Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan Kerja

STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


SERTA BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA

Disusun
Oleh:

FATKHUL JANNAH AGUSTINA


NIM: 21182004

Dosen Pengampu:
Putri Raisa, S.Tr.KG. MDSC

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lampoh Keude, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3............................................3

B. Standar Personil di Tempat Kerja.............................................................3

C. Standar Lingkungan di tempat Kerja.........................................................4

D. Standar Peralatan Kerja.............................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
DIlansir dari situs resminya, ILO (International Labour Organization)
juga memberikan tanggapan mengenai definisi dari sistem ini. Menurutnya
SMK3 adalah sebuah ilmu yang memiliki tujuan untuk mengantisipasi dan
mengevaluasi berbagai potensi bahaya. Selain itu, juga memiliki fungsi lain.
SMK3 adalah sistem yang dapat dijadikan sebagai pengendali sebuah bahaya
yang mungkin timbul pada lingkungan kerja dan berpotensi mengganggu
kesejahteraan para pekerja. Tak hanya itu SMK3 konstruksi juga ditujukan
untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin timbul
dan berdampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Saat ini Pemerintah Indonesia mewajibkan setiap perusahaan
Kontraktor di Indonesia wajib menerapkan K3 atau Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaannya. Kewajiban ini
berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 (seratus) orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Sistem
Manajemen K3 merupakan standarisasi yang diadopsi dari Standar Australia
AS4801. SMK3 sama dengan Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) 45001.
Penerapan ini pastinya berjalan beriringan dengan pusat perhatian
pemerintah pada pembangunan dan pengembangan daerah menuju
kemandirian ekonomi di Indonesia. Secara tidak langsung ini adalah sikap

1
penuh perhatian kepada para pekerja di sektor pembangunan untuk menjaga
dan mengamankan keselamatan selama bekerja.
.

B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan makalah dengan judul
1. Apa pengertian Standar Manajemen Ilmu K3
2. Apa saja Standar Personil di Tempat Kerja
3. Apa saja Standar Lingkungan di tempat Kerja
4. Apa saja standar peralatan kerja

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Standar Manajemen Ilmu K3
2. Untuk mengetahui apa saja Standar Personil di Tempat Kerja
3. Untuk mengetahui Apa saja Standar Lingkungan di tempat Kerja
4. Untuk mengetahui Apa saja standar peralatan kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3


Secara umum merujuk pada 2 (dua) sumber, yaitu Permenaker No 5
Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
pada Standar OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management
Systems. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah
sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3
organisasi (perusahaan) tersebut.
Elemen-Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bisa beragam tergantung dari sumber (standar) dan aturan yang kita gunakan.
Secara umum, Standar Sistem Manajemen Keselamatan Kerja yang sering
(umum) dijadikan rujukan ialah Standar OHSAS 18001:2007, ILO-OSH:2001 dan
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

B. Standar Personil di Tempat Kerja


Teknologi saat ini berkembang makin pesat. Dengan berkembangnya
teknologi maka makin banyak faktor bahaya yang timbul akibat adanya proses
produksi. Dampak dari proses produksi apabila tidak dikendalikan, dapat

3
mempengaruhi produktivitas, berupa gangguan kesehatan, kegagalan produksi,
kehilangan waktu kerja, kerusakan aset perusahaan, kecelakaan kerja, bahkan
menimbulkan kematian.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini membawa dampak
pada peningkatan proses produksi dalam berbagai industri. Peningkatan ini
berakibat pada makin banyaknya faktor bahaya di tempat kerja. Pengendalian
faktor bahaya yang kurang diperhatikan dengan baik dapat menimbulkan
penurunan produktivitas akibat kegagalan produksi, kerusakan aset perusahaan,
gangguan kesehatan pekerja, kecelakaan kerja, dan kehilangan waktu kerja,
bahkan menimbulkan kematian.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan
untuk melindungi tenaga kerja dari faktor bahaya yang mungkin timbul, dan
meminimalkan risiko kerugian yang dialami oleh perusahaan. Sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, setiap
perusahaan wajib melaksanakan upaya K3 untuk melindungi keselamatan tenaga
kerja dan sarana produksi. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)
bidang K3 yang profesional dan kompeten dalam mengembangkan,
mengkoordinir, memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 dalam
tempat kerja, sehingga diperlukan pembinaan dan pengembangan kompetensi
SDM K3.
Untuk memenuhi tuntutan dunia usaha, baik di dalam negeri maupun di
tingkat global, diperlukan standar kompetensi bagi SDM K3 yang diakui baik
nasional maupun internasional, sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja di
bidang K3 dari luar negeri. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) merupakan acuan untuk mengukur kemampuan kerja yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan persyaratan jabatan yang ditentukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Standar Lingkungan di tempat Kerja


Sebuah perusahaan atau pengelola suatu usaha harus memiliki unsur K3
yang terdiri dari kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja. Dengan adanya tiga

4
hal ini pekerja atau personel dari sebuah perusahaan bisa bekerja dengan
maksimal dan tidak akan mengalami kecelakaan yang membuat luka, sakit, atau
masalah krusial lainnya. Berdasarkan Pasal 2 Permenaker No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Pengusaha dan/atau
Pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja. Nah, ulasan
tentang syarat K3 Lingkungan kerja beserta faktornya bisa Anda simak di bawah
ini.
1. Syarat K3 Lingkungan Kerja
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja meliputi:
a. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
b. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi
Kerja agar memenuhi standar.
c. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat.
d. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja.
Sesuai Pasal 4, pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan
untuk mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam
rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan syarat-
syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:
a. Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja.
b. Penerapan Higiene dan Sanitasi.
Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan
pengendalian Lingkungan Kerja meliputi faktor:
a. Fisika.
b. Kimia.
c. Biologi.
d. Ergonomi.
e. Psikologi.

5
Penerapan Higiene dan Sanitasi pada K3 Lingkungan Kerja meliputi:
a. Bangunan Tempat Kerja.
b. Fasilitas Kebersihan.
c. Kebutuhan udara.
d. Tata laksana kerumahtanggaan
2. Faktor Utama dalam K3 Lingkungan Kerja
Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan
pengendalian Lingkungan Kerja meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor
biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi. Berikut ulasan lengkap tentang
faktor utama dalam K3 Lingkungan Kerja dan turunannya.
1. Faktor Fisika
Faktor Fisik atau Fisik terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di
bawah ini.
a. Iklim Kerja.
b. Kebisingan.
c. Getaran.
d. Gelombang radio atau gelombang mikro.
e. Sinar Ultra Violet.
f. Medan Magnet Statis.
g. Tekanan udara.
h. Pencahayaan.
Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan
memiliki cara yang spesifik. Secara umum cara penanganan yang dilakukan
adalah mengendalikan pemicu yang membuat pekerja tidak nyaman. Informasi
lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal
8-19.
2. Faktor Kimia
Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan
perlindungan pada pekerja atau masyarakat umum di sekitar perusahaan.
Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya biasanya akan diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yang terdiri dari:

6
a. Mudah terbakar
b. Mudah meledak
c. Beracun
d. Korosif
e. Oksidator
f. Reaktif
g. Radioaktif
Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di
lingkungan juga harus diperhatikan dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya
mengenai seseorang, kemungkinan terjadi masalah akan besar mulai dari melepuh
di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis lainnya. Pengendalian faktor
kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi,
penggunaan bahan yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait
pengendalian faktor kimia bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal
21 angka 2.
3. Faktor Biologi
Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus
dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Biologi.
Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:
a. Mikroorganisme dan/atau toksinnya.
b. Arthropoda dan/atau toksinnya.
c. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya.
d. Alergen dan toksin dari tumbuhan.
e. Binatang berbisa.
f. Binatang buas.
g. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya
4. Faktor Ergonomi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada
Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya
Faktor Ergonomi meliputi:

7
a. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan.
b. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja.
c. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja
5. Faktor Psikologi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada
Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya
Faktor Psikologi meliputi.
a. Ketidakjelasan/ketaksaan peran.
b. Konflik peran.
c. Beban kerja berlebih secara kualitatif.
d. Beban kerja berlebih secara kuantitatif.
e. Pengembangan karir.
f. Tanggung jawab terhadap orang lain.

D. Standar Peralatan Kerja


Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bahkan
tidak diduga yang dapat terjadi dalam proses kerja di proyek konstruksi, industri
ataupun yang berkaitan dengannya yang dapat menimbulkan kerugian seperti
harta benda, properti, waktu, maupun korban jiwa (Tarwaka, 2012).
Usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, salah
satunya adalah dengan memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai
yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya
(Mangkunegara, 2013).
Faktor penyebab kecelakaan kerja salah satunya adalah sumber bahaya
yang berupa keadaan bahaya atau kondisi bahaya, misalnya perbuatan bahaya
yaitu metode kerja yang salah, pekerjaan yang membahayakan, lingkungan kerja
yang tidak aman, sikap kerja yang teledor serta tidak memakai alat pelindung diri
(Alhamda & Sriani, 2015).

8
Adapun APD yang wajib dipakai saat sebelum bekerja, yaitu:
1. Safety Helmet
Safety Helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kejatuhan
benda-benda berat dari atas dan samping. Selain untuk melindungi kepala
dari kejatuhan benda, safety helmet ini juga melindungi kulit kepala dari
teriknya sinar matahari di luar atau area kerja dan sebagai penanda bahwa
pengguna dari safety helmet ini adalah pekerja ditempat.

2. Safety Vest
Safety vest ini memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya kontak
kecelakaan pada saat bekerja, mengurangi resiko dalam kecelakaan
bekerja dan dapat terlihat pada saat bekerja di malam hari. Selain itu,
safety vest ini dapat melindungi pemakainya dari air. Sebagian besar
safety vest yang ada memiliki daya tahan terhadap air, itu dikarenakan
bahan material rompi yang terbuat dari bahan anti air. Sehingga dapat
melindungi pemakainya dari air hujan atau angin.

3. Safety Shoes
Safety shoes memiliki fungsi sebagai pelindung telapak kaki dari bahaya
benda-benda tajam yang tak terliihat oleh mata karena posisi benda tajam
tersebut berada dibawah. Seperti halnya paku, besi tajam, potongan seng
atau alumunium dan lainnya. Ketebalan dari tapak safety shoes ini
sangatlah bagus, berbeda dengan tapak sepatu yang lain. Memang safety
shoes ini dikhususkan untuk para engineer saat bekerja di area proyek.

4. Safety Glasses
Safety glasses memiliki fungsi untuk melindungi mata dari debu, percikan
api, sinar cahaya yang cukup tinggi dan lainnya. Kacamata ini di desain
khusus untuk para engineer, karena dapat diperhatikan bahwa model dari
kacamata ini menutupi area mata agar tidak ada benda-benda yang kecil
masuk dan melukai mata.

9
5. Full Body Harness
Full body Harness memiliki fungsi sebagai pelindung pekerja dari
ketinggian. Alat ini digunakan oleh para pekerja pada saat ditempat
ketinggian. Hal ini untuk mencegah para pekerja jatuh dan dapat
menyebabkan cacat permanen atau kematian.

6. Mask
Masker berfungsi untuk melindungi pekerja dari debu atau aroma bau
yang menyengat dan tidak sedap. Seperti bahan-bahan kimia yang
berbahaya untuk dihirup oleh manusia, jadi dibutuhkan nya masker yang
sesuai dengan kondisi lapangan pekerjaan.

7. Gloves
Gloves berfungsi sebagai pelindung telapak tangan dari pekerjaan yang
dapat membuat telapak tangan terluka karena benda tajam atau terbakar
karena adanya percikan api di areal pekerjaan.

8. Ear Plug
Ear Plug sangat berfungsi untuk melindungi telinga dan gendang telinga
dari suara yang bising atau tingkat kebisingan yang tinggi.
Memang jika dipikir kembali, alat pelindung diri itu tidak dapat
melindungi pekerja sepenuhnya dari bahaya yang mungkin saja terjadi.
Namun, dengan memakai alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai
standar maka metode keselamatan kerja sudah dilakukan dan sesuai
dengan standar yang berlaku.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem


secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.anakteknik.co.id/a/fanstanjung/K3-Gunakan-Alat-Pelindung-Diri-
Sebelum-Bekerja

Alam Endah. 2014. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengertian dan Jenis.
http://alamendah.org/2014/10/05/bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-
pengertian-dan-jenis/. (Online). Diakses pada 21 Maret 2015.

Ecostar Group. 2013. Limbah B3. http://www.ecostargrp.com/limbah-b3/.


(Online). Diakses Pada 21 Maret 2015.

Panitia Revisi PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000). Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.

Sputra, Wanda. 2014. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).


https://wandasaputra93.wordpress.com/2014/01/19/158/. (Online).
Diakses pada 22 Maret 2015.

Winarso. 2014. P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (First Aid).


http://budayasafety.blogspot.com/2014/02/p3k-pertolongan-pertama-
pada-kecelakaan.html. (Online). Diakses pada 22 Maret 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai