Oleh
Atma Taufika Dewi
NIM. 185070200111017
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi kami untuk menyusun laporan study lapangan ini
sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik dan
mengumpulkannya tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1
1.2 Tujuan...............................................................................................................
2
1.3 Manfaat.............................................................................................................
3
BAB II ISI.................................................................................................................
4
iii
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
iv
LAMPIRAN..............................................................................................................
v
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian yang
memiliki peran dan fungsi masing-masing namun tetap saling
berhubungan untuk menunjang kelancaran operasional kerja secara
penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang kompleks keselamatan
kerja merupakan suatu faktor utama yang harus diperhatikan.
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang akan
memberikan pengaruh terhadap kinerja para pekerja pada lingkungan
tersebut. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit juga
diidentifikasi sebagai lingkungan dimana terdapat aktivitas yang
berkaitan dengan ergonomi antara lain mengangkat, mendorong,
menarik, menjangkau, membawa benda, dan dalam hal penanganan
1
pasien. Petugas kesehatan, terutama yang bertanggung jawab untuk
perawatan pasien, memiliki potensi bahaya lebih rentan yang dapat
menyebabkan gangguan muskuloskeletal dibandingkan berbagai
bidang lainnya. (OSHA, 2013).
1.2 Tujuan
2
1.3 Manfaat
3
BAB II
ISI
4
terdapat rambu larangan merokok untuk mencegah risiko terjadinya
kebakaran. Diluar bagian samping terdapat juga papan yang tertulis
koordinat tempat TPS limbah B3 tersebut.
5
2.4 Sistem Manajemen Risiko
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Kontrol Teknik / Perancangan
4. Kontrol Administratif
Eliminasi
6
bahaya atau hazard yang lebih sulit dicegah, dikendalikan,
dan diatasi.
Subtitusi
Kontrol Administratif
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah sendiri.
9
adalah identik dengan limbah domestik yang lain. Daur ulang sedapat
mungkin diterapkan pada setiap kesempatan. Bahan-bahan tajam
yang tidak terinfeksi harus dibungkus secara baik serta tidak
akan mencelakakan pekerja yang menangani dan dapat dibuang
seperti limbah umum, sedangkan bahan-bahan tajam yang terinfeksi
diperlakukan sebagai limbah berbahaya.
10
lain yang tidak membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Pengolahan limbah ini tidak diperlukan pengolahan
khusus, dan dapat disatukan dengan limbah domestik. Seluruh
makanan yang telah meninggalkan dapur pada prinsipnya
adalah limbah bila tidak dikonsumsi dan sisa makanan dari
bagian penyakit menular perlu di autoclave terlebih
dahulu sebelum dibuang ke landfill.
11
identik dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori
berbahaya. Konsep penanganan limbah kimia yang berbahaya
adalah identik dengan penjelasan sebelumnya yang terdapat
dalam diktat ini tentang limbah berbahaya. Beberapa
kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya misalnya :
12
solven yang berhalogen dan nonhalogen; solven
berhalogen membutuhkan penanganan khusus dan
solven non-halogen dapat dibakar pada on-site
insinerator. Limbah cytotoxic dan obat-obatan genotoxic
atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan,
dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator;
limbah jenis ini tidak di autoclave karena disamping tidak
mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya bagi
operator. Beberapa jenis limbah kimia berbahaya juga
dihasilkan dari bagian pelayanan alat-alat kesehatan,
misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor atau
dari mikroskop yang mengandung PCB dan sebagainya,
sehingga perlu ditangani sesuai jenisnya
13
menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-
benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi atau bahan sitotoksik. Limbah ini
harus dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas
dari bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
4.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Enri Damanhuri. 2016. Pengelolaan Limbah B3. IEC. Diakses
pada 7 Mei 2019 dari https://environment-indonesia.com/training/
pengelolaan-limbah-b3-rumah-sakit/.
iv
LAMPIRAN