Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KESELAMATAN PASIEN DAN

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN


LANJUTAN DI RUANG PAVILIUN LEANPURI RSUD SITI FATIMAH
AZ-ZAHRA PALEMBANG

OLEH

KELOMPOK IV PSIK 21 RB 2 :

1. RISKA ASTUTI (21142019137.P)


2. SERLY MARLINA (21142019126.P)
3. ANGELA PUTRI (21142019128.P)
4. SANTI HERLIZA (21142019127.P)
5. SITI HARDIYANTI P (21142019130.P)
6. MIRA HARTIKA (21142019105.P)
7. M.HASRUL ABDI (21142019110.P)
8. USWATUN HASANAH (21142019115.P)

DOSEN PEMBIMBING : Ns.ROMLIYADI, S.Kep, M.Kes, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KESELAMATAN PASIEN DAN


KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN
LANJUTAN DI RUANG PAVILIUN LEANPURI RSUD SITI FATIMAH
AZ-ZAHRA PALEMBANG

Oleh :

KELOMPOK IV

PSIK 21 RB 2

Laporan ini telah disetujui pada Oktober 2022

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademi

( Serly Marlina, A.Md.Kep ) ( Ns. Romliyadi, S.Kep, M.Kes, M.Kep )

Mengetahui,

Koordinator MK K3RS

(Ns. Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
Rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan Laporan individu yang berjudul :
“Laporan Praktik Klinik Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan
Kerja Dalam Keperawatan Lanjutan Di Ruang Paviliun Leanpuri RSUD Siti
Fatimah Az-Zahra Palembang” tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu komponen tugas pada mata kuliah Keselamatan pasien dan
keselamatan kesehatan kerja dalam dunia keperawatan di Program Studi S1
Keperawatan STIK Bina Husada Palembang.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari
berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan laporan ini.
Proses penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisanya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan laporan berikutnya. Dan semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Palembang, Oktober 2022

Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja rumah sakit yang selanjutnya
disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan
sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di Rumah
sakit dan Fasilitas medis lainnya adalah bagian dari manajemen rumah
sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan aktifitas proses kerja dirumah sakit, Sehingga dapat menciptakan
keadaan Rumah sakit yang aman, sehat, dan bebas dari kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja bagi sumber daya rumah sakit, Pasien
Pendamping pasien pengunjung maupun lingkungan Rumah Sakit.
Kecelakaan Kerja juga menimbulkan kerugian materi bagi pekerja dan
intansi pemerintah, serta dapat mengganggu produktifitas kerja karyawan
Rumah sakit tersebut (Peraturan Menteri Kesehatan No PER
66/MEN/2016).
Berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 fasilitas pelayanan masyarakat
khususnya Rumah Sakit (RS) telah diidentifikasi sebagai sebuah
lingkungan dimana terdapat aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan
keselamatan kerja, dijelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
wajib diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
Pekerja Rumah Sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding
pekerja industri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK),
sehingga perlu dibuat standard perlindungan bagi pekerja yang ada di
Rumah Sakit untuk mencegah dan mengurangi resiko bahaya tersebut
maka perlu ditetapkan standard K3 di Rumah Sakit. Perlunya
pelakasanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit
di indonesia adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan
kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit, perencanaan,
pelakasanaan, monitoring, dan evaluasi K3 dirumah sakit serta tindak
lanjut yang merujuk pada peraturan menteri tentang pedoman Manajemen
K3 di RS dan PP No 50 Thn 2012 tentang standar sistem manajemen K3.
Sistem manajemen K3RS adalah bagian dari sistem manajemen rumah
sakit (Ivana, 2014).
Bahaya-bahaya potensial dirumah sakit disebabkan oleh bearapa
faktor seperti bahaya akibat faktor biologi (virus, bakteri, jamur); faktor
kimia (antiseptik, gas anastesi); faktor ergonomi (cara kerja yang salah,
gegabah dalam perkerjaan); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran, radiasi); faktor fisiko sosial (kerja bergilir, hubungan sesama
pekerja/atasan, stress kerja, motivasi kerja).
Beberapa faktor diatas dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan akibat
kerja yang umunya terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta ketrampilan pekerja yang kurang memadai (Salmawati,
2015).
Potensi bahaya dirumah sakit tidak hanya bersumber pada faktor
infeksi tetapi dapat juga bersumber dari faktor bencana seperti kebakaran.
Keselamatan pasien serta jaminan pengobatan harus perhatikan dan
dilakukan maksimal disuatu rumah agar tercapainya suatu titik dimana
pasien merasa dilayani secara maksimal. Beberapa faktor penunjang
keselamatan pasien selama berapa dilingkungan rumah sakit adalah
keakuratan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi secara efektif,
meningkatkan keamanan obat yang akan diberikan pada pasien,
pengurangan resiko infeksi pada setiap penanganan pasien (Jayabrata,
2011).
Setiap Rumah Sakit tentu memiliki sistem penanganan dan
pecegahan kecelakaan kerja baik itu kecelakaan kerja karena kesalahan
dari karyawan maupun kecelakaan kerja yang disebabkan oleh bencana,
adanya Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
dirumah sakit sangat penting untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.
Selain harus adanya sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
rumah sakit juga diperlukan fasilitas pendukung terselenggaranya
kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit secara maksimal seperti
tangga darurat penghubung antar ruangan, rambu penunjuk jalan, titik
berkumpul, sistem pemadam kebakaran serta Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) yang disediakan di beberapa titik yang memiliki resiko tinggi
terjadinya kecelakaan kerja.
Adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (SMK3RS) tidak lepas dari masih tingginya angka
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dirumah sakit. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (SMK3RS) berpedoman pada Peraturan Menteri No 66
Tahun 2016 dimana ada beberapa aspek pendukung seperti: Penetapan
kebijakan, penetapan organisasi K3RS, dan pelaksanaan K3RS. SMK3RS
yang diterapkan disebuah rumah sakit harus dievaluasi rutin setidaknya 1
kali dalam 1 tahun, ini bertujuan untuk memperbarui sistem yang telah ada
sebelumnya agar sumber resiko baru yang timbul dapat ditangani dengan
baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diketahui rumusan

masalahnya adalah bagaimana penerapan program K3 di RSUD dr. H.

Mohamad Rabain Muara Enim pada bulan oktober 2022. Maka permasalahan

yang timbul adalah sebagai berikut :

1.1.1. Bagaimana kondisi atau keadaan RSUD Siti Fatimah Az-Zahra

Palembang ?

1.1.2. Faktor bahaya dan potensial bahaya apa saja di RSUD Siti Fatimah Az-

Zahra Palembang ?
1.1.3. Bagaimana gambaran umum K3 di RSUD Siti Fatimah Az-Zahra

Palembang ?

1.3 Tujuan Praktik Klinik

1.3.1 Tujuan Umum

Terciptanya lingkungan kerja di RSUD Siti Fatimah Azzahra


Palembang yang aman, sehat dan produktif untuk sumber daya
RSUD, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung atau pengantar,

masyarakat dan lingkungan sekitar RSUD Siti Fatimah Azzahra

Palembang sehingga proses pelayanan RSUD berjalan baik dan lancar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Peserta mampu mengidentifikasi bahaya-bahaya (hazards) ;

Hazard Fisika, Hazard kimia, Hazard biologi, Hazard

ergonomic dan hazard psikologi serta jenis limbah yang ada di

Rumah Sakit

1.3.2.2 Peserta mampu mengidentifikasi resiko terjadinya kecelakaan

dan penyakit akibat kerja yang terjadi di Rumah Sakit

1.3.2.3 Peserta mampu mengidentifikasi/mengkaji/menilai tingkat

(level) resiko dari hazard

1.3.2.4 Peserta mampu Mengidentifikasi sistem management K3

Rumah Sakit: management K3 Rumah Sakit smas.

1.3.2.5 Peserta mampu menentukan perencanaan operasional dan

tindakan pengontrolan berdasarkan analisa SWOT : analisa

SWOT dan POA


1.3.2.6 Peserta mampu menunjukkan penemuan hazard maupun

tindakan yang berhubungan dengan hazard (POA) : sosialisasi

hasil temuan, analisa SWOT dan POA yang akan dikerjakan.

1.4 Peserta dan Pembimbing

1.4.1 Peserta

Mahasiswa PSIK 21 semester VIII Reguler B2 tahun

akademik 2022/2023 yang mengikuti praktek K3RS.

Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok. Khusus untuk makalah

K3RS ini kegiatan diikuti oleh mahasiswa yang praktik di

Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Az-Zahra Palembang.

1.4.2 Pembimbing

Pembimbing akademik

a. Ns. Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep

b. Ns. Romliyadi, S.Kep, M.Kes.,M.Kep

Pembimbing Lapangan

Pembimbing lapangan (RS) diusulkan dan telah ditentukan

dengan kualifikasi pendidikan oleh pihak rumah sakit.

1.5 Tempat dan waktu

1.5.1 Tempat Praktik

Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Az-Zahra Palembang

1.5.2 Waktu Praktik

Praktek dimulai tanggal 10-22 Oktober 2022


1.6 Manfaat
1.6.1 Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai acuan dan referensi untuk perbaikan sistem

manajemen K3RS di rumah sakit

1.6.2 Manfaat bagi Pendidikan STIK Bina Husada

Sebagai sumber acuan dan referensi pendidikan untuk

mata kuliah kesehatan dan keselamatan kerja

1.6.3 Manfaat bagi Mahasiswa

Sebagai ilmu yang bermanfaat dan menambah wawasan serta

pengetahuan bagi mahasiswa


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep K3RS


2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan
karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang
terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-
aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah
kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu
yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau
gangguan fisik.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres,
maupun karena kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para pekerja secara material, selain itu mereka dapat
bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga secara
keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif

2.1.2 Dasar Pemberlakuan


Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan
menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor
33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian
disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya
peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang
merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja
di dalam perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga
kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas
pelaksanaan program pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga
kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan
saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para
karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat
tercapai kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait
dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan
hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan
yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1,
syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah
membuat aturan K3 adalah :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahayakecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui
menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak
untuk memperoleh perlindungan atas:
i. Keselamatan dan kesehatan kerja
ii. Moral dan kesusilaan
iii. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.

2.1.3 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk
memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk
berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang
ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak
yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan
menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program
keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari
pihak karyawan dan perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas
perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung
jawab sosial perusahaan kepada karyawannya

2.1.4 Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang
berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja
yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang
baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang
rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah,
motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas
kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.
2.2 Konsep Hazard (Bahaya)
2.2.1 Pengertian Hazard (Bahaya)
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan
atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu
disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko
menimbulkan hasil yang negatif .
Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah
kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian.
Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu
kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di
tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan
menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur.
2.2.2 Risiko
Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai
peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek
terhadap suatu objek. Risiko diukur berdasarkan
nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah peristiwa)
dan Consecuence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut).
Risiko yang dinilai secara kualitatif, semi-kuantitatif atau kuantitatif.
Formula umum yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai
risiko dalam AS/NZS 4360:2004 dalam buku Risk Assesment and
Manajement Handbook: For Environmental, Health and Safety
Profesional, risik dibagi menjadi 5 (lima) macam, antara lain :
1. Risiko Keselamatan (safety Risk)
Risiko ini secara umum memiliki cirri-ciri antara lain
probabilitas rendah (low probability), tingkat pemaparan yang
tinggi (high-level exposure), tingkat konsekuensi kecelakaan yang
tinggi ((high-consequenceaccident), bersifat akut, dan menimbulkan
efek secara langsung. Tindakan pengendalian yang harus dilakukan
dalam respon tanggap darurat adalah dengan mengetahui
penyebabnya secara jelas dan lebih focus pada keselamatan manusia
dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area tempat kerja.
2. Risiko Kesehatan (Health Risk)
Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain memiliki probabilitas
yang tinggi (High probability), tingkat pemajanan yang rendah (low
level exposure), konsekuensi yang rendah (low-
consequence), memiliki masa laten yang panjang (long-
latency), delayed effect (efek tidak langsung terlihat) dan bersifat

kronik. Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko


ini focus pada kesehatan manusia terutama yang berada di luar
tempat kerja atau fasilitas.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological Risk)
Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi
yang beragam antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat
mikro maupun makro, ada ketidakpastian yang tinggi antara sebab
dan akibat, risiko ini focus pada habitat dan dampak ekosistem yang
mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Kesejahteraan Masayarakat (public Welfare/Goodwill Risk)
Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok
atau umum tentang performance sebuah organisasi atau produk,
nilai property, estetika dan penggunaan sumber daya yang
terbatas.Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat
dan persepsinya.
5. Risiko Keuangan (Financial Risk)
Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka
panjang dan jangka pendek dari kerugian property, yang terkait
dengan perhitungan asuransi, pengembalian investasi. Fokusnya
diarahkan pada kemudahan pengoperasian dan aspek financial.
Risiko ini pada umumnya menjadi pertimbangan utama,
khususnya bagi stakeholder seperti para pemilik
perusahaan/pemegang saham dalam setiap pengambilan keputusan
dan kebijakan organisasi, dimana setiap pertimbangan akan selalu
berkaitan dengan financial dan mengacu pada tingkat efektifitas dan
efisiensi.
Level/Prioritas resiko fine

Tingkat Resiko Coment Action


>350 Very high Penghentian aktifitas hingga resiko
dikurangi mencapai batas yang diterima
180 – 350 Priority 1 Perlu dilakukan penanganan secepatnya
70 – 180 Substantional Mengharuskan ada perbaikan secara teknis
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan
<20 Acceptable Intensitas kegiatan yang menimbulkan
resiko dikurangi seminimal mungkin

2.3 Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat


2.3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan
pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi
meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya
resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

2.3.2 Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non
kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja
yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat
merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen
tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang
optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas kerja.
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada
umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat
gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein,
30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi
para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal
ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada
sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non
kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk
dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala
terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang
bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian
kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya
pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-
ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang
turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan
sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak
pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.
Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan
Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit
Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related
Diseases).

2.4 Alat Pelindung Diri


2.4.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan atau bisa juga disebut
alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak
dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah
pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.Alat pelindung
diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan. Olehkarena itu APD dipilih
secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang
diperlukan.
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung
Diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi
pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak
tepat atau karena salah dalam menggunakannya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakainya
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.

2.4.2 Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri


1. Tujuan
a. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik.
b. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
2. Manfaat
a. Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja.
b. Mengurangi resiko akibat kecelakaan.
3. Jenis
Alat pelindung diri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a) APD bagian kepala meliputi :
a. Alat pelindung kepala : Alat ini adalah kombinasi dari
alat pelindung mata, pernapasan dan mata contohnya topi
pelindung/pengaman (safety helmet), tutup kepala,
hats/cap, topi pengaman.
b. Alat pelindung muka : safety glasses, face shields,
goggles.
c. Alat pelindung penglihatan : kaca mata
d. alat pelindung telinga : tutup telinga (ear muff ), sumbat
telinga (ear plugs).
e. Alat pelindung pernafasan : masker, respirator.
b) APD bagian badan meliputi :
a. Alat pelindung seluruh badan : jas laboratorium
b. Alat pelindung badan bagian muka : apron
c. Alat pelindung bagian dada : rompi pelindung
c) APD bagian anggota badan meliputi :
a. Alat pelindung tangan : sarung tangan (safety gloves).
b. Alat pelindung kaki : sepatu bot.
4. Kegunaan
a) Alat pelindung kepala
a. Alat pelindung kepala topi pengaman (safety helmet) :
melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan,
terjatuh dan terkena arus listrik.
b. Tutup kepala : melindungi kepala dari kebakaran, korosif,
uap-uap, panas/dingin.
c. Hats/cap : melindungi kepala dari kotoran debu atau
tangkapan mesin-mesin berputar.
d. Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum
dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. Tahan
terhadap tegangan listrik. Biasanya digunakan oleh
pemadam kebakaran.
b) Alat pelindung muka dan mata
Melindungi muka dan mata dari lemparan benda kecil, lemparan
benda panas, dan pengaruh cahaya
a. Alat pelindung telinga
1. Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan
frekuensi Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB,
sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi)
tak terganggu.
2. Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai
42 dB (35–45 dB) Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk
keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga
dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih
tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara
melalui tulang masih ada.
b. Alat pelindung pernafasan
Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu,
kabut, asap dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap/
c. Alat pelindung tangan (sarung tangan/gloves)
Jenis pekerjaan yang membutuhkan sarung tangan untuk
pengelasan/ pemotongan (bahan kulit), bekerja dengan bahan
kimia (bahan karet), beberapa pekerjaan mekanikal di
workshop dimana ada potensi cedera bila tidak menggunakan
sarung tangan (seperti benda yang masih panas, benda yang
sisinya tajam dsb.).
d. Alat pelindung kaki
1. Untuk mencegah tusukan
2. Untuk mencegah tergelincirTahan terhadap bahaya listrik
e. Alat pelindung badan
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari
benda berbahaya, misal api, asap, bakteri, zat-zat kimia, dsb.
f. Safety belt
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh,
biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat
serta tempat tertutup atau boiler.

2.5 Sampah dan Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan
bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis,


perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan,
penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun,
infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan
pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan
berdasarkan potensi yang terkandung didalamnya dapat di kelompokkan
sebagai berikut:

2.5.1 Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan
atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
2.5.2 Limbah infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

1. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi


penyakit menular (perawatan intensif)
2. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.

2.5.3 Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan


cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
2.5.4 Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau


mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat
limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan
suhu diatas 1000oc
2.5.5 Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluarsa, obat-


obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
2.5.6 Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan


bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses
sterilisasi, dan riset.
2.5.7 Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan


radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio
nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran
nuklir, radio- imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair
atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
2.5.8 Limbah Plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,


rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.
2.6 Penanggulangan Kebakaran (Alat Pemadam Api Ringan)

2.6.1 Pengertian Penanggulangan Kebakaran


Penanggulangan kebakaran adalah usaha menyadari atau
mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau
terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Penanggulangan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-
pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.

2.6.2 Prinsip Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada
tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar
dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari:
1. Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis),
sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
2. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan
bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
3. Oksigen (tersedia di udara)

2.6.3 Pengenalan Kelas-Kelas Kebakaran

Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

Kelas A

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya


kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media
pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung
goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau
racun api tepung kimia kering.
Kelas B

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar


berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus,
alkohol dan lain- lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk
kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR)
atau racun api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk
jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis
bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka
kebakaran akan melebar kemana-mana.
Kelas C

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman


kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Kebakaran
(APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu
sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.

2.6.4 Peralatan Pencegahan Kebakaran

1. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api

Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna


karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini
mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai
dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah
tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional
bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah
satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang
dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak
diperkenankan dipakai di Indonesia.

2. Hydrant

Sebuah hidran adalah tindakan proteksi kebakaran aktif , dan


sumber air yang disediakan di sebagian besar wilayah perkotaan ,
pinggiran kota dan pedesaan dengan layanan air kota untuk
memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk memasuki pasokan
air kota untuk membantu memadamkan api .
Ada 3 jenis hydran, yaitu :

1) hydran gedung
2) hydran halaman dan
3) hydran kota.
Sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung,
untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota
biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit
Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
3. Detektor Asap / Smoke Detector

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan


memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah
maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
4. Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada


setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.
5. Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan


memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada
suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut

2.5.6 Pencegahan Kebakaran

Pencegahan kebakaran merupakan langkah awal yang harus dilakukan


untuk menanggulangi kebakaran sejak sedini mungkin. Berikut ini beberapa
langkah-langkahnya :
1. Pencegahan

a. Sudahkah kompor dimatikan? Kompor minyak tanah dan gas harus di


rawat dengan baik, sehinnga api bisa menyala dengan baik.
Untuk kompor minyak tanah, pastikan sumbu kompor masih panjang.
Untuk kompor gas pastikan tidak ada kebocoran di selang atau sistem
yang lain. Kalau perlu dipasang gas detector.
b. Lampu penerangan dengan bahan bakar minyak sebaiknya dimatikan
sebelum tidur.
c. Apabila menggunakan nyamuk bakar, pastikan ditaruh di tempat yang
aman. Jauh dari benda-benda yang mudah terbakar.
d. Pastikan bahwa instalasi listrik di rumah anda aman. Ketahuilah berapa
besar daya yang bisa dipakai di rumah, dengan melihat circuit breaker
di meteran rumah. Apabila tertulis 10A, secara sederhana berarti daya
yang bisa dipakai adalah sebesar 10 x 220 = 2200 Watt. Dan perhatikan
pula pembagian beban dan jebes kabel yang dipakai.
e. Pembebanan yang berlebihan pada satu stop kontak akan menyebabkan
kabel panas dan akan bisa memicu kebakaran. Ini biasanya dilakukan
dengan penumpukan beberapa stop kontak atau T pada satu titik
sumber listrik.
f. Pastikan stop kontak dan steker (kontak tusuk) dalam keadaan baik.
Sehingga waktu steker dimasukkan dalam stop kontak, terjadi
sambungan yang stabil (tidak bergerak-gerak, orang Jawa bilang oglak-
aglik). Karena ini akan menimbulkan percikan api yang dapat memicu
kebakaran.
g. Pergunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai, jangan
dibesarkan.
h. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus segera
diperbaiki. Karena bisa menyebabkan hubungan pendek.
i. Jangan sekali-kali mencantol listrik, karena anda tidak memiliki sistem
pengaman yang sesuai. Dan PLN biasanya sudah memperhitungkan
distribusi beban listrik, apabila ada beban berlebihan akan mengganggu
jaringan listrik yang ada.

2. Penanggulangan

a. Pasang detektor asap di langit-langit rumah, di luar kamar tidur dan


disetiap lantai untuk rumah betingkat. Alat ini perlu di test setiap bulan
untuk memastikan selalu dalam kondisi baik.
b. Sediakan alat pemadam kebakaran di rumah anda. Apabila anda bisa
membelinya, siapkanlah selimut pemadam (fire blanket) untuk di dapur
dan kamar tidur. Juga pemadam kebakaran, untuk rumah pakailah
pemadam kebakaran jenis bubuk (powder).
c. Apabila anda tidak mau membeli peralatan di atas, persiapkanlah
pemadam kebakaran dari ledeng rumah. Siapkan selang yang cukup
panjang, dan quick connection. Pasang beberapa qucik connection di
keran rumah anda, terutama apabila rumah anda cukup luas. Sehingga
ada beberapa titik untuk bisa memasang selang anda dengan cepat.
d. Juga sebagai pengganti fire blanket, sediakan karung goni (karung
beras yang terbuat dari serat manila hennep). Basahi karung goni
sebelum dipakai untuk memadamkan api.
e. Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat. Pasang nomor
penting dekat telephone, atau program telephone untuk nomor- nomor
penting. Ingat bahwa mereka tidak akan datang dalam waktu singkat,
kemungkinan api telah berkobar lebih besar.

3. Penyelamatan diri

Kasus seperti yang saya uraikan di blog sebelum ini tidak perlu
terjadi apabila penghuni rumah sudah melakukan pengenalan dan
pengecekan rumah dengan seksama.
a. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan keluarga, dengan
menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap kamar. Ini bisa
melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah teralis rumah
akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri di
rumah bersama dengan keluarga.
b. Persiapkan lampu senter di dekat tempat tidur.
Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik
dan tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau
merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang
dibasahi.
c. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat
yang aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada
kondisi darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.
d. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut
tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir
apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.

4. Lingkungan yang aman


Banyak kebakaran sudah terlambat untuk dipadamkan karena
lingkungan sekitar terlalu padat. Jalan terlalu sempit untuk dilalui mobil
pemadam kebakaran dan sumber air sulit didapatkan. Untuk menciptakan
lingkungan yang aman, berarti juga lingkungan harus mempersiapkan
diri jika terjadi kebakaran. Lingkungan sekitar perlu dirapikan sehingga
apabila ada kondisi darurat dengan mudah dicapai oleh mobil pemadam
kebakaran, ketahui lokasi pemadam kebakaran terdekat dan apabila ada
hydrant disekitar perlu dicheck apakah masih berfungsi. Lingkungan
yang aman bisa terwujud apabila warga sekitar memiliki kesadaran akan
keselamatan.

BAB III
KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Gambaran Umum


Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
berdiri di atas lahan seluas 14 hektar dan mulai dibangun pada Tahun 2013
dengan pendampingan langsung dari Gubernur Sumatera Selatan pada saat itu.
Rumah Sakit ini juga didirikan sebagai Rumah Sakit Tipe B Pendidikan yang
berkaitan erat dengan perkembangan Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya yang ada tepat di samping Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Provinsi Sumatera Selatan.
Tanggal 22 Agustus 2017, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat
Nomor 061/6212/OTDA sebagai persetujuan pembentukan unit pelaksana
teknis dinas Rumah Sakit Umum Daerah atas permohonan pembentukan unit
pelaksana teknis dinas Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan
dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Pada Tanggal 8 September Tahun 2018, Gubernur Sumatera Selatan
mengeluarkan Peraturan Gubenur Sumatera Selatan Nomor 38 Tahun 2017
tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Tepat pada tanggal 23 Juni Tahun 2018, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) bersama Gubernur
Sumatera Selatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
meresmikan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan sebagai
Rumah Sakit Umum Daerah terbesar di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya pelayanan, Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Sumatera Selatan belum memiliki nama yang akan menjadi ciri khas
Rumah Sakit ini, maka atas dasar masukan dan saran para tokoh masyarakat,
legislatif, veteran, dan seluruh pemerintah daerah, dikeluarkanlah Surat
Keputusan Gubernur Nomor 491/KPTS/DINKES/2018 Tanggal 4 September
Tahun 2018 yang menetapkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Sumatera Selatan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Fatimah Provinsi Sumatera Selatan yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera
Selatan tepat pada Tanggal 17 September 2018.
Dengan mengusung motto dan nilai dasar jiwa orgaisasi yaitu WE
PROTECT (Welcome, Emphaty, Profesional, Respect, One Stop Service
Hospital Curative and Rehabilitative, Team Work, Embrace Innovation,
Consumens Oriented and Cost Effectivness, dan Time Respons). Rumah Sakit
Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan terus berupaya memperbaiki dan
meningkatkan mutu pelayanan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia dengan mengutamakan kecepatan tindakan, ketelitian diagnosa, dan
kenyamanan bagi pasien, adanya peralatan yang lengkap dan canggih serta
didukung dengan SDM yang professional dan teruji serta bangunan yang
representatif sehingga RSUD Siti Fatimah optimis mampu mewujudkan visi
dan misi yang ada.
Susunan pelayanan di Rumah Sakit ini dirancang dengan
menggunakan metode cluster. Pelayanan di RSUD Siti Fatimah Provinsi
Sumatera Selatan meliputi :
1. Pelayanan IGD dan PONEK 24 jam non stop service
2. Pelayanan Rawat Jalan
a. Klinik Spesialis Bedah
b. Klinik Spesialis Anak
c. Klinik Spesialis Obstetri dan Ginekologi
d. Klinik Spesialis Penyakit dalam
e. Klinik Spesialis THT-KL
f. Klinik Spesialis Mata
g. Klinik Spesialis Syaraf
h. Klinik Spesialis Anestesi
i. Klinik Spesialis Gigi dan Mulut
j. Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin
k. Klinik Spesialis Kesehatan Jiwa
l. Klinik Spesialis Rehabilitasi Medik
m. Klinik Spesialis Bedah Orthopedi
n. Klinik Sub Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular
o. Klinik Sub Spesialis Bedah Digestive
p. Klinik Sub Spesialis Fetomaternal
q. Klinik Sub Spesialis Kardiovaskuler
r. Klinik Sub Spesialis Paru
s. Klinik HIV (As-syifa)
t. Klinik Tubercullosis
u. Klinik Geriatri
3. Pelayanan Farmasi 24 Jam
4. Pelayanan Rawat Inap Empat Pelayanan Dasar (Medikal, Bedah,
Maternitas dan Anak), terdiri dari:
a. VVIP
b. VIP
c. Kelas 1
d. Kelas 2
e. Kelas 3
5. Pelayanan Rawat Khusus
a. ICU
b. PICU
c. Perinatologi (NICU dan Neonatus)
d. HCU/IW
e. CVCU
6. Pelayanan Kamar Bersalin
7. Pelayanan Kamar Operasi
8. Pelayanan Haemodialisa
9. Penunjang Pelayanan
a. Radiologi
b. Laboratorium Klinik
c. Laboratorium PA
d. CSSD
e. Laundry
f. Mortuary (Pemulasaran Jenazah)
g. IPSRS
h. Logistik non medis
i. Keamanan
j. Kebersihan
10. Penunjang Administrasi
a. Admission
b. Kasir
c. Penata Rekening
d. SIMRS
e. Rekam Medik

3.2 VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

A. VISI

Menjadi Rumah Sakit umum rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Pendidikan
yang mampu mewujudkan Pelayanan yang bermutu, Profesional, Efisien
dengan Standar Pelayanan Kelas Dunia.

B. MISI

1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang bermutu prima, informatif, dan


efektif, dengan tetap memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan .
2. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan, keramahan, kecepatan,
keselamatan, keamanan, kemudahan, dan kenyamanan.
3. Memberikan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan
tertinggi dengan menggunakan tehnologi modern dan pelayanan kesehatan
secara komprehensive kepada masyarakat
4. Peningkatan pelayanan mutu pelayanan Kesehatan dan berkesinambungan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
5. Mencipkan SDM yang memiliki daya saing tinggi dan loyal terhadap
organisasi.
6. Mengembangkan Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian yang terintegrasi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
7. Menjalin kerjasama dengan institusi terkait untuk meningkatkan kinerja.
8. Mewujudkan sistem managemen rumah sakit yang mampu meningkatkan
kesejahteraan seluruh karyawan dan menjamin kepastian hukum, secara
transfaran, akuntabel dan auditabel.
9. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekitarnya.

C. MOTTO DAN CORE VALUE


a. Motto “ Kami selalu terdepan melayani kesehatan anda “
b. Core Value “ WE PROTECT “
 Welcome
 Emphathy
 Respect
 One Stop Service Hospital ( Curatif and Rehabilitative )
 Team Work
 Embrace Innovation
 Customer oriented,Cost Effectiveness
 Time Response

3.3 URAIAN JABATAN


1. Persyaratan Jabatan, Uraian Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Unit
Rawat Inap
Nama Jabatan : Kepala Ruangan Rawat Inap RSUD Siti Fatimah

Atasan : Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan

Atasan Langsung : Kepala Seksi Bidang Pelayanan Keperawatan

Tugas :

1) Melaksanakan fungsi perencanan meliputi :

a) Menyusun rencana kerja Kepala Ruangan.


b) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang
rawat bersangkutan
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan supervisor keperawatan.

2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi :

a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang


rawat,melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
b) Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan & tenaga lain sesuai
kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan
kerja di ruang rawat.
d) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan
ruang rawatnya sebagai lahan praktek.
e) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan
keprawatan sesuai standar.
f) Mengadakan pertemuan berkala/insidentil dengan staf keperawatan atau petugas
lain yang bertugas di ruang rawatnya.
g) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penatarandengan koordinasi Kepala Instalasi/Kepala bidang Bina
Pelayanan Keperawatan.
h) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan
berdasarkan ketentuan/kebijakan rumah sakit.
i) Mengatur dan mengkoordinasikanpemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
j) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada
perubahan program pengobatan pasien.
k) Mengelompokan pasien dan mengatur penempatanya di ruang rawat menurut
tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran pemberianasuhan
keperawatan.
l) Mengendalikan kualitas system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
dan kegiatan lain secara tepat & benar.
Ketua Tim

Nama Jabatan : Ketua Tim Rawat Inap

Atasan : Kepala Bidang Keperawatan , Kepala Seksi Rawat Inap

Atasan Langsung : Kepala Ruangan

Tugas :

1) Melaksanakan fungsi perencanaan meliputi :

Merencanakan kegiatan Asuhan dan Profesi Keperawatan diruangan.

a)Menyusun rencana pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan sesuai


dengan pola dan jenis pelayanan.
b)Merencanakan kegiatan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan di rumah
sakit.
c)Berperan serta menyusun SPO pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan
pelayanan.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan :
a) Memberikan bimbingan dalam pembinaan asuhan keperawatan sesuai standar.
b) Memberikan bimbingan terhadap penerapan SAK dan pelaksanaan SPO
pelayanan keperawatan.
c) Melaksanakan audit dokumentasi proses asuhan keperawatan.
d) Memberi saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan terhadap kepala
bidang keperawatan yang berhubungan dengan etik dan mutu asuhan
keperawatan.
e)Membantu pelaksanaan tugas dari Kepala Ruangan Keperawatan
f) Mensosialisasikan sistem pembinaan asuhan keperawatan kepada Koordinator
Keperawatan/Kepala Ruangan Rawat.

3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian :

a) Melaksanakan pengawasan, pengendalian terhadap asuhan keperawatan.


berkoordinasi dengan Koordinator Ruangan sesuai standar asuhan
keperawatan.
b)Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap SPO
pelayanan keperawatan.
c) Melakukan penilaian mutu asuhan keperawatan berkoordinasi dengan tim
keperawatan.
d)Melakukan penilaian etika dan kemampuan profesi tenaga keperawatan serta
mutu asuhan keperawatan.

Tanggung Jawab :

1. Melakukan Pembinaan Asuhan Keperawatan


a) Kebenaran dan ketepatan rencana kerja seksi Asuhan keperawatan.
b) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan asuhan keperawatan Staf Keperawatan.
c) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala dalam pelaksanaan Asuhan
keperawatan.
d) Kebenaran dan ketepatan rencana pengembangan mutu asuhan keperawatan
sesuai dengan pengembangan IPTEK.
e) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan anggaran pelaksanaaan pengembangan
kualitas asuhan keperawatan.
f) Kebenaran pelaksanaan hasil evaluasi mutu asuhan keperawatan.
g) Kebenaran dan ketepatan analisis dan evaluasi kejadian pelanggaran etik pada
pelaksanaan dan menjaga mutu pelayanan asuhan keperawatan.
2. Menyusun rencana kerja ketua tim.
3. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan ditimnya, melalui
kerjasama dengan perawat pelaksana.
4. Berkoordinasi dengan kepala ruangan menyusun jadwal dan daftar dinas tenaga
keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku dirumah
sakit.
5. Membantu kepala ruangan melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan
yang baru akan bekerja.
6. Mengendalikan pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan, obat-obatan, dan
mutu asuhan keperawatan ditimnya.
7. Memberikan petunjuk dan bimbingan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
anggota timnya.
8. Bersama dengan anggota timnya memberikan orientasi kepada
pasien/keluarganya meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-
hari.
9. Bersama anggota tim melaksanakan dan mengendalikan pelayanan/asuhan
keperawatan sesuai denga standar pelayanan dirumah sakit.
10. Bersama anggota tim membahas permasalahan pelayanan pasien dirumah sakit.
11. Mengadakan pertemuan bersama anggota tim untuk membahas permasalahan
pasien ditimnya.
12. Bersama anggota tim melaksanakan pemeliharaan alat agar dalam selalu dalam
keadaan siap pakai.
13. Mendampingi visite dokter dan mencatat intruksi dokter dan mendokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
14. Bersama anggota tim melaksanakan pencatatn dan pelaporan asuhan keperawatan
secara tepat dan benar.
15. Bersama anggota tim memelihara lingkungan perawatan agar tetap bersih dan
terawat.
16. Bersama anggota tim memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga/ pasien
sesuai dengan kebutuhan pasien dalam batas kewenangannya.
17. Bersama anggota tim melakukan serah terima dan lain-lain pada saat pergantian
dinas.

Wewenang:

1) Meminta informasi dan pengarahan dari kepala ruangan


2) Memberi pengarahan dan bimbingan dalam pemberian asuhan keperawatan
sesuai standar.
3) Memberi petunjuk dan bimbingan penerapan dan pembinaan etika profesi.
4) Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan menilai mutu asuhan
keperawatan sesuai kebijakan rumah sakit.
5) Memberi petunjuk dan bimbingan penerapan asuhan keperawatan sesuai standar
asuhan keperawatan (SAK).
6) Melaporkan kejadian kepada kepala ruangan (atasan)
Perawat / Bidan Pelaksana Rawat Inap

Nama Jabatan : Perawat/ Bidan Pelaksana Rawat Inap

Atasan : Kepala Bidang Keperawatan , Kepala Seksi


Rawat Inap, Kepala Ruangan

Atasan Langsung : Ketua Tim

Tugas :

1. Memelihara kebersihan dan kerapihan ruang rawat yang menjadi


tanggung jawabnya.
2. Menerima pasien seuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
di rumah sakit.
3. Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
4. Melakukan pengkajian keperawatan/ kebidanan dan menentukan
diagnosa keperawatan sesuai batas kewenangannya.
5. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
6. Menyusun rencana keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan
batas kemampuannya antara lain melaksankan tindakan pengobatan
sesuai dengan program pengobatan, memberikan penyuluhan
kesehatan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya.
7. Melatih dan membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.
8. Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi,
kalaps, pendarahan, keracunan, henti nafas, dan henti jantung)
sesuai dengan tindakan protap yang berlaku dan selanjutnya segera
melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter yang
merawat dan dokter jaga.
9. Melaksanakan evaluasi tindakan perawatan sesuai dengan
kemampuannya.
10. Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan nilai observasi tersebut sesuai dengan batas
kemampuannya.
11. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan.
12. Melaksanakan tugas, pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergiliran sesuai dengan jadwal dinas.
13. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan.
14. Meningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan
antara lain melalui pertemuan ilmiah dan seminar atas izin atasan.
15. Melakukan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara
lisan maupun tulisan pada saat pergantian dinas.
16. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga
sesuai dengan keadaan kebutuhan pasien mengenai program diet,
pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara pengguanaanya,
pentingnya melakukan pemeriksaan ulang dirumah sakit, puskesmas
dan intitusi kesehatan ini, cara hidup sehat, puskesmas dan institusi
kesehatan ini, cara hidup sehat, seperti pengaturan cara istirahat,
makanan bergizi, atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan
sosial ekonomi.
17. Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti
kursi roda, tongkat penyanggah.
18. Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan dirumah
misalnya merawat luka, melatih anggota gerak.
19. Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi menyediakan
formulir untuk penyelesaian administrasi, seperti surat izin pulang,
surat keterangan istirahat, petunjuk diet, resep obat untuk dibawa
pulang, surat rujukan atau pemeriksaan ulang.

Tanggung Jawab :

1. Melakukan Pembinaan Asuhan Keperawatan


a) Kebenaran dan ketepatan rencana kerja seksi Asuhan
keperawatan.
b) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan asuhan keperawatan Staf
Keperawatan.
c) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala dalam pelaksanaan
Asuhan keperawatan.
d) Kebenaran dan ketepatan rencana pengembangan mutu asuhan
keperawatan sesuai dengan pengembangan IPTEK.
e) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan anggaran pelaksanaaan
pengembangan kualitas asuhan keperawatan.
f) Kebenaran pelaksanaan hasil evaluasi mutu asuhan keperawatan.
g) Kebenaran dan ketepatan analisis dan evaluasi kejadian
pelanggaran etik pada pelaksanaan dan menjaga mutu pelayanan
asuhan keperawatan.
2. Menyusun rencana kerja ketua tim.
3. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan ditimnya,
melalui kerjasama dengan perawat pelaksana.
4. Berkoordinasi dengan kepala ruangan menyusun jadwal dan daftar
dinas tenaga keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan
yang berlaku dirumah sakit.
5. Membantu kepala ruangan melaksanakan orientasi kepada tenaga
keperawatan yang baru akan bekerja.
6. Mengendalikan pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan, obat-
obatan, dan mutu asuhan keperawatan ditimnya.
7. Memberikan petunjuk dan bimbingan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anggota timnya.
8. Bersama dengan anggota timnya memberikan orientasi kepada
pasien/keluarganya meliputi penjelasan tentang peraturan rumah
sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
serta kegiatan rutin sehari-hari.

