Anda di halaman 1dari 10

“MAKALAH”

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA PADA PROGRAM KESELAMATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Guspianto, S.K.M., M.KM.

DISUSUN OLEH:

Ibtihal Mahesa (G1D121217)

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSIATAS JAMBI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya bisa meneyelesaikan makalah tentang “Analisis Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Program Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Umum
Daerah”
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Guspianto, S.K.M.,
M.KM. Selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan wawansan saya
terkait Keselamatan Pasien.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah yang
saya susun.

Saya berharap semoga makalah yang saya susun dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Jambi, 10 Desember 2023

Ibtihal Mahesa
DAFTAR ISI
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor penting dalam rangka
perlindungan dunia kerja, dan juga sangat penting untuk produktivitas dan
kelangsungan dunia usaha. Keselamatan kesehatan kerja adalah salah satu hak dasar
bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak azasi manusia (HAM). Sistem
manajemen K3 bertujuan untuk melindungi pekerja atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi secara
aman dan efisien. Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan
ketenangan bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial yang serasi
antara pekerja dan pengusaha, yang pada gilirannya akan meningatkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya. Untuk itu semua pihak diharapkan berperan secara proaktif
dan upaya pelaksanaan K3 sesuai dengan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya
masing-masing.

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat
banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetauan dan
teknologi. Setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, ada beberapa faktor
penting pendukung pelayanan yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Diantaranya meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja, cara melakukan
pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor- faktor tersebut juga
dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif terhadap semua
komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
timbulnya kerugian.
Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang kompleks, memberikan banyak
pelayanan kesehatan berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap
dan pelayanan rawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.
Masalah rumah sakit dapat ditinjau dari jumlah dan karakteristik layanan yang
tersedia, luas area yang diperlukan untuk menjalankan layanan, jumlah dan ragam
individu yang terlibat dalam layanan, juga termasuk peralatan dan teknologi yang
digunakan.

Potensi bahaya pada petugas rumah sakit lebih besar risikonya bila dibandingkan
dengan tenaga kerja pada umumnya. Tenaga kerja rumah sakit lebih rentan terkena
risiko bahaya, kemungkinan keseleo, cidera, infeksi dan penyakit yang berasal dari
parasit, dermatitis, hepatitis dan lain-lain. Melihat perkembangan rumah sakit saat ini,
fasilitas pendukung medispun semakin berkembang sehingga potensi bahaya dan
permasalahannyapun semakin kompleks sehngga perlu adanya proteksi bagi petugas
kesehatan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan saat melakukan aktivitas
pekerjaan. Potensi bahaya yang timbul di rumah sakit selain penyakit-penyakit infeksi
juga ada potensi bahaya lainnya yang dipengaruhhi oleh situasi dan kondisi rumah
sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikologi, dan ergonimik.

Potensi bahaya tersebut mengamcam jiwa para pegawai di rumah sakit, para
pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit. Berbeda dengan
tempat lain, bahaya potensial yang terdapat di rumah sakit dapat mengenai bukan
hanya pekerja saja, tetapi juga komunitas bukan pekerja. Berlangsungnya kegiatan
terus- menerus selama 24 jam di rumah sakit menjadikan risiko gangguan kesehatan
menjadi lebih besar.

National Safety Council (NSC) tahun 1988 dalam Permenkes RI , (2010).


Melaporkan kecelakaan di RS, 41% lebih besar daripada kecelakaan di industri.
Kasus kecelakaan tersering adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi lainnya.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) merupakan suatu


upaya dalam menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari bahaya serta
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dana tau bebas dari Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan Kerja (KK) yang kemudian dapat meningkatkan
efektifitas, efisiensi kerja dan produktivitas kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor : 108/MENKES/SK/VIII/2010 bahwa untuk meningkatkan
fasilitas pelayanan kesehatan, Rumah sakit dituntut untuk melaksanakan upaya K3
yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya
penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK) di rumah sakit dapat
dihindari. Sejalan dengan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
tercantum dalam pasal 165 disebutkan bahwa pengelolaan tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

