Anda di halaman 1dari 9

Manfaat Kebijakan K3 Dalam Ruang Lingkup

Kerja Keperawatan

Petra Maria Juliana Pasaribu

@petrapasaribu30072001@gmail.com

ABSTRAK

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu pembahasan penting di dunia kerja saat
ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman. Potensi bahaya yang terjadi dilingkungan kerja khususnya di RS disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor psikososial, serta
bahaya mekanik, bahaya listrik, limbah RS yang dapat mengakibatkan penyakit, dan kecelakaan
akibat kerja. Berdasarkan potensi bahaya di RS dan untuk mencegah dan mengurangi resiko
bahaya tersebut, maka perlu ditetapkannya standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RS
(K3RS). K3 adalah upaya menjaga keamanan, kesehatan, dan keselamatan dalam melaksanakan
pekerjaan, tidak hanya pekerja saja yang dijaga keamanannya tapi juga masyarakat yang ada di
sekitar lingkungan kerja. Tujuan utama pelaksanaan K3 adalah menjamin keamanan dan
keselamatan semua orang yang ada dan terlibat dalam pekerjaan. Dalam pelaksanannya K3 juga
harus menjunjung tinggi prinsip yang sudah ditentukan. K3 memang sangat penting dan harus
dipahami oleh semua pihak. Pekerjaan aman dan selamat akan membuat semuanya berjalan
dengan baik. Rumah sakit sebagai industri jasa yang mempunyai beragam persoalan tenaga kerja
yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan kecelakaan akibat kerja
sesuai jenis pekerjaannya, sehingga berkewajiban menerapkan upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).

Metode: Jenis kajian ini diambil dari beberapa sumber melalui jurnal,buku maupun e-book yang
isinya berfokus pada manfaat kebijakan K3 dalam ruang lingkup kerja keperawatan

Kata Kunci: kebijakan,manfaat perilaku perawat,Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Latar Belakang