9. Bersama anggota tim melaksanakan dan mengendalikan


pelayanan/asuhan keperawatan sesuai denga standar pelayanan
dirumah sakit.
10. Bersama anggota tim membahas permasalahan pelayanan pasien
dirumah sakit.
11. Mengadakan pertemuan bersama anggota tim untuk membahas
permasalahan pasien ditimnya.
12. Bersama anggota tim melaksanakan pemeliharaan alat agar dalam
selalu dalam keadaan siap pakai.
13. Mendampingi visite dokter dan mencatat intruksi dokter dan
mendokumentasikan dalam rekam medis pasien.
14. Bersama anggota tim melaksanakan pencatatn dan pelaporan asuhan
keperawatan secara tepat dan benar.
15. Bersama anggota tim memelihara lingkungan perawatan agar tetap
bersih dan terawat.
16. Bersama anggota tim memberikan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga/ pasien sesuai dengan kebutuhan pasien dalam batas
kewenangannya.
17. Bersama anggota tim melakukan serah terima dan lain-lain pada saat
pergantian dinas.

Wewenang:
1. Meminta informasi dan pengarahan dari kepala ruangan
2. Memberi pengarahan dan bimbingan dalam pemberian asuhan
keperawatan sesuai standar.
3. Memberi petunjuk dan bimbingan penerapan dan pembinaan etika
profesi.
4. Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan menilai mutu
asuhan keperawatan sesuai kebijakan rumah sakit.
5. Memberi petunjuk dan bimbingan penerapan asuhan keperawatan
sesuai standar asuhan keperawatan (SAK).
6. Melaporkan kejadian kepada kepala ruangan (atasan)
3.4 Kualifikasi SDM
Perencanaan tenaga perawat pada setiap tingkat pelayanan
mengacu pada fungsi unit pelayanan rawat inap, tingkat ketergantungan
pasien, beban kerja, metode penugasan serta kebutuhan kompetensi yang
dipersyaratkan.

Sesuai dengan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014,


seluruh tenaga perawat adalah tenaga perawat yang telah mempunyai STR
dan mengurus SIP. Kualifikasi perawat masing-masing ditentukan sesuai
dengan posisi dan jabatan yang dipegang oleh perawat tersebut. Kualifikasi
perawat tercantum dalam uraian tugas masing-masing pekerjaan.

Rasional :
Tenaga perawat yang sesuai kualifikasi, mendukung terwujudnya
pelayanan keperawatan neonatus yang berkualitas, efisien dan efektif.

No. Kategori Kualifikasi KET


1. Kepala  Memahami Manajemen Instalasi
Instalasi Rawat Inap
 Memiliki pengalaman pengelolaan
dan pengembangan layanan IPI,
 Mempunyai jiwa leadership, bisa
bekerja sama,
 Mempunyai kemampuan komunikasi
yang balk,
 Mempunyai STR dan SIP yang aktif
2. Dokter Jaga  Dokter jaga 24 jam dengan
keterampilan, ACLS
 Memiliki STR dan SIP yang aktif

3. Kepala  D3 / S1 Keperawatan (diutamakan)


Ruangan  Sebagai perawat pelaksana minimal
3 tahun.
 Perawat Klinik II
 Memahami manajemen rawat inap
 Memiliki STR,
 Mampu mengoperasikan alat-alat
Kesehatan
 Tersertifikat pelatihan Manajemen
bangsal, BHD, BTCLS.
 Sehat jasmani dan rohani
 Mempunyai jiwa leadership, bisa
bekerja sama,

4. Perawat  D3 / S1 Keperawatan (diutamakan)


Pendidik / CI  Sebagai perawat pelaksana minimal
3 tahun.
 Perawat Klinik II
 Memiliki STR Aktif
 Mampu mengoperasikan alat-alat
yang ada di ruang rawat inap
Tersertifikat pelatihan CI, BHD,
BTCLS
 Sehat jasmani dan rohani

5. Ketua Tim/Pj  D3 / S1 Keperawatan (diutamakan)


Shift  Minimal Perawat Klinis I (PK I) dan
pengalaman kerja minimal 3 tahun
 Merniliki STR Aktif
 Mampu mengoperasikan alat-alat
yang ada di ruang rawat inap
 Tersertifikat pelatihan BHD, BTCLS
 Sehat jasmani dan rohani
 Bertanggung jawab, cepat dan
tanggap

6. Perawat  D3 / S1 Keperawatan
Pelaksana  Merniliki STR Aktif
 Mampu mengoperasikan alat-alat
yang ada di ruang rawat inap
 Tersertifikat pelatihan BHD, BTCLS
 Sehat jasmani dan rohani

7 Bidan  D3 / S1 Kebidanan
Pelaksana  Merniliki STR Aktif
 Mampu mengoperasikan alat-alat
yang ada di ruang rawat inap
 Tersertifikat pelatihan BHD,
PPGDON APN
 Sehat jasmani dan rohani

3.5 Distribusi Tenaga


Pendistribusian tenaga keperawatan diatur oleh Bagian Sumber Daya
Manusia (SDM) atas Koordinasi dari Komite Keperawatan dan Bidang
Keperawatan dalam hal ini oleh Kepala Bidang Keperawatan.
Pendistribusian tenaga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal
seperti: Karakteristik pasien, Jumlah Pasien, dan Kompetensi Perawat.
Distribusi tenaga juga mempertimbangkan peminatan perawat yang
tentunya tetap harus mengacu kepada kepentingan rumah sakit. Apabila
ada kebutuhan penambahan tenaga maka Kepala Ruangan Rawat Inap
akan mengajukan permintaan kepada Kepala Bidang Keperawatan.

3.6 Pengaturan Jaga


1) Pengaturan jadwal dinas atau jadwal jaga ruang Perinatologi dibuat
untuk periode satu bulan oleh kepala ruang dan direalisasikan ke
perawat Perinatologi untuk pelaksanaan 1 bulan
2) Pertukaran jadwal dinas perawat Perinatologi diberitahukan kepada
Kepala Ruang unit serta mengisi form tukaran dinas yang di tanda
tangani oleh perawat yang melakukan tukar dinas dan atasan langsung
dalam hal ini Kasi Pelayanan dan Pengembangan Asuhan dan Profesi
Keperawatan, maksimal 1 hari sebelumnya
3) Pengajuan cuti tahunan perawat rawat inap diajukan 1 bulan kepada
Kepala ruang unit sebelum pembuatan jadwal dinas
4) Perawat yang tidak bisa melaksanakan dinas (tanpa terencana / Cuti
Insidential) harus menginformasikan kepada Kepala Ruang untuk
ditunjuk penggantinya sesuai dengan kompetensi maksimal 6 jam
sebelumnya
5) Setiap tugas jaga/ shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ
Shift) dengan syarat S1 atau D3 Keperawatan ,status perawat PK II
6) Tenaga kerja di unit Rawat Inap  ini berkerja dengan jadwal sebagai
berikut :
1. Kepala Instalasi Rawat Inap : non shift
Kepala Ruangan : non shift
2. Ketua Tim : non shift (07.00-14.00, senin- sabtu)
Perawat pelaksana : shift
Bidan Pelaksana : shift
7) Jam jaga perawat Rawat Inap , mengacu kepada :
Pengaturan jadwal jaga Ruangan Rawat Inap terbagi dalam 3 shift dengan
pembagian jam kerja sebagai berikut :
Shift pagi  : Jam 07.00–14.00
Shift sore : Jam 14.00–21.00
Shift malam : Jam 21.00–07.00
Non Shift : Senin-Jumat Jam 07.30-16.00
Senin-Sabtu Jam 07.00-14.00

8) Adapun pelatihan yang harus diikuti oleh perawat diruangan Rawat


Inap adalah sebagai berikut :
1) Pelatihan BTCLS / ATCLS / BHD
2) Pelatihan APN / MU
3) Pelatihan penanggulangan infeksi
4) Pelatihan penatalaksanaan ruang isolasi
5) Pelatihan Perawatan Luka

3.7 Standar Fasilitas

Instalasi Rawat Inap RSUD Siti Fatimah Az-Zahra Provinsi Sumatera


Selatan memiliki 6 ruangan rawat inap yang berada di Gedung B yaitu :
1. Pavilliun Leanpuri

Ruang Rawat Inap VVIP

2. Pavilliun Az- Zahra

Ruang Rawat Inap VIP

3. Pavilliun Cendana

Runag Rawat Inap kelas I dan II

4. Pavilliun Meranti Lantai 6

Ruang Rawat Inap Isolasi dan Infeksius

5. Pavilliun Akasia Lantai 5


Ruang Rawat Inap kelas III

6. Pavilliun Cemara lantai 4

Ruang Rawat Inap Wing A Anak dan Ruang Rawat Wing B


Kebidanan
Standar Fasilitas Ruangan Rawat Inap

1. Nurse Station

a. Meja Perawat
b. Kursi Beroda
c. Komputer
d. Printer
e. TV
f. CCTV
g. Telepon dan HP Ruangan
h. AC
i. Wifi
j. Lemari Berkas
k. Hepafilter ( Lantai 6 )

i. Berkas- berkas rawat inap

2.Ruangan Kamar Rawat inap

No Ruangan Fasilitas
.
1. VVIP - 1 tempat tidur
Pav Leanpuri - 1 Bed set cabinet
- 1 over bed Table
- 2 kursi ruang tunggu
- Ruang keluarga
- Sofa bed
- Smart tv LED (2)
- Wifi
- Peralatan mandi
- Dispenser
- dapur
- Rak sepatu
- AC
- Microwife
- Diffuser
- Coffe & Tea Set
- Kulkas
- Wardrobe
- Nurse call
- Kamar Mandi (shower, kloset duduk)
VIP
Pav Az- Zahra - 1 tempat tidur
- 1 Bed set cabinet
- 1 over bed Table
- Sofa bed
- Smart tv LED
- Dispenser
- Rak sepatu
- AC
- Kulkas
- Wardrobe
- Peralatan minum
- Nurse call
- Kamar Mandi (shower, kloset duduk)

Kelas I - 1 tempat tidur


Pav Cendana & - 1 Bed set cabinet
Cemara - 1 over bed table
- 1 kursi tunggu
- 1 Sofa bed
- Televisi
- Dispencer
- AC
- Wifi
- Kamar mandi (shower , kloset duduk)
- 2 tempat tidur
Kelas II - 2 bedset cabinet
Pav Cendana & - 2 kursi tunggu
Cemara - Televisi
- Dispenser
- AC
- Kamar mandi
- 2 table set
Kelas III
Pav.Akasia & - 4 tempat tidur
Pav Cemara - 4 bed set cabinet
- 4 kursi tunggu
- Televisi
- Dispenser
- Ac
- Kamar mandi
Non Class - 4 bed pasien
Pav. Meranti - 4 over bed table
- 4 Bed set cabinet
- 4 kursi tunggu
- Hefafilter
- Kamar mandi

3. Ruang Obat

a. Lemari Obat

b. Troli / meja Tindakan

c. AC

d. Lemari BMHP

4. Ruang Linen Bersih

a. Lemari Linen

b. Lemari Bantal

c. Lemari Baju

5.Ruang Pemasangan APD

a.Lemari APD disposible (hazmat,handscoon, nurse cap, masker)


b. Lemari APD reusable (Sepatu Boot, Face Shield dan Google)
c.Wastafel

6.Ruang Pelepasan APD

a. Kotak Sampah Infeksius Besar


b. Kontainer / Sulo Besar
c. Kamar Mandi
d. Kontainer Baju Kotor
e. Kontainer Linen Kotor
7. Ruang Alkes

Terdiri dari alat-alat yaitu

a. Tensi Meter p. Heating set & GV


b. Termometer q. Matras decubitus
c. Stetoskop r. Oxygen portable
d. Infus Pump s. Oxymetri anak/ dewasa
e. Syringe Pump t. Glucometer
f. Monitor u. Kursi roda
g. Lampu Tindakan v. Intubasi set
h. EKG w. Nebulizer
i. HFNC (Lt.6) x. Emergency kid (lt 4)
j. Suction Pump
k. Droppler, CTG (Lt.4)
l. Nebulizer
m. Troly Emergency
n. Defibrilator
o. Manual Resuscitator/
ambu bag

3.8 Standar Ruangan

Lantai 6 Pavilliun memiliki standar ruangan khusus dari ruanagan rawat


inap lainnya sebab memiliki ruangan isolasi yang bertekanan negative,
antara lain:

1. Ruangan Bertekanan Negative


a. Sistem ventilasi dengan tekanan negatif terdapat pada kamar 600 - 607
diperuntukkan untuk pasien dengan Covid - 19 dengan pemantauan
tekanan menggunakan magnahelic yang tercatat pada list pemantauan
ruangan bertekanan negatif (dengan nilai normal negatif 15 sampai
negatif 20 Pascal) dan pengukuran pertukaran udara / Air Change per
Hour (ACH) yang tercatat pada list pemantauan pertukatan udara
( dengan nilai standar 12x per jam).
b.Ruang bertekanan negatif menggunakan hepafilter sebelum di
resirkulasi kembali ke dalam ruangan dengan pemantauan
menggunakan lampu indikator hepafilter dan pemantauan cheklist
kalibrasi serta checklist pergantian Filter pada Hepafilter sesuai
standar pabrikan sehingga fungsi dari hepafilter maksimal pada
ruangan bertekanan negative.
2.Ruangan dengan sistem ventilasi campuran
a.Sistem ventilasi campuran terdapat pada kamar 608-612 diperuntukkan
untuk pasien :
 Kamar 608 - 609 penempatan pasien dengan penularan secara droplet
 Kamar 610 - 611 penempatan pasien dengan penularan secara
airborne
 Kamar 612 penempatan pasien dengan kasus suspect droplet/airborne

b. Ruangan dengan ventilasi campuran terdiri dari kipas angin yang


menghadap ke jendela dan exhaust fan sebagai pembuangan udara
keluar sehingga terdapat pertukaran udara yang maksimal.

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KESELAMATAN PASIEN DAN


KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN
LANJUTAN DI RUANG PAVILIUN LEANPURI RSUD SITI FATIMAH
AZ-ZAHRA PALEMBANG

I. Data Umum
a. Nama ruangan : Paviliun Leanpuri Lantai 9

b. Hari Kerja : Setiap hari (Senin-Minggu)

c. Jam Kerja/ Shift Kerja :


 Shift Pagi : 07:30-14:00

 Shift Siang: 14:00-21:00

 Shift Malam : 21:00-07:30

d. Denah tempat kerja


Keterangan :
No Ruangan Fasilitas
.
1.VVIP - 1 tempat tidur
Pav - 1 Bed set cabinet
Leanpuri - 1 over bed Table
- 2 kursi ruang tunggu
- Ruang keluarga
- Sofa bed
- Smart tv LED (2)
- Wifi
- Peralatan mandi
- Dispenser
- dapur
- Rak sepatu
- AC
- Microwife
- Diffuser
- Coffe & Tea Set
- Kulkas
- Wardrobe
- Nurse call
- Kamar Mandi (shower, kloset
duduk)

II. Proses Kerja / Prosedur Kerja


III. Fasilitas Kesehatan
1. Tempat Sampah : Ada
• Pemisahan limbah padat, cair dan infeksius di RS : Ada

2. Kamar mandi : Ada

3. Tempat Istirahat: Ada


4. Tempat cuci tangan / wastafel : Ada
• Ketersediaan hasil : Baik
• Kebersihan : Baik
IV. Fasilitas / Alat K3

A. Alat K3 : Ada

- APAR : Ada
- Masker : Ada

Jenis : Masker Bedah, Masker N95

- Handscoon : Ada

Jenis : handscoon steril dan non steril.

