keterbatasan SDM yaitu ketiadaan tenaga
deterministik ini (Dance, 2014). Efek stokastik fisikawan medis dan staf administrasi, yang satu
dapat terjadi meskipun dalam batas radiasi yang membahas tidak adanya pelatihan dan
telah direkomendasikan. Efek stokastik kurangnya SDM. Pengawasan ada empat artikel
ditentukan oleh efek probabilitas; dosis radiasi yang membahasnya Sedangkan satu artikel
minimal pun memiliki efek stokastik dalam membahas dampak radiasi pada pekerja.
meningkatkan potensi tumor dan kerusakan
genetik. Oleh sebab itu, tidak ada nilai ambang Saran
sejati yang dapat menjamin pajanan sinar X Perlu dilakukan sosialisasi dan inspeksi
benar–benar aman. Efek ini fundamental Bapeten di bagian radiologi diagnostik dan
berkaitan dengan penggunaan semua radiasi intervensional lebih optimal lagi agar budaya
ionisasi dalam radiologi diagnostik dan menjadi kesehatan dan keselamatan kerja di bagian
alasan utama proteksi umum terhadap radiasi. radiologi dapat berjalan dengan baik.
Salah satu contoh efek stokastik yang berbahaya
Daftar Pustaka
adalah kanker dan kelainan genetik. (Eastman,
2015). Hasil penelitian Indahdewi dan Dinanda Amanah P, Mustakim. (2020). Analisis Waktu
(2020) mendapatkan hasil bahwa dari 40 Tunggu Pelayanan Radiologi di Rumah
responden pada pekerja radiasi didapatkan hasil Sakit Syarif Hidayatullah Tahun 2018,
kadar leukosit pekerja radiasi dalam batas Visikes 19(1); 118-127
normal yaitu pada periode tahun 2017 sebanyak Akbar Kurniawan, Hanifa Maher Deny, Nico. L.
36 orang (92,7%), tahun 2018 sebanyak 38 orang Kana. Analisis Implementasi
(97,4%), tahun 2019 sebanyak 38 orang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(97,4%), dan tahun 2020 sebanyak 35 orang Instalasi Radiologi Rumah Sakit X Kota
(89,7%) dan hanya 4 orang yang tidak normal, Semarang, Jurnal Manajemen Kesehatan
Indonesia, Vol 5, No 1, April 2017
dan diketahui keempat pekerja radiasi telah
bekerja lebih dari jam yang seharusnya sehingga Apriliani S. Gambaran Penggunaan Alat
menimbulkan peningkatan data. Jika Pelindung Diri (APD) Terhadap
dibandingkan dengan data penelitian Mayerni Keselamatan Kerja Perawat IGD RSUD
(2013) yang dibahas pada review ini hasil Pasar Rebo Tahun 2012. Skripsi. Depok:
tersebut hampir sama. Universitas Indonesia, 2012.
Jateng & DIY, Yogyakarta, 25 April, Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 2, No. 1,
ISSN: 0853-0823 Nov 2016: 41-47
Ehlis Sri Ayuni. Sistem Manajemen Julianna Simanjuntak, Anita Camelia, Imelda G.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Purba. Penerapan Keselamatan Radiasi
Ruangan X-Ray Konvensional Unit Pada Instalasi Radiologi di Rumah Sakit
Radiologi RSIA Zainab, Skripsi, Program Khusus (RSK) Paru Provinsi Sumatera
Studi Diploma III Teknik Radiologi, Selatan Tahun 2013. Jurnal Ilmu
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Awal Kesehatan Masyarakat, Volume 4,
Bros Pekanbaru Nomor 03, November 2013.
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Tri Dianasari, dan Herry Koesyanto. Penerapan
2018. Manajemen Keselamatan Radiasi Di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit, Unnes
Syahriar Rasad. (1999). Radiodiagnostik, Balai Journal of Public Health, 6(3) (2017)
Penerbit FKUI. Jakarta