Disusun
Oleh:
Dosen Pengampu:
Putri Raisa, S.Tr.KG. MDSC
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
DIlansir dari situs resminya, ILO (International Labour Organization)
juga memberikan tanggapan mengenai definisi dari sistem ini. Menurutnya
SMK3 adalah sebuah ilmu yang memiliki tujuan untuk mengantisipasi dan
mengevaluasi berbagai potensi bahaya. Selain itu, juga memiliki fungsi lain.
SMK3 adalah sistem yang dapat dijadikan sebagai pengendali sebuah bahaya
yang mungkin timbul pada lingkungan kerja dan berpotensi mengganggu
kesejahteraan para pekerja. Tak hanya itu SMK3 konstruksi juga ditujukan
untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin timbul
dan berdampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Saat ini Pemerintah Indonesia mewajibkan setiap perusahaan
Kontraktor di Indonesia wajib menerapkan K3 atau Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaannya. Kewajiban ini
berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 (seratus) orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Sistem
Manajemen K3 merupakan standarisasi yang diadopsi dari Standar Australia
AS4801. SMK3 sama dengan Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) 45001.
Penerapan ini pastinya berjalan beriringan dengan pusat perhatian
pemerintah pada pembangunan dan pengembangan daerah menuju
kemandirian ekonomi di Indonesia. Secara tidak langsung ini adalah sikap
1
penuh perhatian kepada para pekerja di sektor pembangunan untuk menjaga
dan mengamankan keselamatan selama bekerja.
.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan makalah dengan judul
1. Apa pengertian Standar Manajemen Ilmu K3
2. Apa saja Standar Personil di Tempat Kerja
3. Apa saja Standar Lingkungan di tempat Kerja
4. Apa saja standar peralatan kerja
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Standar Manajemen Ilmu K3
2. Untuk mengetahui apa saja Standar Personil di Tempat Kerja
3. Untuk mengetahui Apa saja Standar Lingkungan di tempat Kerja
4. Untuk mengetahui Apa saja standar peralatan kerja
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mempengaruhi produktivitas, berupa gangguan kesehatan, kegagalan produksi,
kehilangan waktu kerja, kerusakan aset perusahaan, kecelakaan kerja, bahkan
menimbulkan kematian.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini membawa dampak
pada peningkatan proses produksi dalam berbagai industri. Peningkatan ini
berakibat pada makin banyaknya faktor bahaya di tempat kerja. Pengendalian
faktor bahaya yang kurang diperhatikan dengan baik dapat menimbulkan
penurunan produktivitas akibat kegagalan produksi, kerusakan aset perusahaan,
gangguan kesehatan pekerja, kecelakaan kerja, dan kehilangan waktu kerja,
bahkan menimbulkan kematian.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan
untuk melindungi tenaga kerja dari faktor bahaya yang mungkin timbul, dan
meminimalkan risiko kerugian yang dialami oleh perusahaan. Sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, setiap
perusahaan wajib melaksanakan upaya K3 untuk melindungi keselamatan tenaga
kerja dan sarana produksi. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)
bidang K3 yang profesional dan kompeten dalam mengembangkan,
mengkoordinir, memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 dalam
tempat kerja, sehingga diperlukan pembinaan dan pengembangan kompetensi
SDM K3.
Untuk memenuhi tuntutan dunia usaha, baik di dalam negeri maupun di
tingkat global, diperlukan standar kompetensi bagi SDM K3 yang diakui baik
nasional maupun internasional, sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja di
bidang K3 dari luar negeri. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) merupakan acuan untuk mengukur kemampuan kerja yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan persyaratan jabatan yang ditentukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4
hal ini pekerja atau personel dari sebuah perusahaan bisa bekerja dengan
maksimal dan tidak akan mengalami kecelakaan yang membuat luka, sakit, atau
masalah krusial lainnya. Berdasarkan Pasal 2 Permenaker No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Pengusaha dan/atau
Pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja. Nah, ulasan
tentang syarat K3 Lingkungan kerja beserta faktornya bisa Anda simak di bawah
ini.
1. Syarat K3 Lingkungan Kerja
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja meliputi:
a. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
b. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi
Kerja agar memenuhi standar.
c. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat.
d. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja.
Sesuai Pasal 4, pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan
untuk mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam
rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan syarat-
syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:
a. Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja.
b. Penerapan Higiene dan Sanitasi.
Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan
pengendalian Lingkungan Kerja meliputi faktor:
a. Fisika.
b. Kimia.
c. Biologi.
d. Ergonomi.
e. Psikologi.
5
Penerapan Higiene dan Sanitasi pada K3 Lingkungan Kerja meliputi:
a. Bangunan Tempat Kerja.
b. Fasilitas Kebersihan.
c. Kebutuhan udara.
d. Tata laksana kerumahtanggaan
2. Faktor Utama dalam K3 Lingkungan Kerja
Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan
pengendalian Lingkungan Kerja meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor
biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi. Berikut ulasan lengkap tentang
faktor utama dalam K3 Lingkungan Kerja dan turunannya.
1. Faktor Fisika
Faktor Fisik atau Fisik terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di
bawah ini.
a. Iklim Kerja.
b. Kebisingan.
c. Getaran.
d. Gelombang radio atau gelombang mikro.
e. Sinar Ultra Violet.
f. Medan Magnet Statis.
g. Tekanan udara.
h. Pencahayaan.
Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan
memiliki cara yang spesifik. Secara umum cara penanganan yang dilakukan
adalah mengendalikan pemicu yang membuat pekerja tidak nyaman. Informasi
lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal
8-19.
2. Faktor Kimia
Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan
perlindungan pada pekerja atau masyarakat umum di sekitar perusahaan.
Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya biasanya akan diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yang terdiri dari:
6
a. Mudah terbakar
b. Mudah meledak
c. Beracun
d. Korosif
e. Oksidator
f. Reaktif
g. Radioaktif
Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di
lingkungan juga harus diperhatikan dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya
mengenai seseorang, kemungkinan terjadi masalah akan besar mulai dari melepuh
di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis lainnya. Pengendalian faktor
kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi,
penggunaan bahan yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait
pengendalian faktor kimia bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal
21 angka 2.
3. Faktor Biologi
Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus
dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Biologi.
Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:
a. Mikroorganisme dan/atau toksinnya.
b. Arthropoda dan/atau toksinnya.
c. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya.
d. Alergen dan toksin dari tumbuhan.
e. Binatang berbisa.
f. Binatang buas.
g. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya
4. Faktor Ergonomi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada
Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya
Faktor Ergonomi meliputi:
7
a. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan.
b. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja.
c. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja
5. Faktor Psikologi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada
Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya
Faktor Psikologi meliputi.
a. Ketidakjelasan/ketaksaan peran.
b. Konflik peran.
c. Beban kerja berlebih secara kualitatif.
d. Beban kerja berlebih secara kuantitatif.
e. Pengembangan karir.
f. Tanggung jawab terhadap orang lain.
8
Adapun APD yang wajib dipakai saat sebelum bekerja, yaitu:
1. Safety Helmet
Safety Helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kejatuhan
benda-benda berat dari atas dan samping. Selain untuk melindungi kepala
dari kejatuhan benda, safety helmet ini juga melindungi kulit kepala dari
teriknya sinar matahari di luar atau area kerja dan sebagai penanda bahwa
pengguna dari safety helmet ini adalah pekerja ditempat.
2. Safety Vest
Safety vest ini memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya kontak
kecelakaan pada saat bekerja, mengurangi resiko dalam kecelakaan
bekerja dan dapat terlihat pada saat bekerja di malam hari. Selain itu,
safety vest ini dapat melindungi pemakainya dari air. Sebagian besar
safety vest yang ada memiliki daya tahan terhadap air, itu dikarenakan
bahan material rompi yang terbuat dari bahan anti air. Sehingga dapat
melindungi pemakainya dari air hujan atau angin.
3. Safety Shoes
Safety shoes memiliki fungsi sebagai pelindung telapak kaki dari bahaya
benda-benda tajam yang tak terliihat oleh mata karena posisi benda tajam
tersebut berada dibawah. Seperti halnya paku, besi tajam, potongan seng
atau alumunium dan lainnya. Ketebalan dari tapak safety shoes ini
sangatlah bagus, berbeda dengan tapak sepatu yang lain. Memang safety
shoes ini dikhususkan untuk para engineer saat bekerja di area proyek.
4. Safety Glasses
Safety glasses memiliki fungsi untuk melindungi mata dari debu, percikan
api, sinar cahaya yang cukup tinggi dan lainnya. Kacamata ini di desain
khusus untuk para engineer, karena dapat diperhatikan bahwa model dari
kacamata ini menutupi area mata agar tidak ada benda-benda yang kecil
masuk dan melukai mata.
9
5. Full Body Harness
Full body Harness memiliki fungsi sebagai pelindung pekerja dari
ketinggian. Alat ini digunakan oleh para pekerja pada saat ditempat
ketinggian. Hal ini untuk mencegah para pekerja jatuh dan dapat
menyebabkan cacat permanen atau kematian.
6. Mask
Masker berfungsi untuk melindungi pekerja dari debu atau aroma bau
yang menyengat dan tidak sedap. Seperti bahan-bahan kimia yang
berbahaya untuk dihirup oleh manusia, jadi dibutuhkan nya masker yang
sesuai dengan kondisi lapangan pekerjaan.
7. Gloves
Gloves berfungsi sebagai pelindung telapak tangan dari pekerjaan yang
dapat membuat telapak tangan terluka karena benda tajam atau terbakar
karena adanya percikan api di areal pekerjaan.
8. Ear Plug
Ear Plug sangat berfungsi untuk melindungi telinga dan gendang telinga
dari suara yang bising atau tingkat kebisingan yang tinggi.
Memang jika dipikir kembali, alat pelindung diri itu tidak dapat
melindungi pekerja sepenuhnya dari bahaya yang mungkin saja terjadi.
Namun, dengan memakai alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai
standar maka metode keselamatan kerja sudah dilakukan dan sesuai
dengan standar yang berlaku.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.anakteknik.co.id/a/fanstanjung/K3-Gunakan-Alat-Pelindung-Diri-
Sebelum-Bekerja
Alam Endah. 2014. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengertian dan Jenis.
http://alamendah.org/2014/10/05/bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-
pengertian-dan-jenis/. (Online). Diakses pada 21 Maret 2015.
Panitia Revisi PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000). Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.
12