Cindy Minannisa
cindyminannisa01@gmail.com
Abstrak
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada 5
(lima) isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan dirumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity). (Depkes RI, 2006). Tujuan: untuk mengetahui
definisi dari hazard dari beberapa sudut pandang para ahli dan mengetahui peran perawat dalam
mencegah terjadinya hazard di rumah sakit untuk memperluas pengetahuan para pembaca
terutama bagi perawat dan mahasiswa keperawatan. Metode: Tugas ini menggunakan metode
kualitatif dan analisis dari berbagai jurnal yang berhubungan dengan peran perawat dalam
mencegah terjadinya hazard di rumah sakit. Hasil: perawat mengetahui defenisi dari hazard dan
perawat mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya hazard di rumah sakit.
Latar Belakang
Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan
kesehatan. Kesehatan dan keselamatan perawat perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
komponen pelayanan kesehatan lainnya karena tiap harinya perawat bertemu langsung dengan
pasien dan bahaya-bahaya yang ada dirumah sakit.
Kecelakaan kerja yang tinggi di setiap bidang pekerjaan disebabkan oleh multifaktor.
Salah satu penyebab kecelakaan kerja yaitu tidak diterapkannya analisa potensi bahaya dan
penilaian risiko terhadap bahaya-bahaya yang ada sehingga tidak terdapat pencegahan yang
memadai terhadap bahaya yang kemungkinan dapat terjadi di perusahaan (Dualembang, 2017).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Sebagai upaya pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perlu dilakukan
identifikasi sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Pengendalian risiko dilakukan pada seluruh
bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat
risiko untuk menentukan prioritas. (Dankis, 2015).
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan
padat modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan,
penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis. Rumah Sakit adalah
tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar,
gas medik, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko
kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap
keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani, 2001 dalam Omrani dkk., 2015).
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya agar
dapat meningkatkan produktifitas nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat kerja
menggunakan serta merawat sumber produksi secara aman dan efisien (MENKES, 2009).
Tingginya penggunaan radiasi untuk kegiatan medis merupakan kontribusi kedua terbesar
sumber radiasi yang kita terima, dimana selain memberikan manfaat , juga dapat menyebabkan
bahaya baik bagi pekerja radiasi, masyarakat, maupun lingkungan sekitar. Sehingga pelayanan
radiologi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja radiasi menurut Peraturan Kepala
BAPETEN No.8 Tahun 2011.
Risiko bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja radiasi yaitu efek deterministik dan
efek stokastik. Pengaruh sinar X dapat menyebabkan kerusakan haemopoetik (kelainan darah)
seperti: anemia, leukimia, dan leukopeni yaitu menurunnya jumlah leukosit (dibawah normal
atau < 6.000 m3). Pada manusia dewasa, leukosit dapat dijumpai sekitar 7.000 sel per microliter
darah (Mayerni dkk, 2013).
Metode
Metode ini menggunakan metode kualitatif analisis berlandaskan teori dari buku, jurnal,
e-book ataupun sumber informasi lainnya yang memuat informasi dengan pembahasan peran
perawat dalam mencegah terjadinya hazard di rumah sakit. Dengan metode ini informasi
pembahasan mengenai peran perawat dalam mencegah terjadinya hazard di rumah sakit bagi
seorang perawat dapat memahami dan mempelajari bagaimana cara mencegah terjadinya hazard
di rumah sakit.
Hasil
Kebijakan K3RS adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan bagi sumber daya manusia di rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja di rumah sakit. Jika kebijakan keselamatan pasien di pelayanan kesehatan
dirancang maka kegiatan untuk melindungi keselamatan pasien dapat terlaksana. Dengan
membuat suatu kegiatan kepada seluruh tim kesehatan untuk membudidayakan kebijakan yang
dibuat dengan sebaik-baiknya agar rumah sakit dapat menajdi fasilitas pelayanan
kesehatanyangaman.
Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 50% keputusan medis harus didasarkan pada
diagnosis sinar- X, bahkan untuk beberapa negara maju angka tersebut bisa lebih besar.
Tingginya penggunaan radiasi untuk kegiatan medis menjadikan kegiatan medis merupakan
kontribusi kedua terbesar sumber radiasi yang kita terima, yaitu sebesar 20%.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Komitmen dan Kebijakan
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti
serta diketahui oleh seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan
semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya
program K3 di RS.
Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan dan hazard adalah mencegah
terjadinya keecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, maka mencegahnya agar tidak terulang.
Adapun prosedurnya adalah :
1) Mengidentifikasi bahaya
2) Menghilangkan bahaya
3) Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat
dilakukan
4) Melakukan penilaian resiko residual
5) Mengendalikan resiko residual
Pembahasan
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau
memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang (seorang profesional) yang
mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan / asuhan
keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu usaha untuj menciptakan
perlindungan dan keamanan dari berbagai resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan
dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit.
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat 1, bahwa "Rumah
Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan", persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi
unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalamnya. Rumah Sakit yang tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang
izin operasional Rumah Sakit (pasal 17) (MENKES RI, 2009).
Kecelakaan yaitu suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak
terduga, semua yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia (menyebabkan orang cidera),
kerusakan property, lingkungan ataupun kegiatan proses kerja, sebagai akibat dari kontrak
dengan sumber energy mekanis, kimia, kinetic dan fisik yang melebihi batas kemampuan tubuh,
alat atau struktur.
Menurut dari beberapa ahli kecelakaan kerja adalah suatu hal yang tidak diinginkan
karena dapat mengakibatkan kerugian berupa cidera, kerusakan property, kerugian materi,
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja bahkan dapat menyebabkan kematian.
Menurut Ridley (2008), Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
kerugian atau keluakaan. Bahaya pekerjaan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek
negative terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau dari waktu ke waktu. Bahaya
pekerjaan adalah factor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan
(Suma’mur 1987).
Hazard adalah potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Dari sudut
pandang kesehatan kerja, sistem kerja mencakup empaat komponen kerja yaitu pekerja,
lingkungan kerja, pekerjaan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen
kerja dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan
pekerja. Kerugian kesehatan dapat berupa cidera atau gangguan kesehatan baik fisik maupun
mental.
Penutup
Menurut WHO/ILO (1995) dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
432/MENKES/SK/IV/2007, Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) yaitu segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi
RS. Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 RS, perlu disusun strategi antara lain:
1) Advokasi sosialisasi program KB RS.
2) Menetapkan tujuan yang jelas.
3) Organisasi dan penugasan yang jelas.
4) Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di lingkungan
RS.
5) Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak,
6) Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif.
Jika kebijakan keselamatan kerja di pelayanan kesehatan dirancang maka kegiatan untuk
melindungi keselamatan pasien, pegawai dan tenaga kesehatan dapat terlaksana. Dengan
membuat suatu kegiatan kepada seluruh tim kesehatan untuk membudidayakan kebijakan yang
dibuat dengan sebaik-baiknya agar rumah sakit dapat menajdi fasilitas pelayanan kesehatan yang
aman.
Daftar Pustaka
Al Asyhar Wahyu Azady, E. W. (2018). Penggunaan Job Hazard Analysis dalam identifikasi
Risiko Keselamatan Kerja pada Pengrajin Logam. HIGEIA, 2(4), 510-519.
Oktaviana Zahratul Putri, T. M. (2017, Juni). Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Petugas Kesehatan Instalisasi Gawat Darurat Rumah Sakit Akademik UGM. Jurnal
Kesehatan, 10(1), 1-12.
Pertiwi, Y. N. (2019). Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Mapping pada Rumah
Sakit Hewan Prof. Soeparwi Universitas Gadjah Mada. Berita Kedokteran Masyarakat,
35(2), 55-64.
Surika Martalina, H. Y. (2018). Identifikasi Bahaya dan Risiko Keselamatan Kerja Pada Saat
Overhaul di Area Kiln PT. X tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1), 14-18.
Triwibowo, C., Yuliawati, S., & Husna, N. A. (2016). Hardover sebagai Upaya Peningkatan
Keselamatan Pasien (Patient safety) di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Soedirman,
11(2), 77-79.
Wulan F. H. 2019. Analisis Faktor Risiko dan Hazard dalam Implementasi Keperawatan.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.