DISUSUN OLEH :
NIM : 200600083
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [judul makalah] ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Raden Jaka Sarwadhama S. Kep.,Ns.,MPH pada mata kuliah Occupational Helth And Sefty
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Resiko Lingkungan
Kerja Rumah Sakit Yang Berhubungan Dengan Potensi Bahaya K3 bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Page | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………….……… 1
a. Kesimpulan…………………………………………………………………… 6
b. Saran …………………………………………………………………….…… 6
Daftar Pustaka…………………….……………………………………………...…….. 7
Lampiran …………..…………….………………………………………….......……… 7
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia kerja merupakan tempat melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan suatu
produk berupa barang dan jasa yang dapat berlangsung di tempat terbuka, tertutup,
permukaan air, kedalaman air, bawah tanah, darat, udara, tempat bergerak maupun
statis dan mengandung unsur bahaya, baik industri, perkantoran, pertambangan,
pelayanan jasa, perdagangan, konstruksi maupun pertanian. Setiap jenis pekerjaan
selalu memiliki berbagai risiko, baik risiko terhadap tenaga kerja, alat kerja maupun
material kerja. Risiko yang dapat ditimbulkan dari material maupun alat kerja adalah
setruman listrik, ledakan, terjatuh, terpotong, dan sebagainya. Tenaga kerja dapat
terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja pada saat melakukan
pekerjaannya. Kecelakaan akibat kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja, seperti terjepit oleh mesin, tertimpa, terjatuh oleh benda,
terpapar oleh sinar radiasi, dan sebagainya (Irianto, 2014).
Rumah sakit memiliki potensi bahaya yang disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, mekanikal, elektrikal, dan limbah
(PMK RI Nomor 66 Tahun 2016). Potensi bahaya dari berbagai faktor tersebut di atas
dapat mengakibatkan ledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
radiasi, bahan kimia berbahaya, penularan penyakit, dan sebagainya. Potensi bahaya
tenaga kerja di rumah sakit lebih besar risikonya dibandingkan dengan tenaga kerja
pada umumnya. Potensi bahaya yang ada di rumah sakit tidak hanya mengancam jiwa
tenaga kerja di rumah sakit tetapi juga mengancam pasien, pengunjung, dan lingkungan
sekitar rumah sakit.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang mungkin
menyebabkan kerusakan pada mesin, alat atau bahkan orang-orang. Penyakit akibat
kerja adalah penyakit yang diderita oleh pekerja yang berhubungan atau terkait dengan
pekerjaan mereka seperti penyakit paru, cidera muskuloskletal, kanker, gangguan
jantung dan pembuluh darah, gangguan reproduksi, dan sebagainya (Swarjana, 2017).
Oleh sebab itu, setiap pekerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktivitas nasional sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
Page | 1
Menurut World Health Organization (WHO) dalam penelitian Ibrahim, dkk
(2017) bahwa dari 35 juta pekerja kesehatan di dunia terdapat 3 juta pekerja terpajan
patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terbajan virus HBC dan 170.000
terpajan virus HIV/AIDS). Setiap tahun di USA dilaporkan terdapat 5.000 petugas
kesehatan terinfeksi Hepatitis B, 47 petugas kesehatan positif HIV, dan 600.000 –
1.000.000 petugas kesehatan terkena likas tusuk jarum (diperkirakan lebih dari 60%
tidak dilaporkan).
Oleh sebab itu, diperlukannya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS) untuk mencegah terjadinya potensi bahaya tersebut. Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
165 menyatakan bahwa pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi
tenaga kerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Pasal 1 menyatakan bahwa
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan
kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Dalam penerapan K3RS tersebut maka
dibutuhkan suatu sistem yang dapat mengelola, mencegah, bahkan meniadakan potensi
bahaya yang dapat timbul, yaitu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (SMK3RS).
B. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui Resiko Lingkungan Kerja Rumah Sakit Yang Berhubungan
Dengan Potensi Bahaya K3.
Page | 2
BAB II
METODE ANALISIS
Page | 3
BAB III
PEMBAHASAN
Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah urgen di lingkungan rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk
dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua sumber daya manusia yang ada
di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana,
Widjasena & Jayanti, 2014).
Hasil penelitian Demak (2013) mengenai analisis penyebab perilaku aman bekerja pada
perawat di Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan menyatakan bahwa bentuk
perilaku tidak aman pada perawat yaitu tidak memakai sarung tangan ketika tindakan
menyuntik dan memasang infuse serta tidak menggunakan sepatu yang sesuai. Faktor yang
menyebabkan perawat berperilaku tidak aman yaitu sikap negative perawat yang tidak
disiplin dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku di RS Islam Asshobirin belum sesuai dengan standar Depkes RI tahun
2006.
Penelitian sebelumnya brkaitan dengan penelitian ini bahwa Kebijakan tersebut
dibentuk oleh pihak rumah sakit berdasarkan standar pelayanan K3 di rumah sakit yang
disesuaikan dengan keadaan rumah sakit tersebut. Tim K3RS ini telah dibentuk dan telah
dikeluarkannya SK Direktur RSUD Kabanjahe Nomor: 432/KPS/XI/2016 tentang
pembentukan tim kesehatan dan keselamatan kerja pada RSUD Kabanjahe pada tanggal 7
November 2016.
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media baik
lisan maupun tulisan. Rumah sakit seharusnya memberikan sosialisasi dan pelatihan terkait
program K3RS kepada tenaga kesehatan terkhusus perawat dengan menjadwalkan program-
program tersebut secara mendetail agar perawat yang merupakan tenaga kesehatan terbanyak
di rumah sakit dapat mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam lagi terkait K3RS yang
dapat membawa manfaat, yakni mencegah perawat dan tenaga kesehatan lainnya dari
kecelakaan kerja dan kesalahan tindakan pada pasien pun dapat di minimalisir. Selain itu,
perawat harus mampu melaporkan apabila terdapat penyakit akibat kerja yang dialami agar
dapat segera diberikan penangan. Jika perawat tak melakukan pelaporan, tak mendapat
penanganan, dan ternyata penyakit yang dialami perawat tersebut adalah penyakit menular,
penyakit pada perawat tersebut dapat tertular ke orang lain.
Page | 4
Lingkungan kerja beresiko menjadi penyebab terjadinya penyakit akibat kerja atau
kecelakaan akibat kerja. Faktor lingkungan ini meliputi hal yang berhubungan dengan proses
kerja secara langsung, seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan yang dapat
mengakibatkan stress bahkan depresi pada perawat, peralatan keselamatan kerja yang kurang
bahkan tidak memadai, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengawasan. Faktor-faktor fisik
di rumah sakit yang dapat menjadi penyebab adalah kebisingan, penerangan yang tidak sesuai
seperti kurang pencahayaan atau terlalu silau, tekanan udara, dan aroma di tempat kerja.
Lingkungan kerja jika tidak ditanggulangi segera akan menyebabkan penyakit akibat kerja
atau kecelakaan akibat kerja yang dialami oleh perawat. contoh akibat yang ditimbulkan
adalah perawat yang tertusuk jarum suntik ketika hendak menutup jarum suntik tersebut. hal
tersebut dapat terjadi ketika pencahayaan ruangan yang kurang yang menyebabkan perawat
tak terlalu mampu melihat dengan jelas
Standar Operasional Prosedur dibutuhkan agar perawat dapat mengetahui prosedur
kerja yang harus dilakukan, sebagai standarisasi cara yang dilakukan perawat dalam
menyelesaikan pekerjaannya, mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin
dilakukan dalam melaksanakan tugas, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan rganisasi secara keseluruhan. Di tiap
rumah sakit dan ruangan harus tersedia Standart Operasional Prosedur (SOP) dan sudah
didokumentasikan sehingga Standar Operasioanl Prosedur kerja dapat dilihat setiap saat
karena sudah tersusun rapih dan mudah diliat, dan SOP hendaklah diperbaharui untuk
menyesuaikan dengan perkembangan yang ada.
Page | 5
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab penyakit dan kecelakaan akibat kerja disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu Komunikasi, Sumber Daya, Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Lingkungan kerja, Standar Operasional Procedure (SOP), dan Komitmen.
B. SARAN
Perawat juga harus mempunyai pengetahuan terkait K3RS, mengikuti kegiatan-
kegiatan pelatihan agar dapat menambah pengetahuan, dan juga perawat harus
mempunyai komitmen, taat peraturan, dan melakukan tindakan sesuai SOP agar dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Page | 6
DAFTAR PUSTAKA
Page | 7