Pelaksanaan K3RS merupakan upaya yang ditempuh untuk mengendalikan


potensi bahaya, meningkatkan produktivitas serta mutu pelayanan kesehatan yang
dilakukan melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses
pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan melalui
penerapan PDCA (plan-do-check-action).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005


bahwa rumah sakit diharuskan untuk membudayakan upaya self assessment atau
evaluasi pelayanan termasuk evaluasi pelayanan medis, sehingga setiap orang/unit
kerja di rumah sakit sudah terbiasa dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action).
Rumah sakit yang sudah terbiasa dengan siklus PDCA pada umumnya adalah rumah
sakit yang sudah terakreditasi atau rumah sakit yang sedang mempersiapkan proses
akreditasi, dinamakan kegiatan melakukan evaluasi atau self assessment telah menjadi
budaya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Keselamatan Pasien?
b. Apa tujuan Keselamatan Pasien?
c. Apa saja standar Keselamatan Pasien?
d. Bagaimana proses penerapan K3RS?
e. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan K3RS?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui perngertian Keselamatan Pasien.
b. Untuk mengetahui tujuan Keselamatan Pasien.
c. Untuk mengetahui standar Keselamatan Pasien.
d. Untuk mengetahui bagaimana proses penerapan K3RS.
e. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan K3RS.

1.4. Manfaat
Manfaat makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi serta wawasan
tentang “Keselamatan Pasien”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (PERMENKES RI NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011).
Pelaksanaan keselamatan pasien di Rumah sakit sering kali belum berjalan
optimal dikarenakan belum optimalnya peran perawat dalam pelaksanaan
keselamatan pasien. Penelitian Gunes (2016) dalam Haryati, et all, 2019,
menunjukkan hasil bahwa banyak perawat di Turki masih memiliki persepsi yang
negatif terhadap budaya keselamatan pasien dalam institusi mereka. Hal ini juga
diungkapkan oleh Freixas Sala et all (2017) bahwa hanya 16% perawat berdedikasi
secara purna waktu dalam program keselamatan pasien.
Keselamatan pasien merupakan unsur penting guna meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit sebagai bentuk implementasi dan
refleksi sentuhan hasil kompetensi tenaga kesehatan,ketersediaan sarana dan
prasarana layanan serta sistem manajemen dan administrasi dalam siklus pelayanan
terhadap pasien. Untuk menjamin keselamatan pasien maka organisasi pelayanan
kesehatan harus mampu membangun sistem yang membuat proses perawatan pasien
lebih aman, baik bagi pasien,petugas kesehatan , maupun masyarakat sekitarnya
(keluarga,pengunjung), serta manajemen rumah sakit. Sistem keselamatan pasien
ditujukan untuk mengurangi resiko, mencegah terjadinya cedera akibat proses
pelayanan pasien,serta tidak terulangnya insiden keselamatan pasien melalui
penciptaan budaya keselamatan pasien
Institute of Medicine (2001) dalam Pulungan, juga mengatakan hal yang sama,
yaitu mutu sebuah pelayanan kesehatan dapat berdasarkan pada efisiensi, efektifitas,
ketepatan waktu, keadilan, berorientasi pasien, dan keselamatan pasien. Hal tersebut
membuktikan bahwa keselamatan pasien merupakan salah satu tolok ukur bagi
penilaian kualitas sebuah pelayanan kesehatan
Oleh karena itu, keselamatan harus menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Hal ini karena keselamatan pasien merupakan suatu proses pelayanan
yang aman yang terdiri dari asesmen risiko, identifikasi dan manajemen risiko,
pelaporan dan analisis insiden, tindak lanjut dan solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.

2.2. Tujuan Keselamatan Pasien

Menurut (Mulyana, 2013) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KPRS)


Tujuan program keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

2.3. Standar Keselamatan Pasien

Standar keseamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya


dilakukan dengan cara menggunakan instrumen akreditas rumamh sakit. Standar
keselamatan pasien rumah sakit disusun mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Commision on Accreditation of Health Organization,
lllinois, USA tahun 2002 yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di
Indonesia (KEMENKES RI, 2015).

Menurut Kemenkes RI (2015), standar keselamatan pasien terdiri tujuh standar,


yaitu:

Pa. sien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.

a. Mendidik pasien dan keluarga


Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.

b. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai