Anda di halaman 1dari 5

Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.

139

PENGARUH PELAKSANAAN K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)


TERHADAP TINGKAT KECELAKAAN KERJA PEREKAM MEDIS
The Effect of K3 (Occupational Health and Safety) Implementation on Accident Rates of
Medical Record Officers

Ria Khoirunnisa Apriyani*, Desi Aryanti

*Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Politeknik Piksi Ganesha Bandung
e-mail: ria.khoirunnisa.19@gmail.com

ABSTRAK

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat penting bagi suatu perusahaan yang memiliki para pekerja, agar
para pekerja dapat bekerja dengan produktif dan tercapainya target perusahaan. Tingkat kecelakaan di Pelayanan
Kesehatan seperti di Rumah Sakit maupun di Klinik 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh pelaksanaan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terhadap
tingkat kecelakaan kerja perekam medis di Klinik Pratama Medika Antapani Bandung. Penelitian menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu
sebanyak 10 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuisioner dan dilengkapi
dengan studi litelatur yang memiliki relevansi erat dengan pokok permasalahan di Klinik Pratama Medika
Antapani Bandung. Analisis data menggunakan analisis korelasi sederhana yang meliputi koefisien korelasi dan
koefisien determinasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa : (1) koefisien korelasi product moment simpangan
distribusi frekuensi variabel K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terhadap variabel tingkat kecelakaan kerja
(0,99), (2) koefisien determinasi variabel K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terhadap variabel tingkat
kecelakaan kerja (98,01%), (3) sisanya 1,99% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Kata Kunci: : K3, Rekam Medis, Tingkat Kecelakaan Kerja

ABSTRACT

Occupational Health and Safety (K3) is very important for a company that has workers, so that workers can
work productively and achieve company targets. Accident rates in health services such as hospitals and clinics
are 41% greater than workers in other industries. This study aims to measure the magnitude of the effect of the
implementation of K3 (Occupational Health and Safety) on accident rates of medical record officers at Clinic of
Pratama Medika Antapani Bandung. The study used a quantitative descriptive method with a cross sectional
design. This research uses total sampling as many as 10 respondents. The data collection technique that used
are questionnaires and literature studies that have close relevance to the subject matter at Clinic of Pratama
Medika Antapani Bandung. Data analysis uses simple correlation analysis which includes the correlation
coefficient and determination coefficient. The results of statistical tests show that: (1) the product moment
correlation coefficient of the K3 (Occupational Health and Safety) variable frequency distribution for the work
accident rate variable (0.99), (2) the coefficient of determination of the K3(Occupational Health and Safety)
variable to the work accident rate variable (98.01%), (3) the remaining 1.99% is influenced by other variables
not examined.

Keywords: K3, Medical Record, Work Accident Rate

A. Pendahuluan (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Kesehatan dan Keselamatan Kerja tersebut, padahal pemerintah
(K3) kerja sangat penting bagi suatu senantiasa menghimbau program K3
perusahaan yang memiliki para agar para pekerja dapat terlindung dari
pekerja agar para pekerja dapat segala macam bahaya yang mungkin
bekerja dengan produktif dan bisa terjadi, terutama di tempat
tercapainya target perusahaan. Banyak pelayanan kesehatan agar angka
perusahaan atau pelayanan kesehatan kematian maupun tingkat kecelakaan
baik di Rumah Sakit maupun Klinik pun dapat menurun setiap tahunnya.
mengabaikan pelaksanaan K3

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 253
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.139

Hasil laporan National Safety jika pihak Klinik untuk bisa


Council (NSC) tahun 1998 menerapkan K3 di Kliniknya tersebut.
menunjukan bahwa tingkat kecelakaan Unit rekam medis menurut
di Pelayanan Kesehatan seperti di Permenkes
Rumah Sakit maupun di Klinik 41% no.269/MENKES/PER/III/2008 yaitu
lebih besar dari pekerja di industri berkas yang berisikan tentang catatan
lain. Kasus yang sering terjadi adalah dan dokumen pasien tentang identitas
tertusuk jarum, terkilir, sakit pasien, pemeriksaan pasien.
pinggang, tergores atau terpotong, Keberadaan Unit Rekam Medis
luka bakar, penyakit infeksi dan lain- sangatlah penting adanya, dikarenakan
lainnya. Sejumlah kasus dilaporkan semua sumber informasi pasien berada
mendapat kompensasi yaitu sprain, di Rekam medis. Maka dari itu Unit
strain:52%, contussion, crushing, Rekam Medis haruslah memenuhi
brushing:11%, cut, lateration standar keamanan dan standar
punctures, fractures:5,6%, multiple ruangan. Agar petugas pun bisa
injuries:2,1%, thermal burns:2%,, dengan leluasa melakukan tugasnya
scratches abrasions:1,9%, dengan aman dan dengan penuh rasa
infections:1,3%, dermatitis:1,2%, dan nyaman.
lain-lain:12,4% (US Departement of Dalam mengelola rekam medis
Laboratorium). haruslah didukung dengan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 pelaksanaan K3 guna melindungi
tahun 1992 tentang Kesehatan pasal petugas Rekam Medis dari segala
23 dinyatakan bahwa upaya K3 macam ancaman yang bisa terjadi
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja) setiap saat. Berdasarkan Undang-
harus diselenggarakan di semua Undang No 1 Tahun 1970 tentang
tempat kerja, khususnya tempat kerja Keselamatan Kerja sebagai mana
yang mempunyai risiko bahaya mestinya yaitu “Melindungi dan
kesehatan, mudah terjangkit penyakit menjamin keselamatan setiap tenaga
atau mempunyai karyawan paling kerja dan orang lain di tempat kerja”.
sedikit 10 orang. Pemerintah telah Tujuan dari penelitian ini adalah
menetapkan Keputusan Menteri mengukur seberapa besar pengaruh
Kesehatan Republik Indonesia (KMK) pelaksanaan K3 (Kesehatan dan
No.1078/MENKES/SK/VIII/2010 Keselamatan Kerja) terhadap tingkat
tentang standar K3 agar petugas kecelakaan kerja Perekam Medis di
produktif, aman dan nyaman dalam Klinik Pratama Medika Antapani
melakukan tugasnya. Bandung.
Dari KMK (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia) B. Metode
tersebut kita dapat mengambil Penelitian ini merupakan penelitian
kesimpulan bahwa pelayanan deskriptif kuantitatif dengan
kesehatan seperti Rumah Sakit rancangan cross sectional. Penelitian
maupun Klinik adalah salah satu ini dilakukan pada responden perekam
tempat yang sangat dihimbau dan medis di Klinik Pratama Medika
dianjurkan untuk dapat melaksanakan Antapani sebanyak 10 responden.
K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja). Terdapat banyak ancaman C. Hasil dan Pembahasan
bahaya yang dapat dibawa dari luar Berdasarkan hasil penelitian
Klinik maupun dari dalam Klinik diperoleh persentase distribusi
tersebut. Sehingga sudah sewajarnya frekuensi indikator pada variabel X
(Pelaksanaan K3) dari jawaban

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 254
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.139

responden tertinggi adalah 35,5% jawaban responden dari 16 pernyataan


(Setuju) terhadap 16 pernyataan dari 9 dari 9 indikator pada variabel X
indikator pada variabel X (Pelaksanaan K3 : Kesehatan dan
(Pelaksanaan K3). Untuk mengukur Keselamatan Kerja).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan K3 dan Tingkat Kecelakaan Kerja Perekam Medis
X Y XY X² Y²
105 30 3150 11025 900
172 44 7568 29584 1936
96 21 2016 9216 441
96 28 2688 9216 784
16 2 32 256 4
Sumber : Data Primer, 2018
Keterangan : X (Pelaksanaan K3)
Y (Tingkat Kecelakaan Kerja)

Berdasarkan Tabel 1, Nilai Koefisiensi Korelasi berdasarkan rumus menurut Sugiyono (2012)
dibawah ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Nilai Koefisiensi Korelasi Pengaruh Pelaksanaan K3 terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan pada kecelakaan kerja memiliki korelasi


Gambar 1 diperoleh nilai koefisien (hubungan) sangat kuat sesuai dengan
korelasi sebesar 0,99. Hal ini interpretasi koefisien korelasi yang
menunjukkan bahwa variabel dikemukakan oleh Sugiyono (2012)
pelaksanaan k3 dan variabel tingkat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Interpretasi Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Cukup
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Data Primer, 2016

Koefisien Determinasi bertujuan untuk variabel independen menjelaskan varabel


mengetahui seberapa besar kemampuan dependen (Sugiyono, 2014). Hasil

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 255
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.139

perhitungan Koefisien Determinasi antara berdasarkan rumus menurut Sugiyono


variabel X (Pelaksanaan K3) terhadap (2014) di bawah ini yaitu:
variabel Y (Tingkat Kecelakaan Kerja)

Gambar 2. Nilai Determinasi Pengaruh Pelaksanaan K3 terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan pada berikut: (1) Tumbuhnya motivasi


Gambar 2 di atas, dapat diketahui untuk bekerja secara aman. (2)
bahwa Koefisien determinasi memiliki Tercapainya kondisi kerja yang tertib,
nilai sebesar 98,01%. Artinya variabel aman dan menyenangkan. (3)
Pelaksanaan K3 (Kesehatan dan Mengurangi tingkat kecelakaan di
Keselamatan Kerja) memberikan lingkungan kerja. (4) Tumbuhnya
pengaruh terhadap variabel Tingkat kesadaran pentingnya makna
Kecelakaan Kerja sebesar 98,01% dan keselamatan kerja di lingkungan kerja.
sisanya 1,99% dipengaruh oleh faktor (5) Meningkatkan produktivitas kerja.
lain yang tidak diteliti.
Pengaruh variabel Pelaksanaan K3 D. Kesimpulan dan Saran
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Berdasarkan hasil penelitian dapat
terhadap variabel Tingkat Kecelakaan disimpulkan bahwa pengaruh variabel
Kerja sebesar 98,01% bernilai negatif Pelaksanaan K3 (Kesehatan dan
(berbanding terbalik), artinya Keselamatan Kerja) terhadap variabel
pelaksanaan K3 (Kesehatan dan Tingkat Kecelakaan Kerja sebesar
Keselamatan Kerja) yang baik mampu 98,01% bernilai negatif (berbanding
meminimalisir atau menurunkan terbalik), artinya pelaksanaan K3
Tingkat Kecelakaan Kerja. Hal ini (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
sejalan dengan sasaran pencapaian yang baik mampu meminimalisir atau
dari Pelaksanaan K3 (Kesehatan dan menurunkan Tingkat Kecelakaan
Keselamatan Kerja) menurut Kerja.
Sedarmayanti (1996:109-110) sebagai

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 256
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.139

Daftar Pustaka

Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja dan Produktivitas
Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Kerja. Bandung: Mundur Maju.
Jakarta: Salemba medika. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
(KMK) No.1078/MENKES/SK/VIII/2010 R&D. Bandung: Alfabeta.
Tentang standar K3. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang
Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian Keselamatan Kerja.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 pasal 23
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Kesehatan.
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
Tentang Rekam Medis.

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 257

Anda mungkin juga menyukai