- APD : Ada
- Kotak B3 : Ada
- Sensor Asap : Ada
- AC Sentral : Ada
- Papan Fall Risk : Ada
- Helm Safety : Ada
Resiko yang Tingkat Upaya Pengendalian Rekomendasi
No Identifikasi Hazard Tupen Tupan
ditimbulkan Resiko yang telah dilakukan
1. Biologi: Resiko Peluang 4 Fasilitas yang ada Jika suatu hari nanti Untuk pihak RS tetap menjaga
tertular Dampak 2 diruangan telah dijaga ditemukan masalah pada kebersihan pada ruangan
Adanya potensi resiko terpapar penyaki 4x2=8 kebersihan sesuai ruangan, hendaknya
penyakit dari pasien t SOP Mencuci tangan menjaga kebersihan
6 langkah dan 5 ruangan sesuai
moment SOP
2. Kimia: Resiko Peluang 3 Meletakkan bahan- Meningkatkan Mempertahankan dan
Adanya potensi hazard kimia, terjadi Dampak 2 bahan kimia berbahaya kebersihan dan meningkatkan lagi kondisi yang
karena setiap sebelum dan iritasi 3x2 =6 di lemari B3 situasi ruangan agar ada.
sesusah tindakan, perawat kulit Mencuci tangan dengan tetap nyaman dan
mencuci tangan menggunakan 6 langkah bersih
sabun dan alcohol, juga
sebagian alat didesifektan
menggunakan clorin.

V. Identifikasi Tingkat Resiko Dan Perencanaan Pengendalian K3


3. Fisik : Resiko Peluang 3 Memilah peralatan Memilah peralatan Mengusulkan
Ruangan yang sempit berpotensi tertular Dampak 4 yang bisa ditempatkan yang tidak digunakan kepada Manajemen
meningkatnya penularan penyakit 3x4=12 diruangan lain agar tidak sempit Mutu RS
penyakit Membersihkan
ventilasi dan ac secara
berkala

4 Ergonomi: Postur Peluang 3 Melakukan penyuluhan Menempatkan alat-alat Mengusulkan


Memindahkan peralatan yang berat salah Dampak 2 ditempat permanen kepada Manajemen
3x2 =6 Mutu RS
5 Psikologis : Resiko Peluang 3 Menyediakan tempat Menambah jumlah Mengusulkan
Banyaknya keluhan dari staff Stress Dampak 4 istirahat staff yang diperlukan kepada HRD RS
tentang beban kerja yang berlebihan kerja 3x4=12
6 Unsafe Condition : Risiko Peluang 3 Menaruh Papan Fall Memperbaiki pipa yang Mengusulkan
Pipa Bocor jatuh Dampak 2 risk bocor kepada
3x2 =6 management mutu
RS

7 Uncafe Action : Risiko Peluang 3 Menjauh saat akan Mendesain ruangan anti Mengusulkan
RO di ruangan terpapar Dampak 2 dilakukan RO radiasi seperti yang ada di kepada
radiasi 3x2 =6 Memakai baju RO radiologi management mutu
saat mendampingi RS
pasien RO
VI. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)
1. Jenis APD yang ada di tempat kerja
a. Sarung tangan/ Handscoon
b. Baju Kerja
c. Kaca mata
d. Faceshield
e. Masker
f. Apron dan Gaun
g. Sepatu
2. Pegawai yang menggunakan APD ketika kerja?

Ya, selalu dipakai saat melakukan tindakan dan kontak dengan


pasien Agar terhindar terpapar penyakit.

VII.SIKAP KERJA
1. Posisi postur tubuh dalam kerja
a. duduk : Posisi duduk dilakukan saat perawat
mengisi administrasi/satus pasien. Duduk di kursi yang memiliki
sandaran. Posisi duduk ±90º
b. berdiri : Posisi berdiri dilakukan saat melakukan tindakan dengan
tetap memperhatian kenyamanan dan keamanan
2. Kesesuaian antara posisi tubuh dengan alat kerja. Tidak ada masalah dengan
posisi tubuh karena kondisi perawat fleksibel.
3. Keluhan yang dirasakan selama kerja Tidak ada keluhan yang berarti

VIII. PEMELIHARAAN ALAT DAN ALAT BANTU KERJA

1. Monitor
2. Infus Pump
3. Syringe Pump
4. APAR
5. DLL
BAB V
PEMBAHASAN

Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan


setinggi- tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja
dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha preventif,
promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja (Akbar, 2018).
RSUD Siti Fatimah Palembang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Sebagai rumah sakit rujukan dari Rumah
Sakit Swasta dan Rumah Sakit lainnya, maka kemampuan RSUD Siti
Fatimah Palembang dalam memberikan pelayanan harus bisa diandalkan.
Untuk itu RSUD Siti Fatimah Palembang harus bisa memberikan
pelayanan secara bermutu dan paripurna. Pelayanan rumah sakit yang
bermutu adalah pelayanan yang memenuhi dimensi mutu yaitu pelayanan
sesuai dengan kompetensi teknis, akses terhadap pelayanan terpenuhi,
kontinuitas, hubungan antar manusia, aman, efektif, efisien, dan
memberikan kenyamanan bagi pasien.
Terutama Unit Paviliun Leanpuri yang menjadi unggulan dari
rumah sakit Palembang, sebagai unit rujukan regional harus memberikan
pelayan terbaik, pelayanan terbaik bisa dicapai dengan salah satu cara
yaitu menerapkan K3RS dengan tepat.
Dari hasil identifikasi lapangan salah satu ruangan yang terpilih
yaitu ruangan Paviliun Leanpuri, sudah cukup dikatakan baik. Karena dari
hazard-hazard yang ditemukan sudah dilakukan berbagai upaya untuk
mengendalikannya, seperti
hazard biologi yang ditemukan : Adanya potensi resiko terpapar penyakit
dari pasien, telah diupayakan untuk tetap menjaga kebersihan peralatan
medis dan lingkungan sesuai SOP serta menjaga kebersihan tangan dan
mengingat 5 moment. Ditemukan hazard kimia : Adanya potensi hazard
kimia, karena setiap sebelum dan sesusah tindakan, perawat mencuci
tangan menggunakan sabun dan alcohol, juga sebagian alat didesifektan
menggunakan clorin. Sudah diupayakan untuk memisahkan bahan-bahan
kimia yang berbahaya ke lemari B3 yang ada, serta selalu menggunakan
sarung tangan saat akan membersihkan peralatan menggunakan clorin.
Hazard Fisik : Ruangan yang sempit berpotensi meningkatnya penularan
penyakit serta banyaknya kabel listrik dari peralatan seperti ventilator dll,
diupayakan untuk membersihkan ventilasi udara secara berkala dan
memilah peralatan yang jarang sampai tidak digunakan untuk ditempatkan
ketempat lain, mendesain atau mengatur kabel listrik supaya
meminimalisir terjadi konsleting. Ergonomi : Memindahkan peralatan
yang berat, diupayakan untuk memindahkan barang-barang dengan postur
tubuh yang benar. Hazard Psikologis : Banyaknya keluhan dari staff
tentang beban kerja yang berlebihan, seperti yang kita ketahui hazard
psikologis lebih besar dapat ditemukan di ruangan intensif, tentunya sudah
diupayakan supaya staff yang bekerja tidak mengalami hal tersebut dengan
cara menyiapkan tempat beristirahat yang nyaman.

Dari hazard – hazard yang ditemukan tersebut, tidak adda hal yang
bearti, sehingga management K3RS di ruangan Paviliun Leanpuri di
RSUD Siti Fatimah Palembang sudah dapat dikatakan baik. Pengolahan
limbah sudah dilakukan staff dengan benar dan nantinya akan diambil oleh
petugas kebersihan untuk diletakan ke tempat pembuangan akhir.
Pengolahan
CSSD sudah mandiri dilantai basement dengan diantarkan dan dijemput
oleh staff ruangan. Serta pengolahan laundry sendiri tanpa pihak ketiga
dengan cara diambil dan diantarkan langsung oleh petugas laundry ke
ruangan.

Dengan fasilitas sarana dan prasarana yang sudah baik, diharapkan


staff ruangan juga dapat memanfaatkan semuanya dengan baik dan sesuai
SOP sehingga dapat menciptakan lingkungan RSUD Siti Fatimah
Palembang yang aman dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai