Anda di halaman 1dari 11

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kebaikanNya, saya dapat
menyelesaikan makalah mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(SMK3) ini sesuai dengan berbagai sumber informasi dan literatur yang sudah dikembangkan.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pematangsiantar, Juni 2021

Penyusun
2

DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 3
B. PERMASALAHAN................................................................................................ 3
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


................................................................................................................................. KERJA
(SMK3) DI RUMAH SAKIT.................................................................................. 4
B. TUJUAN SISTEM MANAJEMEN K3 DI RUMAH SAKIT................................. 4
C. BAHAYA POTENSIAL DI RUMAH SAKIT........................................................ 4
D. SISTEM MANAJEMEN K3 RUMAH SAKIT...................................................... 5
E. PERENCANAAN.................................................................................................... 5
F. PENGORGANISASIAN......................................................................................... 6
G. PEMANTAUAN DAN EVALUASI....................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................. 8

BAB IV PENUTP

A. KESIMPULAN....................................................................................................... 10
B. SARAN.................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Dari
data yang ada, angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Faktor penyebabnya sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Juga sering diakibatkan tidak tersedia/kurangnya alat pengaman diri (APD)
disediakan.
Rumah sakit sebagai fasilitas penyedia layanan kesehatan termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit.
Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik,
dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas,
jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien
maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.

B. Permasalahan
1. Sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit
2. Perencanaan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. Pengorganisasian sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
4. Pelaksanaan Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
5. Pemantauan dan evaluasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan Aparatur Sipil Negara
(ASN).
Tujuan khusus :
1. Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja sehat, aman, nyaman di rumah sakit
4

2. Sebagai bahan acuan dalam upaya penerapan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di


rumah sakit
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ( SMK3) secara normatif
sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sedangkan menurur OHHAS 18001, SMK3 (OH&S Management System) adalah


bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembang dan
mengimplementasikan kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 dalam organisasi.

Dari dua defenisi tentang SMK3 di atas dapat disimpulkan bahwa SMK3 adalah
sistem manejem yang terintegrasi untuk menjalankan dan mengembangkan kebijakan K3
yang telah ditetapkan rumah sakit serta menanggulangi resiko bahaya yang mungkin
terjadi di rumah sakit.

B. Tujuan Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit


Menurut PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, tujuan dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja , kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit pada dasarnya
mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus

1. Tujuan umum yaitu:


a. Perlindungan terhadap tenaga kerja di rumah sakit agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatan
produktivitas kerja
b. Perlindungan terhadap setiap pasie/pengunjung/tamu/orang lainnya yang berada
di rumah sakit agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
c. Perlindungan terhadap bahan/alat kesehatan/alat kerja agar dapat dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien.
2. Tujuan khusus yaitu:
5

a. Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit


akibat kerja di rumah sakit
b. Mengamankan mesin, instalasi, alat kesehatan dan alat kerja, bahan atau regent
labolatorium lainnya.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat.
d. Meningkatkan mutu pelayanan
e. Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit
f. Menigkatkan citra rumah sakit
g. Bagi karyawan/pegawai rumah sakit :Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
h. Bagi Pasien dan Pengunjung, mutu layanan yang baik, kepuasan pasien dan
pengunjung

C. Bahaya Potensial di Rumah Sakit


Bahaya potensial di rumah sakit dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja. Yaitu disebabkan faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia
(antiseptik, gas anestasi); faktor ergonomi (cara kerja yang salah ); faktor fisika (suhu,
cahaya bising, listrik,getaran dan radiasi) faktor psikososial ( kerja bergilir, hubungan
sesama karyawan/ atasan). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di rumah sakit,
diantaranya adalah mikrobiologik, sdesain/fisik, kebakaran, mekanik,
kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.

D. Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit


Komitmen dan kebijakan

Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi
dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana
untuk terlaksannya program K3 di RS. Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk
wadah K3 RS dalam struktur organisasi RS

Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Rs perlu disusun strategi antara lain :

1. Advokasi sosialisasi program K3 rumah sakit


2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 rumah sakit pada setiap unit kerja di
lingkungan RS
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3 rumah sakit yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara berkala
E. Perencanaan
6

RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan


sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di
rumah sakit dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3 rumah sakit diantaranya
self assesment akreditasi K3 rumah sakit dan SMK3.

Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian faktor risiko
2. Membuat peraturan
3. Tujuan dan sasaran
4. Indikator kerja
5. Program kerja

F. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat bergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja dalam
pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas.
Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan
latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi pelaksana K3 rumah sakit secara
spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja,
merumuskan permasalahan serta menganalisi penyebab timbulnya masalah bersama unit-
unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana prorgam yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi
penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit
1. Penyuluhan K3 ke semua Petugas Rumah Sakit
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam organisasi rumah sakit
3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
a. Pemeriksaan keselamatan petugas
b. Penyediaan Alat Pelindung Diri dan Keselamatan Kerja
c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
d. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
e. Pengobatan pekerja yang menderita sakit
f. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur
g. Melaksakan biologikal monitoring
h. Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja

G. Pemantauan dan Evaluasi


Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah fungsi
manajemen K3 di rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui
dan menilai samapai sejauh mana proses kegiatan k3 itu berjalan dan mempertanyakan
7

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi melalui :
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi kedalam sistem pelaporan Rumah Sakit
2. Inspeksi dan pengujian merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3
secara umum dan tidak terlalu mendalam
3. Melaksanakan Audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3 :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu
8

BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan beberapa literatur mengenai aplikasi penerapan SMK3 di Indonesia dapat


dilihat dari beberapa perbandingan RS dalam mengaplikasikan penerapan SMK3 di ketahui
bahwa pengetahuan karyawan rumah saki tentang pengertian serta manfaat K3RS sudah cukup
baik, akan tetapi pengetahuan karyawan RS belum mengetahui semua peraturan yang digunakan
RS, struktur organisasi K3 belum ada karena belum terbentuk, namun pihak manajemen rumah
sakit sudah mempunyai orang yang menangani masalah itu yaitu sebagian besar dilakukan oleh
unit kepegawaian. Namun ada beberapa rumah sakit telah menyediakan fasilitas yang terkait
tentang K3, akan tetapi fasilitas yang diberikan belum lengkap, fasilitas diberikan sesuai dengan
anggaran rumah sakit tentang K3. Dilihat dari perbandingan tersebut, keselamatan dan
kesehatan kerja di rumag sakit sudah hampir berjalan sesuai dengan KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO : 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di Rumah Sakit, seperti :
“Pemeliharaan Kesehatan Petugas IGD , Pemakaian Alat Pelindung Diri, Pencegahan
Bahaya atau Kecelakaan Kerja , Pemeriksaan Kesehatan Berkala telah ada di beberapa RS
yang ada di Indonesia. Selain itu fasilitas sarana dan prasarana yang ada telah jauh lebih baik
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan di RS.”
Kesegaran jasmani dan rohani merupakan faktor penunjang untuk meningkatkan
produktifitas seseorang dalm bekerja. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan
terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesegaran jasmani dan
rohani bukan saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi merupakan gambaran adanya
keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki. mengenai program
pemeliharaan kesehatan. Sebagai contoh di RSUD Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) sejauh ini sudah melaksanakan pemakaian Alat Pelindung
Diri ( APD).
Adapun penggunaan alat pelindung diri di IGD sudah dilaksanakan tetapi belum
maksimal atau kurang disiplin digunakan pada waktu melakukan pekerjaan. Ketidakdisiplinan
petugas IGD terhadap penggunaan alat pelindung diri disebabkan karena faktor kebiasaan
petugasnya masing-masing. Di IGD sendiri penggunaan alat pelindung diri seharusnya
digunakan pada waktu melakukan tindakan atau pada pemeriksaan darurat tetapi hal ini selalu
diabaikan oleh para petugas (faktor kebiasaan). Hal ini nantinya akan menyebabkan
kemungkinan terjadinya bahaya penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia telah mengaplikasikan SMK3 RS, tapi
kemungkinan ada juga RS yang masih kurang dalam mengaplikasikan SMK3 di RS. Tapi
9

meskipun telah diterapkan dengan baik seringkali selalu ada kecelakan dan bahaya yang masih
terdapat di dalam RS. Hal tersebut terjadi karena sebagian karyawan RS tersebut tidak menuruti
peraturan yang telah ada, sehingga sampai saat ini masih banyak karyawan RS yang menderita
penyakit akibat kerja.
Karena meskipun pihak rumah sakit telah membuat peraturan– peraturan tentang
kesehatan keselamatan kerja di RS jika karyawan atau orang-orang yang ada di dalam
lingkungan RS tersebut tidak menyadari bahwa bahkan di rumah sakit pun terdapat bahaya yang
bisa terjadi peraturan-peraturan tersebut hanya akan menjadi wacana saja tanpa ada dukungan
dari seluruh komponen dari RS tersebut. Kesadaran dari semua pihak yang terkait dalam
membuat peraturan-peraturan tersebut terwujud dengan baik sehingga bahaya atau penyakit
akibat kerja di rumah sakit dapat berkurang. Sehingga pegawai RS seperti dokter, perawat,
bahkan pasien pun dapat nyaman dan merasa terlindungi saat berada di RS, sehingga akan
meningkatkan kesehatan yang jauh lebih baik lagi. Peraturan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja di RS akan berjalan lancar jika didukung oleh pihak pihak terkait karena penerapan SMK3
RS di Indonesia belum diaplikasikan dengan baik, karena masih ada beberapa RS bahkan belum
membentuk komite dan pelaksanan tentang k3, mengingat keselamatan kerja merupakan usaha
untuk menciptakan suasana rasa aman kerja, bebas dari segala ancaman bahaya, seperti;
kebakaran, penyakit akibat kerja, cacat akibat kerja, dan kematian akibat kerja.sehingga jika K3
diterapkan, tidak ada pegawai tidak merasa terlindungi di tempat kerjanya.
10

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aplikasi penerapan Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit merupakan suatu proses


kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di rumah sakit. Peraturan SMK3 RS
sudah merupakan pedoman di setiap rumah sakit di Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaanya
belum dilakukan dengan semestinya, dikarenakan dengan berbagai faktor yang ada di
lapangan menunjukkan masih banyak kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pegawai yang masih lalai untuk mematuhi peraturan yang telah
dibuat dan pihak manajemen rumah sakit pun masih kurang memperhatikan K3
karyawannya. Meskipun pihak rumah sakit telah membuat peraturan yang sesuai dengan
acuan peraturan menteri kesehatan aplikasi SMK3 tidak akan terwujud dengan baik karena
rendahnya kesadaran dari pihak terkaitnya.

B. Saran

Agar managemen K3 dirumah sakit dapat diaplikasikan sesuai regulasi yang telah
ada, harus ada dukungan dari pihak-pihak yang terkait seperti direktur rumah sakit itu
sendiri sampai pada para pegawainya. Bukan hanya peraturan yang harus ada di dalam
rumah sakit itu sendiri, tapi sikap dari para pegawainya harus memahami terlebih dahulu apa
bahaya akibat kerja di Rumah Sakit. Agar karyawan/ pegawai rumah sakit lebih bisa
mentaati peraturan yang ada dan lebih sadar akan bahaya yang ada di rumah sakit tempatnya
bekerja. Sehingga dapat menggurangi angka kecelakaan/penyakit akibat kerja di rumah
sakit.
11

DAFTAR PUSTAKA

KES MAS Vol. 5, No. 1, Januari 2011

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/menkes/sk/iv/2007. Tentang


Pedoman manajemen kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/menkes/sk/viii/2010. Tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal), Volume 2, Nomor 1, Januari 2014. Analisa Komitmen
Manajemen Rumah Sakit terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada RS Prima
Medika Pemalang. Azza Ivana, Baju Widjasena, Siswi Jayanti. Mahasiswa Peminatan K3
Universitas Undip.

Anda mungkin juga menyukai