Seorang perawat memerlukan kemampuan merupakan suatu upaya perlindungan


untuk memperhatikan orang lain, kepada tenaga kerja dan orang lain yang
keterampilan intelektual, teknikal dan memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari
interpersonal saat ini perawat memiliki akibat kecelakaan kerja. Tujuan K3 adalah
peran yang lebih luas dengan cara mencegah, megurangi, bahkan menihilkan
penekanan pada peningkatan kesehatan dan  resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja
pencegahan penyakit, juga memandang klie (KAK) serta meningkatkan derajat
secara komprehensif. Perawat menjalankan kesehatan para pekerja sehingga
fungsi dalam kaitannya dengan berbagai produktivitas kerja meningkat. Dalam
perannya,peran pemberi perawatan, pembuat  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
keputusan klinik dan etika, pelindung dan 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, upaya
advokat bagi klien, manajer kasus, kesehatan kerja ditunjukkan untuk
rehabilitator, komunikator dan pendidik. RS melindungi pekerja agar hidup sehat dan
Umum adalah tempat yang memberikan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
jenis penyakit Pelayanan RS merupakan pekerjaan sehingga sudah seharusnya pihak
bagian yang tidak terpisah dari sistem pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3
pelayanan kesehatan pada umumnya. Dalam di RS. K3 termasuk sebagai salah satu
pemberian pelayanan kesehatan, RS standar pelayanan yang dinilai di dalam
diharapkan dapat memberikan pelayanan akreditasi RS, disamping standar pelayanan
yang berkualitas. Potensi bahaya di RS dapat lainnya. Kecelakaan kerja menjadi salah satu
disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, masalah urgen di lingkungan rumah sakit.
faktor ergonomi, faktor fisik, faktor Hal ini diakibatkan karena rumah sakit
psikososial, bahaya mekanik , bahaya listrik, merupakan suatu unit pelayanan kesehatan
limbah RS yang dapat mengancam jiwa dan yang memberikan pelayanan pada semua
kehidupan bagi para karyawan RS, pasien bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu
maupun para pengunjung yang ada rumah sakit dituntut untuk dapat
dilingkungan RS yang mengakibatkan menyediakan dan menerapkan suatu upaya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja. agar semua sumber daya manusia yang ada
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari
penyakit maupun kecelakaan akibat kerja seluruh dunia karena penyebab yang terkait
(Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014). pekerjaan. Sekitar 354.000 disebabkan oleh
Pemerintah melakukan berbagai upaya kecelakaan fatal, lebih dari 270 juta
untuk mengatasi kecelakaan kerja di rumah kecelakaan kerja, dan ada 160 juta terjangkit
sakit, salah satunya dengan dikeluarkannya penyakit akibat kerja dalam setiap tahun.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 dan Kerugian secara finansial yang harus
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ditanggung oleh perusahaan akibat hal
tentang penerapan Kesehatan dan tersebut lebih dari $1,25 triliun. Angka
Keselamatan Kerja di rumah sakit kecelakaan kerja di Indonesia lima tahun
(Kepmenkes RI, 2010, p.8). National Safety terakhir masih sangat tinggi. Kecelakanaan
Council (dalam Kepmenkes RI, 2007, p.4) kerja dapat diakibatkan karena rendahnya
menyebutkan bahwa terjadinya kecelakaan pengetahuan pekerja tentang suatu teknik
kerja disebabkan oleh perilaku yang tidak keselamatan dan kesehatan kerja di
aman.Ruang lingkup Keselamatan dan lingkungan kerja. Beberapa faktor yang
Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di dapat berpengaruh yaitu faktor pendidikan,
semua lini kegiatan, baik di sektor formal pekerjaan, umur, lingkungan, dan social. Hal
maupun non formal, sebab potensi ancaman itu dikarenakan faktor tersebut dapat
bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja mempengaruhi pengetahuan seseorang
selalu akan mengancam dimanapun berada. tentang suatu objek atau subjek (A. Wawan
Banyak contoh yang bisa diambil, misalnya dkk., 2011). Berdasarkan permasalahan
di sektor industri manufaktur berbagai tersebut, penulis tertarik melakukan
limbah padat maupun cair, pencemaran penelitian dengan tujuan mengetahui
udara oleh partikel, bahan kimia, suara hubungan pengetahuan, sikap, kebijakan
