OLEH
KELOMPOK IV PSIK 21 RB 2 :
Oleh :
KELOMPOK IV
PSIK 21 RB 2
Mengetahui,
Koordinator MK K3RS
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja rumah sakit yang selanjutnya
disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan
sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di Rumah
sakit dan Fasilitas medis lainnya adalah bagian dari manajemen rumah
sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan aktifitas proses kerja dirumah sakit, Sehingga dapat menciptakan
keadaan Rumah sakit yang aman, sehat, dan bebas dari kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja bagi sumber daya rumah sakit, Pasien
Pendamping pasien pengunjung maupun lingkungan Rumah Sakit.
Kecelakaan Kerja juga menimbulkan kerugian materi bagi pekerja dan
intansi pemerintah, serta dapat mengganggu produktifitas kerja karyawan
Rumah sakit tersebut (Peraturan Menteri Kesehatan No PER
66/MEN/2016).
Berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 fasilitas pelayanan masyarakat
khususnya Rumah Sakit (RS) telah diidentifikasi sebagai sebuah
lingkungan dimana terdapat aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan
keselamatan kerja, dijelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
wajib diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
Pekerja Rumah Sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding
pekerja industri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK),
sehingga perlu dibuat standard perlindungan bagi pekerja yang ada di
Rumah Sakit untuk mencegah dan mengurangi resiko bahaya tersebut
maka perlu ditetapkan standard K3 di Rumah Sakit. Perlunya
pelakasanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit
di indonesia adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan
kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit, perencanaan,
pelakasanaan, monitoring, dan evaluasi K3 dirumah sakit serta tindak
lanjut yang merujuk pada peraturan menteri tentang pedoman Manajemen
K3 di RS dan PP No 50 Thn 2012 tentang standar sistem manajemen K3.
Sistem manajemen K3RS adalah bagian dari sistem manajemen rumah
sakit (Ivana, 2014).
Bahaya-bahaya potensial dirumah sakit disebabkan oleh bearapa
faktor seperti bahaya akibat faktor biologi (virus, bakteri, jamur); faktor
kimia (antiseptik, gas anastesi); faktor ergonomi (cara kerja yang salah,
gegabah dalam perkerjaan); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran, radiasi); faktor fisiko sosial (kerja bergilir, hubungan sesama
pekerja/atasan, stress kerja, motivasi kerja).
Beberapa faktor diatas dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan akibat
kerja yang umunya terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta ketrampilan pekerja yang kurang memadai (Salmawati,
2015).
Potensi bahaya dirumah sakit tidak hanya bersumber pada faktor
infeksi tetapi dapat juga bersumber dari faktor bencana seperti kebakaran.
Keselamatan pasien serta jaminan pengobatan harus perhatikan dan
dilakukan maksimal disuatu rumah agar tercapainya suatu titik dimana
pasien merasa dilayani secara maksimal. Beberapa faktor penunjang
keselamatan pasien selama berapa dilingkungan rumah sakit adalah
keakuratan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi secara efektif,
meningkatkan keamanan obat yang akan diberikan pada pasien,
pengurangan resiko infeksi pada setiap penanganan pasien (Jayabrata,
2011).
Setiap Rumah Sakit tentu memiliki sistem penanganan dan
pecegahan kecelakaan kerja baik itu kecelakaan kerja karena kesalahan
dari karyawan maupun kecelakaan kerja yang disebabkan oleh bencana,
adanya Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
dirumah sakit sangat penting untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.
Selain harus adanya sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
rumah sakit juga diperlukan fasilitas pendukung terselenggaranya
kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit secara maksimal seperti
tangga darurat penghubung antar ruangan, rambu penunjuk jalan, titik
berkumpul, sistem pemadam kebakaran serta Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) yang disediakan di beberapa titik yang memiliki resiko tinggi
terjadinya kecelakaan kerja.
Adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (SMK3RS) tidak lepas dari masih tingginya angka
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dirumah sakit. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (SMK3RS) berpedoman pada Peraturan Menteri No 66
Tahun 2016 dimana ada beberapa aspek pendukung seperti: Penetapan
kebijakan, penetapan organisasi K3RS, dan pelaksanaan K3RS. SMK3RS
yang diterapkan disebuah rumah sakit harus dievaluasi rutin setidaknya 1
kali dalam 1 tahun, ini bertujuan untuk memperbarui sistem yang telah ada
sebelumnya agar sumber resiko baru yang timbul dapat ditangani dengan
baik.
Mohamad Rabain Muara Enim pada bulan oktober 2022. Maka permasalahan
Palembang ?
1.1.2. Faktor bahaya dan potensial bahaya apa saja di RSUD Siti Fatimah Az-
Zahra Palembang ?
1.1.3. Bagaimana gambaran umum K3 di RSUD Siti Fatimah Az-Zahra
Palembang ?
Rumah Sakit
1.4.1 Peserta
1.4.2 Pembimbing
Pembimbing akademik
Pembimbing Lapangan
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan
bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan
atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
2.5.2 Limbah infeksius
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada
tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar
dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari:
1. Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis),
sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
2. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan
bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
3. Oksigen (tersedia di udara)
Kelas A
2. Hydrant
1) hydran gedung
2) hydran halaman dan
3) hydran kota.
Sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung,
untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota
biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit
Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
3. Detektor Asap / Smoke Detector
2. Penanggulangan
3. Penyelamatan diri
Kasus seperti yang saya uraikan di blog sebelum ini tidak perlu
terjadi apabila penghuni rumah sudah melakukan pengenalan dan
pengecekan rumah dengan seksama.
a. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan keluarga, dengan
menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap kamar. Ini bisa
melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah teralis rumah
akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri di
rumah bersama dengan keluarga.
b. Persiapkan lampu senter di dekat tempat tidur.
Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik
dan tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau
merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang
dibasahi.
c. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat
yang aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada
kondisi darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.
d. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut
tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir
apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.
BAB III
KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT
A. VISI
Menjadi Rumah Sakit umum rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Pendidikan
yang mampu mewujudkan Pelayanan yang bermutu, Profesional, Efisien
dengan Standar Pelayanan Kelas Dunia.
B. MISI
Tugas :
Tugas :
Tanggung Jawab :
Wewenang:
Tugas :
Tanggung Jawab :
Wewenang:
1. Meminta informasi dan pengarahan dari kepala ruangan
2. Memberi pengarahan dan bimbingan dalam pemberian asuhan
keperawatan sesuai standar.
3. Memberi petunjuk dan bimbingan penerapan dan pembinaan etika
profesi.
4. Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan menilai mutu
asuhan keperawatan sesuai kebijakan rumah sakit.
5. Memberi petunjuk dan bimbingan penerapan asuhan keperawatan
sesuai standar asuhan keperawatan (SAK).
6. Melaporkan kejadian kepada kepala ruangan (atasan)
3.4 Kualifikasi SDM
Perencanaan tenaga perawat pada setiap tingkat pelayanan
mengacu pada fungsi unit pelayanan rawat inap, tingkat ketergantungan
pasien, beban kerja, metode penugasan serta kebutuhan kompetensi yang
dipersyaratkan.
Rasional :
Tenaga perawat yang sesuai kualifikasi, mendukung terwujudnya
pelayanan keperawatan neonatus yang berkualitas, efisien dan efektif.
6. Perawat D3 / S1 Keperawatan
Pelaksana Merniliki STR Aktif
Mampu mengoperasikan alat-alat
yang ada di ruang rawat inap
Tersertifikat pelatihan BHD, BTCLS
Sehat jasmani dan rohani
7 Bidan D3 / S1 Kebidanan
Pelaksana Merniliki STR Aktif
Mampu mengoperasikan alat-alat
yang ada di ruang rawat inap
Tersertifikat pelatihan BHD,
PPGDON APN
Sehat jasmani dan rohani
3. Pavilliun Cendana
1. Nurse Station
a. Meja Perawat
b. Kursi Beroda
c. Komputer
d. Printer
e. TV
f. CCTV
g. Telepon dan HP Ruangan
h. AC
i. Wifi
j. Lemari Berkas
k. Hepafilter ( Lantai 6 )
No Ruangan Fasilitas
.
1. VVIP - 1 tempat tidur
Pav Leanpuri - 1 Bed set cabinet
- 1 over bed Table
- 2 kursi ruang tunggu
- Ruang keluarga
- Sofa bed
- Smart tv LED (2)
- Wifi
- Peralatan mandi
- Dispenser
- dapur
- Rak sepatu
- AC
- Microwife
- Diffuser
- Coffe & Tea Set
- Kulkas
- Wardrobe
- Nurse call
- Kamar Mandi (shower, kloset duduk)
VIP
Pav Az- Zahra - 1 tempat tidur
- 1 Bed set cabinet
- 1 over bed Table
- Sofa bed
- Smart tv LED
- Dispenser
- Rak sepatu
- AC
- Kulkas
- Wardrobe
- Peralatan minum
- Nurse call
- Kamar Mandi (shower, kloset duduk)
3. Ruang Obat
a. Lemari Obat
c. AC
d. Lemari BMHP
a. Lemari Linen
b. Lemari Bantal
c. Lemari Baju
I. Data Umum
a. Nama ruangan : Paviliun Leanpuri Lantai 9
A. Alat K3 : Ada
- APAR : Ada
- Masker : Ada
- Handscoon : Ada
- APD : Ada
- Kotak B3 : Ada
- Sensor Asap : Ada
- AC Sentral : Ada
- Papan Fall Risk : Ada
- Helm Safety : Ada
Resiko yang Tingkat Upaya Pengendalian Rekomendasi
No Identifikasi Hazard Tupen Tupan
ditimbulkan Resiko yang telah dilakukan
1. Biologi: Resiko Peluang 4 Fasilitas yang ada Jika suatu hari nanti Untuk pihak RS tetap menjaga
tertular Dampak 2 diruangan telah dijaga ditemukan masalah pada kebersihan pada ruangan
Adanya potensi resiko terpapar penyaki 4x2=8 kebersihan sesuai ruangan, hendaknya
penyakit dari pasien t SOP Mencuci tangan menjaga kebersihan
6 langkah dan 5 ruangan sesuai
moment SOP
2. Kimia: Resiko Peluang 3 Meletakkan bahan- Meningkatkan Mempertahankan dan
Adanya potensi hazard kimia, terjadi Dampak 2 bahan kimia berbahaya kebersihan dan meningkatkan lagi kondisi yang
karena setiap sebelum dan iritasi 3x2 =6 di lemari B3 situasi ruangan agar ada.
sesusah tindakan, perawat kulit Mencuci tangan dengan tetap nyaman dan
mencuci tangan menggunakan 6 langkah bersih
sabun dan alcohol, juga
sebagian alat didesifektan
menggunakan clorin.
7 Uncafe Action : Risiko Peluang 3 Menjauh saat akan Mendesain ruangan anti Mengusulkan
RO di ruangan terpapar Dampak 2 dilakukan RO radiasi seperti yang ada di kepada
radiasi 3x2 =6 Memakai baju RO radiologi management mutu
saat mendampingi RS
pasien RO
VI. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)
1. Jenis APD yang ada di tempat kerja
a. Sarung tangan/ Handscoon
b. Baju Kerja
c. Kaca mata
d. Faceshield
e. Masker
f. Apron dan Gaun
g. Sepatu
2. Pegawai yang menggunakan APD ketika kerja?
VII.SIKAP KERJA
1. Posisi postur tubuh dalam kerja
a. duduk : Posisi duduk dilakukan saat perawat
mengisi administrasi/satus pasien. Duduk di kursi yang memiliki
sandaran. Posisi duduk ±90º
b. berdiri : Posisi berdiri dilakukan saat melakukan tindakan dengan
tetap memperhatian kenyamanan dan keamanan
2. Kesesuaian antara posisi tubuh dengan alat kerja. Tidak ada masalah dengan
posisi tubuh karena kondisi perawat fleksibel.
3. Keluhan yang dirasakan selama kerja Tidak ada keluhan yang berarti
1. Monitor
2. Infus Pump
3. Syringe Pump
4. APAR
5. DLL
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hazard – hazard yang ditemukan tersebut, tidak adda hal yang
bearti, sehingga management K3RS di ruangan Paviliun Leanpuri di
RSUD Siti Fatimah Palembang sudah dapat dikatakan baik. Pengolahan
limbah sudah dilakukan staff dengan benar dan nantinya akan diambil oleh
petugas kebersihan untuk diletakan ke tempat pembuangan akhir.
Pengolahan
CSSD sudah mandiri dilantai basement dengan diantarkan dan dijemput
oleh staff ruangan. Serta pengolahan laundry sendiri tanpa pihak ketiga
dengan cara diambil dan diantarkan langsung oleh petugas laundry ke
ruangan.