bising penggunaan mesinmesin semuanya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
berpotensi mengganggu kesehatan para dengan penggunaan alat pelindung diri.
pekerjanya. Banyak media masa sering Mengingat besarnya kerugian yang
memberitakan betapa rentannya kecelakaan diakibatkan oleh kecelakaan kerja, maka
dan kesehatan akibat tidak memperdulikan penerapan universal precautions sangat
keselamatan dan kesehatan kerja Menurut diperlukan. Geller (2001) juga menekankan
perkiraan International Labour Organization pentingnya pendekatan perilaku yang
(ILO), setiap tahun ada 2 juta kematian di didasari keselamatan (behavior based safety)
Metode menimbulkan persepsi yang baik dalam diri
perawat tentang K3 sehingga hal ini akan
Metode yang digunakan adalah literature
meningkatkan perilakunya dalam menjaga
review. Literature review ini menganalisis
keselamatan. Seorang perawat dalam
jurnal, text book, dan ebook yang relevan
melaksanakan manajemen K3 harus
dan berfokus pada manfaat kebijakan K3
memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-
dalam ruang lingkup kerja keperawatan.
nilai kesehatan dimana seluruh nilai positif
Hasil yang ada dalam dirinya menjadi pendorong
perilaku sehat dan menjadi upaya dalam
Dari beberapa sumber yang didapat baik dari
meningkatkan kesehatan dan keselamatan
jurnal online, skripsi. Ditemukan bahwa
selama bekerja, bahwa perilaku perawat
sebagian besar perawat pelaksana memiliki
dalam penerapan manajemen Kesehatan dan
perilaku yang baik dalam penerapan
Keselamatan Kerja (K3) ditinjau dari faktor
manajemen Kesehatan dan Keselamatan
internal dan ekternal Tdak ada hubungan
Kerja (K3) baik ditinjau dari faktor internal
yang signifikan antara unsafe action dengan
(52.5%) maupun faktor eksternal (58.8%).
kecelakaan kerja pada perawat bahwa ada
Ada berbagai faktor yang dapat
hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
mempengaruhi perilaku perawat ditinjau
kebijakan dengan kepatuhan menggunakan
dari faktor internal berada pada kategori
APD, yang ikut berperan dalam perubahan
baik, diantaranya persepsi. Persepsi
perilaku perawat yaitu tersedianya fasilitas
merupakan suatu proses pencarian informasi
yang mendukung sesuai dengan standar
yang dilakukan oleh perawat sebelum
yang telah ditentukan. Kebijakan K3
melakukan suatu tindakan. Persepsi perawat
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
tentang K3 menunjukkan bagaimana
merupakan salah satu syarat dasar dalam
perawat mampu mencari tahu tentang
membangun bagaimana suatu kebijakan
pentingnya K3 baik melalui brosur, leaflet,
Sistem Manajemen Keselamatan dan
SOP yang disediakan di ruangan maupun
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.
media informasi lainnya. Perawat juga
Kebijakan K3 merupakan komitmen
dituntut untuk paham bagaimana cara
pimpinan suatu organisasi perusahaan untuk
pencegahan kecelakaan serta penanganan
menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang dapat dilakukan apabila kecelakaan
seluruh personil di bawah kendalinya juga
terjadi. Pemahaman tersebut akan
pihak-pihak yang berkaitan (berhubungan) oleh pengusaha atau pengurus RS, secara
dengan kegiatan (aktivitas) operasi jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
perusahaan (organisasi) tersebut. serta komitmen terhadap peningkatan K3.
Kebijakan K3 menjadi landasan utama yang
diharapkan mampu menggerakkan semua
Pembahasan elemen didalam perusahaan sehingga dapat
terwujudnya program K3 dan program
Analisa Komitmen Manajemen RS
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Pada
Komunikasi dilakukan agar seluruh
RS Prima Medika Pemalang Komitmen
karyawan dan pihak yang terlibat di RS
manajemen RS yang berkaitan dengan
mengetahui komitmen RS untuk
K3RS sudah ada komitmen awal yaitu
menerapkan K3RS sehingga dapat
diungkapkan secara lisan, akan tetapi
terintergrasinya K3 didalam melaksanakan
komitmen belum diwujudkan dalam bentuk
semua pekerjaannya. Pendanaan RS
kebijakan tertulis yang secara khusus
memiliki anggaran yang khusus
tentang K3. Akan tetapi secara pendanaan
dialokasikan untuk keperluan atau masalah
terkait K3RS dan fasilitas K3RS sudah ada,
yang berkaitan dengan K3 seperti anggaran
meskipun fasilitas yang diberikan belum
untuk pengadaan APD, pengadaan alat-alat
lengkap. Kebijakan tentang K3 akan dibuat
yang menunjang untuk keselamatan kerja
dan disosialisasikan bersamaan dengan
(APAR, safety sign), pengobatan untuk
terbentuknya struktur organisasi K3RS.
karyawan RS yang sudah kontrak. Namun
Sumber daya manusia yang menangani
dana yang sudah disediakan manajemen
K3RS pada RS tersebut belum memiliki
untuk keperluan K3 sudah cukup, dana
keahlian khusus dibidang K3, sumber daya
sangat diperlukan untuk kelangsungan
yang sudah ada perlu diikutkan dalam
program K3 yang sudah direncanakan oleh
pelatihan K3 sehingga RS memiliki sumber
RS sehingga pelaksanaan K3 dapat berjalan.
daya yang berkompeten yang akan
Akan tetapi selain pendanaan, hal terpenting
diwujudkan dalam bentuk wadah organisasi
lainnya dalam pelaksanaan K3 adalah
K3RS. Manajemen RS mengindentifikasi
sumber daya manusia untuk K3 dan struktur
dan menyediakan semua daya esensial
organisasi K3 di RS. Sumber Daya
seperti: Kebijakan Kebijakan K3 dibuat
Manusia / Tenaga Kerja Karyawan harus
secara terlulis, tertanggal, ditandatangani
mempunyai surat izin kerja maupun alarm juga belum terpasang dan rencananya
sertifikat kompetensi khususnya bagi tenaga akan dipasang bersaman dengan adanya Tim
kesehatan atau medis, surat izin ini diperiksa K3RS, sedangkan untuk prosedur informasi
pada tahap administrasi pelamaran kerja. K3 pada RS belum ada dan rencananya akan
Untuk meningkatkan kompetensi yang dibuat tentang K3RS bersamaan dengan Tim
dimiliki oleh karyawannya RS mengadakan K3RS. Fasilitas akan dilengkapi sesuai
pelatihan penggunaan APAR serta alat anggaran yang sudah dianggarkan untuk
pemadam api tradisional dengan kegiatan yang berhubungan dengan K3.
mendatangkan pemadam kebakaran unit Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan
pemalang dan diikuti oleh semua karyawan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
RS, pelatihan BLS (Basic Life Support) Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai
untuk perawat, bidan, driver dan security berikut (Rachman, 1990). a. Agar tenaga
dan pelatihan service excellent dan beauty kerja dan setiap orang berada di tempat kerja
class. Sarana Prasarana Sarana prasarana selalu dalam keadaansehat dan selamat. b.
atau fasilitas RS terkait K3 yang diberikan Agar sumber sumber produksi dapat berjalan
belum lengkap, fasilitas yang sudah secara lancar tanpa adanya hambatan. Ruang
disediakan oleh rumah sakit berupa Alat lingkup K3 dapat dijelaskan sebagai berikut
Pelindung Diri, pegelolaan limbah cair, (Rachman, 1990) a. Kesehatan dan
pemisahan limbah medis dan non medis, keselamatan kerja diterapkan di semua
sistem komunikasi menggunakan line telf, tempat kerja yang didalamnya melibatkan
safety sign, pengawasan terhadap peralatan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya
yang digunakan, format pelaporan insiden, akibat kerja danusaha yang dikerjakan. b.
ketidaksesuaian dan identifikasi sumber Aspek perlindungan dalam hyperkes
bahaya tetapi dalam pelaksanaannya masih meliputi 1. Tenaga kerja dari semua jenis
belum efektif karena masih belum ada unit dan jenjang keahlian 2. Peralatan dan
yang menangani masalah khusus bahan yang dipergunakan. 3. Faktor-faktor
K3.Sedangkan untuk fasilitas yang belum lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun
terpenuhi yaitu berkaitan dengan struktur sosial. 4. Proses produksi 5. Karakteristik
organisasi K3 yang rencanya akan dibuat dan sifat pekerjaan. 6. Teknologi dan
pada tahun ke dua, sistem komunikasi metodologi kerja c. Penerapan hyperkes
tanggap darurat secara dengan menggunakan dilaksanakan secara holistik sejak
perencanaan hingga perolehan hasil dari 8. Membantu usaha perbaikan kesehatan
kegiatan industri barang maupun jasa.d. lingkungan sesuai kemampuan
Semua pihak yang terlibat dalam proses
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-
industry/ perusahaan ikut bertanggung jawab
usaha kemasyarakatan contohnya adalah
atas keberhasilan usaha hyperkes
UKS.
Peran perawat dalam meningkatkan K3
10.Membantu, merencanakan dan atau 
(kesehatan & keselamatan kerja)
melaksanakan sendiri kunjungan rumah
1. Membantu dokter perusahaan dalam  sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
menyusun rencana kerja hiperkes di RS
2.Melaksanakan program kerja yang telah 11.Menyelenggarakan pendidikan hiperkes

digariskan, termasuk administrasi kesehatan kepada tenaga kerja yang dilayani.

kerja.
12.Turut ambil bagian dalam usaha

3.Memelihara dan mempertinggi mutu keselamatan kerja.

pelayanan perawatan dan pengobatan.
13.Mengumpulkan data-data dan membuat

4.Memelihara alat – alat perawatan, obat - laporan untuk statistic dan evaluasi.

obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan


14.Turut serta membantu dalam usaha
(RS)
penyelidikan kesehatan tenaga kerja.

5.Membantu dokter dalam pemeriksaan 
15. Memelihara hubungan yang harmonis
kesehatan sesuai cara yang telah disetujui.
diperusahaan

6.Ikut membantu menentukan kasus-kasus


16. Memberikan penyuluhan dalam bidang
penderita, serta berusaha menindak lanjuti
kesehatan.
sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga
dalam satu perusahaan, maka para pimpinan
kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
medis hiperkes harus  mengkoordinasi 
dan melaporkan kepada dokter
dan mengawasi pelaksanaan semua usaha 
perusahaan/RS.
perawatan hiperkes.
Penutup Daftar Pustaka

Berliana, Ratih., Evi Widowati. 2019.


Bahwa rumah sakit belum memiliki
Tinjauan Sistem Manajemen Keselamatan
regulasi internal terkait manajemen
dan Kesehatan Kerja pada Akreditasi Rumah
fasilitas dan keselamatan namun rumah
Sakit. Jurnal HIGEIA Vol 3(3):492-503
sakit melaksanakan upaya manajemen
risiko fasilitas dan keselamatan. Hal ini I, Silvia Maria P.,dkk. 2015. Kejadian
menunjukkan bahwa manajemen risiko Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan
yang dilakukan secara insidental. Hal Tindakan Tidak Aman.Jurnal Care Vol 3
tersebut dikarenakan rumah sakit tidak (2): 9-17.
memiliki program pelatihan kepada staf
yang bertanggung jawab menjalankan Ismara, K Ima.,dkk.2014.Buku Ajar
dan memelihara sistem utilitas serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).Tim
peralatan medis. Rumah sakit perlu K3 FT UNY (Universitas Negeri
menyusun regulasi internal terkait Yogyakarta). Hal 12.
manajemen fasilitas dan keselamatan
Ivana, Azza.,dkk.2014.Analisa Komitmen
serta meningkatkan kompetensi staf
Manajemen Rumah Sakit RS Terhadap
dengan mengadakan pelatihan perawat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada
adalah suatu profesi yang mulia, karena
RS Prima Medika Pemalang. Jurnal
memerlukan kesabaran dan ketenangan
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol 2
dalam melayani pasien yang sedang
(1): 35-41.
menderita sakit. Seorang perawat harus
dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam.,dkk.
Sebagai seorang perawat haru dapat 2020. Faktor Psikologi dan Perilaku Dengan
memahami masalah yang dihadapi oleh Penerapan Manajemen Keselamatan dan
klien, selain itu seorang perawat Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Jurnal of
dapat berpenampilan menarik. Untuk itu  Public Health and Community Medicine Vol
seorang perawat memerlukan kemampuan 1(3): 19-27.
untuk memperhatikan orang lain,
Maharani, Dian Putri, Anik Setyo
ketrampilan intelektual, teknikal dan
Wahyuningsih. 2017. Pengetahuan, Sikap,
interpersonal yang tercermin dalam perilaku
Kebijakan K3 dengan Penggunaan
perawat.
Alat Pelindung Diri di Bagian Ring Simamora, R. H. (2018). Buku ajar
Spinning Unit 1. Journal of Health keselamatan pasien melalui timbang terima
Education 2 (1) pasien berbasis komunikasi efektif: SBAR.
Medan: USUpress.
Nazirah, Riska.,Yuswardi.2017.Perilaku
Perawat dalam Penerapan Manajemen Simamora, R. H. (2019). Buku ajar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais
Aceh. Idea Nursing Journal Vol VIII (3). Inspirasi Indonesia.

Nurmalia, Devi.,dkk.2019.Gambaran a.Kebijakan K3 yang berkaitan dengan


Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh keperawatan di Indonesia
Perawat di Ruang Perawatan Rumah Sakit.
b.K3 dalam keperawatan: pentingnya,
Journal of Holistic Nursing and Health
tujuan, manfaat, & etikac.Ruang lingkup K3
Science Vol 2(1):45-53
dalam keperawatan
Octavia, Widiwati Rinjani.,dkk. 2018.
Penerapan Pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Pada Perawat di IGD
Rumah Sakit Umum DR.Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto Tahun 2017. Jurnal
Gema Kesehatan Lingkungan Vol
16(1):101-109.

Purba, Hana Ike Dameria.,dkk.2018. Studi


Kebijakan, Perencanaan dan Pelaksanaan
Keselamatan Pasien dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS) di Rumah Sakit
Umum (RSU)Mitra Sejati Medan Tahun
2018. Jurnal Mutiara Kesehatan
MasyarakatVol 3(2):113-124.

Anda mungkin juga menyukai